Anda di halaman 1dari 5

Kesehatan Hidung pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Terlantar Senja Cerah Manado

1
Nadya N. Rompis
2
Olivia C. P. Pelealu,
2
Ora I. Palandeng

1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian/SMF Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi – RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Email: nadyanatalia312@gmail.com

Abstract: In general, the importance of sense of smell gets little regards from people. This
eventually leads to disorders and injuries which impair or terminate the physiological
functions and capabilities of the nasal organs. Some of the commonly observed disorders are
allergic rhinitis, nasal polyps, sinusitis, and epistaxis. One of the groups that requires health
services the most is the senior citizens. This study was aimed to obtain an overview of nasal
health among the elderly at Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah
Manado. This was an observational descriptive study with a cross-sectional design. The
results showed that there were 31 elderly people as subjects; 3% had masses in the left and
right nasal cavities and 3% had narrowing of left nasal cavity. Concha examination revealed
that 3% of elderly had hyperemia and edema. Mucous examination showed that 3% of elderly
had hyperemia. Secrete examination found 3% of elderly had mucoid secretion. Moreover,
septal deviation was found in 6% of elderly and post-nasal drip was found in 3% of
elderly. Conclusion: Most elderly at Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja
Cerah Manado had good nasal health.
Keywords: nasal health, nasal examination

Abstrak: Peran indra penghiduan kurang mendapat perhatian khusus dari masyarakat hingga
pada akhirnya timbulnya gangguan atau cidera yang dapat menghilangkan kemampuan dan
fungsi fisiologis dari organ hidung. Beberapa kelainan pada hidung yang sering ditemukan
antara lain rinitis alergi, polip hidung, sinusitis, dan epistaksis. Salah satu kelompok
masyarakat yang paling membutuhkan pelayanan kesehatan ialah penduduk lanjut usia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesehatan hidung pada lansia di Balai
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif
observasional dengan desain potong lintang. Hasil penelitian mendapatkan 31 subyek lanjut
usia. Hasil pemeriksaan menunjukkan dari 31 subyek tersebut, terdapat massa di kavum nasi
kanan dan kiri sebesar 3%, kavum nasi kiri sempit sebesar 3%. Hasil pemeriksaan konka,
ditemukan edema dan hiperemis sebesar 3%. Pemeriksaan mukosa ditemukan keadaan
hiperemis sebesar 3%. Hasil pemeriksaan sekret, ditemukan sekret mukoid sebesar 3%.
Pemeriksaan septum ditemukan deviasi sebesar 6%. Post nasal drip ditemukan sebesar 3%.
Simpulan: Sebagian besar lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Senja Cerah
Manado menunjukkan kesehatan hidung yang terbilang baik.
Kata kunci: kesehatan hidung, pemeriksaan fisik hidung

Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 pleks didefinisikan sebagai keadaan sejah-


tahun 1992, kesehatan secara lebih kom- tera dari badan, jiwa, dan sosial yang

130
Rompis, Pelealu, Palandeng: kesehatan hidung pada lansia ... 131

memungkinkan setiap orang hidup produk- prevalensi 0,2%-4,3%. Biasanya terjadi


tif secara sosial dan ekonomi. Dengan setelah usia 20 tahun dan banyak pada usia
demikian, upaya kesehatan yang dilakukan 40 tahun ke atas.8
mengarahkan masyarakat mencapai kese- Penelitian ini bertujuan untuk men-
hatan yang cukup agar dapat hidup dapatkan gambaran kesehatan hidung pada
produktif.1 lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut
Salah satu kelompok masyarakat yang Usia Terlantar Senja Cerah Manado.
paling membutuhkan pelayanan kesehatan
ialah penduduk lanjut usia. Secara biologis, METODE PENELITIAN
penduduk lanjut usia akan mengalami Penelitian ini menggunakan metode
proses penuaan terus menerus ditandai deskriptif observasional dengan desain
menurunnya daya tahan fisik sehingga potong lintang. Subyek penelitian ialah
rentan terhadap serangan penyakit yang lansia di BPSLUT Senja Cerah Manado.
dapat menyebabkan kematian.2
Pada umumnya, peran penting dari HASIL PENELITIAN
indra penghiduan kurang mendapat Pada penelitian ini didapatkan subyek
perhatian khusus dari masyarakat sendiri, sebanyak 31 orang lansia yang terdiri dari
hingga akhirnya terjadi gangguan atau laki-laki 11 orang (35%) dan perempuan 20
cidera yang dapat menghilangkan kemam- orang (65%) (Tabel 1).
puan dan fungsi fisiologis dari organ
hidung.3 Beberapa kelainan pada hidung Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian
yang sering ditemukan antara lain rinitis berdasarkan jenis kelamin
alergi, polip hidung, sinusitis, dan epis- Jenis kelamin n Persentase
taksis. Prevalensi rinitis alergi (RA) cukup (%)
bervariasi di setiap belahan dunia. Menurut Laki-Laki 11 35
Stewart et al. prevalensi rinitis alergi di Perempuan 20 65
seluruh dunia sekitar 10-40%.4 Berdasarkan Total 31 100
data epidemiologi RA di Indonesia, angka
prevalensi bervariasi antara 1,14% -23,34%
Tabel 2 menunjukkan distribusi pasien
dan pada penelitian yang dilakukan di
menurut usia. Persentase usia terbanyak
Semarang dengan menggunakan kuesioner
ialah golongan lanjut usia tua yaitu 75-90
ISAAC pada murid SMP berusia 13-14
tahun sebanyak 17 orang (55%), dan
tahun didapatkan sebesar 18,6%.5
golongan lanjut usia yaitu 60-74 tahun
Di Indonesia, prevalensi sinusitis
sebanyak 14 orang (45%). Tidak terdapat
termasuk tinggi. Hal ini berdasarkan data
lansia golongan usia sangat tua yaitu >90
Depkes RI tahun 2003 yang menyebutkan
tahun.
bahwa penyakit tersebut berada pada urutan
ke-25 dari 50 pola penyakit.6 Epistaksis Tabel 2. Karakteristik subyek penelitian
diperkirakan terjadi pada 60% orang di berdasarkan usia
seluruh dunia selama masa hidup mereka,
dan sekitar 6% dari mereka dengan epis- Usia n Persentase
taksis datang ke pelayanan kesehatan. (tahun) (%)
Prevalensi meningkat pada anak-anak ku- 60-74 14 45
rang dari 10 tahun dan kemudian naik lagi 75-90 17 55
setelah usia 35 tahun.7 Polip hidung >90 0 0
merupakan masalah kesehatan global yang Total 31 100
dapat memengaruhi kualitas hidup pende-
rita baik segi pekerjaan, pendidikan, dan Pemeriksaan status kesehatan hidung
kegiatan aktivitas sehari-hari. Studi epide- terdiri dari pemeriksaan kavum nasi, konka,
miologi di Indonesia menunjukkan bahwa mukosa, sekret, septum dan post nasal
perbandingan pria dan wanita 2-3:1 dengan drips. Pada pemeriksaan kavum nasi
132 Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2018

didapatkan hasil kavum nasi kanan yang Pada pemeriksaan sekret didapatkan
lapang berjumlah 30 orang (97%) dan hasil tidak ditemukan sekret dengan jumlah
kavum nasi kiri yang lapang berjumlah 29 30 orang (97%), dan ditemukan sekret
orang (94%). Kavum nasi kanan dan kiri mukoid dengan jumlah satu orang (3%)
yang terdapat massa berjumlah satu orang (Tabel 6). Pada pemeriksaan septum dida-
(3%), yaitu polip dengan grade 2. Tidak patkan hasil septum yang normal berjumlah
ada kavum nasi kanan yang sempit 29 orang (94%), sedangkan septum deviasi
sedangkan kavum nasi kiri yang sempit berjumlah dua orang (6%) (Tabel 7).
berjumlah satu orang (3%)(Tabel 3).
Tabel 6. Keadaan secret subyek penelitian
Tabel 3. Keadaan kavum nasi subyek peneli-
Persentase
tian
Sekret n (%)
Kavum n Persentase (%) Kanan Kiri Kanan Kiri
nasi Kanan Kiri Kanan Kiri Tidak ada 30 30 97 97
Lapang 30 29 97 94 Serous 0 0 0 0
Mukoid 1 1 3 3
Massa 1 1 3 3 Purulen 0 0 0 0
Sempit 0 1 0 3 Total 31 31 100 100
Total 31 31 100 100
Tabel 7. Keadaan septum subyek penelitian
Pemeriksaan konka mendapatkan hasil
n Persentase (%)
konka normal pada 30 orang (97%), Septum
Kanan Kiri Kanan Kiri
sedangkan konka edema disertai hiperemis
Normal 29 29 94 94
pada satu orang (3%) (Tabel 4). Deviasi 2 2 6 6
Pemeriksaan mukosa mendapatkan hasil Abses 0 0 0 0
mukosa normal pada 30 orang (97%) Hematoma 0 0 0 0
sedangkan mukosa yang hiperemis pada Total 31 31 100 100
satu orang (3%) (Tabel 5).
Pada pemeriksaan post nasal drip,
Tabel 4. Keadaan konka subyek penelitian didapatkan hasil post nasal drip negatif
Konka n Persentase berjumlah 30 orang (97%), dan post nasal
(%) drip positif berjumlah satu orang (3%).
Kanan Kiri Kanan Kiri
Normal 30 30 97 97 Tabel 8. Keadaan post nasal drip
Edema 0 0 0 0 Post n Persentase (%)
Hiperemis 0 0 0 0 nasal Kanan Kiri Kanan Kiri
Pucat 0 0 0 0 drip
Atrofi 0 0 0 0 Ada 1 1 3 3
Edema + 1 1 3 3 Tidak 30 30 97 97
hiperemis Total 31 31 100 100
Total 31 31 100 100
BAHASAN
Tabel 5. Keadaan mukosa Penelitian survei kesehatan hidung
Mukosa n Persentase (%) ini dilakukan pada lansia BPSLUT Senja
Cerah Manado dengan desain potong
Kanan Kiri Kanan Kiri
lintang. Penelitian ini diikuti oleh 31 orang
Normal 30 30 97 97
lansia yang bersedia menjadi subyek
Hiperemis 1 1 3 3 penelitian dengan persentase jenis kelamin
Livide 0 0 0 0 perempuan lebih banyak (65%).
Total 31 31 100 100 Berdasarkan pemeriksaan kavum nasi
Rompis, Pelealu, Palandeng: kesehatan hidung pada lansia ... 133

didapatkan keadaan sebagian besar lapang oleh emosi, posisi tubuh, keadaan psiko-
pada subyek dengan persentase 94%. logis yang tidak dirasakan sebagai
Masalah pada kavum nasi yang ditemukan gangguan pada individu tersebut. Oleh
ialah massa pada satu orang (3%). Masalah karena itu, kejadian hiperemis pada mukosa
lainnya yang ditemukan ialah kavum nasi juga dapat terjadi tanpa adanya tanda rinitis
kiri sempit pada satu orang (3%). ataupun penyakit lainnya pada hidung.11
Polip nasi adalah massa lunak yang Pemeriksaan sekret mendapatkan ha-
mengandung banyak cairan di dalam nya satu subyek penelitian dengan sekret
rongga hidung, berwarna putih keabu- mukoid baik hidung kanan maupun hidung
abuan, yang terjadi akibat inflamasi kiri. Sekret mukoid bersifat kental,11 dan
mukosa. Polip dapat timbul pada laki-laki berhubungan dengan mukosa. Pada pasien
maupun perempuan, dari usia anak-anak yang lebih tua, mukosa sering kering
hingga usia lanjut. Salah satu teori sehingga produksi lendir untuk melembab-
predisposisi timbulnya polip nasi ialah kan terlalu tebal.12
adanya rinitis alergi atau penyakit atopi. Hasil pemeriksaan septum mendapat-
Rinitis yang terjadi secara terus menerus kan 90% normal dan dua orang (6%)
dapat menyebabkan inflamasi kronik.9 Oleh mengalami deviasi. Septum deviasi adalah
karena itu, terjadinya polip nasi bisa dicuri- septum nasi yang tidak terletak lurus di
gai pada rinitis berulang di masa lampau. tengah rongga hidung. Secara umum,
Kavum nasi dapat menjadi sempit salah beberapa etiologi dari septum deviasi ialah
satunya karena polip nasal.3 kongenital, genetik, trauma, infeksi, atau
Pada pemeriksaan konka subyek pene- efek dari massa pada neoplasma kavum
litian, didapatkan keadaan normal sebanyak nasi.13 Septum deviasi bisa menjadi
30 orang (97%), satu orang (3%) menga- manifestasi dari trauma langsung akibat
lami edema dan hiperemis baik hidung aktivitas fisik dan tidak menutup kemung-
kanan maupun kiri. Edema dan hiperemis kinan berhubungan dengan pekerjaan yang
pada konka dapat ditemukan pada keadaan dilakukan para lansia pada waktu muda.
inflamasi seperti rinitis. Hiperemis terjadi Pada pemeriksaan kesehatan hidung
karena vasodilatasi kapiler-kapiler pada lansia di BPSLUT Senja Cerah Manado
hidung ketika terjadi inflamasi.6 Peradang- didapatkan satu orang (3%) dengan post
an persisten dalam sinus juga menyebabkan nasal drips pada hidung kanan, maupun
kerusakan pada silia berakibat selain hidung kiri. Post nasal drip adalah
penyumbatan pada hidung, silia yang sudah akumulasi lendir di belakang hidung dan
rusak menjadi media yang baik untuk memberikan sensasi lender menurun dari
pertumbuhan bakteri.10 belakang hidung menuju tenggorokan. Post
Pada pemeriksaan mukosa subyek nasal drip dapat disebakan oleh sekresi
penelitian, didapatkan hasil sebagian besar yang berlebihan atau kental, dan gangguan
normal (94%). Keadaan abnormal yang dalam pembersihan lendir yang normal dari
didapatkan ialah mukosa mengalami hiper- hidung dan tenggorokan. Frekuensi silia
emis sebanyak satu orang (3%). Perubahan bergerak, serta waktu untuk pembersihan
mukosa ini sangat terkait dengan tanda- mukosiliar dalam epitel nasal, melambat
tanda rinitis, baik rinitis alergi atau rinitis dengan bertambahnya usia. Proses melam-
vasomotor. Perubahan ini mirip dengan batnya transport mukosisiliar ini akan
mekanisme yang terjadi pada konka. Rinitis menyebabkan pembersihan alergen dan
akan berpengaruh pada pembuluh darah iritasi yang buruk, serta stasis lendir
dalam hidung. Saat pembuluh darah dalam dehidrasi yang tebal di dalam rongga
hidung vasodilatasi, maka akan terjadi hidung dan nasofaring.12 Berdasarkan hasil
peningkatan permeabilitas dari dinding penelitian di atas, kesehatan hidung di
pembuluh darah dan meningkatkan berba- Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia
gai sekresi kelenjar-kelenjar di mukosa Terlantar Senja Cerah Manado tergolong
hidung. Perubahan ini juga dipengaruhi baik.
134 Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2018

SIMPULAN terhadap peak nasal inspiratory flow pada


Berdasarkan hasil penellitian pada pengukuran sumbatan hidung penderita
lansia di BPSLUT Senja Cerah Manado, rinitis alergi persisten Tesis. Semarang:
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar Fakultas Kedokteran Universitas Dipo-
lansia memiliki kesehatan hidung yang negoro; 2011.
6. Depkes RI. Indikator Indonesia Sehat Tahun
baik.
2010. Jakarta: Depkes RI, 2003.
7. Schlosser RJ. Epistaxis. NEJM. 2009;360(8):
SARAN 784-9.
Perlu dilakukan upaya promotif 8. Bernstein J. Chronic rhinosinusitis with and
mengenai kesehatan hidung, mengingat without nasal polyposis. In: Sinusitis
kesehatan hidung sering disepelekan pada- from Microbiology to Management. New
hal sebenarnya kesehatan hidung berpenga- York: Taylor and Francis, 2006; p. 375-
ruh pada kualitas hidup seseorang. 80.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan dan 9. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,
perawatan lanjutan bagi lansia dengan Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
abnormalitas hidung ke dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher (7th ed). Jakarta:Balai Penerbit:
THT-KL.
FKUI, 2012.
Perlu dilakukan penelitian lanjut 10. Pinto J, Jeswani S. Rhinitis in the geriatric
mengenai kesehatan hidung lansia dalam population. Allergy Asthma Clin
upaya mendeteksi lebih dini tentang masa- Immunol. 2010;6(1):10.
lah kesehatan hidung yang dapat terjadi. 11. Maramis F, Palandeng O, Pelealu O.
Kesehatan hidung pada siswa-siswi
DAFTAR PUSTAKA Sekolah Dasar Negeri 11 Manado
1. Maulana HDJ. Promosi Kesehatan. Jakarta: [Skripsi]. Manado: Fakultas Kedokteran
EGC, 2009; p. 5. Universitas Sam Ratulangi; 2016.
2. Depkes RI. Analisis Lansia Indonesia 2017. 12. Skoner DP. Allergic rhinitis: definition,
Jakarta: Depkes RI, 2017. epidemiology, pathophysiology, detect-
3. Silverthorn UD. Fisiologi Manusia: Sebuah ion, and diagnosis. J Allergy Clin
Pendekatan Terintegrasi (6th ed). Jakarta: Immunol. 2001;108:S2-8
EGC, 2013; p. 355. 13. Busquets JM, Hwang PH. Nonpolypoid
4. Pitarini AP, Irawati N, Poerbonegoro NL, rhinosinusitis: classification, diagnosis
Wulandari D, Badarsono S. Perubahan and treatment. In: Bailey BJ, Johnson JT,
kualitas hidup, eosinofil mukosa hidung, Newlands SD, editors. Head & Neck
dan interleukin-5 serum pasien rinitis Surgery – Otolaryngology Vol 1 (4th ed).
alergi pasca terapi. Jakarta: Fakultas Philadelphia: Lippincott Williams &
Kedokteran Universitas Indonesia; 2015. Wilkins, 2006; p. 406-416.
5. Nursanti, Ari. Ketepatan visual analog scale

Anda mungkin juga menyukai