Anda di halaman 1dari 15

Journal of Env. Engineering & Waste Management, Vol. 1, No.

1, April 2016: 1-14

PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INTEGRASI SISTEM MANAJEMEN


MUTU DAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN
Studi Kasus Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi
Aris Dwi Cahyanto
PT Jababeka Infrastruktur
WTP Building, Jln Jababeka IV Blok B-12
Kawasan Industri Jababeka Tahap I Cikarang Bekasi 17530
Email : arisdwicahyanto@gmail.com , cahyanto_adc@hotmail.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengembangan kebijakan integrasi sistem manajemen
mutu dan lingkungan secara berkelanjutan. Peneliti menggunakan analisis multi dimensi. Analisis multi dimensi
digunakan untuk menentukan status keberlanjutan dan faktor pengungkit dari layanan pelanggan. Hasil yang
didapat bahwa status keberlanjutan layanan pelanggan ditinjau dari dimensi ekonomi adalah cukup
keberlanjutan, namun ditinjau dari dimensi ekologi, sosial, teknologi dan kelembagaan adalah kurang
keberlanjutan. Hasil analisis MDS menjelaskan terdapat dua puluh tiga atribut yang menjadi faktor pengungkit.
Agar pengembangan kebijakan sistem manajemen mutu dan lingkungan berkesinambungan maka pengelola
kawasan mengarahkan kebijakan pada dimensi kelembagaan, diikuti dimensi teknologi, ekologi dan sosial.
Kata Kunci: kebijakan ,mutu, lingkungan

Abstract: The purpose of this research is to analyze an integrated policy development of quality and
environment management system. To achieve the purpose, researcher use multi dimensional scaling (MDS)
method. MDS can use to analize sustainability status and leverage factors of tenant service. Result of this
research show that tenant service reviewed from ecological, sociable, technological, institutional dimensions
has less-sustainable status. However, when seen from its economical dimension, this tenant service matter is
quite sustainable. Result of MDS describe that there were twenty three attributes which become to be leverage
factor. The integrated policy development of quality and environment management system become to
sustainable, if the area management direct policy to focus on institusional, technological, ecological and social
dimensions.
Keywords: policy, quality and environment.

PENDAHULUAN Proses dan perijinan pembangunan pabrik


Latar Belakang berjalan dengan lebih baik karena di dalam
Aktifitas industri di dalam sebuah kawasan kawasan industri diwajibkan menyediakan
industri diperlukan untuk mendorong laju sarana dan prasarana penunjang sebagai-
pertumbuhan ekonomi. Namun akibat mana diamanatkan dalam Peraturan Peme-
aktifitas industri dapat berpotensi positif rintah Republik Indonesia Nomor 24
dan negatif bagi pemangku kepentingan, Tahun 2009 tentang Kawasan Industri
yang berada di kawasan industri. Dunia serta Peraturan Menteri Perindustrian
industri juga dituntut untuk memberikan Nomor 35 tahun 2010 tentang Pedoman
sumbangan dalam pencapaian hubungan Teknis Kawasan Industri.
yang harmonis dan saling menguntungkan Kawasan industri selain mencipta-
antara industri dengan ekosistem yang kan pertumbuhan ekonomi, juga menim-
berada di sekitar industri. bulkan permasalahan yang kompleks.
Upaya untuk menempatkan akti- Permasalahan yang kompleks yang meli-
fitas industri dalam sebuah kawasan puti tuntutan pelanggan di dalam kawasan
industri mempunyai misi dan tujuan yang industri dan pengelolaan lingkungan dalam
baik yaitu menciptakan lingkungan indus- kawasan industri. Tjiptono (2001) meng-
tri yang baik serta membantu industri yang ungkapkan bahwa kepuasan pelanggan
berada di dalam kawasan industri untuk akan memberikan manfaat positif bagi
mencapai efektifitas proses produksi. perusahaan yakni terbentuknya loyalitas

1
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 1-14

pelanggan baik internal maupun eksternal Perumusan Masalah


perusahaan. Untuk menangani tuntuntan Berdasarkan latar belakang yang telah
pelanggan serta pengelolaan lingkungan diuraikan, timbul pertanyaan mendasar
dibutuhkan sistem integrasi manajemen yang perlu dijawab yaitu :
mutu dan lingkungan yang mampu me- Bagaimana keberlanjutan layanan pe-
ningkatkan pengelolaan kawasan industri. langgan KIJA yang diberikan pada
Sistem integrasi manajemen mutu dan tenant yang berada dalam kawasan?
lingkungan membutuhkan kebijakan yang Apa saja yang merupakan faktor
merupakan arahan dalam mengelola kawa- pengungkit yaitu faktor yang sensitif
san industri. Kebijakan integrasi sistem terhadap status keberlanjutan?
manajemen mutu dan lingkungan perlu Bagaimana pengembangan kebijakan
ditinjau dan dikembangkan, mengingat integrasi sistem manajemen mutu dan
tuntutan pelanggan dan pengelolaan ling- lingkungan?
kungan juga memerlukan proses perbaikan
yang berkesinambungan, yang pada akhir- Kerangka Pemikiran
nya menuju pengelolaan kawasan industri Berdasarkan perumusan masalah yang
yang berkelanjutan. telah diuraikan, maka dibuat kerangka
Kawasan Industri Jababeka dipilih pemikiran penelitian sebagaimana terdapat
sebagai contoh kasus karena merupakan dalam Gambar 1. Pengelolaan KIJA se-
kawasan industri swasta nasional pertama lama ini menerapkan integrasi sistem
di Indonesia serta mempunyai jumlah manajemen mutu dan lingkungan sejak
pelanggan terbanyak. Kebijakan integrasi tahun 2001. Kebijakan yang telah ada pada
sistem manajemen mutu dan lingkungan pengelolaan KIJA terdapat empat butir
Kawasan Industri Jababeka (KIJA) yang kebijakan yang dikelompokkan menjadi
telah ada terdiri dari (1) kualitas produk dua aspek yaitu aspek sistem manajemen
dan jasa yang melampaui harapan pelang- mutu dan lingkungan. Kebijakan yang
gan, (2) keramahan pelayanan dan respon merupakan aspek manajemen mutu yaitu :
yang cepat atas setiap pengaduan pelang- kualitas produk dan jasa yang melampaui
gan, (3) inovatif dalam pengembangan harapan pelanggan, keramahan pelayanan
produk dan pelayanan serta penyempur- dan respon yang cepat atas setiap
naan organisasi secara berkesinambungan, pengaduan pelanggan, inovatif dalam pe-
(4) pemenuhan persyaratan dan perun- ngembangan produk dan pelayanan serta
dangan dalam upaya mencegah pen- penyempurnaan organisasi secara berke-
cemaran lingkungan, telah ada sejak tahun sinambungan. Sedangkan kebijakan yang
2001 perlu dievaluasi untuk disesuaikan merupakan aspek manajemen lingkungan
dengan kondisi sekarang dan yang akan yaitu : pemenuhan persyaratan dan perun-
datang. dangan dalam upaya mencegah pen-
Kebijakan integrasi sistem mana- cemaran lingkungan. Berdasarkan masuk-
jemen mutu dan lingkungan yang telah an dari expert judgment yang berasal dari
ada, sangat perlu mandapat masukan dari pemangku kepentingan yang terdiri dari
pelanggan. Pelayanan yang diberikan pengelola kawasan, pelanggan, dan peme-
kepada pelanggan oleh KIJA terdiri dari rintah, maka kebijakan yang telah dipakai
bidang : (1) air bersih, (2) air limbah, (3) selama kurang lebih lima belas tahun perlu
customer service (4) UKL/UPL, dokumen mendapatkan perubahan dari masukan
lingkungan, (5) pengelolaan infrastruktur, pelanggan.
(6) keamanan, (7) pemadam kebakaran, (8) Layanan pelanggan KIJA yang
traffic management, (9) business develop- merupakan operasional dari kebijakan in-
ment, (10) perijinan dan (11) layanan lain. tegrasi, mempunyai sepuluh jenis layanan
yaitu air bersih, air limbah, customer ser-
vice, UKL/UPL, dokumen lingkungan, pe-

2
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 1-14

ngelolaan infrastruktur, keamanan, traffic bangan kebijakan. Pengembangan kebijak-


management, pemadam kebakaran, per- an ini merupakan umpan balik untuk
ijinan dan layanan lain. Tiga pilar penge- pengelolaan kawasan industri, serta untuk
lolaan sumberdaya alam dan lingkungan masukan bagi pengembangan kawasan
yaitu lingkungan, ekonomi dan sosial industri.
digunakan sebagai dasar untuk pengem-

Gambar 1. Kerangka pemikiran

Tujuan Penelitian Pengembangan kebijakan integrasi sis-


Tujuan penelitian ini adalah tem manajemen mutu dan lingkungan.
Menganalisis status keberlanjutan laya- Tinjuan Pustaka
nan pelanggan ditinjau dari dimensi Sykes (2000) menyatakan bahwa
ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kebijakan sebagai suatu sistem atau cara
kelembagaan. pemerintah (system or manner of govern-
Mengidentifikasi faktor pengungkit ment) yang digunakan sebagai dasar pe-
yang merupakan faktor sensitif ter- ngambilan keputusan, terutama di bidang
hadap status keberlanjutan. politik, ekonomi atau bisnis, sedangkan

3
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 1-14

Laird (2003) mengartikan kebijakan namun masih menghasilkan limbah cair


sebagai pengendalian atau pengaturan yang mencemari lingkungan. Terdapat tiga
urusan-urusan umum dan kesejahteraan dimensi yang belum berkelanjutan yaitu
(masyarakat) oleh unit pemerintah (pusat dimensi ekonomi, sosial dan teknologi,
atau daerah). Menurut Samin (2005), for- sedang dimensi kelembagaan dan ekologi
mulasi definisi kebijakan yaitu peraturan telah berkelanjutan. Setiawati (2014) dal-
yang telah dirumuskan dan disetujui untuk am disertasi berjudul “Pengembangan Ke-
dilaksanakan guna mempengaruhi suatu bijakan Eko-Inovasi Kawasan Pusat Pene-
keadaan (mempengaruhi pertumbuhan), litian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, di
baik besaran maupun arahnya yang me- Kota Tangerang Selatan”, memberikan ke-
lingkupi kehidupan masyarakat umum. simpulan bahwa langkah-langkah yang
Penelitian-penelitian yang berkait- harus diambil dalam pe-ngembangan kebi-
an tentang model pengembangan kebi- jakan ekoinovasi adalah (1) melakukan re-
jakan adalah sebagi berikut : Napitupulu strukturisasi lembaga yang saat ini, (2) pe-
(2009) dalam disertasi “Pengembangan rencanaan program dilakukan secara terpa-
Model Kebijakan pengelolaan Lingkungan du, (3) mengembangkan instrumen reward
Berkelanjutan pada PT (Persero) Kawasan dan punishment (4) meningkatkan kemam-
Berikat Nusantara”, menyatakan bahwa puan sumber daya manusia, (5) melakukan
hampir semua perusahaan dalam KBN sosialisasi, (6) melakukan monitoring dan
melakukan pencegahan terhadap pen- evaluasi.
cemaran udara dan tanah serta kebisingan,

Gambar 2. Peta Kawasan Industri Jababeka


Sumber : Data KIJA 2015

Analisis MDS (Multi Dimensional British Colombia Canada yang merupakan


Scaling) dengan Rapfish adalah teknik analisis untuk melakukan evaluasi terha-
yang dikembangkan oleh University of dap keberlanjutan dari perikanan secara

4
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 1-14

multidisipliner. Rapfish didasarkan pada sedangkan alat penelitian terdiri dari


teknik ordinasi yaitu menempatkan sesuatu computer, program Rapfish merupakan
pada urutan atribut yang terukur dengan pengembangan program Excell yang telah
menggunakan multi dimensional scalling dimodifikasi dari microsoft excel for
(Fauzi dan Anna 2002). Nilai ordinasi Rapfish (Kavanagh 2004).
mencerminkan indeks keberlanjutan dan
status keberlanjutan. MDS untuk mendiag- Jenis dan Sumber Data
nosa atribut-atribut yang merupakan faktor Penelitian ini menggunakan pendekatan
pengungkit yang menjadi masukan pe- kuantitatif. Data yang digunakan adalah
ngembangan kebijakan. Sehingga faktor data primer dan sekunder. Data primer
pengungkit akan menjadi faktor penting diperoleh melalui kuesioner, interview dari
masukan kebijakan. Faktor yang mempu- expert judgement yang berasal dari
nyai root mean square tertinggi, apabila pemangku kepentingan yaitu manajemen
dihilangkan dalam dimensi maka akan KIJA, pelanggan, dan pemerintah daerah.
mempengaruhi nilai ordinasi dan status Kuesioner menggali penilaian terhadap
keberlanjutan (Fauzi dan Anna 2002, atribut penelitian dalam dimensi ekologi,
Nababan BO 2007) ekonomi, teknologi dan kelembagaan.
Atribut-atribut penelitian merupakan ex-
METODA pert judgement yang berasal dari pengelola
Tempat dan Waktu Penelitian kawasan yang merupakan implementasi
Penelitian pengembangan kebijakan integ- dari layanan pelanggan.
rasi sistem manajemen mutu dan lingku- Responden pakar yang berasal dari
ngan berlokasi di Kawasan Industri Jaba- pelanggan sejumlah dua belas orang,
beka (KIJA), Cikarang, Kabupaten Bekasi. manajemen KIJA sejumlah empat orang
Lokasi penelitian, yaitu KIJA, Cikarang, dan dari pemerintah daerah sejumlah satu
Bekasi, Jawa Barat yang terletak di sebe- orang. Sedangkan data sekunder didapat-
lah Timur Jakarta. Secara geografi, Kawa- kan dari manajemen KIJA.
san Industri Jababeka terletak pada Metoda sampling yang digunakan
107°06’30” Bujur Timur sampai adalah purposive sampling. Untuk men-
107°13’00” Bujur Timur dan 06°15’30” dapatkan informasi dari sekelompok sasa-
Lintang Selatan sampai 06°20’00” Lintang ran secara spesifik, pengambilan sampel
Selatan. Pemilihan lokasi berdasarkan terbatas pada jenis responden tertentu se-
pertimbangan : merupakan kawasan indus- hingga dapat memberikan informasi yang
tri swasta nasional pertama di Indonesia, diinginkan. Pengambilan sampel dengan
skala luas kawasan yang besar, telah ber- tujuan tertentu (purposive sample) yaitu :
operasi lebih dari 25 tahun, tempat ber- pengambilan sampel berdasarkan pertim-
lokasinya lebih dari 1.650 perusahaan in- bangan tertentu karena melibatkan pemi-
dustri yang berasal dari 30 negara, jenis lihan subyek pada posisi yang terbaik
industri yang beragam dari industri tekstil, untuk memberikan informasi yang di-
makanan dan minuman, kimia, farmasi, perlukan (Sekaran 2006). Tabel 1. Menun-
elektronik, otomotif, kosmetik dan aneka jukkan tujuan penelitian, metoda analisis
industri lainnya. serta output yang diharapkan.
Penelitian difokuskan pada KIJA-1 Analisis MDS (Multi Dimensional
dan KIJA-2, dengan pertimbangan pada Scaling) adalah teknik analisis yang di-
kedua lokasi 80% pelanggan beraktifitas gunakan untuk mengetahui tingkat keber-
untuk kegiatan industri. lanjutan secara multidisipliner (Kavanagh
2004). Sedangkan menurut Borg dan
Alat dan Bahan Gronen (2005) bahwa MDS merupakan
Bahan penelitian terdiri dari data primer, analisis statistik untuk mengetahui ke-
data sekunder, format kuesioner, peta, miripan atau ketidakmiripan variabel yang

5
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 1-14

digambarkan dalam ruang geometris. teknik penilaian multi dimensi secara cepat
Menurut Lee (2001), kelemahan dari MDS untuk mengevaluasi status keberlanjutan
adalah analisis hanya berdasar pada perikanan. Dalam penelitian ini, Rapfish
pemodelan kognitif. Analisis muti dimensi telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuh-
menggunakan software yaitu Rapfish. an penelitian.
Menurut Pitcher (2001), Rapfish adalah

Tabel 1. Tujuan penelitian, metoda analisis, output yang diharapkan.


Tujuan penelitian Jenis data Metoda Metoda Output yang
Sampling Analisis diharapkan
Menganalisis status Data primer Purposive Multi Status keberlanjutan
keberlanjutan layanan dan sekunder sampling. Dimensional layanan pelanggan
pelanggan dipandang Scalling KIJA
dari dimensi ekologi,
ekonomi, sosial,
teknologi dan
kelembagaan.

Mengidentifikasi Data primer Purposive Multi Faktor pengungkit


faktor pengungkit yang dan sekunder sampling. Dimensional
sensitif terhadap status Scalling
keberlanjutan

Pengembangan Data primer Purposive Multi Pengembangan


kebijakan integrasi dan sekunder sampling. Dimensional kebijakan
system manajemen Scalling
mutu dan lingkungan

Tahapan Penelitian
Sebagaimana terdapat dalam Gambar 3,
tahapan penelitian dimulai dengan
melakukan studi pustaka yang berasal dari
jurnal, disertasi, tesis, dan buku literatur.
Kemudian melakukan identifikasi kondisi
eksisting dengan cara mencari data primer
yang berasal dari responden pakar dan
data-data yang berasal dari KIJA. Hasil
kuesioner, dan interview dibahas dalam
forum group discussion, digunakan untuk
sumber data pada analisis multi dimensi.
Dengan bantuan software Rapfish, di-
lakukan analisis untuk mengetahui status
keberlanjutan dan faktor pengungkit. Se-
lanjutnya dikembangkan kebijakan inte-
grasi sistem manajemen mutu dan
lingkungan berdasarkan status keber-
lanjutan setiap dimensi dan faktor
pengungkit.

Gambar 3. Tahapan penelitian

6
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 1-14

HASIL DAN PEMBAHASAN dimensi diidentifikasi atribut-atribut


Penyusunan atribut dalam analisis multi penelitian yang berasal dari implemantasi
dimensi berdasarkan expert judgement dari layanan pelanggan pengelola kawasan.
pemangku kepentingan dalam lima dimen- Selanjutnya dilakukan skoring masing-
si yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial, masing atribut, dan kemudian dimintakan
teknologi dan kelembagaan. Atribut di- pendapat pakar. Dengan menggunakan
mensi ekologi yaitu kualitas air bersih bantuan program Rapfish yang telah
WTP, kuantitas sumber air baku, kualitas dimodifikasi, didapatkan ordinasi dan
distribusi air bersih ke pelanggan. kualitas faktor pengungkit (leverage factor). Status
air limbah pelanggan, upaya pencegahan keberlanjutan didapat-kan dengan mencari
pencemaran air limbah pada saluran indeks keberlanjutan, nilai indeks
drainase, pengendalian kualitas air limbah keberlanjutan diperoleh dari ordinasi setiap
pada WWTP (Waste water treatment dimensi. Tabel 2 menunjukkan nilai indeks
plant), penanganan sludge WWTP, taman, dan status keberlanjutan, yang digolongkan
sampah non B3, pemanfaatan sampah non menjadi empat kelompok.
B3 menjadi kompos. Atribut dalam Tabel 2. Indeks dan status keberlanjutan
dimensi ekonomi yaitu tarif air bersih, No Indeks Status keberlanjutan
pengehematan biaya listrik operasional keberlanjutan
pompa, pengendalian kehilangan air 1. 0 - 25 Tidak keberlanjutan
(water losses). tarif air limbah, tarif MC 2. <25 - 50 Kurang keberlanjutan
(Maintemence Charge), penghematan bia- 3. <50 - 75 Cukup keberlanjutan
4. <75 - 100 Keberlanjutan
ya listrik PJU, pameran produk, sarana
Sumber : Nababan 2007, Amarullah, 2015
kuliner, komersial ruko, iklan. Atribut di-
mensi sosial adalah respon layanan,
keramahan layanan, kemampuan komuni- Gambar 4, menunjukkan ordinasi dan
kasi, patroli keamanan, penertiban trans- Gambar 5 faktor pengungkit dimensi
portasi umum, parkir, penanganan keba- ekologi. Nilai indeks keberlanjutan KIJA-1
karan, sarana ibadah dan sarana kesehatan. sebesar 41,60, sedangkan KIJ-2 sebesar
Atribut dimensi teknologi adalah 44,17. Berdasarkan Tabel 2, nilai indeks
teknologi monitoring keluhan pelanggan, keberlanjutan 41,60 dan 44,17 terletak
teknologi optimasi bahan kimia, teknologi antara 25-50 dengan status kurang ke-
supplai air bersih dengan sistem perpom- berlanjutan. Faktor pengungkit didapatkan
paan, teknologi pengendalian tekanan dari nilai root mean square atribut lebih
distribusi air, teknologi Early Warning besar dari median root mean square atri-
System (EWS), teknologi Light Emited but-atribut yang terdapat dalam dimensi
Dioda (LED), teknologi Fiber Optic (FO), ekologi (Supono 2009). Nilai median root
teknologi distribusi gas, Teknologi pe- mean square sebesar 0,766. Faktor peng-
ngembangan WTP / WWTP, teknologi ungkit yaitu kualitas air limbah pelanggan
peralatan laboratorium. Dan atribut dalam (1,336), taman (1,000), pengendalian kua-
dimensi kelembagaan yaitu penanganan litas air limbah WWTP (0,956), kuantitas
pelanggaran baku mutu air limbah, sosia- sumber air baku (0,799), pemanfaatan
lisasi peraturan perundangan lingkungan, sampah non B3 (0,782), karena mem-
rekayasa lalu lintas, pengaturan akses punyai nilai root mean square lebih besar
masuk-keluar kawasan, tindak lanjut pena- dari 0,766. Faktor yang paling sensitif
nganan keluhan pelanggan, regulasi terha-dap status keberlanjutan dimensi
kawasan, Pengendalian Koefisien Dasar ekologi adalah kualitas air limbah
Bangunan (KDB) GSB (Garis Sepadan pelanggan, hal ini mencerminkan bahwa
Bangunan). inovasi pengembangan pro- kualitas air limbah pelanggan perlu
duk, kesesuaian persyaratan sistem mana- mendapat perhati-an tinggi, agar aspek
jemen mutu dan lingkungan. Setiap ekologi memberikan dampak yang positif

7
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 1-14

bagi pengelolaan kawasan. Kualitas air juga harus mempertimbangkan pemakaian


limbah pelanggan akan mempengaruhi untuk pertanian.
kualitas air limbah WWTP. Taman yang
dipelihara dengan konsisten akan mem-
berikan dampak yang positif terhadap
lingkungan kawasan. Sampah yang berasal
dari pemeliharaan taman dapat digunakan
untuk bahan baku pupuk kompos. Kuan-
titas sumber air baku juga merupakan
faktor yang penting.

Gambar 6. Ordinasi dimensi ekonomi


Sumber : Pengolahan data

Gambar 4. Ordinasi dimensi ekologi


Sumber : Pengolahan data.

Gambar 7. Faktor pengungkit dimensi ekonomi.


Sumber : Pengolahan data

Gambar 6, menunjukkan ordinasi dimensi


ekonomi, sedangkan Gambar 7 menun-
jukkan faktor pengungkit. Nilai indeks
keberlanjutan KIJA-1 sebesar 50,01,
Gambar 5. Faktor pengungkit dimensi ekologi. sedangkan KIJ-2 sebesar 51,18. dengan
Sumber : pengolahan data status cukup keberlanjutan. Faktor pe-
ngungkit didapatkan dari nilai root mean
Di dalam kawasan tidak diperkenankan square atribut lebih besar dari median root
untuk mengambil air tanah sebagai bahan mean square atribut-atribut yang terdapat
baku. Sumber air baku berasal dari air dalam dimensi ekonomi (Supono 2009).
permu-kaan, namun karena air permukaan Faktor pengungkit pada gambar 5, yaitu
sangat terbatas maka penggunaan air baku atribut yang mempunyai median root mean

8
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 1-14

square lebih besar dari 0,670 yaitu tarif 44,49, dengan status kurang keberlanjutan.
MC (2,135), sarana kuliner (1,669), tarif Faktor pengungkit dimensi sosial didapat-
air limbah (1,172), tarif air bersih (1,149), kan dari nilai root mean square atribut
dan komersial ruko (1,014) lebih besar dari median root mean square
Ekonomi adalah aspek yang paling atribut-atribut yang terdapat dalam dimensi
diperhatikan oleh pemangku kepentingan. sosial (Supono 2009).
Mereka memberikan perhatian tinggi
terhadap pendapatan, hal ini tercermin
dalam nilai yang tinggi untuk tarif air
bersih, limbah dan maintenance charge.
Tarif dalam kawasan dalam bentuk kurs
US$ memberikan nilai rupiah yang tidak
stabil. Ketidakstabilan nilai US$ terhadap
rupiah ini juga mendapatkan perhatian dari
pemangku kepentingan. Pengembangan sa-
rana kuliner dan komersial ruko dibutuh-
kan pelanggan dalam kawasan. Terutama
karyawan pabrik senantiasa membutuhkan
makan dan kebutuhan sehari-hari.
Pengembangan komersial ruko harus
mempertimbangkan koefisien dasar
bangunan dan ketersediaan parkir. Perban-
dingan antara lahan terbuka dan tertutup Gambar 9. Faktor pengungtkit dimensi sosial
harus 40:60 sesuai dengan peraturan peme- Sumber : Pengolahan data
rintah PP 24/2009. Ketersediaan parkir
juga menjadi pertimbangan utama agar Nilai median root mean square sebesar
tidak mempengaruhi kelancaran lalu lintas. 0,429. Terdapat empat faktor pengungkit
Kendaraan mempunyai kecenderungan dari dimensi sosial adalah sarana kesehat-
parkir di badan jalan, jika tidak disediakan an (1,326), penertiban transportasi umum
lahan parkir. (1,170), sarana ibadah (0,674), penanganan
kebakaran (0,664).
Faktor yang paling sensitif
terhadap status keberlanjutan dimensi
sosial adalah sarana kesehatan. Pemangku
kepentingan memandang ketersediaan
sarana kesehatan dalam kawasan kurang
cukup jika dibandingkan dengan jumlah
pekerja. Perlu penambahan sarana kesehat-
an seperti rumah sakit, klinik dan apotik.
Transportasi umum roda empat seperti
angkot dan bis antar kota perlu ditertibkan
dan diarahkan dalam penempatan kendara-
an. Parkir yang tidak pada terminal akan
memberikan dampak negatif pada lalu
Gambar 8. Ordinasi dimensi sosial
Sumber : Pengolahan data lintas kawasan. Sarana ibadah seperti
masjid, gereja mendapatkan perhatian juga
Gambar 8, menunjukkan ordinasi dan oleh pemangku kepentingan. Keberadaan
Gambar 9 faktor pengungkit dimensi sarana ibadah sangat dibutuhkan oleh
sosial. Nilai indeks keberlanjutan KIJA-1 karyawan pabrik. Kesiapan sarana dalam
sebesar 42,74, sedangkan KIJA-2 sebesar menangani kebakaran lebih diutamakan,

9
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 1-14

karena tersedianya mobil pemadam ke- mean square atribut-atribut yang terdapat
bakaran, alat pemadam api ringan yang dalam dimensi teknologi (Supono 2009).
cukup maka kecepatan penanganan ke- Nilai median root mean square sebesar
bakaran lebih terjamin. Tim pemadam 0,768. Faktor pengungkit dari dimensi
kebakaran juga senantiasa diberikan pe- teknologi adalah teknologi distribusi gas
latihan praktek lapangan untuk menjamin (2,200), teknologi pengen-dalian tekanan
kecepatan penanganan kebakaran. distribusi air (1,991), teknologi suplai air
bersih dengan sistem perpompaan (1,883),
teknologi Fiber Optic (FO) (1,694), dan
teknologi Early Warning System (EWS)
(1,233).
Kebutuhan gas sebagai sumber
energi untuk produksi pabrik sangatlah
diperlukan oleh pelanggan. Teknologi
distribusi gas dibutuhkan untuk menjamin
kehandalan pasokan gas sampai pada
pelanggan. Selain gas, kontinuitas supplai
air bersih juga menjadi perhatian penting
pelanggan. Untuk menjaga kontinuitas
diperlukan sistem perpompaan yang
handal, serta untuk memastikan air berih
Gambar 10. Ordinasi dimensi teknologi sampai pada titik terjauh dibutuhkan
Sumber : Pengolahan data teknologi PLC (Programming Logical
Control). Tekanan distribusi air bersih
dapat dikendalikan oleh PLC, sehingga
pelanggan terjauh masih dapat menikmati
air bersih. Sudah lazim kecepatan proses
data sangat dibutuhkan untuk aktifitas
industri, guna memastikan proses data
berjalan dengan baik maka teknologi fiber
optic sebagai salah satu pilihan. Faktor
terakhir yang mempengaruhi terhadap
status keberlanjutan dimensi teknologi
adalah EWS. Untuk mengontrol level
muka air sungai yang melintasi kawasan
maka diperlukan EWS. Ketika EWS
memberikan data level muka air sungai
posisi maksimum maka data segera
diterima petugas bendung untuk membuka
Gambar 11. Faktor pengungkit dimensi teknologi pintu, sehingga posisi muka air sungai
Sumber : Pengolahan data kembali normal.
Gambar 12, menunjukkan ordinasi
Gambar 10 menunjukkan ordinasi dan dan Gambar 13 faktor pengungkit dimensi
Gambar 11 faktor pengungkit dimensi kelembagaan. Nilai indeks keberlanjutan
teknologi. Nilai indeks keberlanjutan KIJA-1 sebesar 39,13, sedangkan KIJA-2
KIJA-1 sebesar 41,54, sedangkan KIJA-2 sebesar 41,11 dengan status kurang keber-
sebesar 41,61 dengan status kurang keber- lanjutan. Faktor pengungkit dimensi
lanjutan. Faktor pengungkit dimensi kelembagaan didapatkan dari nilai root
teknologi didapatkan dari nilai root mean mean square atribut lebih besar dari
square atribut lebih besar dari median root median root mean square atribut-atribut

10
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 1-14

yang terdapat dalam dimensi kelembagaan kawasan juga belum diperbarui, sehingga
(Supono 2009). Nilai median root mean banyak peraturan pemerintah yang baru
square sebesar 0,382. Faktor pengungkit belum diakomodasi dalam regulasi
dari dimensi kelembagaan adalah regulasi kawasan. Baku mutu air limbah belum
kawasan (1,836), penanganan pelanggaran dipenuhi secara konsisten oleh pemangku
baku mutu air limbah (0,861), rekayasa kepentingan, sehingga menimbulkan pe-
lalu lintas (0,653), inovasi pengembangan langgaran baku mutu air limbah. Upaya
produk (0,350). serius yang berkelanjutan sangat dibutuh-
kan untuk penanganan pelanggaran baku
mutu air limbah. Rekayasa lalu lintas
dibutuhkan untuk mengurai kemacetan.
Salah satu dampak dari kegiatan industri
adalah timbulnya bangkitan kendaraan.
Pada jam-jam puncak yaitu pada jam 7
pagi atau jam 5 sore, jumlah kendaraan
yang berada dalam kawasan padat sekali.
Dengan mengatur route lalu lintas dalam
kawasan, maka kepadatan lalu lintas dapat
dikendalikan. Faktor terakhir yang sensitif
terhadap status keberlanjutan dimensi
kelembagaan adalah inovasi pengembang-
an produk. Produk air bersih yang telah
Gambar 12. Ordinasi dimensi kelembagaan ada dapat dikembangkan menjadi air
Sumber : Pengolahan data minum dalam kemasan. Pengembangan
fiber optic dengan meningkatkan kapasitas
bandwidth yaitu meningkatkan jalur data.
Pengembangan yang lain yaitu retro-
logistik. Retrologistik yaitu me-recycle
limbah (gelas) B3 kemasan bahan kimia
menjadi non B3
Gambar 14 menunjukkan diagram
layang-layang yang merupakan perban-
dingan indeks keberlanjutan setiap dimensi
yaitu ekologi, ekonomi, sosial, teknologi,
kelembagaan. Diagram layang-layang
mencerminkan bahwa pemangku kepen-
tingan sangat memberi perhatian pada
aspek ekonomi. Perhatian terhadap
pendapatan yang berasal dari tarif air
bersih, limbah, maintenance charge.
Selain itu juga perhatian terhadap
Gambar 13. Faktor pengungkit dimensi
kelembagaan.
pengembangan komersial ruko, karena
Sumber : Pengolahan data aspek ekonomi dipengaruhi dengan
bertambahnya komersial ruko. Perhatian
Dimensi kelembagaan adalah dimensi terhadap dimensi ekonomi terlihat dari
yang kurang mendapat perhatian dari indeks keberlanjutan ekonomi adalah
pemangku kepentingan. Hal ini terlihat paling tinggi dibandingkan dengan dimensi
dari indeks keberlanjutan yang rendah. lain. Sedangkan dimensi kelembagaan,
Pentaatan terhadap regulasi kawasan tidak ekologi, sosial dan teknologi kurang
terpenuhi. Update terhadap regulasi mendapat perhatian dari pemangku

11
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 1-14

kepentingan. Diagram layang-layang MDS merefleksikan data aktual


menggambarkan kualitas layanan KIJA (Amarulloh, 2015). Sedangkan nilai koefi-
tidak melampaui harapan pelanggan. sien determinasi (r2) mendekati satu me-
Bahkan untuk memenuhi harapan pelang- nunjukkan bahwa atribut yang terdapat
gan juga kecil. Hal ini tercermin dari dalam seluruh dimensi dapat menjelaskan
indeks keberlanjutan empat dimensi dan memberi rekomendasi pada sistem
kurang dari lima puluh. yang diteliti. Menurut Ka-vanagh, nilai
koefisien determinasi (r2) yang baik adalah
lebih dari 80% atau mendekati 100%.
Tabel 4 menunjukkan faktor pengungkit
dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknolo-
gi dan kelembagaan. Faktor pengungkit ini
mencerminkan tingkat sensitifitas terhadap
status keberlanjutan setiap dimensi
(Nababan, 2007).
Berdasarkan diagram layang-
layang dan faktor pengungkit yang
merupakan faktor penting untuk pengem-
bangan kebijakan integrasi sistem mana-
jemen mutu dan lingkungan, maka
Gambar 14. Diagram layang-layang. kebijakan diarahkan pada dimensi yang
Sumber : Pengolahan data mempunyai status kurang keberlanjutan.
Dimensi kelembagaan merupakan dimensi
Tabel 3 menunjukkan rekapitulasi nilai r2, yang mempunyai status keberlanjutan
stress pada dimensi ekologi, ekonomi, paling kecil, maka pemenuhan regulasi
sosial, teknologi dan kelembagaan. Nilai kawasan, penangan baku mutu air limbah,
stress masih dapat diterima jika kurang rekayasa lalu lintas, inovasi pengem-
dari 0,25 (Fauzi dan Anna 2002). Nilai bangan produk harus mendapat perhatian
stress seluruh dimensi mempunyai nilai utama. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
yang kecil, dan nilai koefisien determinasi nomor 24 tahun 2009, regulasi kawasan
(r2) seluruh dimensi mendekakati satu, merupakan hak dan kewajiban dari pelang-
nilai stress yang baik < 0,25 menunjukkan gan dan pengelola kawasan.
bahwa konfigurasi atribut dimensi pada

Tabel 3. Nilai r2, stress pada dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi
dan kelembagaan
Parameter Statistik Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Kelembagaan
Nilai r2 0,943 0,943 0,941 0,944 0,942
Stress 0,165 0,164 0,169 0,161 0,168
Iterasi 2 2 2 2 2
Sumber : Pengolahan data
Tabel 4. Faktor pengungkit dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi
dan kelembagaan
Dimensi Faktor pengungkit
Ekologi Kualitas air limbah pelanggan, taman, pengendalian kualitas influen WWTP, kuantitas
sumber air baku, pemanfaatan sampah non B3
Ekonomi Tarif maintemance charge, sarana kuliner, tarif air limbah, tarif air bersih, komersial
ruko.
Sosial Sarana kesehatan, penertiban transportasi umum, sarana ibadah, penanganan kebakaran.
Teknologi Teknologi distribusi gas, teknologi tekanan distribusi air, teknologi supplai sir bersih,
teknologi fiber optic, teknologi Early Warning System (EWS)
Kelembag Regulasi kawasan, penanganan pelanggaran baku mutu air limbah, rekayasa lalu lintas,
aan inovasi pengembangan produk
Sumber : Pengolahan data
12
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 1-14

Tidak terpenuhinya regulasi kawasan maka UCAPAN TERIMA KASIH


hal ini mencerminkan pemangku ke- Terima kasih penulis ucapkan atas
pentingan tidak mengindahkan hak dan dukungan, masukan, arahan, kepada :
kewajiban mereka. Dimensi teknologi Bapak Prof Dr Ir Bambang Pramudya,
yang harus diperhatikan terletak pada MEng, dan Ibu Prof Dr Ir Erliza Noor
pelayanan air bersih. Teknologi untuk yang senantiasa memberikan arahan. Ibu
meningkatkan tekanan dan supplai air Temmy Wikaningrum, selaku Ketua
bersih hars mendapat perhatian. Perlu Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas
dilakukan perbaikan pada sitem tekanan Presiden, Cikarang, Bekasi. Bapak/Ibu
dan supplai air bersih. Selanjutnya yang belum kami sebutkan satu persatu,
dimensi ekologi juga mesti diperhatikan. yang telah bersedia membantu secara
Kualitas air limbah merupakan atribut ikhlas dalam penyelesaian penelitian ini.
yang mendapat sorotan tajam oleh
pemangku kepentingan. Perlu dievaluasi DAFTAR PUSTAKA
tentang baku mutu, pengawasan kualitas
air limbah pelanggan. Yang terakhir adalah Amarullah, Hadi S., Kusumastanto T., Fahrudin A.
2015. Sustainable Regional Development of
dimensi sosial. Pengelola kawasan harus Seibu Strait at Kotabaru Regency South
lebih memperhatikan sarana kesehatan, Kalimantan. International Journal of
penertiban transportasi umum. Research in Social Science. Vol. 5. No. 03.
Borg I., Groenen PJF. 2005. Modern Multidimen-
sional Scaling : Theory and Application.
Journal of Statistical Software. Vol. 14 No.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.
Kesimpulan Fauzi A., Anna S. 2002. Evaluasi Status Keber-
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah lanjutan Pembangunan Perikanan : Aplikasi
diuraikan, dapat disimpulkan bahwa status Pen-dekatan Rapfish. Pesisir dan Lautan.
keberlanjutan layanan pelanggan yang Volume 4. No. 3.
diberikan oleh pengelola kawasan kurang Kavanagh P., Pitcher TJ. 2004. Implementing
Microsoft Excel Software For Rapfish : A
keberlanjutan. Hal ini mencerminkan Tech-nique For The Rapid Appraisal of
bahwa layanan yang diberikan oleh Fisheries Sta-tus. Fisheries Centre Research
pengelola kawasan belum memenuhi Reports. Vol. 12 No. 2. Vancouver (CA) :
harapan pelanggan. Untuk dapat University of British Columbia.
meningkatkan layanan pelanggan maka Laird C. 2003. Webster’s Dictionary and
Thesaurus. Geddes and Grusset. Scotland.
didapatkan faktor pengungkit yang Lee MD. 2001. Determining The Dimensionality of
merupakan faktor penting untuk menjadi Multidimensional Scaling Model for
masukan pengembangan kebijakan. Cognitive Modelling. Journal of
Pengembangan kebijakan diarahkan untuk Mathematical Psychology. Vol. 45. No. 1.
memperbaiki faktor penting yang terdapat Nababan BO., Sari YD., Hermawan M., 2007.
Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap
pada dimensi kelembagaan, teknologi, Skala Kecil di Kabupaten Tegal Jawa
ekologi dan sosial. Tengah. J. Bijak dan Sosek KP. Vol. 2. No.
2.
Saran Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2009,
tentang Kawasan Industri
Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan Peraturan Menteri Perindustrian nomor 35 tahun
mempertimbangkan pemangku kepenting- 2010, tentang Petunjuk Teknis Kawasan
an yang lain seperti Lembaga Swadaya Industri.
Masyarakat (LSM) untuk lebih kom- Pitcher TJ., Preikshot D. 2001. Rapfish : A Rapid
prehensif. Appraisal Technique to evaluate The
Sustainabil-ity Status of Fisheries. Fisheries
Research. 49 (2001) 255-270.
Samin B. 2005. Kebijakan. Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

13
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 1-14

Lingkungan. Sekolah Pascasarjana IPB.


Tidak dipublikasikan. Bogor.
Sekaran U. 2006. Metodologi Penelitian Untuk
Bisnis. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Supono S. 2009. Model Kebijakan Pengem-bangan
Kawasan pantai Utara, Jakarta secara
Berkelanjutan. [Disertasi]. Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Sekolah Pascasarjana IPB.
Bogor.
Sykes JB. 2000. Clearview English Dictionary and
Thesaurus. Geddes and Grosset. Scotland.
Tjiptono F., Diana A. 2001. Total Quality Man-
agement. Penerbit Andi. Yogjakarta

14

Anda mungkin juga menyukai