Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

OLEH :

Ns. Tigor Abdurrahman Thomi, S. Kep


1421312019
PROGRAM MEGISTER KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2015

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A. PENGERTIAN
 Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2002).
 Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2005).
 Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
 Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di
atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien
melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang
nyata.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


Faktor penyebab perasaan diancam oleh lingkungan / cemas individu mencoba
mengingkari ancaman memproyeksikan pikiran internal pada lingkungan
perasaan, pikiran dan keinginan negatif tidak dapat diterima sebagai bagian eksternal
Halusinasi

Factor Predisposisi
Biologis Psikologis Sosio cultural

Factor Presipitasi
Nature Origin Timing Number

Penilaian Terhadap Stressor


Kognitif Afektif Fisiologis Respon Sosial

Sumber Koping
Kemampuan personal Dukungan Sosial Aset Materi Keyakinan Positif

Mekanisme Koping
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Konstruktif Destruktif

1) FAKTOR PREDISPOSISI

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

1. Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon


neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:

a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih


luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks
bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi
otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan


kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.

3. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:


kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2) FAKTOR PRESIPITASI

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah


adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping
dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

1. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2. Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan


untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3. Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor

3) PENILAIAN TERHADAP STRESSOR


1. Kognitif : Tidak dapat berpikir logis, inkoheren, Disorientasi, Gangguan
memori jangka pendek maupun jangka panjang, Konsentrasi rendah, kekacauan
alur pikir, Ketidakmampuan mengambil keputusan, Fligh of idea, gangguan
berbicara dan perubahan isi pikir
2. Afektif : Tidak spesifik, reaksi kecemasan secara umum, kegembiraan yang
berlebihan, kesedihan yang berlarut dan takut yang berlebihan, curiga yang
berlebihan dan defensif sensitif
3. Fisiologis : pusing, kelelahan, keletihan, denyut jantung meningkat, keringat
dingin, gangguan tidur, muka merah/tegang, frekuensi napas meningkat,
ketidakseimbangan neurotransmitter dopamine dan serotonine
4. Perilaku : Berperilaku aneh sesuai dengan isi halusinasi, berbicara dan tertawa
sendiri, daya tilik diri kurang, kurang dapat mengontrol diri, penampilan tidak
sesuai, Perilaku yang diulang-ulang, menjadi agresif, gelisah, negativism,
melakukan pekerjaan dengan tidak tuntas, gerakan katatonia, kaku, gangguan
ekstrapiramidal, gerakan mata abnormal, grimacvin, gaya berjalan abnormal,
komat-kamit, menggerakkan bibir tanpa adanya suara yang keluar
5. Social : Ketidakmampuan untuk berkomunikasi, acuh dengan lingkungan,
penurunan kemampuan bersosialisasi, paranoid, personal higiene jelek, sulit
berinteraksi dengan orang lain, tidak tertarik dengan kegiatan yang sifatnya
menghibur, penyimpangan seksual dan menarik diri.

4) SUMBER KOPING
1. Personal ability : Ketidakmampuan memecahkan masalah, ada gangguan dari
kesehatan fisiknya, ketidakmampuan berhubungan dengan orang lain,
pengetahuan tentang penyakit dan intelegensi yang rendah, identitas ego yang
tidak adekuat.
2. Social support : Hubungan antara individu, keluarga, kelompok, masyarakat
tidak adekuat, komitmen dengan jaringan sosial tidak adekuat
3. Material asset : Ketidakmampuan mengelola kekayaan, misalnya boros atau
santa pelit, tidak mempunyai uang untuk berobat, tidak ada tabungan, tidak
memiliki kekayaan dalam bentuk barang, tidak ada pelayanan kesehatan dekat
tempat tinggal
4. Positif belief : Distress spiritual, tidak memiliki motivasi, penilaian negatif
terhadap pelayanan kesehatan, tidak menganggap itu suatu gangguan

5) MEKANISME KOPING
1. Konstruktif
-
2. Destruktif

 Regresi

 Proyeksi
 Denial

 Withdrawal

C. POHON MASALAH

Resiko tinggi kekerasan

Gangguan Persepsi
Masalah Utama Sensori : Halusinasi

Penyebab Isolasi sosial : Menarik diri

Harga diri rendah kronis

D. MASALAH UTAMA

Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut adalah :

1. Gangguan persepsi sosial: Halusinasi


2. Isolasi sosial: Menarik Diri
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

E. JENIS HALUSINASI

Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :


a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %

Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,


biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %

Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,


gambaran geometrik, gambar kartun dan atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

c. Halusinasi penghidu (olfactory)

Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

d. Halusinasi peraba (tactile)

Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.

e. Halusinasi pengecap (gustatory)

Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan


menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

f. Halusinasi sinestetik

Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir


melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

g. HalusinasiKinesthetic

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

F. FASE HALUSINASI

Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):


1. Comforting

Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa


bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.

2. Condemning

Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf
otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung,
pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.

3. Controling

Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi


dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan
orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain
dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.

4. Consquering

Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon
lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

G. TANDA DAN GEJALA

Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri,
secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti
sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi
yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan
gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 2006) :

1. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan

Gejala klinis:

a) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai


b) Menggerakkan bibir tanpa bicara
c) Gerakan mata cepat
d) Bicara lambat
e) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan

Gejala klinis:

a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan

Gejala klinis:

a. Cenderung mengikuti halusinasi


b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).
4. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan

Gejala klinis:

a. Pasien mengikuti halusinasi


b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

H. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :


a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik

Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat


halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan
usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang.
Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke
kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan
meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang
akan di lakukan.

Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,
gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan

b. Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi
obat yang di berikan.

c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi
masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.

d. Memberi aktivitas pada pasien

Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah
raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.

e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar
ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny
dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering
mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-
suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan
menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain
agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak
bertentangan.

I. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan Keperawatan Halusinasi ( Pasien )
a. Pasien mampu :
 Mengenali halusinasi yang dialaminya : isi , frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan dan respon
 Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
 Mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat
 Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
 Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
b. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon terhadap halusinasi
2. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi :
 Menghardik halusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara
menghardik, meminta pasien memperagakan ulang, memantau
penerapan cara ini, dan menguatkan perilaku pasien
 Menggunakan obat secara teratur
Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak
digunakan sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara
mendapat obat / berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip
6 benar ( benar orang, jenis, guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum
obat)
 Bercakap-cakap dengan orang lain
 Melakukan aktifitas yang terjadwal
Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur, mendiskusikan aktifitas
yang biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan aktifitas,
menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai jadwal yang telah dilatih,
memantau jadwal pelaksanaan kegiatan, memberikan reinforcement
2. Tindakan Keperawatan Halusinasi ( Keluarga)
Tujuan :
Keluarga mampu :
 Mengenal masalah merawat pasien dirumah
 Menjelaskan halusinasi ( pengertian, jenis, tanda dan gejala halusinasi dan
proses terjadinya)
 Merawat pasien dengan halusinasi
 Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien dengan halusinasi
 Mengenal tanda dan gejala kambuh ulang
 Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up pasien dengan halusinasi
Tindakan keperawatan :
 Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
 Berikan penjelasan kesehatan meliputi pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi
 Jelaskan dan latih cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi :
menghardik, minum obat, bercakap-cakap, melakukan aktifitas.
 Diskusikan cara menciptakan lingkungan yang dapat mencegah terjadinya
halusinasi
 Diskusikan tanda dan gejala kekambuhan
 Diskusikan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk follow up
anggota keluarga dengan halusinasi

J. TAK ( Terapi Aktifitas kelompok )

Sesi 1 : mengenal halusinasi

Sesi 2 : mengontrol halusinasi dengan menghardik

Sesi 3 : mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

Sesi 4 : mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap

Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

K. TINDAKAN SPESIALIS KEPERAWATAN

1. Terapi Individu : Terapi perilaku, Terapi Perilaku Kognitif

2. Terapi kelompok : Terapi Suportif

3. Terapi keluarga : Triangle Terapi, Family Psikoedukasi keluarga


DAFTAR PUSTAKA

Boyd, M.A & Nihart, M.A, 1998. Psychiatric Nuersing cotemporary Practice, Edisi9th.
Philadelphis: Lippincott Raven Publisrs,.

Carpenito, L.J, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Kusuma, W.1997. Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Edisi I. Jakarta:
Profesional Books.

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University
Press.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan Keluarga,


Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Rawlins, R.P & Heacock, PE. 1998. Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing, Edisi 1.
Toronto: the C.V Mosby Company.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3,
EGC, Jakarta.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).

Jakarta: EGC.

Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri
(terjemahan), Edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai