PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar pada dasarnya bukan hanya untuk mencari pengetahuan sebanyak-
banyaknya, bukan hanya sekedar mendapatkan hasil belajarnya. Tapi hal yang
terpenting dari belajar adalah bagimana proses belajar tersebut. Sesuai yang
tertuang pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yang membahas tentang
SISDIKNAS Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual
keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperluakan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara.
Dunia telah banyak sekali mengalami perubahan, baik ilmu pengetahuan
dan teknologi. Maka dari itu sangat dibutuhkan Sumber Daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya manusia ini tentunya akan didapat dari pendidikan,
yang mana peserta didik merupakan produk dari pendidikan. Untuk
medapatkan hal tersebut, tentunya individu harus banyak belajar Pendidikan
sangat erat kaitannya dengan belajar, tanpa ada proses belajar tidak ada pula
pendidikan.
Maka dari itu kami mengusulkan makalah yang berjudul “ Hakikat
Belajar” yang didalamnya nanti akan lebih memperjelas tentang pengertian
dan hakikat dari belajar dan pembelajaran
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Bagi pembaca, yaitu menambah wawasan mengenai pengertian dan
hakikat dari belajar serta menambah pengetahuan tentang empat pilar
belajar menurut UNESCO
1
1.4.2 Bagi penulis, yaitu belajar meningkatkan kemampuan dalam penulisan
makalah atau karya ilmiah yang baik dan benar serta yang bermanfaat
untuk pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2
3. Howard L. Kingsley: Belajar adalah proses yang dengannya tingkah laku
(dalam arti yang luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik dan latihan.
4. Chaplin : Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif
menetap atau permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman.
Dari keempat rumusan di atas menekankan bahwa belajar mengarahkan
perubahan perilaku sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.
3
Belajar menurut schunk (2012) merupakan suatu aktivitas yang melibatkan
pemerolehan atau pemodifikasiaan pengetahuan, keterampilan, strategi,
keyakinan, perbuatan, dan tingkah laku. Ia menambahkan bahwa sebenarnya tidak
ada satupun definisi tentang belajar yang diterima semua golongan teori, akan
tetapi setidaknya ada tiga rumusan yang dapat disebut sebagai inti dari belajar.
Ketiga hal tersebut meliputi belajar melibatkan adanya perubahan, hasil dari
belajar dapat bertahan sepanjang masa, dan belajar diperoleh sebagai hasil
pengalaman.
Belajar menyebabkan perubahan
Seseorang dapat dikatakan belajar jika ia menunjukkan hasil dari kegiatan
belajar tersebut. Hal ini dapat dilihat bagaimana seseorang itu berbicara, berbuat
maupun menuliskan gagasannya, sebagai perwujudan bahwa mereka mempelajari
sesuatu.
Hasil Belajar Sepanjang Hayat
Perubahan tingkah laku secara sementara tidak dikaitkan sebagai hasil
belajar, misalnya yang disebabkan oleh pengaruh minuman keras maupun obat-
obatan. Belajar menurut hasil yang permanen.
Belajar Diperoleh Berdasarkan Pengalaman
Belajar merupakan hasil dari kegiatan latihan, pengamatan dan
pengamatan lain yang dialami pembelajar, bukan dari suatu proses pematangan
atau pendewasaan individu.
4
5. Perubahan yang bersifat aktif yaitu individu yang ingin mendapatkan
perilaku baru mereka harus berusaha melakukan perubahan.
6. Perubahan yang bersifat pemanen yaitu perubahan perilaku yang
didapatkan dari proses belajar yang cendrung menetap dan menjadi bagian
yang melekat dalam dirinya.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah merupakan kegiatan belajar yang
memiliki pencapaian tujuan yang pasti.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan yaitu perubahan perilaku belajar
yang bukan hanya ingin mendapatkan pengetahuan, tetapi juga ingn
mendapatkan hasil yang lebih, yang meliputi perubahan sikap maupun
keterampilan.
5
adalah kapasitas yang dibawa sejak lahir, misalnya saja kemampuan mengunyah,
menelan makanan, menutup telinga ketika ada suara besar atau menutup mata
ketika melihat sinar yang terlampau terang. Belajar sendiri ada panah yang
beragam, bisa perilaku akademik maupun non-akademik, serta dapat dilakukan
disekolah maupun di luar sekolah selama adanya pengalaman yang berlangsung.
6
Cara utama untuk meningkatkan kualitas bangsa yaitu dengan cara
meiningkatkan mutu pendidikannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan
merupakan hal yang harus diprioritaskan dalam bangsa. Dimasa depan nanti
manusia yang dapat bertahan dengan sengitnya kompetisi adalah manusia yang
berkualitas, yang artinya dengan mutu pendidikan yang tinggi. Manusia
demikianlah yang diharapkan dapat bersama-sama manuia yang lain turut
berpartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-
teki( Isjoni, 2008:vii).
Berdasarkan dari pemaparan diatas Persrikatan Bangsa-bangsa melalui
lembaga UNESCO, yang mana UNESCO sebagai organisasi internasional yang
mengurusi hal tentang pendidikan, sains dan budaya mengancangkan empat pilar
belajar yang akan digunakan baik dimasa depan maupun dimasa sekarang.
Dimana keempat pilar ini bertujuan untuk membentuk peserta didik yang tidak
hanya bagus dalam nilai akademik tapi juga mampu dhidup dengan masyarakat.
Empat pilar menurut UNESCO ini anatara lain learning to know ( belajar untuk
tahu), learning to to ( belajar untuk melakukan), learning to live together ( belajar
untuk hidup bersama), learning to be ( belajar untuk menjai diri sendiri)
1. Learning to Know
Pilar yang pertama ini yaitu Learning to Know yang merupakan
pilar paling dasar, yang mana pilar ini mengajarkan peserta didik untuk
belajar mencari tahu dan memahami pengetahuan sebanyak-banyaknya,
dengan perantara pengalaman-pengalaman yang mereka miliki. Dalam
konsep Learning to Know tidak sekedar memungkinkan peserta didik
untuk mengetahui atau mendapatkan pengetahuan, tapi juga menguasai
teknik untuk mendapatkan pengetahuan tersebut, karena dalam learning to
know tedapat learning to learn yang artinya peserta didik memahami apa
yang ada disekitarnya sebagai salah satu dari proses belajarnya. Yang dapat
dikategorikan sebgai proses belajar bukan hanya tedapat di bangku sekolah
saja, tapi berinteraksi dengan lingkungan juga dapat dikatakan sebagai
proses belajar. Belajar adala suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkh laku baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkunganya ( Abu Ahmadi dkk, 2008 : 128). Pada hahikatnya belajar
tidak dapat diukur dari segi nilai saja, bukan juga hanya diukur dari hasil
yang diperoleh tapi belajar dapat juga dilihat dari bagaimana cara
memperoleh hasil tersebut, dan bagaimana prosesnya.
Dalam pilar yang pertma ini yaitu learning to know mengandung
prinsip berikut :
a. Diarahkan mampu mengembangkan ilmu dan terobosan
teknologi dan merespon sumber informasi baru
b. Memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran
c. Network Society ( Masyarakat jaringan), menurut wikipedia
masyarakat jaringan merupakan istilah yang tercipta pada tahun
1981 yang dengan politik,sosial dan perubahan budaya yang
7
disebabkan oleh penyebaran jaringan dan teknologi
komunikasi.
d. Learning to learn dan long life education (Moh.Sofan , 2007)
Long Life Education merupakan pendidikan sepanjang hayat
atau pendidikan seumur hidup. Arti pendidikan sepanjang haya
adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu
dewasa, tetapi tetap berlanjut sepnajang hidupnya (Suprijanto,
2008:4) Usia tidak menjadi batasan untuk setiap orang belajar,
bahkan para ilmuan pun terus belajar untuk mendapat
pengetehuan atau penemuan yang lebih. Bukn berarti tamak
atau rakus akan pengetahuan, tapi pengetahuan tidak akan ada
habisnya jika terus dipelajari karena pengetahuan akan terus
berkembang tanpa batasan.
8
sebagainya. Tentunya soft skill ini tidak akan didapat dengan mudah dan
instan. Melainkan didapat dari proses pembelajaran yang panjang dan
dipupuk sedikit demi sedikit, kemampuan ini bisa didapat melalui keikut
sertaan dalam organisasi.
Peserta didik yang merupakan produk dari pendidikan tentunya
memerlukan suatu wadah atau tempat untuk mereka mengembangkan
kemampuan atau potensi yang dimilikinya. Sekolah dapat dijadikan wadah
utama untuk membentuk dan menuntun hard skill serta soft skill dari
peserta didik, sekolah dapat memfasilitasi peserta didik untuk dapat
mengembangkan kemampuan nya tersebut.
Dalam pilar learning to do juga memiliki beberapa prinsip sebagai
berikut :
Menjembatani pengetahuan dan keterampilan
Memadukan learning by doing dan doing by learning
Mengkaitkan pembelajaran dengan kompetensi
Mengkaitkan psikologi pembelajaran dengan sosiologi
pembelajaran ( Moh.Shofan, 2007)
3. Learning to Live Together
Learning to live together merupakan pilar ketiga yang diacangkan
oleh UNESCO yang artinya belajar untuk hidup bersama. Sebagai mahluk
sosial tentunya manusia tidak dapat untuk hidup sendiri, melainkan perlu
untuk hidup berdampingan dengan manusia lain
Dari keempat pilar yang ada, the International Commission on
Education for the Twenty-first Century ( Komisi Internasional untuk
Pendidikan Abad ke-21) yang diketuai oleh Jacques Delors pada 1996,
menekankan bahwa pilar ketiga ini yakni learning to live together dapat
dijadikan sebagai pondasi pendidikan setidaknya keterampilran dalam
berkolaborasi akan didapat banyak melalui konsep ini, bagaimana bekerja
dalam team untuk mencapai satu tujuan. Kebiasaan hidup bersama dengan
sesama, menghargai perbedaan yang ada, mampu menerima pendapat
orang lain, menghargai pendapat merupakan hal yang diharapkan dalam
pilar ini.
Learning to live together pada intinya sangat menitikberatkan pada
bagaimana manusia dapat hidup bersama dengan orang lain, saling
melengkapi kekurangan yang dimiliki sehingga dapat saling membatu dan
menghargai
4. Learning to Be
Pilar terakhir yaitu learning to be, belajar menjadi atau berkembang
menjadi pribadi yang utuh. Setelah mengetahui pendidikan, dapat
melakukan sesuatu dari pengethuan tersebut dan dapat hidup bersama
orang lain dibutuhkan juga pengembangan diri sendiri sehingga menjadi
pribadi yang utuh. Berkembang secara utuh yang dimaksudkan disini
adaah bagaimana kita menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan tetapi
juga memilii keterampilan serta mampumeperhatikan segala spek dalam
kehidupan.
9
Menurut Moh. Shofan dalam ( Novalianti,2012:35) pilar learning
to be ini memiliki prinsip :
1. Berfungsi sebagai andil terhadap pembentukan nilai-nilai yang
dimiliki bersama
2. Menghubungkan antara tangan dan pikiran individu dengan
masyarakat pembelajaran kognitif dan non-kognitif serta
pembelajaran formal dan non-formal
Dari keempat pilar tersebut dapat disimpulkan bahwa pilar belajar
tersebut merupakan fondasi atau dasar dalam belajar, yang mana
keempatnya memiliki keterkaitan dalam proses pembelajaran. Yang mana
keempatnya jika diterapkan dalam proses pembelajaran akan menciptakan
suasana belajar yang aktif, sehingga dapat menghasilkan peserta didik
yang kreatif , inovatif dan mampu berkolaborasi serta mampu menjadikan
manusia yang peduli dengan segala aspek kehidupan
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sebagai tenaga pendidik yang bertugas memberikan pengajaran terhadap
peserta didik diperlukan nya pemahanan tentang pengertian dan hakikat dari
belajar. Agar dapat memciptakan suasana belajar yang nyaman bagi peserta didik,
dan dapat mengerti apa yang sepatunya dilakukan dalam proses belajar. Serta
dapat menerapkan pilar-pilar belajar menurut UNESCO
DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.uny.ac.id/7905/3/BAB%202%20-%2008404241011.pdf
file:///C:/Users/Administrator/Downloads/202-270-1-SM.pdf
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/07/19/hakikat-definisi-dan-ruang-
lingkup-belajar-dan-pembelajaran/
file:///C:/Users/Administrator/Downloads/hakikat%20belajar.pdf
https://edoc.site/pengertian-belajar-dan-ciri-ciri-belajar-pdf-free.html
11
https://www.finansialku.com/hard-skill-soft-skill/ diakses pada Sabtu 23 Februari
pukul 15.24 Wita
Moh. Shofan. The Realistic Education.( Jogjakarta : Ircisod.2007)
Suprijanto.2008. Pendidikan Orang Dewasa: dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta :
Bumi Aksara
Ahmadi dan Widodo Supriyono, Abu. 2004.Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta.
Novaliant, W.Implementasi Pendekatan Empat Pilar Pendidikan UNESCO pada
Mata Pelajaran Fiqih di MAN Rejosari
Madiun.2012.digilib.uinsby.ac.id/9663/5/bab2.pdf.
12