Anda di halaman 1dari 3

Kasus Impor Limbah Beracun dan Pupuk

Ilegal Disidangkan
Reporter : Moch. Andriansyah | Rabu, 12 September 2012 13:51

Merdeka.com - Kasus importasi limbah bahan barang yang diselundupkan adalah pupuk yang
berbahaya dan beracun (B3) berupa metal scrap dibayar oleh uang negara.
dan ekspor pupuk bersubsidi ke Malaysia yang
diamankan Bea Cukai Kanwil Jawa Timur I, "Karena itu, kami melakukan koordinasi
beberapa waktu lalu, kini siap disidangkan di dengan Komisi
Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Jawa Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Mabes
Timur. Polri untuk terus menelusuri dan mengusut
Kepala Kantor Pelayanan Tanjung Perak kasus tersebut. Dan hasilnya sudah ada
Kanwil Jawa Timur I, Ircham Habib, Rabu penetapan satu tersangka, tetapi masih DPO
(12/9) mengatakan, berkas kedua kasus atau buron. Kalau soal itu Polri yang bisa
tersebut, oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa bicara," terang EKo.
Timur telah dinyatakan P21 alias sempurna.
Pada pertengahan Februari 2012 lalu, pihak Bea
"Kedua kasus itu, masing-masing memiliki satu dan Cukai Jawa Timur, telah mengamankan 65
tersangka. Pada kasus metal scrap, Purchasing kontainer berisi limbah Bahan Berbahaya dan
Manager PT Hanil Jaya Steel (HJS), yaitu SDS Beracun (B3). Puluhan kontainer tersebut
alias J, yang telah mengimpor barang bahan diimpor oleh dua perusahaan peleburan baja
berbahaya tersebut telah ditetapkan sebagai yang berada di wilayah Sidoarjo, yakni PT Ispat
tersangka," kata Ircham. Indo dan PT Hanil Jaya Steel (HJS).

Dalam kasus metal scrap ini, lanjut dia, kami PT Ispat Indo mengimpor 46 kontainer
bekerjasama dan berkoordinasi dengan sedangkan PT HJS mengimpor 19 kontainer.
penyidik Kementerian Lingkungan Hidup Semuanya kontainer 20 feet. dalam
(KLH). "Sedangkan untuk kasus pupuk dokumennya. kedua perusahaan baja itu
bersubsidi, kami bekerjasama dengan bea cukai mengimpor potongan besi/baja bekas (metal
Jawa Tengah karena pupuk itu berasal dari scrap) dari Inggris. Tetapi pada kenyataannya,
Kendal." isi dari kontainer tersebut bukanlah metal scrap.
Sementara untuk kasus ekspor pupuk Secara dokumen, hal itu sudah merupakan
bersubsidi, juga sudah ditetapkan satu orang pelanggaran.
tersangka, yaitu AB. "AB ini adalah orang yang
mengurus segala sesuatunya hingga pupuk Sedangkan kasus pupuk bersubsidi dicegah bea
bersubsidi tersebut siap diekspor ke Malaysia." cukai pada Mei 2012. Sebanyak 440 ton pupuk
bersubsidi diamankan dari 20 kontainer ukuran
Sedangkan eksportir CV PP, PPJK dan PT DW; 20 feet di depo kontainer PT Indra Jaya
PT SLL (penyedia kontainer); OK (penyedia Swastika Jalan Kalianak.
truk) dan NG asal Kendal yang menyediakan
pupuk atau pihak terkait dalam kasus tersebut, Dalam dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang
pihak Kanwil Jawa Timur I hanya menetapkan (PEB), pupuk asal Kendal, Jawa Tengah yang
sebagai saksi. hendak diekspor ke Malaysia itu, tidak sesuai
dengan fisik barang.
Di tempat yang sama, di kantor Bea dan Cukai,
Jalan Perak Timur, Surabaya, Kepala Bidang Pada dokumennya tertulis pupuk nonsubsidi
Penyidikan dan Penindakan Bea Cukai Kanwil (organik), namun setelah dilakukan
Jawa Timur I, Eko Darmanto, menegaskan, pengecekan, berisi pupuk anorganik (urea),
kasus pupuk bersubsidi juga mengarah ke terdiri dari 251.200 kilogram pupuk Pusri dan
tindak pidana korupsi. Karena menurutnya, 189.500 kilogram pupuk Kujang Cikampek.
UU NOMOR 10 TAHUN 2013
Tentang Konvensi Rotterdam

Dalam Pasal 1disebutkan Tujuan dari Konvensi Rotterdam yaitu:


“Tujuan Konvensi ini adalah untuk meningkatkan upaya tanggung jawab bersama dan kerja
sama Para Pihak dalam perdagangan internasional bahan kimia berbahaya tertentu untuk
melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari potensi kerugian dan untuk
menyumbang pada penggunaannya yang berwawasan lingkungan hidup, dengan memfasilitasi
pertukaran informasi tentang karakteristik bahan kimia berbahaya tertentu, dengan
menyediakan informasi bagi proses pengambilan keputusan nasional mengenai impor dan
ekspor, dan menyebarluaskan keputusan tersebut kepada Para Pihak.”
Jika Pasal 1 dapat terpehuni, seharusnya tidak ada yang akan merasa dirugikan dengan
pengiriman limbah B3 ini ke negara lain. Dalam konvensi Rotterdam juga disebutkan ruang
lingkup Konvensi pada Pasal 3 Ayat 1 dan 2 yang berisi :
1. Konvensi ini berlaku untuk:
(a) Bahan kimia yang dilarang a tau yang sangat dibatasi; dan
(b) Formulasi pestisida yang sangat berbahaya.
2. Konvensi ini tidak berlaku untuk:
(a) Narkotika dan psikotropika;
(b) Bahan yang bersifat radioaktif;
(c) Limbah;
(d) Senjata kimia;
(e) Obat-obatan, yang meliputi obat manusia dan hewan;
(f) Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan tambahan pangan;
(g) Pangan;
(h) Bahan kimia dalam jumlah yang kemungkinan besar tidak mempengaruhi
kesehatan manusia atau lingkungan hid up apabila bahan kimia tersebut
diimpor:
(i) Untuk tujuan penelitian atau analisis; atau
(ii) Oleh perorangan untuk digunakan sendiri dalam jumlah yang layak untuk
penggunaan tersebut.
Pasal 13 menjelaskan Informasi mengenai bahan kimia yang diekspor

1. Konferensi Para Pihak wajib mendorong theWorld Customs Organization untuk


menetapkan kode kepabeanan Sistem Harmonisasi (Harmonized System) yang
spesifik untuk bahan kimia tunggal atau kelompok bahan kimia yang tercantum
dalam Lampiran III, apabila perlu. Setiap Pihak wajib mensyaratkan bahwa, kapan
saja suatu peraturan telah ditetapkan untuk suatu bahan kimia, dokumen pengapalan
bahan kimia tersebut memuat kode kepabeanan ketika diekspor.

2. Tanpa mengabaikan persyaratan yang mana pun dari Pihak pengimpor, setiap Pihak
wajib mensyaratkan bahwa bahan kimia baik yang tercantum dalam Lampiran III
maupun bahan kimia yang dilarang atau yang dibatasi di wilayahnya , apabila
diekspor, tunduk pada persyaratan pelabelan yang menjamin ketersediaan informasi
yang memadai mengenai risiko dan/ atau bahaya bagi kesehatan manusia atau
lingkungan hidup, dengan memperhatikan standar internasional yang relevan.

Seharusya setiap negara yang akan melakukan ekspor bahan B3 memberitahu informasi
tentang apa yang akan di ekspor secara benar dan detail agar tidak merugikan negara
pengimpor hanya karena ingin mendapakan keuntungan semata. Isi dokumen yang tidak
sesuai dengan barang fisik yang berada dalam kontainer tersebut sudah merupakan suatu
pelanggaran dan harus dikembalikan lagi ke negara asal limbah B3 tersebut diekspor.
Ini adalah contoh kasus yang terjadi sebelum Indonesia meratifikasi Konvensi
Rotterdam. Mungkin jika Konvensi Rotterdam ini sudah diratifikasi pada saat itu, sanksi yang
diberikan kepada pengimpor limbah B3 tersebut akan sesuai dengan isi Konvensi Rotterdam
sekarang. Karena tujuan dari Koonvensi ini adalah untuk melindungi kesehatan manusia dan
lingkungan hidup dari potensi kerugian dan untuk menyumbang pada penggunaannya yang
berwawasan lingkungan hidup, dengan memfasilitasi pertukaran informasi tentang
karakteristik bahan kimia berbahaya tertentu, dengan menyediakan informasi bagi proses
pengambilan keputusan nasional mengenai impor dan ekspor, dan menyebarluaskan
keputusan tersebut kepada Para Pihak.

Anda mungkin juga menyukai