Anda di halaman 1dari 18

PENYALUTAN TABLET

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Teknologi dan Formulasi Sediaan Solid

Dosen Pengampu : Rahmi Annisa, M.Farm., Apt

Disusun Oleh
Kelas B
Kelompok 8

 Nida Ulin Na’mah (16670059)


 Firda Ludfiyah (16670062)
 Abdul Qodir (16670072)
 Dara Jumindar Ramadlani (16670082)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri farmasi baik membuat banyak munculnya metode


baru dalam memformulasikan suatu sediaan obat, dimana munculnya metode dalam
memformulasikan obat ini berdampak terhadap biaya yang lebih terjangkau dan
efek farmakologi yang baik serta efisiensi terapi.Salah satunya ialah sediaan tablet
salut Penyalutan tablet dilakukan karena berbagai alasan, antara lain melindungi
zat aktif dari udara, kelembaban atau cahaya, menutupi rasa dan bau yang tidak
enak, membuat penampilan lebih baik dan mengatur pelepasan obat dalam saluran
cerna.

Teknologi tablet lepas lambat terdiri atas tablet yang menggunakan


matriks dan tablet yang menggunakan teknologi penyalutan. Kedua sistem tersebut
dibuat untuk mengendalikan waktu disolusi tablet, sehingga pelepasan zat aktif dari
tablet dapat diperpanjang dan mengatur konsentrasi pelepasannya (Siregar, 2010).
Untuk mengatur konsentrasi pelepasan bahan aktif obat dalam sebuah tablet
kecepatan disolusi memiliki pengaruh yang sangat besar.

Retard tablets atau tablet lepas lambat didesain untuk memberikan suatu
dosis zat aktif sebagai terapi awal (dosis muatan) dan diikuti oleh pelepasan zat
aktif yang lebih lambat dan konstan. Laju pelepasan dosis pemeliharaan didesain
sedemikian rupa agar jumlah zat aktif yang hilang dari tubuh karena eliminasi
diganti secara konstan. Sistem ini dikenal sebagai sistem sustained release atau
pelepasan terus menerus (Mollet and Grubenmann, 2001).

Teknik likuisolid adalah teknologi baru dan menjanjikan dalam pembuatan


sistem Sustained Release. Dimana dengan teknik likuisolid dapat memperpanjang
waktu pelepasan obat dari matriks tablet Teknik ini memiliki cara kerja yang
mudah, biaya pengerjaan yang murah dan sesuai untuk produksi skala industri,
sehingga teknik ini sangat disarankan untuk dilakukan pengembangan atau
penelitian lebih lanjut. (Mollet and Grubenmann, 2001).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tablet Salut

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempacetak, dalam


bentuuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,
zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Depkes RI,
1979). Pada proses pembuatan tablet, bahan-bahan tersebut akan mengalami
beberapa rangkaian proses tergantung dari metode pembuatan yang digunakan.
Metode pembuatan tablet ada dua macam yaitu kempa langsung dan granulasi
(Sugihartini, 2018).
Tablet bersalut adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang cocok
untuk maksud dan tujuan tertentu (Depkes RI, 1979). Tablet salut adalah tablet
yang dilapisi dengan cairan maupun padatan yang umumnya bersifat inert
(Sugihartini, 2018). Tablet salut adalah tablet yang disalut dengan satu atau lebih
lapisan dari campuran berbagai zat seperti damat sintetik, gom, gelatin, pengisi
yang tidak larut dan tidak aktif, gula, pemlastis, poliol, malam, zat pewarna yang
diperbolehkan oleh peraturan, dan kadang-kadang penambah rasa serta zat aktif
(Syamsuni, 2007).

2.2 Tujuan Penyalutan Tablet

Menurut Sugihartini (2018), tujuan penyalutan ada beberapa macam


antara lain:
1. Menutupi bau dan rasa yang tidak enak sehingga memudahkan pasien
dalam menelan
2. Melindungi stabilitas zat aktif dari pengaruh luar seperti oksidasi
karena oksigen, cahaya dan kelembaban
3. Mengatur pelepasan obat
4. Melindungi zat aktif yang akan rusak karena pengaruh asam lambung
5. Mencegah interaksi langsung dua macam zat yang tidak bisa campur
langsung dalam formulasi tablet
6. Meningkatkan stabilitas fisik teruama dari benturan mekanik
7. Memungkinkan penggabungan dua atau lebih obat dalam suatu
formula
8. Meningkatkan estetika sediaan yang sekaligus dapat digunakan untuk
identifikasi Sediaan

2.3 Keuntungan dan Kelemahan Tablet Salut

Menurut Siregar (2008), keuntungan tablet salut antara lain :


a. Menghindari penguraian obat di lambung.
b. Efek lebih cepat daripada obat yang ditelan.
c. First pass efek metabolism dapat dihindari.
d. Menghindari rasa mual akibat menelan obat.
e. Lebih stabil.

Siregar (2008) menambahkan bahwa tablet salut juga memiliki kelemahan.


Kelemahan tablet salut antara lain :
a. Ukuran dan bobot dari tablet salut jadi mengakibatkan peningkatan
biaya pengemasan dan pengiriman.
b. Kerapuhan dari penyalut dapat mengakibatkan rentannya tablet
terhadap kerusakan yang mungkin terjadi jika salah ditangani.
c. Penyampaian mutu ekstrik yang tinggi seringkali membutuhkan jasa
operator penyalut yang dengan keterampilan menyalut yang tinggi.
d. Pengkilapan akhir yang dicapai dengan suatu tahap pemolesan dapat
membuat pencetakan menjadi sulit.
e. Kerumitan prosedur, formulasi, dan proses membuat otomisasi lebih
sulit.
2.4 Komponen Tablet

Menurut Syamsuni (2005), komponen tablet yang harus ada dalam


pembuatan tablet meliputi :

1. Zat aktif

Idealnya zat aktif yang akan diformulasikan dalam bentuk


sediaan tablet mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kemurniannya
tinggi, stabil, kompatibel dengan semua eksipien, bentuk partikel
sferis, ukuran dan distribusi ukuran partikelnya baik, mempunyai sifat
alir yang baik, tidak mempunyai muatan pada permukaan (absence of
static charge on surface), dan mempunyai sifat organoleptis yang baik.

2. Zat tambahan (eksipien)

Eksipien merupakan bahan selain zat aktif yang ditambahkan


dalam formulasi suatu sediaan untuk berbagai tujuan atau fungsi.
Bahan tambahan bukan merupakan bahan aktif, namun secara
langsung atau tidak langsung akan berpengaruh pada kualitas/mutu
tablet yang dihasilkan. Beberapa kriteria umum yang esensial untuk
eksipien yaitu : netral secara fosiologis, stabil secara fisika dan kimia,
memenuhi peraturan perundangan, tidak mempengaruhi
bioavaiabilitas obat, bebas dari mikroba patogen dan tersedia dalam
jumlah yang cukup dan murah.

A. Bahan pengisi (diluents/fillers)

Pengisi berfungsi untuk mendapatkan suatu ukuran atau bobot yang


sesuai sehingga layak untuk dikempa menjadi tablet. Contoh dari
bahan pengisi adalah laktosa, sukrosa, dekstrosa, manitol, kalsium
sulfat, kalsium fosfat, kalsium karbonat,dan amilum.b)

B. Bahan pengikat (binders).


Bahan pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk
pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya
kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Contoh dari bahan pengikat
adalah selulosa, Mikrokristalin selulosa (Avicel), Polimer (CMC Na,
HPC, dan HPMC), PVP, gelatin, gom alam, tragakan, guar, pektin,
amilum, PEG, Na alginat, magnesium dan aluminum silikat.

C. Bahan penghancur (disintegrants)

Bahan penghancur akan membantu hancurnya tablet menjadi granul,


selanjutnya menjadi partikel-partikel penyusun, ketika tablet kontak
dengan cairan lambung sehingga akan meningkatkan disolusi tablet.
Contoh dari bahan penghancur adalah amilum, Avicel (Mikrokritalin
selulosa), solka floc, asam alginat, Explotab (sodium starch glicolate),
gom guar, Policlar AT (Crosslinked PVP), Amberlite IPR 88,
Metilselulosa, CMC, HPMC.

D. Bahan pelicin (anti frictional agents)

Bahan pelicin dalam formulasi sediaan tablet mempunyai 3 fungsi,


yaitu :

i. Lubricants

Lubricants adalah bahan yang berfungsi untuk mengurangi friksi


antara permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die selama
kompresi dan ejeksi.

ii. Glidants

Glidants ditambahkan dalam formulasi untuk


menaikkan/meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa,
sehingga massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang
seragam. Amilum adalah glidant yang paling popular karena
disamping dapat berfungsi sebagai glidant juga sebagai disintegran
dengan konsentrasi sampai 10 %. Talk lebih baik sebagai glidant
dibandingkan amilum, tetapi dapat menurunkan disintegrasi dan
disolusi tablet.

iii. Anti adherents

Anti adherents adalah bahan yang dapat mencegah melekatnya


(sticking) permukaan tablet pada punch atas dan punch bawah. Talk,
magnesium stearat dan amilum jagung merupakan material yang
memiliki sifat antiadherent sangat baik.

2.5 Syarat Selaput Penyalut

Syarat selaput penyalut yang dapat menghasilkan penyalutan pada tablet.


Larutan selaput penyalut yang dapat menghasilkan penyalutan pada tablet
biasanya mengandung jenis-jenis bahan sebagai berikut (Lachman, et.al., 1994):

a. Pembentukan selaput : mampu menghasilkan lapisan tipis yang halus,


dapat diproduksi kembali di bawah kondisi penyalutan biasa dan dapat
untuk tablet dengan berbagai bentuk. Contoh: selulosa asetat ftalat.
b. Bahan logam campuran : memungkinkan kelarutan dalam air atau
permeabilitas air ke dalam selaput agar pasti dapat ditembus oleh cairan
tubuh dan kemungkinan ketersediaan terapeutik obatnya.
c. Plasticizer : untuk mendapatkan fleksibilitas dan elastisitas dari
penyalutan yang berarti memperpanjang umur tablet. Contoh: minyak
jarak.
d. Surfaktan : untuk meningkatkan daya penyebaran film selama
penggunaanya. Contoh: derivat polioksietilen sorbitan.
e. Opaquant dan pewarna : membuat penampilan tablet menjadi manis dank
has. Contoh: opaquant, titandioksid; pewarna, zat warna F.D dan C atau
zat warna D dan C.
f. Pemanis, perasa, dan pengharum : untuk meningkatkan diterimanya tablet
oleh pasien. Contoh: pemanis, sakarin; perasa dan pengharum, vanili.
g. Pengkilap : memungkinkan berkilaunya tablet tanpa memisahkan dari
pekerjaan pengkilapan. Contoh: lilin tawon.
h. Pelarut yang mudah menguap : memungkinkan penyebaran komponen-
komponen lain di sekitar tablet sambil mempercepat penguapan agar
pekerjaan lebih efektif dan lebih cepat. Contoh: campuran alkohol aseton.

2.6 Jenis - jenis Tablet Salut


Penyalutan tablet dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu (Aulton,
1988):
a. Tablet salut biasa/ salut gula (dragee)
Tablet salut gula adalah tablet yang disalut dengan gula dari suspensi dalam air.
Mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau
titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.
Kelemahan tablet salut gula adalah waktu penyalutan lama, dan perlu penyalut
tahan air. Hal ini memperlambat disolusi dan memperbesar bobot tablet.

b. Tablet salut selaput (film coated tablet/fct)


Tablet yang disalut dengan hidroksipropil metilsesulosa, metil selulosa, hidrosi
propil selulosa, Na-CMC dan campuran selulosa asetat ftalat dengan P.E.G
yang tidak mengandung air atau mengandung air.
c. Tablet salut kempa
Tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri dari
laktosa, kalsium fosfat dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti,
kemudian dicetak kembali bersama granulat kelompok lain sehingga terbentuk
tablet berlapis (multi layer tablet). Tablet ini sering dipergunakan untuk
pengobatan secara repeat action.
d. Tablet salut enterik (enteric coated tablet)
Tablet ini disebut juga tablet lepas-tunda. Jika obat dapat rusak atau inaktif
karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, diperlukan
penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet
melewati lambung. Bahan yang digunakan sebagai penyalut adalah Salol,
Keratin, Selulosa Acetat Phtalat.
e. Tablet lepas-lambat (sustained release)
Tablet ini disebut juga tablet dengan efek diperpanjang, efek pengulangan atau
tablet lepas lambat. Dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia
selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.

2.7 Proses Pembuatan Tablet Salut

Tahapan pembuatan tablet salut adalah sebagai berikut (Arief 2008) :


1) Dilakukan penyalutan dasar (subcoating) yaitu proses pemberian larutan dasar
dan pemberian serbuk salut apabila tablet sebagian kering. Fungsi subcoating
adalah untuk menutup bagian tepi kaplet sehingga membentuk kaplet salut dan
dapat pula berguna untuk meningkatkan ikatan antara sealcoat dan sugarcoat.
2) Pelican (smoothing) yaitu proses pembasahan ganti berganti dengan sirup
pelican (bolak-balik) dan pengeringan dari salut tablet menjadi bulat dan licin.
Tahap ini bertujuan untuk melicinkan permukaan kaplet yang telah selesai di
subcoat. Untuk melicinkan digunakan sirup pelicin, yaitu: sukrosa 60%.
3) Proses pewarnaan (coloring) dilakukan dengan memberi zat warna yang
dicampurkan pada sirup pelicin. Tahap ini bertujuan untuk memberi warna kaplet
salut sesuai dengan warna yang dikehendaki.
4) Proses finishing yaitu proses pengeringan salut sirup yang terakhir dengan cara
perlahan-lahan dan terkontrol dengan memutar panci penyalut dengan tangan dan
pengeringan berjalan berlahan-lahan sehongga memperoleh hasil akhir yang licin.
Tahap ini bertujuan untuk membuat permukaan kaplet salut menjadi licin setelah
pewarnaan.
5) Tahap akhir dilakukan tahap pengilapan (polishing) dengan menggunakan lpis
tipis lilin yang licin. Lilin dilarutkan dalam nafta panas atau petroleum benzin,
larutan ini ditambahkan pada tablet dalam panci dan diputar hingga pelarut
menguap. Tahap ini bertujuan untuk menjadikan permukaan kaplet salut menjadi
mengkilap dan indah.
2.8 Alat Penyalutan Tablet
Alat-alat yang digunakan untuk proses tablet penyalutan adalah
(Agoes, 1983):

a. Panci
1. Panci Konvensional
 dikenal sejak  100 tahun yang lalu.
 bentuknya sferis , heksagonal atau seperti buah pear.
 kecepatan putar panci (Vp) akan berpengaruh pada kecepatan putar
tablet (Vt) dan mempengaruhi hasil penyalutan.
 perlu dicari sudut inklinasi optimal agar putaran tablet bisa efisien ,
yaitu  30o .
 apabila diperlukan perlu dilakukan pengadukan tablet secara
manual.
 pengaliran udara panas dan penyedotan udara kembali melalui
bagian depan panci.

2. Panci belakang terbuka (rear vented pans)


 berbentuk seperti kue donat yang berlobang dibagian
muka dan belakang.
 panci diletakkan diatas batang yang berputar
 penyedot udara biasa diletakkan dilobang belakang sehingga terjadi
aliran udara dari depan ke belakang.
 lebih efisien.
3. Panci diperforasi ( perforated pans )
 dinding panci berlobang banyak (perforasi).
 bagian belakang tertutup.
 pengeringan lebih efisien, udara panas melewati seluruh permukaan
tablet.
 contoh adalah panci penyalut Accela Cota , Dria Coater.
b. Peralatan Pelengkap
1. Baffles
 Digunakan untuk memperbaiki gerakan tablet dalam panci selama
proses penyalutan.
 Jumlah dan bentuk baffles bervariasi, dibuat dari logam atau plastik.
 Pemasangan baffles pada bagian muka dan belakang panci sehingga
didapatkan gerak tablet yang zig-zag.
2. Tabung Imersi
 Dapat meningkatkan efisiensi pengeringan.
3. Drum Pemoles
 Berbentuk silindris, buah pear, atau heksagonal.
 Digunakan untuk pemoles (pengkilapan tablet salut).
 Bagian dalam alat dilapisi dengan kanvas yang diimpregnasi dengan
wax.
 Penambahan wax dalam bentuk butiran atau larutan wax dalam
solven.

2.9 Masalah yang Timbul dalam Penyalutan

Masalah yang biasanya timbul dalam penyalutan tablet adalah sebagai


berikut (Aulton, 1988) :

1. Pengupilan (picking) adalah pelepasan fragmen lapis tipis penyalut dari


permukaan tablet yang disalut.
Penyebabnya adalah :

- Pengeringan yang tidak cukup baik

- Penyemprotan yang dilakukan berlebihan

Pencegahannya :

- Dengan menurunkan kecepatan penyemprotan

- Meningkatkan suhu pengeringan, menurunkan konsentrasi larutan


penyalut

- Penambahan gula lebih dari 10% dari bobot polimer dalam larutan.
2. Keretakan : terlihat selama penyalutan atau penyimpanan tablet yang
sudah disalut.

Penyebabnya :Tegangan di dalam lapisan penyalut lebih besar dari rentang


dan adhesi dari larutan penyalut.

Pencegahannya :

- Penambahan plasticizer lebih dari 20% berat HPMC

- Menggunakan HPMC viskositas tinggi

- Memperbaiki kerapuhan tablet inti

3. Pembentukan jembatan : hal ini terjadi karena pengaruh adhesi pada


permukaan tablet yang bergaris atau ada huruf logo yang terletak pada
permukaan. Pencegahan dengan penambahan PEG 6000 dalam jumlah 20-
30% dari berat HPMC.
4. Burik (molting) : cacat dimana warna tidak terkontribusi secara homogen
pada permukaan tablet. Pencegahannya dengan mendispersikan zat warna
secara homogen dalam larutan penyalut.
5. Pengelupasan (orange peel) merupakan tahap lanjut dari tahap
pengupilan.

Penyebab :

- Formula larutan penyalut yang tidak sesuai

- Operasi penyalutan yang tidak baik

- Terjadi penetesan larutan dari alat penyemprot

Pencegahan :

- Menurunkan konsentrasi polimer

- Menurunkan kecepatan penyemprotan

6. Variasi warna

Variasi warna antar variasi warna antar tablet hal ini terjadi karena
variasi antar tablet dari sejumlah tablet yang disalut.
Pencegahan :

- Pengaturan formulasi larutan penyalut

- Digunakan penyalutan dengan prinsip ”fluidized bed”

2.10 Evaluasi Tablet Salut

Menurut Sugihartini (2018), evaluasi tablet secara umum meliputi hal-hal


berikut.
a. Keseragaman sediaan tablet
Uji ini menggambarkan keseragaman bobot tablet yang pada Farmakope
Indonesia Edisi III dan IV disebut keseragaman bobot tablet. Pada Farmakope
Indonesia Edisi V dinyatakan bahwa keragaman sediaan menggambarkan
keragaman jumlah zat aktif tiap tabletnya.
b. Kekerasan tablet
Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet secara keseluruhan yang
diukur setelah diberikan suatu tekanan kepada tablet. Alat yang digunakan
untuk mengukur kekerasan tablet ada berbagai macam. Salah satunya adalah
Monsanto Tablet Hardness Tester. Tablet yang diuji dimasukkan pada alat
kemudian diberikan tekanan sampai tablet tersebut retak. Tablet yang baik
akan memiliki rentang kekerasan antara 4-8 kg.

Alat Uji Kekerasan Tablet


c. Kerapuhan tablet
Kerapuhan tablet menggambarkan kekuatan permukaan tablet. Alat uji
kerapuhan tablet disebut friabilator. Sejumlah 20 tablet dibebasdebukan
kemudian ditimbang (W0). Setelah itu dimasukkan ke dalam alat friabilator
dan mesin dijalankan dengan kecepatan 25 RPM selama 4 menit. Setelah itu
tablet dibebas debukan lagi dan ditimbang (Wt). Kerapuhan tablet dihitung
dengan rumus:
𝑊𝑜 − 𝑊𝑡
% 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑢ℎ𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑊𝑜
Tablet yang baik akan memenuhi persyaratan kerapuhan tablet jika memiliki
kerapuhan kurang dari 0,8% atau 1% .

Alat Uji Kerapuhan Tablet


d. Waktu hancur tablet
Waktu hancur tablet menggambarkan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah
tablet untuk hancur menjadi granul atau partikel penyusunnya sehingga
mampu melewati ayakan yang terdapat pada bagian bawah alat. Alat uji
waktu hancur tablet disebut disintegration tester. Ujinya diawali dengan
memasukkan sejumlah 6 tablet ke dalam alat berupa keranjang. Keranjang
kemudian dimasukkan ke dalam medium dan digerakkan naik turun sebanyak
30 kali setiap menit. Waktu yang dibutuhkan oleh 6 tablet tidak bersalut
untuk hancur tidak lebih dari 15 menit dan tidak lebih dari 60 menit untuk
tablet bersalut gula atau salut selaput.
Alat Uji Waktu Hancur Tablet
e. Disolusi tablet
Uji disolusi akan menggambarkan laju pelarutan obat dalam medium yang
akan mempengaruhi efek obat. Alat uji disolusi tablet disebut Dissolution
tester. Uji dilakukan dengan memasukkan sejumlah tablet ke dalam alat dan
kemudian diukur laju pelepasan obat pada media air atau media lain yang
sesuai. Ketentuan kecepatan disolusi untuk setiap zat aktif dicantumkan
dalam farmakope.

Alat Uji Disolusi Tablet

2.11 Persyaratan Tablet yang Sudah Disalut

Tablet yang disalut haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan,


diantaranya (Martin, et. al., 1993) :

a. Permukaan tablet harus benar-benar licin


b. Lapisan penyalut harus stabil dan tidak cacat
c. Pewarnaan yang homogen pada lapisan tipis yang berwarna dan tidak
boleh terjadi migrasi zat warna ke dalam inti tablet
d. Lapisan penyalut tidak boleh menunjukkan sifat mudah pecah dan retak
e. Penyalutan harus dapat melindungi tablet inti terhadap pengaruh udara
kelembaban dan cahaya.
f. Penyalut harus mempunyai rasa yang menyenangkan dan dapat menutupi
rasa dan bau yang tidak enak dari tablet inti
g. Pada umumnya lapisan penyalut harus melarut dalam media cairan
lambung dengan waktu sesingkat mungkin
h. Penyalutan yang digunakan tidak boleh merusak atau mengurangi aktivitas
bahan obat

2.12 Tolak Ukur Proses Penyalutan


a) Kapasitas udara
Menggambarkan jumlah air atau pelarut yang dapat dihilangkan selama proses
penyalutan, yang tergantung pada jumlah aliran udara melalui tumpukan tablet,
temperatur udara, dan jumlah air yang terkandung dalam udara masuk
b) Komposisi penyalut
Penyalut mengandung bahan yang akan dilekatkan ke permukaan tablet, dan
juga menhandung pelarut yang bertindak sebagai pembawa bahan-bahan
tersebut. Pelarut ini harus dihilangkan selama proses penyalutan.
c) Luas permukaan tablet
d) Efisiensi peralatan (Aulton, 1988)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tablet salut adalah tablet yang disalut dengan satu atau lebih lapisan dari
campuran berbagai zat seperti damat sintetik, gom, gelatin, pengisi yang tidak
larut dan tidak aktif, gula, pemlastis, poliol, malam, zat pewarna yang
diperbolrhkan oleh peraturan, dan kadang-kadang penambah rasa serta zat aktif.
Tahapan atau proses pembuatan tablet salut meliputi : (1) tahapan sealing, (2)
tahapan subcoating, (3) tahapan smoothing, (4) tahapan coloring, (5) tahapan
finishing, dan (6) tahapan polishing.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. 1983. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB


Anief, Moh. 2008. Ilmu meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Aulton, M.E. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design: Health
Science Book. New York: Churchill Livingstone
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Lachman, L., & Lieberman, H. A. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi
Kedua. Jakarta: UI Press

Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik, jilid I Edisi III. Jakarta: UI-Press

Mollet, H. Grubenmann. 2001. Formulation Technology: Emulsion, Suspensions,


Solid Forms. VCH Verlag: Wiley

Siregar, Charles. 2008. Tekhnologi Farmasi Sediaan Tablet. Jakarta: EGC

Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-
Dasar Praktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sugihartini, Nining. 2018. Pembuatan dan Formulasi Sediaan Padat. Jakarta:


Kemristekdikti
Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC
Syamsuni, A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai