Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rokok

1. Pengertian Rokok

Rokok adalah salah satu Produk Tembakau yang dimaksudkan untuk

dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok

putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana

tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya

mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (PP RI No.

109 Tahun 2012).

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang 70 hingga 120

mm (bervariasi) dengan diameter sekitar 10 mm. Di dalamnya berisi daun-

daun tembakau yang telah cacah. Untuk menikmatinya salah satu ujung rokok

dibakar dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada

ujung lain (Fajar, Rahmat 2011, p.2).

2. Jenis Perokok

a. Perokok Aktif

Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara

rutin dengan sekecil apapun walaupun itu hanya 1 batang dalam sehari.

Atau orang yang menghisap rokok walau tidak rutin sekalipun atau hanya

sekedar coba-coba dan cara hisap rokok hanya sekedar menghembuskan

11
asap walau tidak diisap masuk ke dalam paru-paru (Pudiastuti, Ratna

Dewi 2011, p.13).

b. Perokok Pasif

Perokok pasif adalah orang-orang yang tidak merokok tetapi

terpaksa menghirup asap rokok. Perokok pasif akan mengisap asap

sampingan (sidestream smoke) yang keluar dari ujung batang rokok yang

terbakar, selain itu ia juga akan menghisap bagian dari asap utama yang

dihembuskan lagi oleh si perokok aktif setelah ia menghisapnya

(Aditama, Tjandra Yoga 2011, p.48).

Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tetapi menghirup

asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam 1 ruangan tertutup

dengan orang yang sedang merokok (Pudiastuti, Ratna Dewi 2011, p.13)

Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup

asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup

dengan orang yang sedang merokok. Rumah merupakan, tempat

berlindung dari asap rokok. Perokok pasif harus berani menyuarakan

haknya untuk tidak menghirup asap rokok (Proverawati, Atikah dan

Rahmawati, Eni 2012, 104).

Sangat penting diketahui dan perlu diperhatikan adalah kenyataan

yang menunjukan bahwa kadar bahan-bahan yang berbahaya ternyata

lebih tinggi pada asap sampingan dari pada asap utama. Kadar sampingan

2-5 kali lebih tinggi pada asap utama (Aditama, Tjandra Yoga 2011,

p.49).

12
3. Kandungan Rokok

Bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok adalah:

a. Nikotin

Nikotin adalah zat, atau bahan senyawa pyrrolidine yang terdapat

dalam nicotiana tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau

sintetisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan (PP

RI No 109 tahun 2012).

Nikotin merupakan bahan yang bersifat toksik dan dapat

menimbulkan ketergantungan psikis. Nikotin merupakan alkaloid alam

yang bersifat toksis yang berbentuk cairan, tidak berwarna dan mudah

menguap. Zat ini dapat merubah warna menjadi coklat dan berbau seperti

tembakau jika bersentuhan dengan udara. Nikotin berperan dalam

menghambat perlekatan dan pertumbuhan sel fibroblast ligamen

periodontal, menurunkan isi protein fibroblast, serta dapat merusak sel

membran (Kusuma, A.R.P 2012).

Nikotin adalah cairan yang berminyak yang tidak berwarna dan

dapat membuat rasa perih ynag sangat. Nikotin ini menghalangi kontraksi

rasa lapar. Itu sebabnya seseorang bisa merasakan tidak lapar karena

rokok (Amiruddin, Ridwan dan Hasmi 2014, p.60).

b. Tar

Tar adalah kondensat asap yang merupakan total residu dihasilkan

saat Rokok dibakar setelah dikurangi Nikotin dan air, yang bersifat

karsinogenik. (PP RI No 109 tahun 2012).

13
Tar sejenis cairan kental berwarna cokelat tua atau hitam. Tar

terdapat dalam rokok yang terdiri dari ratusan bahan kimia yang

menyebabkan kanker pada hewan. Bilamana zat tersebut dihisap waktu

merokok akan mengakibatkan kanker paru-paru (Amiruddin, Ridwan dan

Hasmi 2014, p.61).

Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam

komponen padat asap rokok dan bersifat karsigonik. Pada saat rokok di

hisap, tar masuk kerongga mulut sebagai uap padat yang setelah dingin

akan menjadi padat dan membentuk endapan yang berwarna coklat pada

permukaan gigi, saluran napas dan paru-paru. Komponen tar mengandung

radikal bebas, yang berhubungan dengan resiko timbulnya kanker

(Kusuma, A.R.P 2012).

Tar dalam rokok bersumber dari tembakau, cengkeh, pembalut

rokok dan bahan organik lain yang dibakar. Tar hanya dijumpai para

rokok yang dibakar. Eugenol atau minyak cengkeh juga diklasifikasikan

sebagai tar. Dalam tar dijumpai karseogenik: polisiklik hidrokarbon

aromatis yang memicu kanker paru. Selain itu, juga dijumpai

Nitrosoamine nikotin di dalam rokok yang berpotensi besar sebagai

kanserogenik terhadap jaringan paru-paru. Bahan ini terdapat di dalam

tembakau tetapi tidak dijumpai di dalam cengkeh sebab nikotin hanya ada

di dalam tembakau.

14
c. Karbon Monoksida (CO)

CO sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh

pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon, zat ini

sangat beracun. Zat ini terbawa dalam hemoglobin, akan mengganggu

kondisi oksigen dalam darah (Amiruddin, Ridwan dan Hasmi 2014, p.60).

d. Ammonia

Ammonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari

nitrogen dan hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat

merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga

kalau disuntikkan sedikit pun kepada peredaran darah akan

mengakibatkan seseorang pingsan atau koma (Amiruddin, Ridwan dan

Hasmi 2014, p.60).

e. Formic acid

Formic acid sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas

dan dapat membuat lumpuh. Cairan ini sangat tajam dan menusuk

baunya. Zat ini dapat membuat seseorang seperti digigit semut

(Amiruddin, Ridwan dan Hasmi 2014, p.60).

f. Hydrogen cyanide

Hydrogen cyanide sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau

dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah

terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Cyanide

adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya.

15
Sedikit saja cyinide dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat

mengakibatkan kematian (Amiruddin, Ridwan dan Hasmi 2014, p.60).

g. Nitrous Exide

Nitrous exide sejenis gas yang tidak berwarna dan bila terisap

dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan rasa

sakit. nitrous exide ini adalah sejenis zat yang pada mulanya dapat

digunakan sebagai pembius waktu melakukan operasi oleh para dokter

(Amiruddin, Ridwan dan Hasmi 2014, p.60).

h. Folmaldehyde

Folmaldehyde sejenis gas tidak berwarna dengan bau yang tajam.

Gas ini tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini juga

sangat beracun keras terhadap semua organisme-organisme hidup

(Amiruddin, Ridwan dan Hasmi 2014, p.61).

i. Phenol

Phenol merupakan campuran dari kristal yang dihasilkan dari

distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari

tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan, karena phenol ini terikat ke

protein dan menghalangi aktivitas enzim (Amiruddin, Ridwan dan Hasmi

2014, p.61).

j. Acetol

Acetol adalah hasil pemanasan aldehyde (sejensi zat yang tidak

berwarna dan bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.

Hydrogen sulfide, sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar

16
dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oxidasi enxym (zat besi yang

berisi pigmen) (Amiruddin, Ridwan dan Hasmi 2014, p.61).

k. Pyridine

Pyridine sejenis cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat

ini dapat digunakan mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan

pembunuh hama. Methyl chloride, adalah campuran dari zat-zat

bervalensi satu antara hidrogen dan karbon merupakan unsurnya yang

terutama. Zat ini merupakan compound organisme yang dapat beracun

(Amiruddin, Ridwan dan Hasmi 2014, p.61).

l. Methanol

Methanol sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan

mudah terbakar. Meminum atau menghisap methanol dapat

mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian (Amiruddin, Ridwan dan

Hasmi 2014, p.61).

4. Bahaya Rokok

Melihat dari kandungan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam

rokok tersebut, rokok itu merupakan sumber bencana dan perusak tubuh bagi

yang menghisapnya. (Amiruddin, Ridwan dan Hasmi 2014, p.61). kebiasaan

merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari

berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru, bronkitis kronik, emfisema

dan berbagai penyakit paru lainnya. Selain itu adalah kanker mulut,

tenggorok, pankreas dan kandung kencing, penyakit pembuluh darah ulkus

peptikum dan lain-lain. Satu-satunya penyakit yang menunjukkan asosiasi

17
negatif dengan kebiasaan merokok adalah kematian akibat penyakit

parkinson (Aditama, Tjandra Yoga 2011, p.19).

Para ahli kini terus berupaya menemukan teknik pengenalan dan

pengobatan yang terbaik untuk berbagai penyakit akibat rokok ini. Pada

sebagian diantaranya memang penyakit ini dapat ditangani dengan baik tetapi

pada sebagain besar lainnya masih belum dapat diobati dengan baik dan

bukan tidak mungkin dapat berakibat fatal pada penderitanya. Karena itu,

yang paling penting tentu adalah upaya pencegahan. Dengan kata lain, jangan

merokok, atau berhentilah merokok dan hindari asap rokok dengan segera

sebelum penyakit-penyakit dibawah ini menyerang kita semua (Aditama,

Tjandra Yoga 2011, p.27-28).

Hasil penelitian menunjukkan bukti bahwa perokok pasif dapat

mengalami penyakit seperti halnya perokok aktif, bahkan bisa lebih parah.

Alasan pertama karena perokok pasif selain menghisap asap dari hembusan

perokok aktif, juga menghisap asap langsung dari ujung rokok. Kedua, karena

perokok pasif sesungguhnya tidak menginginkan terkena penyakit akibat asap

rokok, akan tetapi dengan terpaksa mereka juga ikut menderita. Hal ini

tentunya kelompok ibu dan anak-anak merupakan kelompok rentan

mendapatkan efek buruk rokok dari orang yang merokok disekitarnya

(Pudiastuti, Ratna Dewi 2011, p.13).

Bahaya perokok aktif dan perokok pasif:

a. Menyebabkan kerontokan rambut

b. Gangguan pada mata, seperti katarak

18
c. Kehilangan pendengan lebih awal dibanding yang bukan perokok.

d. Menyebabkan penyakit paru-paru kronis

e. Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut.

f. Menyebabkan stroke dan serangan jantung

g. Tulang lebih mudah patah

h. Menyebabkan kanker kulit

i. Menyebabkan kemandulan dan impotensi

j. Menyebabkan kanker rahim dan keguguran

Menurut sumber yang lain merokok bahaya rokok adalah sebagai berikut:

a. Kanker paru

Kanker paru memang belum banyak dikenal oleh masyarakat.

Jenis penyakit tersebut tidak “setenar” kanker darah atau kanker

payudara, seperti yang bnyak dipakai oleh ilustrasi berbagai film nasional.

Padahal di dunia ini kanker paru adalah kanker yang paling sering

ditemukan pada kaum pria (Aditama, Tjandra Yoga 2011, p.28-29).

Penyakit ini sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok

sebagai penyebab utamanya. Hal ini telah dibuktikan bebrbagai penelitian

didalam dan di luar negeri. Faktor lain yang mungkin yang mungkin

dapat menambah resiko timbulnya kanker paru adalah pencemaran udara

dalam industri atau pertambangan. Beberapa bahan pencemar yang

dihubungkan dengan kemungkinan meningkatnya resiko kanker paru

adalah asbes, arsn, berilium, cadmium, gas mustard, chromium, uranium

dan nikel. Tetapi, peranan bahan pencemar ini sebagai penyebab

19
terjadinya kanker paru tidaklah cukup besar, hanya sekitar 10% sampai

20% dan kebanyakan pada mereka yang bekerja dilingkungan

pertambangan atau industri tertentu. Jadi, faktor penyebab utama kanker

paru adalah kebiasaan merokok (Aditama, Tjandra Yoga 2011, p.29).

b. Kanker Mulut

Resiko bagi laki-laki yang merokok adalah terkena kanker mulut

yaitu kira-kira lima kali lebih banyak dari pada bukan perokok. Resiko

untuk kanker tenggorokkan sembilan kali lebih tinggi dari pada bukan

perokok. Seorang penyanyi tenar asal amerika, yang juga seorang

perokok berat ternyata kemudian meninggal akibat kanker tenggorokkan.

Kanker bibir, kanker lidah dan kanker kerongkongan (esofagus) juga

meningkat pada para perokok (Aditama, Tjandra Yoga 2011, p.33)

c. Hipertensi

Nikotin membuat darah lebih kental dan mudah menggumpal

segingga meingkatkan tekanan darah dan resiko penyakit arteri koroner

(Martha, Karnia 2012, p.127).

d. Penyakit Jantung

Kebiasaan merokok juga merupakan salah satu resiko penting

sampai terjadinya penyakit jantung koroner, disamping faktor resiko lain

seperti tekanan darah tinggi, tingginya kadar lipid atau lemak dalam

darah, kegemukan dan lain-lain (Aditama, Tjandra Yoga 2011, p.34).

Penyakit jantung koroner berhubungan dengan penyempitan atau

tersumbatnya pembuluh darah koroner, yaitu pembuluh darah yag

20
berfungi memberikan aliran darah bagi jaringan jantung. Penyakit inilah

yang sering dikenal sebagai penyebab serangan jantung yang mendadak

(Aditama, Tjandra Yoga 2011, p.35)

Dua bahan terpenting dalam asap rokok yang berkaitan dengan

penyakit jantung adalah nikotin dan gas CO. Asap rokok mengadung

sekitar 0,5% sampai 3% nikotin dan kalau diisap maka kadar nikotin

dalam darah akan berkisar antara 40-50 mg/ml. Nikotin dapat

mengganggu jantung, membuat irama jantung menjadi tidak teratur,

mempercepat aliran darah, menimbulkan kerusakan lapisan dalam dari

pembuluh darah dan menimbulkan penggumpalan darah (Aditama,

Tjandra Yoga 2011, p.35).

Secara umum, kebiasaan merokok berpengaruh pada jantung dan

pembuluh darah melalui mekanisme aterosklerotik, gangguan

metabolisme lemak, gangguan sistem hemostatik, gangguan irama

jantung serta penurunan kemampuan untuk oksigenisasi. Kaitan antara

penyakit jantung dan pembuluh darah dengan rokok juga berhubungan

dengan jumlah rokok yang dihisap dan lamanya kebiasaan merokok

(Aditama, Tjandra Yoga 2011, p.35).

e. Kehamilan

Pengaruh rokok pada janin dalam kandungan memang sering

mendapat sorotan masyarakat umum dan juga kalangan kesehatan.

Kebiasaan merokok para calon ibu ternyata membawa akibat buruk pada

anak yang akan dilahirkannya. Wanita hamil yang merokok lebih banyak

21
melahirkan bayi yang meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya

(Aditama, Tjandra Yoga 2011, p.37).

B. Tidak Merokok di dalam Rumah

Tidak merokok di dalam rumah adalah setiap anggota keluarga tidak

boleh merokok di dalam rumah. Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu

batang rokok yang dihisap akan dikeluarkan sekitar 4000 bahan kimia berbahaya,

di antaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar dan Carbon Monoksida

(CO) (Maryunani, Anik 2013 p.108).

Berdasarkan hasil Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001

menyatakan bahwa 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaan merokok di dalam

rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya, hal ini biasa dilakukan

pada pagi hari di saat sarapan bersama anak-anak dan sore sampai malam hari

ketika sedang berkumpul dengan anggota keluarga (CO) (Maryunani, Anik 2013

p.108).

C. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas

organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut

pandang biologis, semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan,

binatang sampai dengan manusia, karena mereka mempunyai aktifitas

masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada

22
hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri. Manusia

sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang

sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disumpulkan

bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik ynag dapat diamati langsung seperti berjalan, bernyanyi,

menangis dan sebagainya maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar seperti

berfikir, bersikap dan sebagainya (Notoatmodjo, Soekidjo 2012, p.131).

Menurut Skinner dalam (Notoatmodjo, Soekidjo 2012, p.132)

merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dilihat dari bentuk respons terhadap

stimulus maka perilaku maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Perilaku Tertutup

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas

pada perhatian, persepsi pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi

pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain. Misalnya: seorang ibu hamil tahu pentingnya

pemeriksaan kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV dapat menular

melalui hubungan seks dan sabagainya. Bentuk perilaku tertutup lainnya

adalah sikap, yakni penilaian terhadap objek.

23
b. Perilaku Terbuka

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Misalnya, seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau

membawa anaknya ke Puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB paru

minum obat secara teratur dan sebagainya. (Notoatmodjo, Soekidjo 2012,

p.132).

2. Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo, Soekidjo (2012) perilaku kesehatan adalah

suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan

dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu:

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara

atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan

bila sakit. Oleh karena itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari

3 aspek yaitu:

1) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit nila sakit,

serta pemulihan kesehatan bila sembuh dari penyakit.

2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseoramng dalam keadaan

sakit.

3) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat

memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya

24
makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya

kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini

sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan

minuman tersebut.

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayan

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Heath

seeking bahaviour)

Perilaku ini adalah menyakut upaya atau tindakan seseorang pada

saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini

dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari

pengobatan keluar negeri.

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan

fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut

tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana

seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak megganggu

kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya.

3. Strategi Perubahan Perilaku

Di dalam program-program kesehatan, agar diperoleh perubahan

perilaku yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, sangat diperlukan

usaha-usaha konkret dan positif. Beberapa strategi untuk memperoleh

perubahan perilaku tersebut oleh WHO dikelompokkan menjadi tiga

(Notoatmodjo, Soekidjo 2012, p.206-207).

25
a. Menggunakan Kekuatan Kekuasaan atau Dorongan

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau

masyarakat sehingga ia mau melakukan (berperilaku) seperti yang

diharapkan. Misalnya dengan adanya peraturan-peraturan/perundang-

undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Cara ini akan

menghasilkan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum

tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak

atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.

b. Pemberian Informasi

Dengan memberikan informasi-informasi tantang cara-cara mencapai

hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan

sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal

tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan

menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang

berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Hasil atau

perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu lama tetapi

perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh

kesadaran mereka sendir (bukan karena paksaan).

c. Diskusi Partisipasi

Diskusi partisipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka

memberikan informasi-informasi dan pesan-pesan kesehatan. Cara ini

adalah sebagai peningkatan cara kedua yang dalam memberikan

informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja tetapi dua arah. Hal

26
ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi tetapi

juga aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang

diterimanya. Dengan demikian maka pengetahuan kesehatan sebagai

dasar perilaku mereka diperoleh secara mantap dan lebih mendalam dan

akhirnya perilaku yang mereka peroleh akan lebih mantap juga, bahkan

merupakan referensi perilaku orang lain. Sudah tentu cara ini akan

memakan waktu yang lebih lama dari cara yang kedua tersebut dan jauh

lebih baik daripada cara yang pertama.

4. Determinan Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi dari stimulus

atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan

respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang

yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa

orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda-beda. Faktor-faktor yang

membedakan respons seseorang terhadap stimulus yang berbeda disebut

determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu:

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan

fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya. Faktor lingkungan

27
ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku

seseorang.

Menurut Lawrence Green dalam (Notoatmodjo, Soekidjo 2012,

p.194), perilaku manusia dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor

pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku

(non -behaviourcauses). Lawrence Green menganalisis bahwa faktor perilaku

sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:

a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, motivasi, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi

dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau

sarana kesehatan bagi masyarakat.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap

dan prilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku seserorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan

sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan, di samping itu,

ketersedian fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap

kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

28
5. Faktor Perilaku yang Berhubungan dengan Kesehatan

Menurut Wawan, A dan M, Dewi (2011) perilaku yang mempengaruhi

kesehatan dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu:

a. Perilaku terwujud secara sengaja dan sadar,

b. Perilaku terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar.

Ada perilaku-perilaku yang disengaja atau tidak disengaja membawa manfaat

bagi kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya ada yang

disengaja atau tidak disengaja berdampa merugikan kesehatan.

a. Perilaku sadar yang menguntungkan kesehatan

Golongan perilaku ini langsung berhubungan dengan kegiatan-kegiatan

pencegahan penyakit serta penyembuhan dari penyakit yang dijalankan

dengan sengaja atas dasar pengetahuan dan kepercayaan bagi diri yang

bersangkutan, atau orang lain, atau suatu kelompok sosial. Sehubungan

dengan ini, kebutuhan-kebutuhan pelayanan dan perawatan medis

dipenuhi melalui fasilitas-fasilitas yang tersedia yang mencakup:

1) Sistem perawatan rumah tangga

2) Sistem perawatan tradisional yang diberikan oleh (prametra

(Pemraktek atau praktisi medis tradisional)

3) Sistem perawatan formal (biomedis atau kedokteran)

b. Perilaku sadar yang merugikan kesehatan

Perilaku sadar yang dijalankan secara sadar atau diketahui tetapi

tidak menguntungkan kesehatan terdapat pula di kalangan orang

berpendidikan atau profesional, atau secara umum masyarakat-

29
masyarakat yang sudah maju. Kebiasaan merokok (termasuk kalangan ibu

hamil), pengabaian pola makanan sehat sesuai denagn kondisi biomedis,

ketidakteraturan dalam pemeriksaan kondisi kehamilan, alkoholisme,

pencemaran lingkungan, suisida (bunuh diri), infantisida (pembunuhan

anak), pengguguran kandungan, perkelahian, peperangan dan sebagainya.

c. Perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatan

Golongan perilaku ini menunjukkan bahwa tanoa dasar pengetahuan

manfaat biomedis umum yang terkait, seseorang atau sekelompok orang

dapat menjalankan kegiatan-kegiatan tertentu yang secara langsung atau

tidak langsung memberikan dampak positif terhadap derajat kesehatan

mereka.

D. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa

pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan

dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi (Purwoastuti,

Endang dan Walyani, Elisabeth Siwi 2015, p.21).

Pengetahuan merupakan hasil ari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglinghatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

30
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

Soekidjo 2012, p.138).

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, Soekidjo (2012) ada enam tingkatan domain perilaku

yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat

menyebutkan, menguraikan, mendefenissikan, menyatakan, san

sebagainya.

b. Memehami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajeri pada situasi atau kondisi sebenarnya.

31
d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menguhubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keselauruhan

yang baru. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat

merencanakan, daot meringkaskan, dapat menyesusaikan dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (eveluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara

yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari sabjek

penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau

kita ukur dapt kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut.

32
3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Azwar, S (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang yaitu:

a. Faktor internal terdiri dari :

1) Minat

Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, minat merupakan

kekuatan dari dalam diri sendiri untuk menambah pengetahuan.

2) Intelegensi

Pengetahuan yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah pengetahuan

imtelegen dimana sesorang dapat bertindak secara tepat, cepat dan

mudah dalam mengambil keputusan. Seseorang yang mempunyai

intelegensia yang rendah akan bertingkah laku lambat dalam

mengambil keputusan.

3) Pengalaman

Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan

kesan paling dalam akan menambah pengetahuan seseorang.

b. Faktor eksternal terdiri dari :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, penegendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

33
masyarakat.meliputi pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu

yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian

pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan

2) Media massa

Majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam

media masa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru. Media yang secara khusus didesain untuk

mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa

ini adalah televisi, radio, koran dan majalah.

3) Sosial budaya

Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek yang mencakup

pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-

kemampuan, serta kebiasaan berevolusi dimuka bumi ini sehingga

hasil karya, karsa dan cipta dari masyarakat. Masyarakat kurang

menyadari bahwa kurang mengetahui beberapa tradisi dan sosial

budaya yang bertentangan dari segi kesehatan yang dimana hal ini

tentunya berkaitan atau tidak terlepas dari suatu pendidikan.

4) Lingkungan

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pengetahuan sesorang.

34
5) Penyuluhan

Meningkatkan penegtauan masyarakat juga dapat melalui metode

punyuluhan, dengan pengetahuan bertambah seseorang akan merubah

pikirannya.

6) Informasi

Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif baru bagi

penambahan pengetahuan. Pemberian informasi adalah untuk

mengunggah kesadaran remaja satu motivasi yang berpengaruh

terhadap pengetahuan.

E. Sikap

1. Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, Soekidjo 2012,

p.140)

2. Komponen Pokok Sikap

Allport dalam (Purwoastuti, Endang dan Walyani, Elisabeth Siwi 2015, p.22)

menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep, terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

35
3. Tingkatakan Sikap

Menurut Notoatmodjo, Soekidjo (2012) sikap terdiri dari berbagai tingkatan

yaitu:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapt dilihat

dari ketersediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah

tentang gizi.

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan,

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakannya atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya denga

segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu

mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua

atau orang tuanya sendiri.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek. Misalnya, saya akan menikah

36
apabila saya sudah berumur 25 tahun (sangat setuju, tidak setuju, sangat tidak

setuju).

F. Peran Petugas Kesehatan

1. Peran Petugas Kesehatan dalam Merubah Perilaku Masyarakat

Peranan petugas kesehatan dalam pengembangan dan penorganisasian

masyarakat terbagi beberapa jenis, antara lain sebagai: pembimbing, enabler

dan ahli, (Murray G-Ross). Sebagai pembimbing (guide) maka petugas

berperan untuk membantu masyarakat mencari jalan untuk mencapai tujuan

yang sudah di tentukan oleh masyarakat sendiri secara efektif. Sebagai

enabler, maka petugas kesehatan berperan untuk memunculkan dan

mengarahkan keresahan yang ada dalam masyrakat untuk di perbaiki.

Sebagai ahli (expert), menjadi tugasnya untuk memberikan keterangan dalam

bidang-bidang yang di kuasai (Achmadi 2014, p.151)

Disamping kader kesehatan, tenaga kesehatan masyarakat berperan

juga dalam perubahan perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat.

Beberapa peran petugas kesehatan dalam merubah perilaku masyarakat

adalah sebagai berikut: (Maryuni, Anik 2013, p.3)

a. Tenaga kesehatan masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian

dalam promosi kesehatan sehingga dapat melakukan perubahan perilaku

masyarkat agar tidak merokok di dalam rumah.

37
b. Tenaga kesehatan masyarkat telah mempunyai bekal yang cukup untuk di

kembangkan dan pada waktunya di sumbangkan kepada masyarakat

dimana mereka bekerja.

Menurut Daroji, Muhammad dkk (2011) adapun peran petugas

puskesmas dalam upaya promosi kesehatan berhenti merokok pada pasien

dan masyarakat adalah:

a. Memberi edukasi kepada pasien dan keluarga

Memberi edukasi kepada pasien tentang dampak dari perilaku

merokok, lebih ditujukan untuk memprovoksi perokok yang sedang sakit

agar berhenti dari kebiasaan merokok. Terutama dilakukan ditempat

pelayanan kesehatan oleh tenaga dokter atau klinis yang ingin melalui

layanan konsultasi, sehingga peran petugas klinis sangat strategis dalam

upaya promosi kesehatan berhenti merokok pada pasien. Edukasi kepada

keluarga sangat diperlukan, mengingat keluarga sebagai lingkungan

terkecil dalam kehidupan, cendrung memiliki hubungan interaksi yang

lebih tinggi dibanding dengan yang lain.

b. Memberi edukasi kepada masyarakat melalui penyuluhan, rekordasi dan

sekolah

Edukasi kepada masyarakat secara umum lebih dipahami sebagai

bagian dari kegiatan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat prefentif.

Peran memberi edukasi kepada masyarakat dilakukan dengan penyuluhan

langsung, penyampaian materi pada saat rakordasi dan posyandu.

38
c. Menyediakan media informasi tentang bahaya rokok

Penyebaran informasi tentang bahaya rokok pada masyarakat,

merupakan bagian dari komunikasi kesehatan. Pemberian edukasi tentang

bahaya rokok, selain dilakukan dengan edukasi langsung kepada

masyarakat, juga dilakukan dengan menyediakan leaflet, poster, pamphlet

dan sebagainya. Media informasi berhenti merokok seharusnya bisa

mengimbangi media iklan rokok.

d. Menjadi model perilaku tidak merokok

Berkaitan dengan model perilaku pada petugas kesehatan

mempunyai peran sangat penting dalam penyuluhan dan menjadi contoh

masyarakat, sehingga kebiasaan merokok pada petugas kesehatan harus

segera dihentikan. Selanjutnya, bahwa praktisi kesehatan merupakan

kunci efektif untuk usaha berhenti merokok karena dianggap sebagai

panutan dan model dalam bidang kesehatan, serta nasihatnya akan sangat

diperhatikan oleh masyarakat.

e. Membuat model wilayah bebas asap rokok

Peraturan pemerintah No. 19/2003 dan undang-undang kesehatan

No. 36/2009 mengamanatkan bahwa sarana pelayanan kesehatan,

termasuk puskesmas, merupakan tempat yang dilarang untuk merokok

atau area bebas asap rokok. Artinta, setiap puskesmas hendaknya bisa

menjadi contoh bagi upaya pengendalian perilaku merokok di

masyarakat.

39
f. Membuat kolaborasi pelayanan klinis dengan psikolog

Faktor-faktor yang mendorong seseorang sehingga mempunyai

kebiasaan merokok adalah adanya stressor dalam hidupnya, serta

kurangnya aktivitas yang positif. Hal ini menyebabkan tubuh tidak ingin

lepas dari rasa nikmat rokok.

G. Peran Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga secara harfiah berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu

“kulawarga”. Kata kula berarti “ras” dan warga yang berarti “anggota”. Jadi,

keluarga adalah kumpulan dari ras. Dengan kata lain, keluarga adalah

anggota dari lingkungan yang terdiri dari beberapa orang yang masih

memiliki hubungan darah. (Sunaryo 2015, p.53)

Dalam sosiologis, keluarga dapat di definisikan sebagai suatu

kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan,

darah, atau adopsi. Dalam keluarga ada interaksi dan komunikasi satu sama

lain yang menimbulkan peranan sosial bagi suami istri, ayah, putra, putri,

saudara laki-laki dan saudara perempuan. Jadi, keluarga merupakan kesatuan

sosial yang terikat oleh hubungan darah dan masing-masing anggotanya

mempunyai peranan yang berlainan sesuai dengan fungsinya (Sunaryo 2015,

p.53).

Bailon dan Maglaya dalam (Sunaryo 2015, p.53) mengungkapkan

bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah

40
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka

saling berinteraksi, mempunyai peran masing-masing, menciptakan dan

mempertahankan suatu budaya.

Menurut Effendy dalam (Sunaryo 2015, p.53) keluarga adalah unit

terkecil masyarakat, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Mereka hidup

dalam satu rumah, terdapat ikatan perkawinan dan pertalian darah dan saling

berinteraksi di antara sesama anggota keluarga dan memiliki seorang kepala

rumah tangga. Selain itu setiap anggota keluarga mempunyai peran dalam

menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan.

Kemudian, Departemen Kesehatan dalam (Sunaryo 2015, p.54)

menyebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri atas kepala kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal disuatu

tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Selain itu,

Pusdiknakes Depkes (1995) merumuskan keluarga sebagai kumpulan

individu yang terikat dengan perkawinan, hidup dalam satu rumah, saling

berinteraksi dan setiap individu mempunyai tanggung jawab masing-masing.

Dari uraian tersebut, dapat disumpulkan bahwa keluarga adalah unit

terkecil dari masyarakat yang dibentuk karena ikatan perkawinan, adopsi,

ataupun hubungan darah, tinggal dalam satu rumah dan saling berinteraksi,

serta memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing dalam menciptakan

dan mempertahankan budaya; serta meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional, spritual dan sosial dari setiap anggota keluarga (Sunaryo

2015, p.54).

41
Dalam bidang kesehatan, keluarga juga memegang peranan yang

sangat penting karena setiap keluarga dapat menimbulkan, mencegah,

memperbaiki dan menghilangkan masalah kesehatan dalam keluarga yang

bersangkutan. Apa bila setiap keluarga yang ada dalam masyarakat itu sehat,

masyarakatnya pasti akan sehat begitupun sebaliknya (Sunaryo 2015, p.52).

2. Peranan dalam Keluarga

Keluarga berperan sebagai seperangkat perilaku interpersonal, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Peranan individu dalam keluarga berdasarkan pada harapan dan pola perilaku

keluarga, kelompok dan masyarakat (Sunaryo 2015, p.58).

Peranan dalam keluarga, menurut Effendy (1998), meliputi:

a. Peranan ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak,

berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa

aman. Ayah juga berperan sebagai kepala keluarga, anggota dari

kelompok sosialnya, serta anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peranan ibu. Sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu

mempunyai peranan penting untuk mengurus rumah tangga, mengasuh

dan mendidik anak-anaknya. Ibu juga dapat berperan sebagai pencari

nafkah tambahan dalam keluarga.

c. Peranan anak. Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai

dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial maupun

spiritual.

42
3. Peran Keluarga dalam Menciptakan Rumah Tangga Tanpa Asap Rokok

Keluarga sangat berperan dalam menciptakan rumah tanpa asap rokok

dimana peran keluarga yaitu: (Proverawati, Atikah dan Rahmawati, Eni 2012,

p.122; Pudiastuti, Ratna Dewi 2011, p.15)

a. Menggalang kesepakatan keluarga untuk menciptakan rumah tanpa asap

rokok.

b. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak merokok

kepada kepada seluruh anggota keluarga.

c. Tidak memberi dukungan kepada orang yang merokok dalam bentuk

apapun, misalnya memberi tidak memberi uang untuk membeli rokok,

tidak menyediakan asbak dirumah.

d. Menegur anggota keluarga yang merokok.

e. Tidak menyuruh anaknya membelikan rokok untuknya.

f. Melarang anak tidak merokok bukan karena alasan ekonomi tapi karena

alasan kesehatan, orang tua harus bisa menjadi panutan untuk tidak

merokok.

Tujuan utama pencegahan dan pengendalian bahaya asap rokok: (Pudiastuti,

Ratna Dewi 2011, p.16)

a. Mendorong perokok untuk berhenti merokok

b. Menghilangkan ketergantungan dari produsen rokok.

c. Mencegah munculnya perokok baru.

d. Menghindarkan masyarakat dari bahaya asap rokok.

43
H. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah dukungan dasar teori sebagai dasar pemikiran

dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi peneliti. Berdasarkan dasar

teori yang telah diuraikan, maka kerangka teori dalam penelitan ini yaitu :

Bagan 2.1
Kerangka Teori
Determinan Perilaku menurut Lawrence Green

Faktor Predisposisi

(Predisposing factors)

 Pengetahuan
 Sikap
 Kepercayaan
 Keyakinan
 Persepsi
Faktor Pendukung

(Enabling factors)
Perilaku Merokok
 Ketersediaan Sarana
dan Prasarana
 Iklan
 Warung
 Rokok
Faktor Pendorong

(Reinforcing factors)

 Peran petugas
kesehatan
 Peran kader
 Peran keluarga
 Kebijakan kesehatan
Sumber: Modifikasi teori L.Green dalam (Notoatmodjo, Soekidjo

2012)

44

Anda mungkin juga menyukai