Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM IPA TERAPAN

ASAP CAIR

Disusun oleh :

Fitri Nur Aini (16312241036)

Rizka Aulia (16312244012)

Ismayanti Nursiyam (16312244023)

Larasati Kurnia Ramadhan (16312244029)

JURUSAN PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
A. Judul
Asap Cair

B. Tujuan
1. Mengetahui cara pemurnian asap cair dari bahan tempurung kelapa
2. Mengetahui perbedaan antara asap cair dengan bahan tempurung kelapa dengan asap
cair dari bahan lain

C. Dasar Teori

Pohon kelapa atau sering disebut pohon nyiur biasanya tumbuh pada daerah
atau kawasan tepi pantai. Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit
daging, daging buah, air kelapa dan lembaga. Buah kelapa yang sudah tua memiliki
bobot sabut (35%), tempurung (12%), endosperm (28%) dan air (25%). Tempurung
kelapa adalah salah satu bahan karbon aktif yang kualitasnya cukup baik dijadikan
arang aktif. Bentuk, ukuran dan kualitas tempurung kelapa merupakan hal yang harus
diperhatikan dalam pembuatan arang aktif. Kualitas tempurung kelapa dan proses
pembakaran sangat menentukan rendemen karbon aktif yang dihasilkan1 .

Secara fisologis, bagian tempurung merupakan bagian yang paling keras


dibandingkan dengan bagian kelapa lainnya. Struktur yang keras disebabkan oleh
silikat (SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada tempurung kelapa tersebut. Berat dan
tebal tempurung kelapa sangat ditentukan oleh jenis tanaman kelapa. Berat tempurung
kelapa ini sekitar (15 – 19) % dari berat keseluruhan buah kelapa, sedangkan tebalnya
sekitar (3 – 5) mm².

Tabel 1. Komposisi Tempurung Kelapa

No
Komposisi Persentase (%)
1 Lignin (C6H10O5) 29,40
2 Pentosan (C12H22O11) 27,70
3 Selulosa (C6H10O5) 26,60
4 Air (H2O) 8,00
5 Abu (Na2CO3) 0,60
6 Nitrogen (N) 0,10

Dari segi kualitas, tempurung kelapa yang memenuhi syarat untuk dijadikan
bahan arang aktif adalah kelapa yang benar-benar tua, keras, masih utuh dan dalam
keadaan kering. Untuk membuat arang aktif yang benar-benar berkualitas, tempurung
kelapa harus bersih dan terpisah dari sabutnya. Sedangkan untuk mengetahui kualitas
yang baik dari arang tempurung kelapa, pembakarannya menghasilkan arang yang
tampak hitam, mengkilap, utuh, keras dan mudah dipatahkan. Asap cair yang
dihasilkan dari tempurung kelapa juga relatif baik.

Asap cair merupakan suatu campuran larutan dan dispersi koloid yang berasal
dari uap asap kayu dalam air yang diperoleh dari proses pirolisis kayu atau dibuat dari
campuran senyawa murni (Maga, 1987 dalam Luditama, 2006). Menurut Sutin
(2008), asap cair dapat digunakan sebagai pengawet makanan karena mengandung
senyawa-senyawa antibakteri dan antioksidan. Asap cair banyak digunakan pada
industri makanan sebagai preservatif, industri farmasi, bioinsektisida, pestisida,
desinfektan, herbisida dan lain sebagainya.

Asap cair diperoleh dari pembakaran bahan yang banyak mengandung


selulosa, hemiselulosa dan lignin menghasilkan senyawa fenol, senyawa asam dan
turunannya. Bahan baku yang dapat digunakan untuk menghasilkan asap cair antara
lain tempurung dan serabut kelapa, sampah organik, cangkang kopi, bambu maupun
merang padi (Sutin, 2008). Sifat dari asap cair dipengaruhi oleh komponen utama
yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin yang proporsinya bervariasi tergantung pada
jenis bahan yang akan di pirolisis. Proses pirolisis sendiri melibatkan berbagai proses
reaksi diantaranya dekomposisi, oksidasi, polimerisasi dan kondensasi (Kollman dan
Cote, 1984 dalam Luditama, 2006)

Bahan pengasap yang lambat terbakar akan menghasilkan asap cair dengan
kadar asam dan fenol yang lebih tinggi (Zaitsev dkk, 1969). Kayu keras merupakan
jenis yang paling umum digunakan karena menghasilkan aroma yang lebih baik
daripada kayu lunak atau kayu bergetah. Kayu keras seperti kayu kasuari, tempurung
kelapa, sabut kelapa, serbuk gergaji dapat menghasilkan banyak asap karena proses
pembakarannya berlangsung lambat (Hadiwiyoto dkk, 2000). Kayu lunak biasanya
akan menghasilkan asap dengan kandungan bahan pengawet kimia yang lebih rendah
dibanding kayu keras (Tranggono, 1996). Selain bahan baku, suhu yang digunakan
selama proses pirolisis juga ikut menentukan kualitas asap cair. Apabila suhu terlalu
rendah maka tidak akan terjadi pemutusan ikatan-ikatan material sehingga hasil
pirolisis tidak optimal. Sebaliknya bila suhu terlalu tinggi, senyawa-senyawa yang
terjadi terdegradasi menjadi rantai yang pendek dan kualitas asap cair akan berubah
(Ramakrishnan & Moeller, 2002).

Kadar air dalam bahan baku akan menentukan kualitas asap cair yang
diproduksi. Kadar air yang terlalu tinggi akan mengurangi kualitas asap cair yang
diproduksi karena tercampurnya hasil kondensasi uap air dan menurunkan kadar
fenol (Yudono, 1999).

D. Metodelogi Percobaan
Waktu : Selasa, 19 Februari 2019
Tempat : Laboratorium IPA FMIPA UNY
1. Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
a. Erlenmeyer a. Asap cair
b. Selang b. Air es/es batu
c. Penutup Erlenmeyer
d. Thermometer
e. Gelas ukur
f. Kaleng/Toples bekas
g. Pembakar spritus
h. Kaki tiga
i. Kasa
2. Skema percobaan
3. Langkah kerja

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

Merangkai alat sesuai dengan desain rancangan alat

Menuangkan asap cair pada erlenmeyer, air es pada toples (sebagai pendingin)

Memanaskan asap cair dengan suhu kisaran 100oC

Menunggu proses destilasi hingga mendapatkan hasil pemurnian asap cair


E. Data Hasil Percobaan
Keadaan
No Keterangan
Sebelum Sesudah
1 Gambar

2 Warna Coklat Jernih


3 Bau Sangit/menyengat Sangit/menyengat

F. Pembahasan

Percobaan “Pemurnian Asap Cair” dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Februari 2019
pada pukul 07.30-09.20. Percobaan ini bertujuan untuk memurnikan asap cair yang telah di
hasilkan dengan bahan utama tempurung kelapa.
Metode yang digunakan adalah destilasi. Langkah yang dilakukan mula-mula
menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Adapun alat yang digunakan adalah
Erlenmeyer, selang, penutup Erlenmeyer, thermometer, gelas ukur, kaleng/toples bekas,
pembakar spiritus, kaki tiga, kasa. Bahan yang digunakan asap air, air es/es batu. Kemudian
merangkai alat sesuai dengan desain rancangan alat.
Langkah selanjutnya menuangkan asap cair pada erlemeyer, air es pada toples, dan
memanaskan asap cair dengan suhu 1000C. Terakhir, yaitu menunggu proses destilasi hingga
mendapatkan hasil pemurniannya.
Menurut Erliza (2008) dalam jurnalnya Asap cair merupakan asam cuka (vinegar)
diperoleh secara destilasi kering bahan baku asap misalnya batok kelapa, sabut kelapa atau
kayu pada suhu 400 °C selama 90 menit lalu diikuti dengan peristiwa kondensasi dalam
kondensor berpendingin air (Pszczola, 1995). Senyawa yang sangat berperan sebagai
antimikrobial adalah senyawa fenol dan asam asetat, dan peranannya semakin meningkat
apabila kedua senyawa tersebut ada bersama – sama (Darmadji, 1995). Fenol selain bersifat
bakteriosidal juga sebagai antioksidan. Fungsi lainnya adalah untuk memberikan flavor yang
diinginkan pada produk asap karena adanya senyawa fenol dan karbonil (Pszczola, 1995).
Mula-mula asap cair hasil dari tempurung kelapa dengan bau yang sangit dan
menyengat. Asap cair yang dihasilkan dari tempurung kelapa juga berwarna coklat gelapt.
Bau ini dapat disebabkan oleh adanya beberapa senyawa hasil pembakaran yang mudah
menguap seperti formaldehida (HCHO).
Begitu juga dengan warna yang muncul disebabkan oleh jenis dan komposisi dari
senyawa yang terdapat dalam asap cair tersebut. Setelah dilakukan destilasi hasil yang didapat
berupa asap cair berwarna jernih, namun masih dengan bau yang sangit dan menyengat. Bau
tersebut karen adanya senyawa aromatik. Senyawa aromatik dalam lignin ini banyak
mengandung gugus hidroksi (OH) dan metoksi (OMe), ada juga yang memiliki gugus
karbonil sehingga dapat menghasilkan produk-produk seperti formaldehida (HCHO) dan
asam asetat (CH3COOH) yang memiliki gugus-gugus tersebut. Senyawa ini bisa dianggap
sebagai penyebab bau khas asap cair.
Produk asap cair dapat dimurnikan menggunakan teknik pengendapan dan
penyulingan (redestilasi). Menurut Tim Pengkajian Bioindustri Kelapa (2015) Pengendapan
merupakan proses pemurnian asap cair yang paling efektif dari kandungan tar, yakni hingga
90% dalam waktu 6 jam.
Asap cair yang dihasilkan setelah pemurnian berwarna jernih. Hal tersebut sesuai
dengan literatur menurut Tim Pengkajian Bioindustri Kelapa (2015) bahwa Asap cair murni
merupakan asap cair tidak berwarna (bening), rasa sedikit asam, aroma netral, serta tidak
mengandung senyawa yang berbahaya untuk diaplikasikan ke produk makanan. Asap cair ini
dapat dimanfaatkan untuk mengawetkan makanan siap saji, seperti bakso, mie, tahu, dan
berbagai bumbu bakar (barbaque).

Selanjutnya asap cair yang diperoleh dimurnikan dengan destilasi menggunakan alat
sederhana. Setelah dilakukan destilasi, diperoleh hasil berupa cairan berwarna putih
kecoklatan dan sedikit keruh dengan aroma asap yang masih terasa meskipun tidak sekuat
cairan sebelumnya. Menurut Erliza (2010) hasil ini merupakan asap cair grade 2. Asap cair
grade 2 dipakai untuk pengawet makanan sebagai penggantiformalin dengan taste asap
(daging asap, ikan asap/bandeng asap) berwarna kecoklatan transparan, rasa asam sedang,
aroma asap lemah.
Apabila cairan asap cair ini didestilasi kembali, maka akan diperoleh asap cair grade
1 yang berwarna bening, memiliki rasa sedikit asam, dan beraroma netral. Asap cair inilah
yang memiliki kualitas paling baik dan biasa digunakan sebagai pengawet makanan siap saji
seperti tahu, bakso, dan mie. Adapun praktikan hanya melakukan destilasi satu kali sehingga
hanya diperoleh asap cair grade dua.
Asap cair secara umum memiliki komposisi sebagai berikut : air 81–92%; fenol 0,22–
2,9%; asam 2,8–4,5%; karbonil 2,6–4,6%; dan tar 1–17%. Sedangkan menurut Bratzler
(1969) komponen utama kondensat asap kayu adalah karbonil 24,6%; asam karboksilat
39,9%; dan fenol 15,7%. Komponen asap tersebut berfungsi sebagai antimikroba, antioksidan,
pembentuk aroma, flavor, dan warna.
Asap cair dari tempurung kelapa mempunyai 7 macam komponen yang dominan
yaitu fenol, 3-metil-1.2- siklopentadion, 2- metoksifenol, 2-metoksi-4- metilfenol, 4-etil-2
metoksifenol, 2.6-dimetoksifenol dan 2.5-dimetoksi benzil alkohol, yang kesemuanya larut
dalam eter. Hasil penelitian Sari (2007) menyatakan bahwa komponen utama asap cair adalah
1,2-asam benzendikarboksilat dan dietil ester, asam (sebagai asam asetat) antara 4,27–
11,30%, senyawa fenolat (sebagai fenol) 2,10–5,13% dan senyawa karbonil (sebagai aseton)
8,56–15,23% (Tranggono, 1996)

G. Kesimpulan

1. Pemurnian asap cair dapat dilakukan dengan teknik pengendapan dan penyulingan
(redestilasi).
2. Perbedaan hasil pemurnian asap cair bahan lain dengan bahan tempurung kelapa
yakni semakin keras bahan yang digunakan, maka semakin tinggi kualitas hasil yang
diperoleh. Misalnya tempurung kelapa dengan serabut kelapa, kualitas hasil yang
diperoleh lebih tinggi bahan tempurung kelapa daripada tempurung kelapa.
DAFTAR PUSTAKA

D. Fengel dan G. Wagener, 1995. Kayu, Kimia Ultrastruktur,Reaksi-reaksi. Terjemahan


Hardjono Sastrohamidjoyo, Gadjah Mada University Press; Yogyakarta.
Erliza, dkk. 2010,“Pembuatan Asap Cair dari Sampah Organik Sebagai Bahan Pengawet
Makanan”.
Fachraniah, dkk. Peningkatan Kualitas Asap Cair dengan Destilasi. Jurnal Reaksi (Journal
of Science and Technology) Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 7 No.14
Fitriani Kasim, dkk. 2012. Aplikasi Asap Cair pada Lateks. Jurnal PASTI Volume IX no 1,
28-34.
Hadiwiyoto, S., P. Darmadji, dan S.R. Purwasari. 2000. Perbandingan pengasapan panas
dan penggunaan asap cair pada pengolahan ikan; tinjauan kandungan benzopiren,
fenol, dan sifat organoleptik ikan asap. Agritech 20:14-19.
Luditama, C. 2006. Isolasi dan Pemurnian Asap Cair Berbahan Dasar Tempurung dan
Sabut Kelapa Secara Pirolisis dan Destilasi.(Skripsi). Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 92 : 18-39.
Sutin. 2008. Pembuatan Asap Cair dari Tempurung Kelapa dan Sabut Kelapa Secara
Pirolisis serta Fraksinasinya dengan Ekstraksi. IPB. Bogor.
Tranggono, S., Setiadji, B., Darmadji, P., Supranto, dan Sudarmanto. 1997. Identifikasi asap
cair dari berbagai jenis kayu dan tempurung kelapa. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Pangan. (2), 15-24.

Anda mungkin juga menyukai