Home Group 3
UNIVERSITAS INDONESIA
2016
Abstrak
i
Daftar Isi
Abstrak .......................................................................................................................................... ii
Daftar Isi....................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 4
2.1 Komunikasi Kelompok ................................................................................................. 4
2.1.1 Definisi Komunikasi Kelompok ............................................................................ 4
2.1.2 Karakteristik Kelompok ........................................................................................ 4
2.1.3 Fungsi Komunikasi Kelompok .............................................................................. 6
2.1.4 Tipe Kelompok ...................................................................................................... 7
2.1.5 Komponen dalam Proses Komunikasi Kelompok................................................. 8
2.1.6 Klasifikasi Komunikasi Kelompok ....................................................................... 8
2.1.7 Cara Pengambilan Keputusan dalam Kelompok ................................................... 9
2.1.8 Fase–Fase dalam Komunikasi Kelompok ........................................................... 10
2.1.9 Faktor Pendukung dari Komunikasi Kelompok .................................................. 11
2.1.10 Faktor Penghambat dari Komunikasi Kelompok ................................................ 12
2.1.11 Teori Kepemimpinan dalam kelompok .............................................................. 13
2.2 Komunikasi Interprofesional pada Pelayanan Kesehatan ........................................... 14
2.2.1 Definisi Komunikasi Interprofessional ............................................................... 14
2.2.2 Tujuan Komunikasi Interprofessional ................................................................. 14
2.2.3 Jenis dan Bentuk Komunikasi Interprofessional ................................................ 15
2.2.4 Prinsip-prinsip Komunikasi Interprofessional..................................................... 15
2.2.5 Faktor pendukung dan penghambat komunikasi interprofessional ..................... 16
2.2.6 Penyebab Masalah ............................................................................................... 17
2.2.7 Cara Penyelesaian Masalah ................................................................................. 17
2.3 Komunikasi Publik pada Pelayanan Kesehatan .......................................................... 18
2.3.1 Definisi Komunikasi Publik ................................................................................ 18
2.3.2 Tujuan Komunikasi Publik.................................................................................. 18
2.3.3 Teknik dalam Melakukan Komunikasi Publik .................................................... 20
2.3.4 Langkah dalam Melakukan Komunikasi Publik pada Pelayanan Kesehatan ...... 21
2.3.5 Penerapan Komunikasi Publik ............................................................................ 21
2.4 Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan........................................................... 22
2.4.1 Pengertian Komunikasi massa............................................................................. 22
2.4.2 Fungsi Komunikasi Massa .................................................................................. 23
ii
2.4.3 Teori pada Komunikasi Massa ............................................................................ 23
2.3.5 Unsur-Unsur Komunikasi Massa ........................................................................ 26
2.3.6 Ciri-Ciri Komunikasi Massa ............................................................................... 27
2.3.7 Pengaruh Komunikasi Massa .............................................................................. 28
2.3.8 Bentuk-bentuk komunikasi massa: ...................................................................... 29
2.3.9 Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan................................................... 29
BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 31
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 31
3.2 Saran............................................................................................................................ 31
Daftar Isi...................................................................................................................................... 32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui, manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu
membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tidak dapat
dihindari bahwa manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan
manusia dengan manusia lainnya, atau hubungan manusia dengan kelompok, atau
hubungan kelompok dengan kelompok inilah yang disebut sebagai interàksi sosial.
Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm
menyebutnya bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat
terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat
mengembangkan komunikasi (Schramm; 1982).
Teori dasar Biologi menyebut adanya dua kebutuhan mendasar yang mendorong
manusia ingin berkomunikasi dengan manusia lainnya, yakni kebutuhan untük
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Pendek kata, sekarang ini keberhasilan dan kegagalan seseorang
dalam mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karir mereka, banyak ditentukan
oleh kemampuannya berkomunikasi.
Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi kepada khalayak massa
dengan media massa. Media massa hanyalah salah satu faktor yang membentuk proses
komunikasi massa tersebut, yaitu sebagai alat atau saluran. Iklan merupakan berita
pesanan untuk mendorong, membujuk orang agar tertarik pada barang atau jasa yang
ditawarkan. Dari contoh tersebut akan kita kupas lebih dalam lagi mengenai komunikasi
apa saja yang dapat dipakai oleh tenaga kesehatan ketika turun ke lapangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis kemukakan, rumusan masalah
yang ingin dungkapkan yaitu :
1
1. Bagaimana melakukan komunikasi pada kelompok?
2. Bagaimana melakukan komunikasi pada kelompok peer dan mitra kesehatan?
3. Bagaimana melakukan komunikasi pada masyarakat?
4. Bagaimana melakukan komunikasi massa pada pelayanan kesehatan?
C. Tujuan Penulisan
D. Metodologi Penulisan
E. Sistematika Penulisan
Setelah kerangka pendahuluan serta data-data yang diperlukan telah terkumpul,
selanjutnya ditetapkan kerangka dasar dalam penyusunan secara sistematis yang
penulisannyan adalah sebagai berikut:
Bab I merupakan Bab Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, metode penulisan, waktu dan lokasi penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II merupakan Bab Deskripsi Umum yang membahas tentang Komunikasi
Kesehatan.
2
Bab III merupakan Bab Judul/Isi yang berisikan pembahasan materi dan wawasan
penulis.
Bab IV merupakan Bab Kesimpulan dan Saran yang berisikan simpulan uraian
sebelumnya dan memberikan saran mengenai Komunikasi Kesehatan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pengertian di atas, kata kunci yang dapat diambil dalam komunikasi
kelompok salah satunya adalah tatap muka, maksudnya setiap anggota kelompok bisa
melihat dan mendengar anggota kelompok lainnya dalam berkomunikasi. Mereka juga
harus bisa berinteraksi satu sama lain. Kemudian, anggota kelompok berjumlah lebih
dari tiga orang tetapi tidak boleh lebih dari dua puluh orang karena jika anggota terlalu
banyak, maka mereka sulit untuk tatap muka, mendengar, dan berinteraksi satu sama
lain. Lalu, maksud dan tujuan kelompok tersebut harus sama agar dapat berinteraksi
satu sama lain. Terakhir, anggota harus bisa mengingat karakteristik anggota lain
dimaksudkan agar saling mengenal satu sama lain supaya bisa berkomunikasi dengan
baik dan lancar.
4
norma sering juga disebut dengan “hukum” (law) atau “aturan” (rules) yaitu perilaku
dan tindakan apa saja yang pantas maupun tidak pantas dilakukan dalam kelompok.
Menurut (Adler, 2006) terdapat tiga kategori norma dalam kelompok, yaitu norma
sosial, prosedural, dan tugas seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini :
Dari data dalam tabel di atas dapat dipahami bahwa norma sosial mengatur
interaksi/ hubungan antar para anggota. Sedangkan norma prosedural menguraikan
pengoperasian/ persoalan teknis suatu kelompok. Sedangkan norma tugas memusatkan
perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan/persoalan harus dilaksanakan.
Norma sangat penting dalam kelompok karena dengan norma kita dapat
beradaptasi dalam kelompok atau kelompok dapat beradaptasi pada lingkungan
sehingga dapat meningkatkan kinerja suatu kelompok dalam menghadapi persoalan dan
juga berguna untuk mencegah sarkasme atau apatis terhadap anggotanya.
5
Jika norma diberi batasan sebagai ukuran kelompok untuk dapat diterima, maka
peran (role) merupakan pola-pola perilaku yang diharapkan dari setiap anggota
kelompok. Terdapat dua fungsi peran dalam suatu kelompok, yaitu fungsi tugas dan
fungsi pemeliharaan.
Dari tabel di atas dapat kita pahami bahwa fungsi tugas membantu kelompok
untuk mencapai tujuannya, fungsi pemeliharaan membantu agar hubungan antara
anggota dapat berjalan selaras. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keefektivitasan
kelompok dapat dicapai dengan adanya fungsi pemeliharaan yang positif.
2. Pendidikan
6
3. Persuasi
5. Terapi
7
a. Pengumpulan informasi sebagai landasan dalam pengambilan keputusan,
b. Pembuatan keputusan atau kebijakan itu sendiri
8
2. Kelompok keanggotaan dan rujukan
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan
(membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok
keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif
dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah
kelompok yang digunakan sebagai alat ukur untuk menilai diri sendiri atau
untuk membentuk sikap. Terakhir, John F. Cragan.
3. Kelompok deskriptif dan preskriptif
David W. Wright (1980) mengklasifikasikan komunikasi kelompok
menjadi deskriptif dan peskriptif, dimana deskriptif menunjukkan proses
pembentukan secara alamiah sementara kelompok preskriptif mengacu pada
langkah-langkah anggota kelompok mencapai tujuan.
9
kompleks walau pada cara ini cenderung membutuhkan waktu yang lebih
lama dibanding cara lainnya.
2. Fase konflik (conflict), dimana lebih terfokus terhadap siapa saja anggota
yang berada di posisi atas dan dibawah berdasarkan pengaruh yang mereka
berikan.
1. Mendefinisikan masalah
2. Mengidentifikasi solusi
3. Mengevaluasi solusi
5. Menerapkan solusi.
10
2.1.10 Faktor Pendukung dari Komunikasi Kelompok
Anggota kelompok bekerja sama dalam sebuah kelompok untuk mencapai dua
tujuan yaitu mengerjakan tugas kelompok dan memelihara moral-moral anggota
kelompoknya. Terdapat dua macam faktor pendukung komunikasi kelompok dilihat dari
tujuan kelompok itu terbentuk, yaitu :
A. Faktor situasional
2. Jaringan komunikasi
Bentuk roda, terdapat satu orang yang menjadi pusat perhatian. Ia dapat
berhubungan dengan semua orang tetapi semuanya hanya bisa
berhubungan dengan satu orang tersebut.
Bentuk Y, ada tiga orang yang dapat saling berkomunikasi tetapi dua
orang lainnya hanya bisa berkomunikasi dengan orang disampingnya.
3. Kohesi kelompok
11
kelompok, serta sejauh mana anggota menggunakan kelompok sebagai alat
untuk memuaskan kebutuhan personalnya.
4. Kepemimpinan
B. Faktor personal
1. Kebutuhan interpersonal
2. Tindakan komunikasi
Yaitu dilihat dari dua kelas menurut Robert E. Bales yaitu terdiri dari
hubungan tugas dan hubungan sosial.
3. Peranan individu
1. Latar belakang budaya, setiap individu tidak akan memiliki kebiasan atau
budaya yang sama persis sehingga terkadang perbedaan kebiasaan dan
budaya yang berpengaruh terhadap pola pikir dan sikap tiap anggota akan
menimbulkan perbedaan pendapat dan perselisihan.
12
2. Ikatan kelompok, tiap kelompok dan kelompok lainnya pasti memiliki cara
pandang yang beda begitupun dengan nilai-nilai yang dianutnya.
1. Teori Genetis
2. Teori Sosial
Merupakan lawan dari teori Genetis. Teori ini menyatakan bahwa seorang
pemimpin harus dididik, dibentuk dan tidak lahir begitu saja sebagai
seorang pemimpin. Pemimpin harus dipersiapkan engan didorong oleh
kemauan sendiri
13
2.1.13 Macam-Macam Gaya Kepemimpinan (Wibowo, 2005)
14
pasien yang lebih baik, 2) bertukar informasi dan alat medis agar lebih efektif untuk
memajukan praktek medis, 3) serta mengadvokasi untuk penerapan standar baru
pelayanan perawatan kesehatan. Dengan adanya tujuan tersebut diharapkan semua
tenaga medis dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan sebaik-baiknya tanpa
adanya kesalahan komunikasi antar tenaga medis.
15
2. Pesan yang diberikan, dalam bentuk lisan maupun tulisan, harus dinyatakan
dengan menggunakan bahasa serta ungkapan yang jelas dan mudah dimengerti
oleh semua individu dalam tim tersebut.
3. Setiap individu dalam tim menghindari perselisihan dan pertentangan sesama
individu dalam tim agar komunikasi atau hubungan yang terjalin lebih baik.
16
Contoh lain, ketika dokter memberikan resep untuk pasien kepada apoteker, namun
karena apoteker tidak terlalu jelas membaca tulisan dokter ia pun mengganti obat
tersebut yang hampir sama dengan yang tertulis di resep. Hal tersebut dapat merugikan
pasien jika obat tersebut tidak cocok dengan pasien tersebut.
Pertama, role stress terbagi menjadi dua yaitu role conflict dan role overload.
Role conflict ialah perbedaan antara peran yang diharapkan dengan yang diperoleh, hal
ini dapat membuat kinerja seseorang menjadi menurun, sikap saling menghormati antar
tenaga kesehatan menjadi tindakan yang dapat mengurangi role conflict. Sedangkan,
role overload terjadi karena jumlah pasien yang terlalu banyak sehingga menyebabkan
kemampuan petugas kesehtan menjadi menurun (lelah) sehingga pelayanan yang
diberikan menjadi tidak baik.
17
masing petugas, 2) memberikan otonomi kepada petugas untuk mengambil keputusan
sesuai dengan kewajiban dan kemampuannya, dan 3) mereposisi kembali hubungan
antar petugas kesehatan sebagai hubungan yang saling melengkapi.
1. Public Information
Memberikan informasi kepada masyarakat. Karena perilaku menerima
informasi merupakan perilaku alamiah masyarakat. Dengan menerima
informasi yang benar masyarakat akan merasa aman tentram. Informasi
akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam
pembuatan keputusan. Informasi dapat dikaji secara mendalam sehingga
melahirkan teori baru dengan demikian akan menambah perkembangan ilmu
pengetahuan.
2. Public Education
Mendidik masyarakat. Kegiatan komunikasi pada masyarakat dengan
memberikan berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih
18
baik, lebih maju, lebih berkembang kebudayaannya. Kegiatan mendidik
masyarakat dalam arti luas adalah memberikan berbagai informasi yang
dapat menambah kemajuan masyarakat dengan tatanan komunikasi massa.
Sedangkan kegiatan mendidik masyarakat dalam arti sempit adalah
memberikan berbagai informasi dan juga berbagai ilmu pengetahuan melalui
berbagai tatanan komunikasi kelompok pada pertemuan-pertemuan, kelas-
kelas, dan sebagainya. Tetapi kegiatan mendidik masyarakat yang paling
efektif adalah melalui kegiatan Komunikasi Interpersonal antara penyuluh
dengan anggota masyarakat, antara guru dengan murid, antara pimpinan
dengan bawahan, dan antara orang tua dengan anak-anaknya.
3. Public Persuasion
Mempengaruhi masyarakat. Kegiatan memberikan berbagai informasi
pada masyarakat juga dapat dijadikan sarana untuk mempengaruhi
masyarakat tersebut ke arah perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan,
misalnya mempengaruhi masyarakat untuk mendukung suatu pilihan dalam
pemilu dapat dilakukan melalui komunikasi massa dalam bentuk kampanye,
propaganda, selebaran-selebaran, spanduk dan sebagainya. Tetapi
berdasarkan beberapa penelitian kegiatan mempengaruhi masyarakat akan
lebih efektif dilakukan melalui Komunikasi Interpersonal.
4. Public Entertainment
Menghibur masyarakat. Perilaku masyarakat menerima informasi
selain untuk memenuhi rasa aman juga menjadi sarana hiburan masyarakat,
terutama pada masa sekarang ini banyak penyajian informasi melalui sarana
seni hiburan.
5. Public Affairs
Public affairs dapat didefinisikan sebagai bidang khusus public
relations yang membangun dan mempertahankan hubungan dengan
pemerintah dan komunitas lokal agar dapat mempengaruhi kebijakan publik.
Definisi ini menunjukan bahwa terdapat dua pihak yang menjadi fokus
perhatian public affairs, yaitu pemerintah dan masyarakat lokal. Pemerintah
meliputi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
19
6. Public Relation
Frank Jefkins mengemukakan bahwa Public Relations merupakan
keseluruhan bentuk komunikasi yang terencana, baik itu keluar maupun
kedalam, yakni antara suatu organisasi dengan publiknya dalam rangka
mencapai tujuan yang spesifik atas dasar adanya saling pengertian.
Dalam public relations terdapat suatu usaha untuk mewujudkan
hubungan yang harmonis antara sesuatu badan dengan publiknya, usaha
untuk memberikan atau menanamkan kesan yang menyenangkan; sehingga
akan timbul opini publik yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup
badan itu. Adapun tujuan dari Public Relations menurut Oemi
Abdurrachman adalah mengembangkan good will dan memperoleh opini
publik yang favorable atau menciptakan kerjasama berdasarkan hubungan
yang harmonis dengan berbagai publik, kegiatan Public
3. Menyampaikan info kesehatan dalam bahasa yang mudah dipahami dan jelas
20
Selain hal-hal yang harus dilakukan, berikut ini hal-hal yang harus
dihindari dalam melakukan komunikasi publik:
21
sebuah komentar pada kolom komentar yang dapat diakses banyak orang, maka
hal itu termasuk komunikasi publik.
Komunikasi Publik tidak hanya bisa diterapkan pada khalayak luas, namun
juga pada pelayanan kesehatan. Seperti contohnya pada 27 Maret 2014 telah
diadakan pelatihan di RSUD Banyumas dalam rangka HUT RSUD Banyumas
yang ke-89, yang diikuti oleh karyawan perwakilan dari setiap bidang. Pelatihan
ini merupakan bentuk komunikasi publik yang berisi pembekalan untuk Lomba
Penyuluhan Kesehatan yang dilaksanakan pada April 2014. Penyuluhan ini
merupakan salah satu upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan
pasien, klien, dan kelompok masyarakat sehingga pasien dapat mandiri dalam
mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, mandiri dalam meningkatkan
kesehatan, mencegah masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan
melalui pembelajaran sesuai sosial budaya masing-masing. Selain itu,
penyuluhan ini juga bertujuan agar masyarakat rumah sakit menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat melalui pengetahuan, sikap dan perilaku pasien, serta
pemeliharaan lingkungan rumah sakit, dan termanfaatkannya semua pelayanan
yang disediakan rumah sakit.
22
2.4.2 Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki beberapa fungsi. Fungsi tersebut
diantaranya sebagai penafsiran (interpretation), pertalian (linkage), pengawasan
(surveillance), penyebaran nilai-nilai (transmission of values), dan hiburan
(entertainment). Menurut Effendi (1993), fungsi komunikasi massa dapat
dikelompokkan menjadi fungsi pendidikan, fungsi informasi dan fungsi
memengaruhi. Media massa merupakan salah satu sarana pendidikan karena
dalam media massa diajarkan nilai, etika, serta pengenalan terhadap aturan-
aturan yang berlaku. Selain terdapat informasi, kita tahu bahwa dalam media
massa juga terdapat media yang secara implisit memengaruhi pembaca atau
penonton seperti iklan, artikel, tajuk dan yang lainnya.
A. Formula Laswell
Teori komunikasi Harold Lasswell merupakan teori komunikasi awal
(1948). Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan
proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who, Says What, In Which
Channel, To Whom, With What Effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran
Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik
(paradigmatic question) Lasswell itu merupakan unsur-unsur proses komunikasi,
yaitu Communicator (Komunikator), Message (Pesan), Media (Media), Receiver
(Komunikan/Penerima), dan Effect (Efek). Yang memenuhi 5 unsur who, says
what, in which channel, to whom, with what effect :
23
B. Pendekatan Transmisional
Teori tentang transmisi pesan ini pertama kali dikemukakan oleh seorang
ahli matematika, Claude Shannon pada akhir tahun 40-an dengan rekan kerjanya
Warren Weaver. Terdapat lima fungsi yang beroperasi dalam proses komunikasi
di samping satu faktor disfungsional yaitu noise atau gangguan. Model yang
mereka ciptakan adalah sebagai berikut
Dari model yang dikemukakan Shannon & Weaver ini, Melvin DeFleur
(1966) dalam bukunya Theories of Mass Communication, mengembangkan dan
mengaplikasikannya ke dalam teori komunikasi De Fleur menambahkan
beberapa komponen dalam bagan ShannonWeaver untuk menggambarkan
bagaimana sumber/komunikator mendapatkanumpan balik atau feedback, yang
memberikan kemungkinan kepadakomunikator untuk dapat lebih efektif
mengadaptasikan komunikasinya.Dengan demikian, kemungkinan untuk
mencapai korespondensi/kesamaanmakna akan meningkat. Untuk menjelaskan
teorinya, De Fleur mengungkapkannya dalam bagan berikut.
24
C. Pendekatan Psikologi-Sosial
Relevansi dari teori ini terletak pada situasi yang dinamis yang
dihasilkan oleh hubungan antara publik dan kekuatan politik (elite) tertentu,pada
25
sikap publik terhadap media, dan pada hubungan antara elite dan
media.Perbedaan atau pertentangan antara publik dan elite dalam
mempersepsisuatu peristiwa. akan membawa pada upaya mencari informasi dari
mediamassa dan sumber-sumber informasi lainnya. Perbedaan ini dapat
pulamembawa ke arah upaya elite untuk memanipulasi persepsi publik
dengansecara langsung mencampuri peristiwa tersebut atau dengan
caramengendalikan media massa.
b. Media massa
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang menghubungkan
antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka. Sifat terbuka berarti setiap
orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi
massa dibedakan menjadi dua macam, yaitu media cetak (misalnya surat kabar
dan majalah) dan media elektronik (misalnya radio dan televisi). Media massa
mempunyai paradigma sebagai agen of change (pelopor perubahan). Atas dasar
hal tersebut, peran media massa diantaranya :
• media edukasi
• media informasi
• media hiburan.
• media institusi budaya (institusi yang menjadi corong kebudayaan)
26
c. Informasi massa
Informasi massa adalah pesan atau informasi yang diperuntukkan kepada
masyarakat secara masal. Dalam komunikasi massa, komunikasi bersifat umum
(bukan bersifat pribadi), sehingga pesan yang disampaikan bersifat terbuka bagi
seluruh masyarakat. Pesan dalam komunikasi massa berjalan secara cepat (pesan
didapatkan khalayak dengan waktu yang relatif singkat) dan selintas (pesan
dibuat agar dapat segera dikonsumsi, bukan untuk dihafalkan).
d. Gatekeeper
Gatekeeper adalah penyeleksi informasi. Karena komunikasi massa di
jalankan dalam suatu organisasi media massa, terdapat orang-orang yang berada
dalam organisasi tersebut yang tugasnya meyeleksi setiap informasi yang pantas
untuk disiarkan. Orang-orang tersebut (gatekeeper), juga memiliki kewenagan
untuk memperluas atau membatasi informasi yang akan disiarkan.
e. Khalayak
Khalayak adalah massa penerima informasi yang disebarkan oleh
komunikator melalui media massa. Khalayak terdiri dari publik pendengar atau
pemirsa sebuah media massa.
27
6. Khalayak yang dituju bersifat heterogen dan anonim
7. Kegiatan media masa teratur dan berkelanjutan
8. Ada pengaruh yang dikehendaki
9. Dalam konteks sosial, antara media dan kondisi masyarakat saling
memengaruhi, begitu pula sebaliknya
10. Hubungan antara komunikator dan khalayak tidak bersifat pribadi
28
2.3.8 Bentuk-bentuk komunikasi massa:
A. Bentuk Perintah (The Command Mode)
Pada bentuk komunikasi ini, terdapat perbedaan kekuasaan dan otoritas
antara pengirim dengan penerima. Penerima berada pada posisi lebih rendah
dan bergantung, yang tujuannya untuk melakukan kontrol dan perintah,
hubungannya bersifat satu arah, tidak setara, dan tidak berdasar sukarela.
B. Bentuk Pelayanan (The Service Mode)
Bentuk komunikasi yang hubungan antara pengirim dan penerima diikat
dengan kepentingan bersama dalam situasi pasar atau semacamnya.
C. Bentuk Asosiasi (The Association Mode)
Bentuk komunikasi massa yang memiliki ikatan normatif atau nilai-nilai
yang disepakati bersama, yang mendekatkan kelompok atau publik tertentu
terhadap sumber media tertentu pula.
29
suasana, Gerakan masyarakat). Promosi kesehatan dapat melaui poster, televisi,
dll. Hal-hal yang harus dilakukan dalam melakukan komunikasi massa:
1. Mencari tahu tentang blogger dan jurnalis yang bekerja di bidang kesehatan
2. Membuat hubungan baik dengan jurnalis, reporter, dan blogger yang bekerja
di bidang kesehatan
3. Menggunakan alat peraga berupa poster,spanduk, dan lain-lain
4. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
5. Mempromosikan suatu lembaga di bidang kesehatan dengan sewajarnya
tanpa ada unsur pemaksaan dan menjatuhkan lembaga lain
6. Siapkan waktu luang beberapa hari setelah menyampaikan komunikasi
massa
7. Persiapkan anggota tim yang mengetahui dan bisa bekerja sesuai dengan
tugasnya
8. Baca dan lihat kembali berita atau informasi yang telah kita sampaikan
melalui media tersebut
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa komunikasi sebenarnya
mempunyai cakupan dimana komunikasi harus dilakukan secara individu ataupun
berkelompok. Komunikasi dalam bidang kesehatan tentunya dapat berjalan di berbagai
cakupan, seperti dalam komunikasi kelompok, interprofessional, publik, dan massa.
3.2 Saran
Kita semua harus mengembangkan pengetahuan kita, lebih peka terhadap orang
lain saat berkomunikasi dan praktik dalam kehidupan sehari-hari sehingga saat kita
berada di lapangan kita dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan profesional
sebagai seorang tenaga kesehatan yang cakap sesuai porsi bidangnya.
31
Daftar Pustaka
Adler, R & Rodman, G. 2006. Understanding Human Communication 9th ed. New
York: Oxford University; p. 277
Effendy, Onong. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Rosda Karya
Remaja Rosdakarya. Hal 32.
32
Penerapan komunikasi public.http://rsudbms.banyumaskab.go.id/news/16011/pelatihan-
komunikasi-publik-untuk-petugas-promosi-kesehatan-rsud-
banyumas#.Vu7AzeJ97IX
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Fundamentals of nursing 6th edition. St. Louis, MI:
Elsevier Mosby.
Reeves, S., Lewin, S., Espin, S., Zwarenstein, M., & Ed, H. B., 2011. Interprofessional
Teamwork for Health and Social Care. , pp.32-33.
Schiavo, R. Health Communication: from theory to practice (2007) John Willy &
Potter, P.A. and Perry, A.G. (1997). Fundamental nursing: concepts, process,
and practice. Fourth edition. St. Louis: Mosby Years Book.
33