Anda di halaman 1dari 6

Semarang, CyberNews.

Kondisi gawat darurat bisa mengancam jiwa jika korban tak


segera ditolong. Padahal saat ini, masyarakat pada umumnya pasrah pada saat mendapati
korban gawat darurat. Tak banyak yang menyadari bahwa kasus-kasus kegawatdaruratan
banyak yang tidak ditangani semestinya.

Korban kecelakaan misalnya, di berbagai daerah di Indonesia sering diangkut ke rumah


sakit dengan angkutan umum. Masih untung kalau menggunakan mobil, tak jarang korban
diangkut dengan becak atau angkutan tradisional lainnya.

Menurut Irawan B, instruktur dari Ambulans Gawat Darurat (AGD) 118, dalam pelatihan
Basic Trauma dan Cardiac Life Support di RS Sultan Agung, Sabtu (1/12), faktor-faktor
seperti jumlah orang yang terlatih memberikan pertolongan pertama, ambulans yang
memadai, dan penanganan rumah sakit yang cepat dan tepat, amat mempengaruhi
keberhasilan penanganan kegawatdaruratan.

Dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
RS Sultan Agung dan AGD 118 tersebut, dijelaskan bahwa semua kematian pada kasus apa
pun selalu disebabkan oleh kegagalan: jalan napas (di Barat dikodekan sebagai A, dari
airway), pernapasan (B, breathing), sirkulasi (C, circulation), dan sistem saraf sentral (D,
disability).

"Pasien trauma misalnya, bisa meninggal karena gagal jalan napas, pernapasan, sirkulasi,
dan sistem saraf sentralnya (ABCD). Pasien jantung karena gagal ABC. Ibu hamil
meninggal karena perdarahan, sepsis, hipertensi, gagal jantung, syok anafilaktik dan partus
pre term (ABC)," tuturnya di hadapan 40 orang peserta.

Karena itu, penanganan kegawatdaruratan harus bisa mengatasi keempat kegagalan di atas.
Inilah yang harus diatasi dengan mempersiapkan prehospital life support atau pertolongan
prarumah sakit yang bisa dikelompokkan pada trauma, jantung, anak, kelahiran, dan
kemampuan untuk mempertahankan hidup secara umum.

Namun, tambahnya, keberhasilan fase prarumah sakit ini tergantung pada kemampuan
akses masyarakat, komunikasi, orang awam, orang awam khusus, dan ambulans gawat
darurat. "Akses masyarakat berarti di mana pun ada kasus kegawatdaruratan, orang dengan
mudah dapat mencari pertolongan. Masyarakat dapat mengakses polisi pada 110, pemadam
kebakaran pada 113, dan ambulans gawat darurat pada 118," jelasnya.

Sementara orang awam dan orang awam khusus (polisi, pemadam kebakaran, satpam, dan
sebagainya) bisa dilatih upaya pertolongan pertama seperti resusitasi, cara menghentikan
perdarahan, memasang balut atau bidai, dan bagaimana cara transportasi korban yang
benar bila ambulans tak dapat diharapkan.

( fani ayudea/cn05 )
Copyright© 1996-20
SUARA MERDEKA
All rights reserved. N
reproduction or
republication without
written permission

Sigma Emergency didirikan dengan latar belakang masih tingginya tingkat kematian dan kecacatan akibat
kegawatdaruratan (Emergency Case) pada kejadian kecelakaan transportasi, industri, rumah tangga, gejolak sosial (terorisme,
konflik masyarakat, kejahatan dan kekerasan) dan bencana yang tidak henti-hentinya melanda negeri ini. Selain itu
kegawatdaruratan medis seperti penyakit kardiovaskular, jantung, hipertensi dan stroke masih menduduki peringkat lima besar
penyebab kematian di Indonesia.
Penyebab tingginya angka kematian dan kecacatan akibat kegawatdaruratan medis tersebut adalah tingkat
keparahan, kurang memadainya peralatan, sistem yang belum memadai dan pengetahuan penanganan penderita gawat darurat
yang kurang mumpuni. Pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat memegang porsi besar dalam menentukan
keberhasilan pertolongan. Pada banyak kejadian banyak penderita gawat darurat yang justeru meninggal dunia atau mengalami
kecacatan yang diakibatkan oleh kesalahan dalam melakukan pertolongan.
Perlu adanya peningkatkan pengetahuan dan keterampilan penanggulangan penderita gawat darurat pada level
praktisi kesehatan maupun orang awam (karyawan, emergency response group, masyarakat umum, siswa/mahasiswa, polisi,
pemadam kebakaran, sopir ambulans) sesuai dengan perkembangan keilmuan terkini.
Dalam rangka melakukan upaya tersebut Sigma Emergency meyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
penanganan penderita gawat darurat bagi masyarakat awam dan awam khusus. Bagian pendidikan dan pelatihan Sigma
Emergency didukung oleh tenaga-tenaga yang kompeten dibidang kegawatdaruratan dan peralatan yang memadai. Sistem
pengajaran yang dilakukan diselenggarakan secara interaktif dengan menggiring peserta latih untuk tahu dan trampil dalam
tindakan penanganan penderita gawat darurat sehingga ilmu yang dipelajari langsung dapat diaplikasikan.

II. VISI
Menjadi penyelenggara pendidikan dan pelatihan kesehatan khususnya dibidang penanggulangan penderita gawat darurat
Secara Profesional

III. MISI
- Menyelenggarakan pelatihan pertolongan pertama (First Aid) bagi orang awam (Karyawan, pelajar/ mahasiswa, polisi, pemadam
kebakaran, Satpol PP, dan pelayanan masyarakat lainnya) di seluruh Indonesia
- Menyelenggarakan simulasi / gladi penanggulangan bencana atau musibah masal.
- Menyelenggarakan pelatihan search and rescue

IV. SUMBER DAYA MANUSIA


Instrukstur pelatihan adalah dokter dan perawat / paramedic yang berpengalaman dalam penanggulangan penderita gawat
darurat, bencana, musibah masal maupun kejadian luar biasa.

Kejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit memprediksi
kapan terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan melakukan upaya
kongkrit untuk mengantisipasinya. Harus dipikirkan satu bentuk mekanisme bantuan kepada
korban dari awal tempat kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan di
fasilitas kesehatan sampai pasca kejadian cedera. Tercapainya kualitas hidup penderita pada
akhir bantuan harus tetap menjadi tujuan dari seluruh rangkai pertolongan yang diberikan.

OMPAS.com - Orang awam akan kesulitan mengenali kondisi gawat darurat pasien dengan
penyakit tertentu atau korban kecelakaan misalnya. Hanya orang yang terlatih atau petugas
medis yang bisa memahami kondisi tersebut dan bisa melakukan tindakan tepat tanpa
menimbulkan risiko.
Oleh karena itu orang awam yang menjadi first responder harus menguasai lima kemampuan
dasar tapi disini hanya akan saya jelaskan 3 hal umum yang sering dijumpai jika dalam keadaan
darurat : • Menguasai cara meminta bantuan pertolongan • Menguasai teknik bantuan hidup dasar
(resusitasi jantung paru) • Menguasai teknik menghentikan perdarahan
Meski begitu, orang awam tetap bisa membantu menangani kondisi gawat darurat, setidaknya
dengan tidak melakukan beberapa hal yang bisa memperburuk kondisi pasien.

"Orang awal sulit mengenali kasus emergency dan menanganinya. Kasus emergency bisa berupa
kecelakaan atau penyakit. Perlu edukasi kepada keluarga. Namun orang di luar profesi nonmedis
bisa mengenali tanda-tandanya dengan mengikuti pelatihan," kata Litacha Tamlicha, MARS dari
RSU Bunda Jakarta, Kamis (13/3/2014).

Yang perlu dihindari


Orang awam tidak mudah mengenali kondisi gawat darurat, namun tetap masih bisa membantu
menyelamatkan pasien dengan tidak melakukan beberapa hal yang bisa memperburuk kondisi
pasien, antara lain:

* Membaringkan pasien yang membuatnya sulit bernapas


Dokter spesialis anestesi, Ahmad Riviq Said mengatakan, saat pasien mengalami penurunan
kesadaran, pastikan tetap bisa bernapas. Karenanya jangan membaringkan pasien dengan posisi
kepala yang membuat lidah pasien jatuh ke belakang. Posisi seperti ini akan menyumbat
pernapasan sehingga pasien mengalami kesulitan bernapas.

Tersumbatnya napas juga bisa disebabkan oleh adanya sumbatan cairan yang mengakibatkan
pasien sulit menelan ludah. Kalau kondisi ini yang Anda temukan pada pasien gawat darurat,
segera rebahkan pasien dengan posisi miring seperti sedang memeluk guling.

"Catatannya, dia bukan pasien trauma. Memiringkan badan pasien bisa membantu pernapasan
karena cairan mengalir ke tempat lebih rendah sehingga tidak menyumbat saluran napas pasien.
Ini disebut posisi mantap," katanya.

Menurut Riviq, posisi mantap (recovery position) perlu dilakukan meski pasien didapati masih
bisa bernapas. Kalau pasien tidak dibaringkan miring, meski masih bisa bernapas, cairan akan
masuk ke saluran napas dan menyumbatnya.

* Jangan diberi minum


Menurut dokter spesialis bedah, IGAE Nari Laksmi Dewi, pasien dalam kondisi gawat darurat
sebaiknya tidak diberikan minum.

Pada kondisi gawat darurat, umumnya orang awam memberi minum untuk menenangkan pasien.
Padahal, Laksmi mengatakan, cara ini tidak tepat.

"Pasien sebaiknya dipuasakan, jangan diberi minum, untuk meminimalisasi risiko yang mungkin
timbul pada waktu pembiusan," ujarnya.
Laksmi mengatakan, perut pasien akan penuh kalau diberi minum. Saat pasien dibius di rumah
sakit, ia bisa muntah dan risikonya muntahan bisa masuk ke paru.

* Jangan asal memindahkan pasien


Pada kasus gawat darurat akibat kecelakaan, meski orang awam berniat baik ingin menolong,
sebaiknya jangan asal memindahkan pasien korban kecelakaan.

"Pada kondisi trauma, harus ahli yang menangangi. Jangan sampai maksud menolong justru
menambah parah kondisi pasien. Misalnya kecelakaan di jalan, pasien tidak bisa dipindahkan
sembarangan," tutur Riviq.

Memindahkan pasien gawat darurat dengan cara keliru bisa berisiko fatal, bahkan meninggal.

Kondisi gawat darurat (emergency) adalah keadaan yang muncul secara tiba-tiba dan orang
awam biasanya akan menemui kesulitan untuk mengenalinya. Sebenarnya, tidak hanya petugas
medis saja yang harus mampu menangani kondisi emergency, orang awam yang terlatih pun
harus bisa memberikan pertolongan pertama dalam kondisi tersebut. Perhatikan istilah “orang
awam terlatih” di sini, yaitu orang awam yang pernah mengikuti pelatihan penanganan pertama
kegawatdaruratan. Kalau tidak terlatih, ditakutkan malah melakukan hal-hal yang bisa
memperparah keadaan korban tersebut.

Ada lima langkah penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan pertama kondisi gawat
darurat. Mari kita bahas satu per satu.

#1 Ambil napas panjang

Bernapas ini tujuannya mengambil oksigen untuk otak agar bisa berpikir dengan baik. Ambillah
napas yang panjang dan dalam. Ini dilakukan beberapa kali sampai dirasa bahwa Anda bisa
menangani hal itu. Jika masih tidak bisa, panggil bantuan.

#2 Melakukan dengan benar dan cepat

Berpikir dan menentukan apa yang bisa dilakukan serta efeknya, lalu lakukanlah yang dirasa
tepat. Time is running, be fast. Terlalu banyak berpikir bisa mengurangi tingkat kesembuhan
pasien. Namun, jika bertindak terlalu cepat pun (tanpa memikirkan akibatnya) bisa menambah
penderitaan pasien. Jadi, sebelum melakukan tindakan, pastikan bahwa manfaatnya lebih besar
daripada dampaknya.

#3 Telepon ambulans

118, tiga digit angka penyelamat yang bisa dipencet jika bingung harus melakukan apa. Nomor
118 ini akan tersambung ke bagian Emergency Service setiap daerah. Nanti dari kantor tersebut
yang menghubungkan ke ambulans/rumah sakit terdekat untuk menolong dan menjemput pasien.
Jika Anda adalah penolong seorang diri, telepon ambulans setelah melakukan pertolongan
pertama, tetapi jika 2 orang atau lebih, minta tolong ke orang lain untuk menelepon sembari
Anda memberi pertolongan. Ketika meminta tolong orang lain memanggilkan ambulans, jangan
teriak tanpa arah. Teriaklah pada satu orang yang spesifik, lebih baik orang yang pertama kali
Anda lihat. Teriakan tanpa arah hanya akan membuat mereka menganggap bahwa ada orang lain
yang akan melakukan panggilan itu.

4 Recovery position

Saat pasien mengalami penurunan kesadaran, kita harus memastikan bahwa ia tetap bernapas.
Oleh karena itu, hindari posisi terlentang yang membuat lidah jatuh ke belakang dan menutup
saluran napas. Posisi terlentang juga bisa membuat cairan mudah masuk ke paru-paru. Kalau
Anda menemukan pasien dengan kondisi gawat darurat, miringkan badannya atau seperti sedang
memeluk guling. Hal ini membantu pernapasan karena cairan mengalir ke tempat yang lebih
rendah sehingga saluran pernapasan tidak tersumbat. Posisi ini dinamakan recovery position.

Ilustrasi recovery position. Penolong perlu memastikan pasien kondisi gawat darurat dalam
posisi no. 4.

#5 Jangan sembarangan memindahkan pasien

Pada pasien karena kecelakaan di jalan, harus dipastikan apakah ada patah tulang leher. Caranya
adalah dengan meraba leher belakang pasien untuk mencari apakah ada krepitasi, yaitu bunyi
yang khas pada patah tulang seperti “krek”. Memindahkan pasien gawat darurat dengan gegabah
dapat berakibat fatal, dari lumpuh sampai meninggal. Jadi, disarankan jika menemukan pasien
kecelakaan di jalan, jangan langsung dipindahkan badannya, tetapi dicek dulu apakah ada bagian
tubuh yang dalam kondisi rawan atau tidak.

***
Kurang lebihnya lima hal inilah yang harus diperhatikan saat kita menemui kasus gawat darurat
di jalan. Jangan panik, lakukan pertolongan pertama, hubungi ambulans. Yang terpenting kita
sudah berusaha membantu sebisa mungkin, selanjutnya kita bantu dengan berdoa.

Di Indonesia orang awam atau dari kalangan nonmedis kebanyakan belum bisa mengenali tanda-tanda
kondisi gawat darurat. Hal ini terjadi karena orang awam atau kalangan non medis di Indonesia belum
terlatih menangani kondisi gawat darurat.

Cara terbaik bagi orang awam untuk bisa mengenali tanda gawat darurat, adalah dengan pelatihan.
Orang awam yang terlatih bisa melakukan tindakan tepat saat menghadapi kondisi gawat darurat tanpa
menyebabkan timbulnya resiko lain.

Selain itu orang awam yang terlatih akan lebih mudah diarahkan oleh ahli saat menangani kondisi gawat
darurat di sekitarnya. Namun, pada kenyataannya pelatihan basic life support (BLS) masih belum banyak
dilakukan orang awam. Sementara dalam kehidupan sehari – hari disadari atau tidak kita banyak
menemui kondisi gawat darurat.

"Di negara maju, BLS diajarkan ke anak SD. Anak SD sudah bisa CPR. Di Amerika, ilmu BLS sudah
diberikan sejak dini kepada awam”.

Di Indonesia, pelatihan BLS umumnya diberikan kepada kalangan perkantoran atau petugas keamanan
perusahaan besar belum diberikan secara kontinue kepada awam seperti di negara – negara maju.

Anda mungkin juga menyukai