Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar pada dasarnya bukan hanya untuk mencari pengetahuan sebanyak-
banyaknya, bukan hanya sekedar mendapatkan hasil belajarnya. Tapi hal yang
terpenting dari belajar adalah bagimana proses belajar tersebut. Sesuai yang
tertuang pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yang membahas tentang
SISDIKNAS Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual
keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperluakan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara.
Dunia telah banyak sekali mengalami perubahan, baik ilmu pengetahuan
dan teknologi. Maka dari itu sangat dibutuhkan Sumber Daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya manusia ini tentunya akan didapat dari pendidikan,
yang mana peserta didik merupakan produk dari pendidikan. Untuk
medapatkan hal tersebut, tentunya individu harus banyak belajar Pendidikan
sangat erat kaitannya dengan belajar, tanpa ada proses belajar tidak ada pula
pendidikan.
Maka dari itu kami mengusulkan makalah yang berjudul “ Hakikat
Belajar” yang didalamnya nanti akan lebih memperjelas tentang pengertian
dan hakikat dari belajar dan pembelajaran

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah hakikat dari belajar ?
1.2.2 apakah pengertian dari belajar ?
1.2.2 Bagaimana ciri-ciri belajar ?
1.2.3 Apa saja pilar-pilar belajar menurut UNESCO ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Menjelaskan hakikat dan pengertian belajar
1.3.2 Menjelaskan apa saja ciri-ciri belajar
1.3.3 Menguraikan pilar-pilar pendidikan menurut UNESCO

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Bagi pembaca, yaitu menambah wawasan mengenai pengertian dan
hakikat dari belajar serta menambah pengetahuan tentang empat pilar
belajar menurut UNESCO

1
1.4.2 Bagi penulis, yaitu belajar meningkatkan kemampuan dalam penulisan
makalah atau karya ilmiah yang baik dan benar serta yang bermanfaat
untuk pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Belajar


Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang tetap, yang berawal dari
belum tahu sehingga menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham, dari
kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi
kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan itu sendiri (Trianto, 2009).
Dalam Hakikat Belajar Terdapat banyak ahli yang berusaha untuk
mendefinisikan belajar, diantaranya sebagai berikut:
1. James O. Wittaker: Belajar merupakan suatu proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau dapat diubah melalui latihan atau pengalaman.
2. Cronbach: Belajar adalah ditunjukan oleh perubahan dalam tingkah laku
sebagai bentuk hasil dari pengalaman.

2
3. Howard L. Kingsley: Belajar adalah proses yang dengannya tingkah laku
(dalam arti yang luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik dan latihan.
4. Chaplin : Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif
menetap atau permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman.
Dari keempat rumusan di atas menekankan bahwa belajar mengarahkan
perubahan perilaku sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.

2.2 Pengertian Belajar


Menurut kamus bahasa Indonesia, Belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. Belajar merupakan bagian dalam kehidupan yang
dilakukan manusia. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan secara
bertahap dalam suatu kegiatan. Melalui proses belajar ini setiap individu berusaha
memperoleh kependaian atau ilmu yang disebabkan pengetahuan yang mereka
dapatkan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia. Maka suatu
upaya yang dilakukan untuk mendapatkan kemampuan, keterampilan dan sikap.
Ketermpilan yang didapatkan serta sikap sebagai bentuk pengalaman dari apa
yang telah dipelajari.
Pada kegiatan belajar yang dilakukan oleh setiap orang pasti akan
mendapatkan hasil yang berbeda-beda. belajar yang dilakukan secara terus
menerus akan mengubah tingkah laku kearah yang lebih baik. Belajar bertujuan
untuk mengubah tingkah laku. Belajar merupakan bagian komponen yang
berkaitan dengan pencapaian tujuan dan acuan berinteraksi. Baik yang
menyangkut pengetahuan keterampilan sikap. Sehingga bisa disebut belajar
sebagai usaha yang dilakukan secara berproses dengan cara beradaptasi dengan
lingkungan sekitar. Bagi seorang pelajar, kegitan belajar yang dilakukan
merupakan sebuah kewajiban. Seperti yang kita ketahui bahwa belajar bukan
hanya di sekolah saja, tetapi yang paling mempengaruhi juga lingkungan yang ada
di sekitar kita.
Individu yang dapat menunjukkan suatu perubahan dalan tingkah lakunya,
berarti dapat dikatakan dia telah dapat belajar sesuatu untuk memperluas dan
menambah pengetahuannya. Melalui pengalaman yang telah terjadi sebelumnya
atau melalui pengalaman yang telah direncakan sebelumnya.

3
Belajar menurut schunk (2012) merupakan suatu aktivitas yang melibatkan
pemerolehan atau pemodifikasiaan pengetahuan, keterampilan, strategi,
keyakinan, perbuatan, dan tingkah laku. Ia menambahkan bahwa sebenarnya tidak
ada satupun definisi tentang belajar yang diterima semua golongan teori, akan
tetapi setidaknya ada tiga rumusan yang dapat disebut sebagai inti dari belajar.
Ketiga hal tersebut meliputi belajar melibatkan adanya perubahan, hasil dari
belajar dapat bertahan sepanjang masa, dan belajar diperoleh sebagai hasil
pengalaman.
 Belajar menyebabkan perubahan
Seseorang dapat dikatakan belajar jika ia menunjukkan hasil dari kegiatan
belajar tersebut. Hal ini dapat dilihat bagaimana seseorang itu berbicara, berbuat
maupun menuliskan gagasannya, sebagai perwujudan bahwa mereka mempelajari
sesuatu.
 Hasil Belajar Sepanjang Hayat
Perubahan tingkah laku secara sementara tidak dikaitkan sebagai hasil
belajar, misalnya yang disebabkan oleh pengaruh minuman keras maupun obat-
obatan. Belajar menurut hasil yang permanen.
 Belajar Diperoleh Berdasarkan Pengalaman
Belajar merupakan hasil dari kegiatan latihan, pengamatan dan
pengamatan lain yang dialami pembelajar, bukan dari suatu proses pematangan
atau pendewasaan individu.

2.1 Ciri-ciri belajar


Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional) yaitu perubahan
perilaku yang dilakukan secara sadar ataupun disengaja sehingga mereka
menyadari bahwa pada dirinya telah terjadi perubahan atas pengetahuan
yang mereka dapatkan.
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu) yaitu bertambahnya
pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki yang merupakan lanjutan
dari pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh sebelumnya.
3. Perubahan yang fungsional yaitu perilaku yang kejadiannya dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.
4. Perubahan yang bersifat positif yaitu perilaku yang dilakukan bersifat
normative dan menunjukkan kearah kemajuan.

4
5. Perubahan yang bersifat aktif yaitu individu yang ingin mendapatkan
perilaku baru mereka harus berusaha melakukan perubahan.
6. Perubahan yang bersifat pemanen yaitu perubahan perilaku yang
didapatkan dari proses belajar yang cendrung menetap dan menjadi bagian
yang melekat dalam dirinya.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah merupakan kegiatan belajar yang
memiliki pencapaian tujuan yang pasti.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan yaitu perubahan perilaku belajar
yang bukan hanya ingin mendapatkan pengetahuan, tetapi juga ingn
mendapatkan hasil yang lebih, yang meliputi perubahan sikap maupun
keterampilan.

Belajar bukan saja mengenai jumlah pengetahuan yang didapatkan, tetapi


juga meliputi seluruh kemampuan individu. Oleh karena itu, maka ciri-ciri belajar
juga dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Belajar harus terjadinya perubahan perilaku pada yang terjadi pada diri
individu. Perubahan yang terjadi bukan hanya pada aspek pengetahuan
atau hanya kognitif, tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif)
serta keterampilan (psikomotor).
2. Perubahan itu harus merupakan hasil dari pengalaman. Perubahan prilaku
yang terjadi pada individu, hal itu dikarenakan adanya interaksi yang
dilakukan antara dirinya dengan lingkungan.
3. Perubahan tersebut relatif tetap. Karena perubahan perilaku yang
dilakukan karena belajar akan bersifat cukup permanen.
Aunurrahman (2012) menyebutkan ciri-ciri umum dari kegiatan belajar, yang
mencangkup hal-hal berikut :
1.Belajar yang terjadi dilakukan secara sadar atau disengaja.
2.Belajar terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.
3.Belajar ditandai dengan adanya perubahan, meliputi tingkah laku, afektif,
kognitif, verbal, dan moral.
Sementara itu, Santrock (2011) menyatakan bahwa belajar adalah
pengaruh yang relative permanen terhadap tingkah laku, pengetahuan maupun
keterampilan berpikir yang disebabkan oleh adanya pengalaman. Tidak semua hal
yang diketahui manusia diperoleh dari hasil belajar, karena beberapa diantaranya

5
adalah kapasitas yang dibawa sejak lahir, misalnya saja kemampuan mengunyah,
menelan makanan, menutup telinga ketika ada suara besar atau menutup mata
ketika melihat sinar yang terlampau terang. Belajar sendiri ada panah yang
beragam, bisa perilaku akademik maupun non-akademik, serta dapat dilakukan
disekolah maupun di luar sekolah selama adanya pengalaman yang berlangsung.

2.2 Empat Pilar Belajar Menurut UNESCO

Sadar akan pentingnya pendidikan deseluruh dunia Perserikatan Bangsa


Bangsa atau PBB melalu organisasi internasional UNESCO yang mengurusi
tentang pendidikan sains dan budaya mengancangkan empat pilar belajar yang
sering disebut “ Four Pillars of Learning”

2.3.1 Pendidikan dan UNESCO

Sebelum membahas lebih jauh tentang empat pilar menurut UNESCO,


terlebih dahulu akan dijelaskan sedikit tentang apa itu UNESCO. United Nation
Educational Scientific and Cultural Organization atau disingkat sebagai
UNESCO yang merupakan suatu oranisasi internasional yang berada dibawah
naungan PBB dimana mereka mengurusi segala hal yang berkaitan dengan
pendidikan, sains, dan budaya demi menjaga kedamaian bangsa. UNESCO
ditemukan pada 16 november 1945 di kota paris-perancis. Tugas utama dari
organisasi ini yaitu mengurusi segala hal yang berkaitan dengan pendidikan, sains
dan teknoogi untuk mejadi perdamaian dan keselarasan dunia. Sekarang ini
UNESCO telah memiliki 195 negara termasuk Indonesia.
Pendidikan merupakan suatu hal terpenting dizaman modern ini, karena
pendidikanlah dunia mengalami perubahan yang sangat drastis. Bisa dilihat dari
beberapa kemajuan dalam bidan sains dan teknologi dari temuan-temuan para
ilmuan yang tentunya karena pendidikan. Semua teknologi dan kemudahan yang
dirasakan hari ini merupakan hasil temuan dari berbagai bidang ilmu pendidikan.
Jika suatu negara tidak mampu menyeimbangkan diri dengan kejuan yang sangat
cepat dan persaingan intenasioanl maka tak mengherankan jika negara tersebut
akan tertinggal jauh. Pendidikan memiliki tombak penting dalam bidang nilai
sikap dan pengetahuan.
Pentingnya pendidikan didunia ini menyebabkan tergeraknya organisasi
internasional UNESCO untuk membuat suatu gerakan yang dikenal sebagai
Education For All ( EFA) yang mana artinya pendidikan untuk semua. EFA ini
merupakan pemerataan pendidikan untuk semua lapisan masyarakat tanpa
membeda-bedakan SARA ( suku, ras, agama dan golongan), pendidikan adalah
hak Warga Negara tanpa terkecuali baik pendidikan non formal maupun formal
sesuai dengan yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31.

2.2.2 Empat Pilar Belajar Menurut UNESCO

6
Cara utama untuk meningkatkan kualitas bangsa yaitu dengan cara
meiningkatkan mutu pendidikannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan
merupakan hal yang harus diprioritaskan dalam bangsa. Dimasa depan nanti
manusia yang dapat bertahan dengan sengitnya kompetisi adalah manusia yang
berkualitas, yang artinya dengan mutu pendidikan yang tinggi. Manusia
demikianlah yang diharapkan dapat bersama-sama manuia yang lain turut
berpartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-
teki( Isjoni, 2008:vii).
Berdasarkan dari pemaparan diatas Persrikatan Bangsa-bangsa melalui
lembaga UNESCO, yang mana UNESCO sebagai organisasi internasional yang
mengurusi hal tentang pendidikan, sains dan budaya mengancangkan empat pilar
belajar yang akan digunakan baik dimasa depan maupun dimasa sekarang.
Dimana keempat pilar ini bertujuan untuk membentuk peserta didik yang tidak
hanya bagus dalam nilai akademik tapi juga mampu dhidup dengan masyarakat.
Empat pilar menurut UNESCO ini anatara lain learning to know ( belajar untuk
tahu), learning to to ( belajar untuk melakukan), learning to live together ( belajar
untuk hidup bersama), learning to be ( belajar untuk menjai diri sendiri)
1. Learning to Know
Pilar yang pertama ini yaitu Learning to Know yang merupakan
pilar paling dasar, yang mana pilar ini mengajarkan peserta didik untuk
belajar mencari tahu dan memahami pengetahuan sebanyak-banyaknya,
dengan perantara pengalaman-pengalaman yang mereka miliki. Dalam
konsep Learning to Know tidak sekedar memungkinkan peserta didik
untuk mengetahui atau mendapatkan pengetahuan, tapi juga menguasai
teknik untuk mendapatkan pengetahuan tersebut, karena dalam learning to
know tedapat learning to learn yang artinya peserta didik memahami apa
yang ada disekitarnya sebagai salah satu dari proses belajarnya. Yang dapat
dikategorikan sebgai proses belajar bukan hanya tedapat di bangku sekolah
saja, tapi berinteraksi dengan lingkungan juga dapat dikatakan sebagai
proses belajar. Belajar adala suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkh laku baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkunganya ( Abu Ahmadi dkk, 2008 : 128). Pada hahikatnya belajar
tidak dapat diukur dari segi nilai saja, bukan juga hanya diukur dari hasil
yang diperoleh tapi belajar dapat juga dilihat dari bagaimana cara
memperoleh hasil tersebut, dan bagaimana prosesnya.
Dalam pilar yang pertma ini yaitu learning to know mengandung
prinsip berikut :
a. Diarahkan mampu mengembangkan ilmu dan terobosan
teknologi dan merespon sumber informasi baru
b. Memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran
c. Network Society ( Masyarakat jaringan), menurut wikipedia
masyarakat jaringan merupakan istilah yang tercipta pada tahun
1981 yang dengan politik,sosial dan perubahan budaya yang

7
disebabkan oleh penyebaran jaringan dan teknologi
komunikasi.
d. Learning to learn dan long life education (Moh.Sofan , 2007)
Long Life Education merupakan pendidikan sepanjang hayat
atau pendidikan seumur hidup. Arti pendidikan sepanjang haya
adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu
dewasa, tetapi tetap berlanjut sepnajang hidupnya (Suprijanto,
2008:4) Usia tidak menjadi batasan untuk setiap orang belajar,
bahkan para ilmuan pun terus belajar untuk mendapat
pengetehuan atau penemuan yang lebih. Bukn berarti tamak
atau rakus akan pengetahuan, tapi pengetahuan tidak akan ada
habisnya jika terus dipelajari karena pengetahuan akan terus
berkembang tanpa batasan.

Dengan adanya pilar ini diharapkan akan meghasilkan generasi


yang mampu mengaplikasikan iptek dalam kehidupan, mampu mendukung
perkembangan iptek dan sasaran utamanya adalah dapat menciptakan
generasi yang menjadikan iptek sebagai budaya mereka, karena dengan
menjadikan iptek sebagai budaya merupakan salah satu bentuk berpikir
canggih.
2. Learning to Do
Pilar yang kedua yaitu learning to do yang mana lebih menekankan
pada bertindak, praktikal atau praktik yang dilakukan dari hasil
pengetahuan yang telah didapat atau diketahui. Dapat menggunakan
pengetahuan untuk belajar melakukan sesuatu. Pendidikan tidak hanya
memberikan pengetahuan pada manusia, tetapi juga menbekali skil dan
keterampilan dalam melakukan sesuatu secara terampil dan dapat
menciptakan sesuatu yang akan berguna nantinya bagi kehidupan. Namun,
dalam pilar ini tidak hanya terfokus mengasah keterampilan bekerja saja,
tetapi juga bagaimana menciptakan sumber daya manusia yag berkulitas
agar dapat bersaing dengan dunia. Sumber Daya Manusia yang berkulitas
ini adalah sumber daya yang memenuhi standar mutu, mampu
berkompetisi dan memiliki kemampuan untuk bekerja dengan tim , atau
bisa dikatakan belajar berkolaborasi.
Learning to do sangat erat kaitannya dengan kemampuan hard skil
dan soft skill. Hardskill merupakan kemampuan yang menitikberatkan
pada kemampuan pengetahuan yang berbasis pada teknoogi. Contoh dari
kemampuan hardskill yaitu kemampuan untuk berbahasa asing,
kemampuan untuk mengoperasikan komputer dan lain sebagainya.
Namum sangat jauh berbeda dengan softskill berkutat pada teknis bekerja
seseorang, soft skill lebih mengarah pada kemampuan deal with
something. Saat memiliki kecakapan-kecakapan tersebut, maka bukan
tidak mungkin kenyamanan bekerja pribadi dan orang lain bisa terjaga.
Efek jangka panjangnya, atmosfer lingkungan kerja bisa semakin positif
dan motivatif. Contoh dari soft skill adalah kecakapan dalam
berkominukasi,kepemimpinan,fleksibelitas, kesabaran dan lain

8
sebagainya. Tentunya soft skill ini tidak akan didapat dengan mudah dan
instan. Melainkan didapat dari proses pembelajaran yang panjang dan
dipupuk sedikit demi sedikit, kemampuan ini bisa didapat melalui keikut
sertaan dalam organisasi.
Peserta didik yang merupakan produk dari pendidikan tentunya
memerlukan suatu wadah atau tempat untuk mereka mengembangkan
kemampuan atau potensi yang dimilikinya. Sekolah dapat dijadikan wadah
utama untuk membentuk dan menuntun hard skill serta soft skill dari
peserta didik, sekolah dapat memfasilitasi peserta didik untuk dapat
mengembangkan kemampuan nya tersebut.
Dalam pilar learning to do juga memiliki beberapa prinsip sebagai
berikut :
 Menjembatani pengetahuan dan keterampilan
 Memadukan learning by doing dan doing by learning
 Mengkaitkan pembelajaran dengan kompetensi
 Mengkaitkan psikologi pembelajaran dengan sosiologi
pembelajaran ( Moh.Shofan, 2007)
3. Learning to Live Together
Learning to live together merupakan pilar ketiga yang diacangkan
oleh UNESCO yang artinya belajar untuk hidup bersama. Sebagai mahluk
sosial tentunya manusia tidak dapat untuk hidup sendiri, melainkan perlu
untuk hidup berdampingan dengan manusia lain
Dari keempat pilar yang ada, the International Commission on
Education for the Twenty-first Century ( Komisi Internasional untuk
Pendidikan Abad ke-21) yang diketuai oleh Jacques Delors pada 1996,
menekankan bahwa pilar ketiga ini yakni learning to live together dapat
dijadikan sebagai pondasi pendidikan setidaknya keterampilran dalam
berkolaborasi akan didapat banyak melalui konsep ini, bagaimana bekerja
dalam team untuk mencapai satu tujuan. Kebiasaan hidup bersama dengan
sesama, menghargai perbedaan yang ada, mampu menerima pendapat
orang lain, menghargai pendapat merupakan hal yang diharapkan dalam
pilar ini.
Learning to live together pada intinya sangat menitikberatkan pada
bagaimana manusia dapat hidup bersama dengan orang lain, saling
melengkapi kekurangan yang dimiliki sehingga dapat saling membatu dan
menghargai
4. Learning to Be
Pilar terakhir yaitu learning to be, belajar menjadi atau berkembang
menjadi pribadi yang utuh. Setelah mengetahui pendidikan, dapat
melakukan sesuatu dari pengethuan tersebut dan dapat hidup bersama
orang lain dibutuhkan juga pengembangan diri sendiri sehingga menjadi
pribadi yang utuh. Berkembang secara utuh yang dimaksudkan disini
adaah bagaimana kita menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan tetapi
juga memilii keterampilan serta mampumeperhatikan segala spek dalam
kehidupan.

9
Menurut Moh. Shofan dalam ( Novalianti,2012:35) pilar learning
to be ini memiliki prinsip :
1. Berfungsi sebagai andil terhadap pembentukan nilai-nilai yang
dimiliki bersama
2. Menghubungkan antara tangan dan pikiran individu dengan
masyarakat pembelajaran kognitif dan non-kognitif serta
pembelajaran formal dan non-formal
Dari keempat pilar tersebut dapat disimpulkan bahwa pilar belajar
tersebut merupakan fondasi atau dasar dalam belajar, yang mana
keempatnya memiliki keterkaitan dalam proses pembelajaran. Yang mana
keempatnya jika diterapkan dalam proses pembelajaran akan menciptakan
suasana belajar yang aktif, sehingga dapat menghasilkan peserta didik
yang kreatif , inovatif dan mampu berkolaborasi serta mampu menjadikan
manusia yang peduli dengan segala aspek kehidupan

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari pemaparan materi diatas dapat disimpulkan bahwa


1.
Sadar akan pentingnya pendidikan untuk memajukan serta menjaga
perdamain di dunia Peserikatan Bangsa Bangsa ( PBB) melalui organisasi
UNESCO mengancangkan empat pilar belajar yang dapat digunakan pada masa
kini hingga masa depan diantaranya :
a. Learning to Know, belajar untuk mengetahui sesuatu
b. Learning to do, belajar untuk melakukan sesuatu dari pengetahuan yng sudah
diketahui
c. Learning to Live Together, belajar untuk hidup bersama
d. Learning to Be, belajar untuk menjadi pribadi yang utuh

3.2 Saran
Sebagai tenaga pendidik yang bertugas memberikan pengajaran terhadap
peserta didik diperlukan nya pemahanan tentang pengertian dan hakikat dari
belajar. Agar dapat memciptakan suasana belajar yang nyaman bagi peserta didik,
dan dapat mengerti apa yang sepatunya dilakukan dalam proses belajar. Serta
dapat menerapkan pilar-pilar belajar menurut UNESCO

DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.uny.ac.id/7905/3/BAB%202%20-%2008404241011.pdf
file:///C:/Users/Administrator/Downloads/202-270-1-SM.pdf
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/07/19/hakikat-definisi-dan-ruang-
lingkup-belajar-dan-pembelajaran/
file:///C:/Users/Administrator/Downloads/hakikat%20belajar.pdf
https://edoc.site/pengertian-belajar-dan-ciri-ciri-belajar-pdf-free.html

11
https://www.finansialku.com/hard-skill-soft-skill/ diakses pada Sabtu 23 Februari
pukul 15.24 Wita
Moh. Shofan. The Realistic Education.( Jogjakarta : Ircisod.2007)
Suprijanto.2008. Pendidikan Orang Dewasa: dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta :
Bumi Aksara
Ahmadi dan Widodo Supriyono, Abu. 2004.Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka

Cipta.
Novaliant, W.Implementasi Pendekatan Empat Pilar Pendidikan UNESCO pada
Mata Pelajaran Fiqih di MAN Rejosari
Madiun.2012.digilib.uinsby.ac.id/9663/5/bab2.pdf.

12

Anda mungkin juga menyukai