Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan radiologi merupakan salah satu unsur terpenting dari pelayanan
kesehatan utamanya adalah dalam hal penegakkan diagnosa suatu penyakit.
Radiologi menjadi bagian yang terintegrasi dari proses pemberian terapi
kepada pasien. Bertolak dari hal tersebut serta semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan
radiologi sudah seharusnya memberikan pelayanan yang berkualitas. Sesuai
dengan visi dan misi Rumah Sakit Awal Bross Makassar . Maka pelayanan
radiologi tentunya harus selaras dan mendukung visi dan misi rumah sakit.
Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik
khususnya telah dilakukan di berbagai pelayanan kesehatan termasuk di rumah
sakit Awal Bross Makassar. Kemajuan dan perkembangan ilmu teknologi yang
berkembang dewasa ini memungkinkan berbagai penyakit yang susah dan sulit
dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas pemeriksaan radiologi
diagnostik yaitu pelayanan pencitraan tubuh dengan menggunakan radiasi
pengion maupun non pengion. Perkembangan waktu radiologi diagnostik
mengalami perkembangan yang cukup pesat termasuk di Instalasi Radiologi
RS Awal Bross Makassar. Kini telah menggunakan teknologi Multislice Scan 64
merk Philips , dengan aplikasi pemeriksaan CT Angiografi koroner, CT
Colonoscopy hingga pemeriksaan CT Perfusion. Peralatan yang terbaru yaitu
MRI dengan kekuatan magnet 1,5 Tesla

Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan radiologi khususnya radiologi


dan diagnostik imaging , maka perlu dibuat buku Pedoman Pelayanaanan RS
Awal Bross Makassar. Buku ini dibuat dengan maksud untuk menjadi pedoman
keseragaman dalam memberikan pelayanan radiologi.
B. Tujuan Penyusunan Pedoman
Tujuan Umum: tercapainya standarisasi pelayanan radiologi dan diagnostik
imaging seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di RS Awal Bross Makassar
sesuai jenis dan kelas sarana pelayanan kesehatan
Tujuan Khusus :
1. Sebagai acuan atau pedoman bagi Instalasi Radiologi RS Awal Bross
Makassar dalam menyelenggarakan pelayanan radiologi dan diagnostik
imaging
2. Sebagai bahan evaluasi dan tolak ukur bagi Instalasi Radiologi RS Awal
Bross Makassar dalam menyelenggarakan pelayanan radiologi dan
diagnostik imging
3. Sebagai pedoman dalam pengembangan lebih lanjut bagi Instalasi
Radiologi RS Awal Bross Makassar dalam menyelenggarakan pelayanan
radiologi dan diagnostik imaging
C. RUANG LINGKUP
Pelayanan radiologi diagnostik meliputi : pelayanan radiologi dan diagnostik
imaging
D. DIFINISI OPERASIONAL
Pelayanan Radiodiagnostik : pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan sumber radiasi pengion (x-ray) seperti pemeriksaan x-ray
konventional dan kontras, pemeriksaan CT Scan, C-Arm, Pemeriksaan Bone
Mineral Density (BMD) dan pemeriksaan mammografi
Pelayanan Imaging Diagnostik : pelayanan untuk melakukan diagnosis
dengan menggunakan sumber radiasi non pengion seperti pemeriksaan
Ultrasound (US) dan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaing (MRI)
Pelayanan Radiologi Interventional : pelayanan untuk melakukan diagnosis
dan terapi mengunakan peralatan X-ray seperti Angiografi dan CT Scan.
Tindakan Interventional Radiologi meliputi Embolisasi , TACE (Trans Arterial
Cemoterapi), Biopsi , dll. Pelayanan ini memakai sumber radiasi pengion
maupun non pengion
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100,Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentangKetenaganukliran
(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1997 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentangKeselamatan Radiasi
Pengion dan Keamanan SumberRadiaktif (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4730);
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1014/Menkes/SK/XI/2008 Tentang
Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan
5. Permenkes Nomor 375/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Radiografer

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Standar ketenagaan di Instalasi RS Awal Bross Makassar ditentukan
berdasarkan : jenis sarana kesehatan, kemampuan/kompetensi
radiografer, beban kerja dan jumlah pesawat
Berdasarkan standar yang telah ditentukan berikut kualifikasi sumber
daya manusia di instalasi radiologi
1. Dokter Spesialis Radiologi
Dokter Spesialis Radiologi mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP tindak medik


radiodiagnostik, imejing diagnostik dan radiologi intervensional
serta melakukan revisi bila perlu.
b. Melaksanakan dan mengevaluasi tindak radiodiagnostik
imejindiagnostik dan radiologi intervensional sesuai yang telah
ditetapkan dalam SOP.
c. Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras dan fluroskopi
bersamadengan radiografer. Khusus pemeriksaan yang
memerlukanpenyuntikan intravena, dikerjakan oleh dokter
spesialis radiologi ataudokter lain/tenaga kesehatan yang
mendapat pendelegasian.
d. Menjelaskan dan menandatangani informed consent / izin
tindakanmedik kepada pasien atau keluarga pasien.
e. Melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan
radiodiagnostik,imejing diagnostik dan tindakan radiologi
intervensional.
f. Melaksanakan teleradiologi dan konsultasi radiodiagnostik,
imejing diagnostik dan radiologi intervensional sesuai kebutuhan.
g. Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang
akan dilaksanakan.
h. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap
pasien.
i. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin
untukmendapatkan citra radiografi yang seoptimal mungkin
denganmempertimbangkan tingkat panduan paparan medik
j. Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis
atauintervensional dengan mempertimbangkan informasi
pemeriksaan sebelumnya.
k. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis.
l. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK
Radiologi.
2. Radiografer
Radiografer mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Mempersiapkan pasien, obat-obatan dan peralatan untuk
pemeriksaan dan pembuatan foto radiologi.
b. Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan.
c. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP. Khusus
untukpemeriksaan dengan kontras dan fluoroskopi pemeriksaan
dikerjakan bersama dokter spesialis radiologi.
d. Melakukan kegiatan processing film (kamar gelap dan work
station).
e. Melakukan penjaminan dan kendali mutu.
f. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri dan
masyarakat disekitar ruang pesawat sinar-X.
g. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk
meminimalkan paparan yang diterima pasien sesuai kebutuhan.
h. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin
3. Petugas Proteksi Radiasi (PPR)
Petugas Proteksi Radiasi (PPR) mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Membuat program Proteksi dan Keselamatan Radiasi.


b. Memantau aspek operasional program Proteksi dan
Keselamatan Radiasi.
c. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan Proteksi
Radiasi, dan memantau pemakaiannya.
d. Meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan
disemua tempat di mana Pesawat Sinar-X digunakan.
e. Memberikan konsultasi yang terkait dengan Proteksi dan
Keselamatan Radiasi.
f. Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas Radiologi.
g. Memelihara Rekaman.
h. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan
pelatihan.
i. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian
keterangan dalam hal kedaruratan.
j. Melaporkan kepada Pemegang Izin setiap kejadian kegagalan
operasi yang berpotensi kecelakaan Radiasi.
k. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program
Proteksidan Keselamatan Radiasi, dan verifikasi keselamatan
yang diketahuoleh Pemegang Izin untuk dilaporkan kepada
Kepala BAPETEN.
l. Melakukan inventarisasi zat radioaktif.
4. Fisikawan Medik
Fisikawan Medik mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Pengukuran dan analisa data radiasi dan menyusun tabel data
radiasiuntuk penggunaan klinik.
b. Pelaksanaan aspek teknis dan perencanaan radiasi.
c. Pengadaan prosedur QA dalam radiologi diagnostik, meliput
pelaksanaan diagnosa dan terapi, keamanan radiasi dan kendali
mutu.
d. Melakukan perhitungan dosis, terutama untuk menentukan
dosis janin pada wanita hamil.
e. Jaminan bahwa spesifikasi peralatan radiologi diagnostik sesuai
dengan keselamatan radiasi.
f. ”Acceptance test” dari unit yang baru.
g. Supervisi perawatan berkala peralatan radiologi diagnostik.
h. Berpartisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus
keberadaansumber daya manusia, peralatan, prosedur dan
perlengkapan proteksi radiasi.
i. Berpartisipasi dalam investigasi dan evaluasi kecelakaan radiasi.
j. Meningkatkan kemampuan sesuai perkembangan IPTEK.

5. Perawat Radiologi
Perawat Radiologi mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Mempersiapkan pasien dan peralatan yang dibutuhkan


pemeriksaan radiologi utamanya pemeriksaan dengan
menggunakan kontras media
b. Membantu dokter dalam pemasangan alat-alat pemeriksaan
dengan
c. bahan kontras.
d. Membersihkan dan melakukan sterilisasi alat.
e. Bertanggung jawab atas keutuhan dan kelengkapan peralatan
6. Administrasi Radiologi
Administrasi Radiologi mempunyai tugas : Melakukan pencatatan
dan pelaporan semua kegiatan pemeriksaan yang dilakukan di
Instalasi Radiologi

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer
1014/MENKES/SK/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan untuk Rumah Sakit Awal
Bros Makassar dengan type rumah sakit adalah type B, maka tenaga,
jenis kualifikasi serta jumlahnya adalah sebagai berikut :
Tabel. Kualifikasi dan jumlah tenaga radiologi
No Jenis Tenaga Pendidikan Persyaratan Jumla
h
1 Dokter Spesialis S-2 Radiologi Memiliki SIP 6
Radiologi
2 Radiografer D-3/D4 Radiologi Memiliki STR 2/alat
3 Petugas Proteksi D-3 ATRO Memiliki SIB 1
Radiasi
4 Fisikawan Medik S-1 Fisika Medik Memiliki STR 1
5 Elektromedis D-3 ATEM Memiliki STR 2
6 IT S1 Kumputer - 1
7 Perawat D-3 Memiliki STR 4
Keperawatan
8 Administrasi SMA/Sederajat - 5

C. PENGATURAN JAGA
Pengaturan jaga diperuntukan untuk radiografer dan dokter ahli
spesialis radiologi yang dapat diwakili oleh resident radiologi sesuai
dengan komptensinya. Pengaturan jaga berlaku tiga shief yaitu dinas
pagi, sore dan malam. Petugas jaga di Unit Gawat Darurat yang
melayani pasien dari UGD, ICU,NICU,PICU maupun pasien cito dari
pelayanan rawat inap.
BAB III
STANDAR FASILITAS RADIOLOGI

A. DENAH RUANG RADIOLOGI


Standar untuk denah ruang radiologi harus memperhatikan
beberapa hal termasuk di dalamnya luas dan fungsi ruangan
radiologi yang mau dibuat. Pendekatan yang harus diperhatikan :
fungsi ruangan untuk kegiatan pemeriksaan apa. Aspek
keselamatan radiasi harus diperhatikan untuk pasien, petugas dan
masyarakat umum dalam hal ini menentukan tingkat ketebalan
lapisan dinding/barier. Yang terakhir tentunya aspek efisiensi
pengaturan ruangan pemeriksaan dengan ruang penunjang lain
seperti ruang pendaftaran, ruang baca foto, ruang logistik dan ruang
jaga
Berikut adalah syarat-syarat ruang radiologi :
1. Letak instalasi radiologi hendaaknya strategis dalam arti ruangan
dekat dengan unit gawat darurat, ruang icu atau kamar bedah
2. Di setiap ruang radiologi dilengkapi dengan alat pemadam
kebakaran (APAR) serta sensor deteksi asap kebakaran, khusus
untuk ruangan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
APAR terbuat bukan dari bahan feromagnetik (metal)
3. Suhu ruang pemeriksaan berkisar 200 – 400 C dengan
kelembaban 40-60 % serta tersedia sensor digital suhu dan
kelembaban di masing-masing ruang pemeriksaan

Persyaratan ruangan, meliputi jenis, kelengkapan dan ukuran/luas


ruangan yang dibutuhkan sebagai berikut :

1. Ketebalan dinding

Ketebalan dinding ruangan radiologi dibuat dengan bata merah


dengan ketebalan 25 cm (duapuluh lima sentimeter) dan
kerapatan jenis 2,2 g/cm3 (dua koma dua gram per sentimeter
kubik), atau beton dengan ketebalan 20 cm (duapuluh
sentimeter) atau setara dengan 2 mm (dua milimeter) timah
hitam (Pb), sehingga tingkat dosis paparan radiasi disekitar
terimaannya tidak melebihi Nilai Batas Dosis (NBD) 1 mSV
(milliSivert) per tahun. Untuk ruang radiologi peruntukan alat
MSCT 64 Slice tebal dinding dibuat dua kalinya
2. Pintu dan ventilasi
Pintu ruangan Pesawat Sinar-X dilapisi dengan timah hitam
dengan ketebalan tertentu sehingga tingkat Radiasi di sekitar
ruangan Pesawat Sinar-X tidak melampaui Nilai Batas Dosis 1
mSv/tahun (satu milisievert per tahun). Ventilasi setinggi 2 (dua)
meter dari lantai sebelah luar agar orang diluar tidak terkena
paparan radiasi.Di atas pintu masuk ruang pemeriksaan
dipasang lampu merah yangmenyala pada saat pesawat
dihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran (lampu
peringatan tanda bahaya radiasi).
3. Ruangan dilengkapi dengan sistem pengaturan udara sesuai
dengan kebutuhan.
4. Pada tiap-tiap sambungan Pb, dibuat tumpang
tindih/overlapping
5. Jenis dan ukuran ruangan :
a. Ruang penyinaran/ Ruang X-ray
- Ukuran ruangan : sesuai kebutuhan/besarnya alat.
- Ruang X-ray tanpa fluoroskopi, minimal: Alat dengan
kekuatan s/d 125 KV : 4m (p) x 3m (l) x 2,8m (t) dan Alat
dengan kekuatan >125 KV : 6,5m (p) x 4m (l) x 2,8m (t)
- Ruang X-ray dengan fluoroskopi : 7.5m (p) x 5,7m (l) x
2,8m (t)
b. Ruang CT Scan
- Ukuran : 6m (p) x 4m (l) x 3m (t)
- Dilengkapi ruang operator, ruang mesin dan ruang
AHU/chiller
c. Ruang Digital Substraksi Angiografi (DSA)
- Ukuran : 8,5 m (p) x 7,5 m (l) x 3 m (t)
- Dilengkapi ruang operator, ruang mesin, ruang
AHU/chiller dan ruang persiapan tindakan/recovery
d. Ruang Mammografi
- Ukuran : 4 m (p) x 3 m (l) x 2,8 m (T)
e. Ruang Panoramic-cepahalometri
- Ukuran : 3 m (p) x 2 m (l) x 2,8 m (t)
f. Ruang Pemeriksaan Ultrasound (US)
- Ukuran : 4 m (p) x 3 m (l) x 2,7 m (t)
- Dinding terbuat dari bata atau sejenisnya tanpa dilapisi
Pb
-Perlengkapan : tempat tidur pasien atau kursi pasien
g. Ruang MRI
- Ukuran : 12 m (p) x 7 m (l) x 3,5 m (t)
- Perlu dilengkapi sangkar faraday untuk proteksi
gelombang elektromagnet
- Dilengkapi ruang operator, ruang mesin dan ruang
AHU/chiller
h. Ruang Baca dan Konsultasi Dokter
- Terpisah dengan ruang pemeriksaan
- Luas : disesuaikan dengan kebutuhan, minimal 2 m (p) x
2 m (l) x 2,7 m (t)
- Perlengkapan :1 buah meja kerja, 2 buah kursi dan
perlengkapan light box
i. Ruang CR dan PACS
- Ukuran : 3 m (p) x 3 m(l) x 2,7 m(t)
- Ukuran dapat menampung : tempat procesing (digitizer),
tempat printer
B. STANDAR FASILITAS

Standar pemilihan dalam pembelian peralatan radiologi suatu rumah


sakit harus mempertimbangkan kondisi dan jenis pelayanan
radiologi yang akan dilakukan disuatu rumah sakit. Acuan yang
digunakan bagian radiologi untuk menetapkan pemilihan dalam
pembelian peralatan radiologi adalah Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar
Pelayanan Radiodiagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
Adapun jenis peralatan acuan bagian Radiologi RS Awal Bros
Makassar adalah jenis peralatan radiologi Rumah Sakit type A
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar Peralatan Radiologi RS Type A
No Peralatan Spesifikasi Jumlah
1 DSA Multi function diagnostic 1 Unit
dantherapy,vascular type,
intensifyingscreen imager 30 – 35 inch,
roadmap, land marking, rotation
view(double tube, flat detector),
DICOM3 compliance
2 MRI Minimal 1,5 Tesla. Optional sesuai 1Unit
kebutuhan, DICOM 3 compliance,neuro
radiology, oncology, pediatric,musculo
sceletal, cardiology,spectroscopy,
dilengkapi dengan
work station, injector, metal detector
3 CT Scan Diatas 64 slice dengan 1 Unit
injector.Dilengkapi dengan work
station,dicomp DICOM 3.
Printer.Optional sesuai kebutuhan
4 Flouroscophy Multipurpose fluoroskopiHigh frequency 1 Unit
X ray generator 125KVControle table
Undertable tube/low radiation Digital
system atau compatiblecomputed
radiography (CR)
Ceiling/floor tube support.Tilting table
dan bucky rapid spot film 4 image
2SCassette system, Minimal 18 x 24,24
x 30 Maksimal 35 x 35 High image
intensifier TV camera/CCTV, High
densityresolution
TV monitor 19 inch
5 USG Multipurpose, color doppler, 3D 2 Unit
Transducer linier dan curve/sektoral 2.5
– 10 mHz, transducer 3D,transducer
transcranial,
transrectal/vaginal,Monitor dan printer
USG
6 Analog X-ray Multipurpose radiografi fungsional 1 Unit
Fixed Unit dan Controle table digital atau manualHigh
atau Digital tension transformer/ generator X-ray
tube dengan kapasitas 40 –150 KV dan
minimal 500 mA
Meja stationer dengan bucky dan
bucky standExpose time : 0.01 – 1 detik
High X-ray voltage generator 40 –150
KV
Generator
7 Mobile x-ray Punya 2 tuas tangkai tube agar 1 Unit
pergerakan dapat leluasaKekuatan 30 –
100 KV, minimal 100mAKelengkapan
proteksi radiasi :minimal 2 apron, tebal
0.25 mm PbBeroda, dengan atau tanpa
battery
8 Mammography Digital, stereotactic, system bucky18 x 1 Unit
24, 24 x 30, magnificationdevice,
compression system(manual atau
motorized), radiation
shield. Optional sesuai kebutuhan(work
station/viewer : 5 MP),mammo printer.
9 Digital CCD System, High Tension 1 Unit
Panoramic/Ceph Generator (Direct current rectifying
alometri, method; X-ray tube focal spot :0.5mm x
0.5mm; tube voltage : 85kV(57-85kV);
tube current : 12 mA;Exposure time :
12-16 sec
(panoramic mode), 0.2-4 sec (TMJ dan
Cephalo mode); inherent filtration :
more than 2.5mm Alequivalent;Film size
:
150mmx300mm (panoramic mode),
240mmx300mm (cephalo mode);power
requirement : AC 100V,50/60Hz.
10 Dental X-ray, Digital; Focal spot : 0.7mm x 1 Unit
0.7mm;tube voltage : 60-70kV; tube
current: 4-7 mA; exposure time 0.01 –
3.2sec; Total filtration : 2.0 mmAl;
halfvalue layer : 1,5 mmAl.
11 C-arm Digital, x-ray generator highfrequency, 1 Unit
KV range 40 – 120, mArange 25 – 100,
exposure time 0.02– 5 sec. II diameter
20 – 35 cm, TVmonitor min 17 inch,
cassette holdersuites 24 x 30, DICOM
3, C-arm free
space rotation, vertical, horizontal
12 Computed Server, data storage, viewer, printer, 2 Unit
Radiography peralatan radiologi, LAN, internet,
(CR) bisa/upgraded dihubungkan dengan
RIS (Radiology Integrated System)
dan teleradiologi
13 Peralatan Lead apron, tebal 0.25 - 0,5 mm Sesuai
protektif radiasi Pb,Sarung tangan, 0.25 – 0.5 mm kebutuha
PbKaca mata Pb, 1 mm PbPelindung
n
tiroid Pb, 1 mm Pb Pelindung gonad Pb,
0.25 – 0.5 mm PbTabir mobile minimal
200 cm (t)x100cm (l) setara 2 mm Pb +
kaca Pb, ukuran kaca sesuai
kebutuhan, tebal2 mm Pb
14 Perlengkapan Surveimeter Digital .Pocket Dosimeter Sesuai
proteksi radiasi Film badge/TLD, kebutuha
n
15 Quality Beam alignment test tool,densitometer, Sesuai
Assurance dan sensitometer,collimator tool, automatic kebutuha
Quality Control beam
analyzer, alat pengukur suhu dan n
kelembaban disesuaikan dengan
alat
16 Picture Archiving Server, data storage, viewer, printer, Sesuai
Communication peralatan radiologi, LAN, internet, kebutuha
System (PACS) bisa/upgraded dihubungkan dengan
n
RIS (Radiology Integrated System)
dan teleradiologi
17 Emergency kit Peralatan dan obat-obatan untuk 1 Unit
RJP sesuai dengan standar anestesi
18 Viewing box Double bank, sesuai kebutuhan Sesuai
kebutuha
n
19 Generator Sesuai kebutuhan
BAB IV

TATA LAKSANA LAYANAN RADIOLOGI

A. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1. Pendaftaran pasien
Proses layanan pemeriksaan radiologi dimulai dari
pendaftaran radiologi. Setiap pemeriksaan radiologi
dilakukan atas permintaan dokter klinis disertai dengan
indikasi klinis yang jelas dan valid . Bagian loket administrasi
radiologi melakukan pendaftaran pasien melalui System
Informasi Rumah Sakit (SIMRS) sesuai dengan status pasien
yaitu rawat jalan, rawat inap atau pasien gawat darurat serta
sesuai penjaminan pasien : umum, askes, pasien gakin,
pasien jamkesda atau pasien tagihan (IKS). Pasien yang
telah dilakukan regestrasi dapat diarahkan ke ruang
pemeriksaan sesuai jenis tindakan pemeriksaan masing-
masing.
2. Alur pemeriksaan radiologi
Alur pemeriksaan radiologi suatu flowchart pemeriksaan
radiologi. Alur pemeriksaan dibagi menjadi dua :
a. Alur pemeriksaan radiologi konventional tanpa dan
dengan kontras
b. Alur pemeriksaan radiologi keseluruhan

3. Jenis layanan radiologi


a. Pemeriksaan radiologi dasar
1). Pemeriksaan radiologi tanpa kontras
Pemeriksaan radiologi tanpa kontras seperti pemeriksaan
foto thorak, tulang belakang, panggul, ekstremitas atas
dan bawah, foto gigi periapical dan foto dental panoramic
2). Pemeriksaan radiologi dengan kontras
Pemeriksaan dengan menggunakan kontras seperti
pemeriksaan Intravena-Urografi (IVU), usus besar, usus
halus, esofagus-lambung-deudenun, retrogred pyelografi
(RPG), fistulografi, sialografi, hysterosalpingografi (HSG),
lopografi, uretrocystografi dan dacriocystograf

b. Pemeriksaan radiologi khusus


Pemeriksaan radiologi khusus meliputi pemeriksaan
arteriografi dan venografi, pemeriksaan CT Scan baik
menggunakan CT Scan maupun multislice, pemeriksaan
Magnetic Resonance Imaging (MRI), pemeriksaan bone
densitometri dan pemeriksaan digital mammografi
4. Persiapan pemeriksaan radiologi
Untuk menghasilkan pemeriksaan maksimal maka pada
pemeriksaan tertentu pasien perlu dilakukan persiapan.
Berikut adalah jenis dan tahapan persiapan pemeriksaan
radiologi :
a. Pemeriksaan intravena-urografi (IVU)
Pemeriksaan intravena-urografi sebelumnya dilakukan
pemeriksaan perlu mendapatkan informasi riwayat
pasien seperti : riwayat penyakit ( DM, hipertensi,multiple
mieloma), riwayat alergi makanan atau obat-obatan (anti
biotik atau obat – obatan lainnya). Pemeriksaan IVU
sebelum dilakukan pasien menandatangani surat
persetujuan tindakan (inform concent)
Berikut adalah persiapan pemeriksaan IVU :
1). Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien diet rendah
serat (makan bubur +kecap+telur rebus)
2). Malam hari jam 20.00 WITA pasien makan terakhir,
minum garam inggris 30 gram + air satu gelas atau
dulculax tablet empat biji
3). Jam 22.00 WITA pasien mulai puasa tahan makan
dan minum serta kurangi banyak bicara dan merokok
4). Jam 05.00 pagi, bila urus-urus kurang baik, maka
dimasukkan dulculax sup 1 bij lewat dubur
5).Jam 08.00 pagi pasien datang ke bagian radiologi
b. Pemeriksaan usus besar
1). Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien diet rendah
serat (makan bubur +kecap+telur rebus) serta banyak
minum air putih
2). Malam sebelum pemeriksaan jam 20.00 pasien
minum 30 gram garam inggris + satu gelas air atau
emapat tablet dulcolax tablet
3). Pagi jam 05.00 WITA subuh masukkan tablet dulcolax
sup ke dubur
4). Jam 08.00 WITA pasien datang ke ruang radiologi
c. Pemeriksaan esogagus-lambung dan deudenum
- Pasien hanya puasa 4-6 jam sebelum pemeriksaan
d. Pemeriksaan usus kecil
- Pasien hanya puasa 4-6 jam sebelum pemeriksaan
e. Pemeriksaan HSG
- Pasien dilakukan pemeriksaan pada hari ke-10 sampai
ke-16 sejak haid pertama
- Sebelum pemeriksaan pasien tidak diperkenankan
melakukan hubungan suami istri
f. Pemeriksaan CT Scan Kontras
- Pemeriksaan CT Scan pada pasien dengan
menggunakan kontras intravena, 4-6 jam puasa sebelum
pemeriksaan
- Periksa laboratorium fungsi ginjal yaitu ureum dan
kreatinin
- Pasien DM dengan konsumsi rutin obat metformin 2 hari
sebelum pemeriksaan diberhentikan terlebuh dahulu
g. Pemeriksaan CT Scan Abdomen
Pemeriksaan CT Scan Abdomen/Whole Abdomen
membutuhkan keadaan usus besar yang bersih agar
gambaran usus dapat tervisualisasi dengan baik. Karena
itu kami menghimbau agar pasien taat pada pelaksanaan
persiapan pemeriksaan dibawah ini.
- Sehari sebelum pemeriksaan , Dianjurkan untuk makan
hanya makanan lunak rendah serat (bubur dengan
Kecap dan Telur atau Tahu) untuk makan pagi, siang dan
malam.
- Makan terakhir adalah pukul mis. 21.00 WIB. lanjutkan
dengan minum garam Inggris sebanyak 30 gram
dilarutkan dalam 1 gelas air ( garam inggris dapat dibeli
di Farmasi / apotek). 30 menit setelah makan. . Reaksi
ingin buang air besar akan timbul 30 menit – 3 jam
setelahnya.
- Setelah makan terakhir. Tidak diperkenankan lagi untuk
makan, namun anda diizinkan untuk minum sebanyak-
banyaknya. ( Air, Teh manis, kopi tanpa susu, sirup dan
Jus saring / sari buah tanpa serat.) hingga pukul : 24.00
WIB. Setelah itu lakukan Puasa Total (makan dan
minum).
- Pada hari pemeriksaan, datanglah 1 jam lebih awal dari
waktu pemeriksaan yang tercantum di atas dengan
membawa 600 ml air minum mineral dan meminum
bahan kontras
- Radiologi akan memberikan 10 cc
telebrix/gastrografin/Urografin untuk ditambahkan dalam
air minum mineral sebagai bahan kontras yang harus
diminum.
CT Whole Abdomen/Abdomen Pelvis :
- 1 jam sebelum pemeriksaan dilakukan, minumlah
sebanyak 800 - 1000 cc . Proses meminum air yang
telah diberi bahan kontras harus dilakukan dengan 4
tahapan sbb:
- Gelas pertama (@250 cc) : 1 jam sebelum pemeriksaan
- Gelas ke 2 s/d gelas ke 4 : tiap 15 menit kemudian.
- Dan pemeriksaan dilakukan 5 menit setelah gelas ke 4
diminum.
CT Upper Abdomen
- 1/5 jam sebelum pemeriksaan dilakukan, minum
sebanyak 600 cc .
- Proses meminum air yang telah diberi bahan kontras
harus dilakukan dengan 3 tahapan sbb :
- Gelas Pertama : diminum 30 menit sebelum
pemeriksaan
- Gelas kedua : diminum 15 menit sebelum
pemeriksaan
- Gelas ketiga : diminum 5 menit sebelum
pemeriksaan
CATATAN: Klinis pasien dengan curiga batu (lithiasis)
seperti batu empedu, ginjal, kasus tumor pada daerah
lambung serta pemeriksaan CTA (CT Angiografi)
Abdominalis cukup digunakan bahan kontras air (water)
sebagai kontras negatif.
h. Pemeriksaan Ultrasound (US)
- Sebelum dilakuakan pemeriksaan pasien banyak minum
air putih dan tahan kencing
- Pasien dengan indikasi kelainan pada kandung empedu
pasien puasa 4-6 jam sebelum pemeriksaan

B. WAKTU PELAYANAN RADIOLOGI


1. Waktu Pelayanan Radiologi Rawat Inap dan Rawat Jalan
- Hari Senin – Jum’at , pukul 08.00 sampai 16.00
2. Waktu Pelayanan Radiologi Gawat Darurat dan Cit0
- Waktu pelayanan radiologi tersedia 24 jam

C. WAKTU TUNGGU HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI


Berikut adalah adalah pedoman waktu pengambilan hasil
pemeriksaan radiologi yang mengacu pada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomer 1014/MENKES/SK/2008
tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik Di Sarana
Pelayanan Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan
No.129 tahun 2008 tentang Standart Pelayanan Minimal
Radiologi

Tabel . Daftar waktu tunggu pemeriksaan radiologi

No Pemeriksaan Radiologi Waktu Tunggu Hasil


Pemeriksaan
1. Foto thorak Kurang 3 jam
2. Foto konventional dan kontras Kurang 6 jam
3. Pemeriksaan CT Scan Kurang 6 jam
4. Pemeriksaan MRI Kurang 6 jam
5 Pemeriksaan cito Kurang 3 jam
6. Pemeriksaan cito (UGD) Kurang 3 jam
7. Hasil pemeriksaan kritis Kurang 1 jam

D. KRETERIA HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI KRITIS


Hasil pemeriksaan kritis adalah hasil pemeriksaan radiologi yang
harus dilaporkan ke dokter klinise segera (kurang dari 1 jam).
Hasil pemeriksaan radiologi kritis menyangkut kondisi pasien
yang memerlukan tindakan segera untuk menolong atau
memperbaiki kondisi umum pasien. Berikut adalah daftar
pemeriksaan kritis radiologi

No Hasil Pemeriksaan Gambaran Radiologi


Radiologi Kritis
1. Efusi pleura masif Masif
opisification/perselebuhan
hemithorax , pendorongan
mediastinum dan
pelebaran costal
2. Pneumothorax nasif Gambaran avascular
hyperlusent,pendorongan
mediastinum
3. Abdomen perforasi Udara bebas/free air
dibawah diafragma
4. Abdomen ileus obstruksi Gambaran air fluid level
(+), step ladder
appeaarance,herring bone
appeaarance
5 Infark luas Gambaran hipodens luas
pada cerebri
6. Perdarahan otak Gambaran hiperdens area
otak
7 Korpus alienum saluran nafas Gambaran radioopak pada
saluran nafas

E. KRETERIA RADIOGRAF
Justivikasi adalah merupakan langkap pertama dalam proteksi
radiasi. Hal ini mengandung arti bahwa paparan radiasi ke
pasien tidak dibenarkan tanpa disertai indikasi klinis yang valid,
meskipun hasil pencitraan yang dihasilkan sebaik mungkin.
Setiap pemeriksaan radiologi yang menggunakan sumber radiasi
pengion harus memberikan keuntungan yang lebih bagi pasien
atas tindakan pemeriksaan tersebut. Hal ini dapat terlaksana
ketika klinise bener-benar memperhatikan faktor : diagnosis,
pasien menegement terapi dan hasil akhir bagi pasien.
Justivikasi atas pemeriksaan radiologi atas dasar tidak ada
pemeriksaan lain untuk mengakkan diagnosis dan resikonya
rendah, harapannya adalah pemeriksaan yang dihasilkan
mempunyai sensitivitas, spesifitas, akurasi dan prediksi nilai
(predictive value) sehubungan dengan informasi diagnosa yang
diharapkan. Justivikasi juga dapat diterima dengan syarat
seorang yang terlatih dan mempunyai kompetensi baik
dibidang teknik pemeriksaan, interpretasi serta pengetahuan
proteksi radiasi melaksanakan tindakan radiologi sesuai dengan
syarat aturan yang berlaku.
Dalam pemeriksaan diagnostik ICRP juga Bapeten tidak
merekomendasikan penerapan nilai dosis batas untuk
memberikan paparan radiasi ke pasien tetapi menggunakan
dosis referensi acuan (dose reference level) untuk mencapai
nilai optimalisasi proteksi dalam paparan radiasi medis.
Pemeriksaan diagnostik yang telah memiliki pembenaran secara
klinis, proses pencitraan berikutnya harus dioptimalkan.
Optimalisasi penggunaan radiasi pengion merupakan hasil
interaksi dari 3 aspek yang penting, meliputi kualitas radiograf,
dosis radiasi yang diterima pasien dan pilihan teknik radiografi.
Panduan ini dibuat untuk ketiga hal tersebut diatas. Jenis
pemeriksaan radiografi yang sering dilakukan dan yang
dianggap memberikan kontribusi dosis radiasi yang lebih dipilih,
seperti pemeriksaan x-ray thorax, tulang belakang lumbal, pelvis,
saluran urinarius dan pemeriksaan payudara/mammografi.
Prinsip umum yang digunakan untuk evaluasi radiograf
berdasarkan standar literatur adalah berikut :
1. Image Anotasi
Meliputi identifikasi pasien, tanggal pemeriksaan, letak posisi
marker anatomi right (R) atau left (L) dan nama institusi
pemberi pelayanan harus tertera dan terbaca pada film.
2. Quality Contral Peralatan X-ray
Program quality control (QC) peralatan x-ray merupakan
bagian yang terpenting dalam upaya pemberian paparan
dosis radiasi ke pasien. Program ini meliputi pengecekan
secara berkala terhadap parameter fisik dan teknis yang
terkait dalam pembuatan radiograf
3. Posisi Pasien
Posisi pasien (patien potitioning) menentukan tingkat
keberhasilan setiap pemeriksaan radiologi. Posisi rutin perlu
ditambah untuk menampilkan kelainan klinis yang spesifik.
Pengaturan posisi yang benar merupakan tanggung jawab
seorang radiografer.
4. Pembatasan Kolimasi
Pembatasan kolimasi (x-ray beam limitation) mempunyai
keuntungan meningkatkan kualitas radiograf dan
menurunkan nilai dosis radiasi ke pasien. Pembatasan
kolimasi hanya pada organ yang diperiksa memungkinkan
daerah yang tidak dibutuhkan dalam pemeriksaan dapat
terhindar dari bahaya radiasi
5. Perisai Pelindung
Perisai pelindung (protective sheilding) tersedia dan
digunakan untuk melindungi jaringan radiosensitive bila
memungkinkan seperti organ reproduksi testis atau ovarium
bila dilakukan paparan dari jarak yang dekat.
6. Kondisi Eksposi Radiograf
Pengetahuan dan penggunaan yang benar faktor eksposi
seperti pemilihan nilai tegangan tabung (kVp), nilai arus
tabung tiap detik (mAs), filtrasi tabung, dan jarak fokus ke
film (FFD), oleh karena faktor tersebut mempunyai kontribusi
terhadap peneriman dosis radiasi ke pasien
7. Pemilihan screen-film
Kecepatan screen-film merupakan faktor kritis terhadap
terimaan dosis radiasi ke pasien. Screen-film dengan
kecepatan yang tinggi memerlukan nilai eksposi yang rendah
sehingga memberikan dosis radiasi yang rendah pula ke
pasien. Nilai kecepatan screen film yang dianjurkan minimal
adalah nilainya 400
8. Derajat Kehitaman Film
Derajat kehitaman film (film blackening) mempengaruhi
kualitas radiograf. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat
kehitaman film seperti ukuran pasien, dosis radiasi, kualitas
radiasi,teknik radiografi, reseptor film dan procesing
film.Kisaran nilai rata-rata densitas optis klinis biasanya
terletak pada rentang D=1,0 dan D= 1,4 , untuk pemeriksaan
payudara/mammografi berkisar 1,3 sampai 1,8 yang
dianjurkan serta densitas fog film tidak boleh melebihi 0,25.
9. Daftar Nilai Exposure Tiap Pemeriksaan
Untuk menjamin konsistensi kulitas radiograf tiap
pemeriksaan, maka perlu dibuat daftar/tabel nilai eksposi tiap
jenis pemeriksaan
10. Film Procesing
Pengolahan procesing film radiograf yang optimal sangat
penting untuk menghasilkan kualitas radiograf yang
dihasilkan. Perlu dilakukan program quality control (QA)
procesing film, seperti menjaga suhu chemical larutan
pembangkit pada kondisi yang konstan.
11. Kondisi Image Viewer
Kondisi Image Viewer perlu dijaga, seperti tingkat
pencahayaan. Pencahayaan Image Viewer dapat membantu
menginterpretasi hasil radiograf dengan baik
12. Reject Analysis
Perlu dilakukan program Reject Analysis Film untuk
mengetahui penyebab pengulangan radiograf. Analisis
program Reject Analysis Film digunakan sebagai bahan
evaluasi perbaikan mutu pelayanan radiologi secara
keseluruhan.

Persyaratan diagnostik radiograf secara umum :


1. Kreteria hasil radiograf yang dapat dilakukan interpretasi
dokter spesialis radiologi adalah mengacu pada karakteristik
dari visibilitas (visibility) struktur anatomis yang diperiksa.
Tingkat visibilitas didefinisikan sebagai berikut : visualisasi,
reproduksi, ketajaman dan detail radiograf
2. Kreteria Dosis Radiasi Pasien
Entrance Surface Dose (ESD) merupakan nilai standart
pengukuran dosis radiasi yang akan diterima pasien. Ini
merupakan dosis yang akan masuk pada titik point dalam
tubuh atau dosis serap dalam udara (mGy). Standart
pengukuran pada kondisi pasien berat badan 70 kg dan
kompresi payudara 5 cm pada pemeriksaan mammografi
termasuk di dalamnya radiasi hambur (scatter radiation)
F. KRITERIA RADIOGRAF PILIHAN
Berikut adalah pedoman persyaratan radiograf diagnostik
beberapa pemeriksaan radiologi :
1. Pemeriksaan Foto Thorax Posisi PA (Postero-Anterior)
a. Kreteria Radiograf
1). Kondisi full inspirasi tampak batas diafragma setinggi
kosta ke-enam depan (anterior) atau kosta ke-sepuluh
belakang (posterior)
2). Repruduksi thorax tampak simetris dimana jarak
medial clavicula dan prosesus spinosus sama
3). Medial border scapula tidak menutupi area paru-paru
4). Vusualisasi radiograf tajam (sharpness) dimana
pembuluh darah paru-paru keseluruhan sampai
pembuluh darah tepi jelas kelihatan (vascular pattern)
5). Visualisasi tracheal dan proksimal bronchus, batas
jantung dan aorta serta diafragma dan lateral costa-
phrenic angel repruduksinya tajam (shapness)
6). Visualisasi daerah retrocardiac dan mediastinum
7). Visualisasi tulang belakang tampak superposisi
dengan organ jantung

b. Image Detail
1). Menampakkan struktur terkecil dari paru-paru dan
area retrocardiac
2). Kondisi kontras tinggi struktur ukuran terlihat sampai
diameter 0,7 mm
3). Kontras rendah ukuran struktur terlihat sampai
diamete 0,2 mm
c. Dosis Radiasi
Nilai ESD (entrance skin dose ) pada foto thorax adalah
0,4 mGy
d. Teknik Foto Thoraks
1). Teknik Radiografi : vertical stand dengan stationary
atau moving grid
2). Nominal focal spots : ≤ 1,3 mm
3). Total filter : > 3 mm Al equivalent
4). Anti scatter grid : rasio 1:10 dengan 40/cm
5). Screen film system : nominal speed class 400
6). Automatic Expose Control (AEC)
7). FFD : 150 cm
8). Tegangan (kVp) : 125
9). Waktu eksposi : 20 ms
10). Protective Sheilding : standart

2. Foto Kepala AP dan Lateral


a. Kreteria Radiograf
1). Gambaran tulang kepala (os calvaria symetris),
tervisualisasi dengan jelas tulang-tulang calvaria, orbita
dan tulang petrosum
2). Tulang petrosum terproyeksi pada 2/3 pada cavum
orbita
3).Gambaran sinus frontalis, sinus etmoidalis, apex
petrosum os temporalis dan canalis auditori internal
tervisualiasi dengan baik (shapness)
4). Pada proyeksi lateral kepala terproyeksi dengan jelas
gambaran sella tursika dan apex petrosa os temporal
5). Tampak superposisi gambaran kontur dari frontal
cranial fossa,lasser wing os spenoidalis, prosesus
clinoidalis anterior dan posterior, external auditori canal
dan angulus mandibula
6). Gambaran tajam (shapness) tervisualisasi vascular
canal,vertex kepala dan trabecullar os calvaria
b. Image Detail
1). Menampakkan struktur terkecil dari trabecullar os
calvaria
2). Kondisi kontras tinggi struktur ukuran terlihat sampai
diameter 0,5 mm
3). Kontras rendah ukuran struktur terlihat sampai
diamete 0,3 mm
c. Dosis Radiasi
Nilai ESD (entrance skin dose ) pada foto kepala AP dan
Lateral adalah 10 mGy
d. Teknik Pemeriksaan
1). Teknik Radiografi : vertical stand dengan stationary
atau moving grid
2). Nominal focal spots : ≤ 1,3 mm
3). Total filter : > 3 mm Al equivalent
4). Anti scatter grid : rasio 1:10 dengan 40/cm
5). Screen film system : nominal speed class 400
6). Automatic Expose Control (AEC)
7). FFD : 110 cm
8). Tegangan (kVp) : 70-85 kV
9). Waktu eksposi : < 100 ms
10). Protective Sheilding : standart

3. Foto Lumbo Sakral


a. Kreteria Radiograf
1). Tampak gambaran inferior end plate L5 dan superior
end plate S1
2). Tampak gambaran prosesus spenosus dan anterior
border os sakrum
3). Pada proyeksi Antero-Posterior tampak tulang pelvis
symetris,sacroiliaca joint tervisualisasi dengan ketajaman
yang cukup, colum femuralis mengalami pemendekan
dan tidak rotasi
b. Image Detail
1). Menampakkan struktur terkecil trabeculasi korpus
vetebra
2). Kondisi kontras tinggi struktur ukuran terlihat sampai
diameter 0,7 mm
3). Kontras rendah ukuran struktur terlihat sampai diamete
0,2 mm
c. Dosis Radiasi
Nilai ESD (entrance skin dose ) pada foto thorax adalah 10
mGy
e. Teknik Pemeriksaan
1). Teknik Radiografi : vertical stand dengan stationary
atau moving grid
2). Nominal focal spots : ≤ 1,3 mm
3). Total filter : > 3 mm Al equivalent
4). Anti scatter grid : rasio 1:10 dengan 40/cm
5). Screen film system : nominal speed class 400
6). Automatic Expose Control (AEC)
7). FFD : 110 cm
8).Tegangan (kVp) : 80-100
9). Waktu eksposi : < 1000 ms
10. Protective Sheilding : standart

4. Foto Abdomen Polos dan IVU


a. Kreteria radiograf
1). Pada foto sebelum kontras (Abdomen Polos) tampak
gambaran/visualisasi kidney/ginjal outlines, psoas
musculus outlines dan gambaran fecal matreal (-)
2). Batas atas radiograf setinggi T11 dan batas bawah
sympisis pubis
3). Foto series post intra vena injeksi kontras media
tampak peningkatan parenkim ginjal density
(neprographic efect), tervisualisasi dengan baik renal
pelvis dan calyces (pyelographic efect), tampak kedua
ureter dan keseluruahan area bladder (kandung kemih)
b. Image Detail
Menampakkan struktur terkecil kalsifikasi 1,0 mm
c. Dosis Radiasi
Nilai ESD (entrance skin dose ) pada abdomen polos +
IVU adalah 10 mGy
d. Teknik Radiografi
1). Teknik Radiografi : vertical stand dengan stationary
atau moving grid
2). Nominal focal spots : ≤ 1,3 mm
3). Total filter : > 3 mm Al equivalent
4). Anti scatter grid : rasio 1:10 dengan 40/cm
5). Screen film system : nominal speed class 400
6). Automatic Expose Control (AEC)
7). FFD : 110 cm
8). Tegangan (kVp) : 70-90
9). Waktu eksposi : <2000 ms
10). Protective Sheilding : standart

5. Pemeriksaan X-Ray Mammografi


Proyeksi Medio-Lateral Obliq
Kreteria Aspek Posisi
1). Pectoralis musculus angel pada posisi yang benar
2). Infra-mamaria tervisualisasi dengan baik
3). Tampak gambaran anatomis cranio-lateral glandullar
tissue dengan ketajaman yang baik
3). Nippel mamme tervisualisasi dengan jelas dan posisi
mamae kanan dan kiri tervisualisasi dengan symetris
Krteria Aspek Faktor Eksposi
1). Tepi kulit mamae tervisualisasi dengan baik
2). Gambaran struktur pembuluh darah tervisualisasi dengan
baik
Proyeksi Cranio-Caudal
Kreteria Radiograf
1). Pectoralis musculus angel pada posisi yang benar
2). Infra-mamaria tervisualisasi dengan baik
3) Tampak gambaran anatomis retro glandular fat
tisuue,medial breast tissue dan lateral breast tissue
dengan ketajaman yang baik
4) Nippel mamme tervisualisasi dengan jelas dan posisi
mamae kanan dan kiri tervisualisasi dengan symetris

Kreteria Faktor Eksposi

1). Tepi kulit mamae tervisualisasi dengan baik

2) Gambaran struktur pembuluh darah tervisualisasi


dengan baik
a. Image Detail
Menampakkan struktur microcalsifikasi diameter 0,2 mm
b. Dosis Radias
Nilai ESD (entrance skin dose ) pada foto mamografi
dengan ketebalan objek setelah kompresi 5 cm adalah
10 mGy
c. Teknik Pemeriksaan
1). Teknik Radiografi : menggunakan filter Mo
(molibdenum)
2). Nominal focal spots : ≤ 0,3 mm
3). Total filter : > 0,03 mm Mo equivalent
4). Anti scatter grid : rasio 1:5 dengan 27/cm
5). Screen film system : nominal speed class 400
6). Automatic Expose Control (AEC)
7). FFD : 60 cm
8).Tegangan (kVp) : 28 kV
9). Waktu eksposi :2s
10). Protective Sheilding : standart

F. Kualitas Kreteria Pemeriksaan Computed Tomography Scanning

Prinsip dasar proteksi radiasi pada penyinaran untuk kepentingan medis, sesuai
anjuran ICRP harus mengikuti minimal dua kaidah pokok. Kaidah atau azas proteksi
radiasi yaiti azas justifikasi dan optimasi, masuk didalammnya konsep nilai guide level
terimaan dosis radiasi yang diterima pasien (diagnostic reference level). Nilai terimaan
dosis harus serendah-rendahnya sesuai konsep ALARA (as low as reasonably
achievable) .

Tahapan awal penerapan konsep asas justivikasi pada pemeriksaan CT Scan adalah
pemeriksaan dilakukan atas dasar indikasi klinis yang valid dan diminta oleh dokter.
Indikasi klinis berhubungan erat dengan aspek penegakkan diagnosis, menegemen
pengobatan pasien dan yang utama outcome untuk kepentingan pasien.

Aspek penerapan asas optimasi pada pemberian paparan radiasi medik berhubungan
dengan nilai terimaan dosis radiasi yang diterima pasien (diagnostic reference level).
Penggunaan pemeriksaan dengan menggunakan CT Scan harus memperhatikan
aspek-aspek proses pembentukan gambar. Ada tiga hal yang harus diperhatikan :
kualitas gambar untuk penegakkan diagnosa, radiasi yang diterima pasien dan pilihan
yang tepat teknik pemeriksaan. Pedoman berikut berisi guide line untuk menghasilkan
pemeriksaan CT Scan dengan kualitas yang baik. Kualitas gambar yang baik tentunya
interpretasi menjadi cepat dan tepat.

Berikut adalah panduan kretria pemeriksaan CT Scan

1. CT Scan Kepala
a. Tahapan pemeriksaan CT Scan Kepala (Brain CT)
1). Indikasi pemeriksaan : lesi akibat trauma capitis dan suspeck focal atau
structural disease dari otak dan kontra indikasi pemeriksaan dengan MRI
2). Persiapan pemeriksaan : tidak perlu pemeriksaan khusus, jika
menggunakan kontras intravena pasien puasa untuk mengosongkan isi
lambung
3). Proyeksi scanning : proyeksi lateral mulai base skull hingga vertex, pada
kasus multiple trauma area scanning mulai vetebra servikal hingga vertex
b. Kreteria gambar
1). Visualisasi citra : anatomi keseluruhan cerebelum, cerebrum, base skull
dan pemeriksaan menggunakan kontras tervisualisasi pembuluh darah
kepala
2). Reproduksi kritical : tervisualisasi dengan jelas perbedaan gray dan
white matter, basal ganglia, sistem ventrikullar, daerah mesencephalon
dengan area ruang cerebrospinal di sekitarnya, pembuluh darah besar otak
dan plexus choracoideus
c. Dosis Radiasi Pasien
1). CTDIw routine untuk pemeriksaan CT Scan Kepala adalah 60 mGy
2). DLP routine untuk pemeriksaan CT Scan Kepala adalah 1050 mGy.cm
d. Teknik Pemeriksaan
1). Posisi : supine
2). Daerah pemeriksaan : mulai setinggi foramen magnum hingga vertex
3). Nominal slice thicness : 2,5 mm daerah fossa posterior (infratentorial)
dan 5-10 mm daerah hemisphere otak (supra tentorial)
4). Interslice distance-pitch : contiguous atau pitch = 1,0
5). FOV : head (24 cm)
6). Gantry Tilting : 10 – 12 derajat di atas OML untuk mereduksi dosis pada
lensa mata
7). X-ray Voltage : 140 kV (standart)
8). Arus tabung : dipilih nilai mA yang tinggi (di atas 200 mA)
9). Recontruction Algoritma : softissue atau standart
10. Window Width (WW) : 0-90 HU (supratentorial), 140-160 HU (fossa
posterior), 2000-3000 HU untuk tulang
11). Window Level (WL) : 40-45 HU (supratentorial), 30-40 HU (fossa
posterior), 200-400 HU untuk tulang

2. CT Scan Thoraks
a. Tahapan pemeriksaan CT Scan Thoraks
1). Indikasi pemeriksaan : susp kelainan pada paru, pleura atau kelaianan
nodul lympatic, tumor metastase, infeksi paru, trauma dada atau focal
diseases
2). Persiapan pemeriksaan sebelumnya : foto thorak konventional
3). Persiapan pasien : tidak perlu pemeriksaan khusus, jika menggunakan
kontras intravena pasien puasa untuk mengosongkan isi lambung
3). Area scanning : leher bagian bawah sampai abdomen atas
b. Kreteria gambar
1). Visualisasi citra : anatomis semua dinding thoraks, aorta dan vena cava
superior, jantung, parenkim paru-paru dan pembuluh darah di bagian
thoraks setelah pemberian kontras intravena
2). Reproduksi kritical : tervisualisasi dengan baik pembuluh darah aorta,
trachea dan bronchus utama, jaringan lunak paratracheal, kelenjar getah
bening daerah carina, oesofagus,dinding pleuramediastinum, pembuluh
darah besar dan sedang paru,segmental bronchus,parenkim paru-paru dan
batas antara pluera dan dinding thoraks
c. Dosis Radiasi Pasien
1). CTDIw routine untuk pemeriksaan CT Scan Thoraks adalah 30 mGy
2). DLP routine untuk pemeriksaan CT Scan Kepala adalah 650 mGy.cm
d. Teknik Pemeriksaan
1). Posisi : berbaring terlentang di atas meja pemeriksan dan kedua lengan
ke atas
2). Daerah pemeriksaan : mulai setinggi apeks paru hingga basis paru-paru
3). Nominal slice thicness : 7- 10 mm
4). Interslice distance-pitch : contiguous atau pitch = 1,0
5). FOV : bergantung ukuran pasien
6). Gantry Tilting : 0 derajat
7). X-ray Voltage : 140 kV (standart)
8). Arus tabung : dipilih nilai mA yang tinggi (di atas 200 mA)
9). Recontruction Algoritma : softissue atau standart
10. Window Width (WW) : 300-600 (softtisue), 800-1000 HU (parenkim
paru-paru ), 2000-3000 HU untuk tulang
11). Window Level (WL) : 0-30 HU (softissue), -500 - -700 HU (parenkim
paru-paru), 200-400 HU untuk tulang

b. Tahapan pemeriksaan CT Scan Abdomen


1). Indikasi pemeriksaan : lesi implamasi,curiga suatu SOL intra abdominal
dan intraperitoneal, aneurisma pembuluh darah abdomen, trauma abdomen
dan CT guide biopsi
2). Persiapan pemeriksaan : tidak perlu pemeriksaan khusus, jika
menggunakan kontras intravena pasien puasa untuk mengosongkan isi
lambung
3). Proyeksi scanning : thorak bagian bawah sampai pelvis (sympisis pubis)
b. Kreteria gambar
1). Visualisasi citra : diafragma, masuk liver dan limpa, retroperitonial organ
(pankreas dan ginjal), abdominal aorta hingga proksimal arteri iliaca,
dinding abdomen dan pembuluh darah jika menggunakan kontras intravena
2). Reproduksi kritical : visualiasasi dengan jelas liver dan pembuluh darah
di dalamnya, parenkin limpa, organ pencernakan (intestinal organ),
perivascular retroperitoneal space, kontur pankreas, deunenum, ginjal dan
proksimal ureter, pembuluh darah abdominal (aorta abd, proksimal arteri
iliaka komunis,vena cava dan vena renalis)
c. Dosis Radiasi Pasien
1). CTDIw routine untuk pemeriksaan CT Scan Kepala adalah 35 mGy
2). DLP routine untuk pemeriksaan CT Scan Kepala adalah 750 mGy.cm
d. Teknik Pemeriksaan
1). Posisi : supine
2). Daerah pemeriksaan : mulai baru bagian bawah hingga sympisis pubis
3). Nominal slice thicness : 7-10 mm bila kelainan keci 3-5 mm
4). Interslice distance-pitch : contiguous atau pitch = 1,0
5). FOV : bergantung ukuran tubuh
6). Gantry Tilting : 0 derajat
7). X-ray Voltage : 140 kV (standart)
8). Arus tabung : dipilih nilai mA yang tinggi (di atas 200 mA)
9). Recontruction Algoritma : softissue atau standart
10. Window Width (WW) : 150-600 HU , 2000-3000 HU untuk tulang
11). Window Level (WL) : 30-40 HU (supratentorial), 30-40 HU (fossa
posterior), 200-400 HU untuk tulang

G.PENGGUNAN KONTRAS MEDIA

Kontras media merupakan senyawa/bahan yang berfungsi untuk


memvisualisasi struktur organ yang pada pemeriksaan radiografi biasa tidak
kelihatan jelas seperti ginjal dengan saluran ureternya, organ saluran cerna
hingga pembuluh darah. Bahan kontras dipilih dari bahan yang mempunyai sifat
atteuasi sinar-X yang tinggi, dikenal dengan kontras positif yang memberikan
gambar pada radiografi terang/opak dan bahan yang mempunyai sifat attenuasi
sinar-X rendah, dikenal dengan kontras negatif memberikan gambaran pada
radiografi gelap atau lusen.
Berbagai media kontras telah digunakan untuk kepentingan peningkatan
pencitraan medis. Seperti obat-obatan lain yang masuk ke tubuh, maka kontras
media juga mengandung resiko. Tujuan penyusunan pedoman ini adalah untuk
membantu ahli radiologi, perawat radiologi serta radiografer dalam mengenali
dan mengelola/menangani resiko yang ditimbulkan pada penggunaan bahan
kontras media.
Efek samping dari pemberian kontras media dalam pencitraan diagnostik
bervareasi dari mulai efek samping yang ringan hingga efek samping yang
berat yang dapat membahayakan pasien. Penanganan efek samping terhadap
pemakian kontras media meliputi aspek : ketersediaan tenaga yang terlatih,
peralatan (emergency kit) dan obat-obatan. Pertimbangan penngunaan kontras
media harus benar-benar diperhatikan, antara lain : menjamin pemberian
kontras untuk pasien sesuai dengan indikasi klinis yang valid, berupaya
meminimalkan kemungkinan reaksi kontras media dan yang terakhir adalah
untuk sepenuhnya siap mengobati bila reaksi kontras terjadi terhadap pasien.
1. Reaksi Alergi Kontras
Didefinisikan sebagai reaksi yang tidak diinginkan yang terjadi dalam kurun
waktu satu jam setelah injeksi kontras media
Klasifikasi reaksi alergi kontras
a. Reaksi ringan : mual,muntah ringan,urtikaria dan gatal-gatal
b. Reaksi sedang: muntah-muntah berat, urtikaria yang jelas,
bronkospasme, edema fasial/laring dan serangan vasovagal
c. Reaksi berat : syok hipotensif, terhentinya pernafasan, henti jantung dan
kejang
2. Upaya Mengurangi Reaksi Akut Media Kontras
a. Untuk semua pasien
1). Menggunakan kontras media injeksi non-ionik
2). Pasien menunggu di Bagian Radiologi selama 30 menit setelah
injeksi kontras media jika ditemui penurunan tanda-tanda vital
3). Mempersiapkan obat dan peralatan untuk resusitasi
b. Untuk pasien beresiko tinggi
1). Pertimbangkan pemeriksaan yang tidak memerlukan pemeriksaan
dengan kontras, seperti pemeriksaan USG atau MRI
2). Gunakan agen kontras yang mengandung iodium berbeda untuk
orang yang mengalami reaksi pada penggunaan kontras media
3). Pertimbangkan penggunaan pre-medikasi seperti 30 mg prednisolon
atau 32 mg metilprednisolon yang diberikan secara oral 12 dan 2 jam
sebelum diberikan media kontras.
3. Obat Kegawat daruratan dan peralatan medis yang harus berada dalam
ruangan
a. Tabung oksigen
b. Adrenalin
c. Anthistamin H1- yang sesuai untuk injeksi
d. Atropin
e. ß-2 agonis inhaler dengan dosis terukur
f. Infus-garam fisiologis normal atau larutan Ringer
g. Obat anti-kejang (diazepam)
h. Sphygmomanometer
i. Peralatan nafas mulut satu arah
4. Panduan Singkat Pertolongan Pertama Reaksi Akut Media kontras
a. Mual atau Muntah
1). Sementara : perawatan suportif
2). Berat,berlarut-larut : obat antimetik yang sesuai harus
dipertimbangkan
b. Urtikaria
1). Tersebar, sementara : perawatan suportif termasuk pengamatan
2). Tersebar , berlarut-larut : pertimbangkan penggunaan H1-
anthihestamin intramuscular atau intravena yang sesuai. Dapat
menimbulkan rasa mengantuk dan atau hipotensi
Berlanjut : pertimbangkan penggunaan adrenalin 1:1000, 0,1-0,3 ml
(0,1-0,3) mg intramuskuler pada orang dewasa, 50% dosis orang
dewasa untuk anak-anak antara 6-12 tahun dan 25% bagai anak-anak
umur 6 tahun. Ulangi sesuai kebutuhan
c. Bronkospasm
1). Oksigen melalui masker ( 6-10l/menit)
2). ß-2 agonis inhaler dengan dosis terukur (2-3 hirupan dalam)
3). Adrenalin
Tekanan darah normal
- Intramuskular : 1:1000 , 0,1-0,3 ml gunakan dosis yang
kecil pada penyakit arteri koroner atau pasien usia lanjut
- Pada pasien anak-anak : 0,1 mg/kg hingga 0,3 mg
maksimal;

Penurunan tekanan darah

- Intramuskular : 1:1000 , 0,5 ml (0,5 mg)


- Pada pasien anak-anak : 6-12 tahun butuh 0,3 ml inta
muskular dan < 6 tahun butuh 0,15 mg intramuskular
d. Edema laring
1). Oksigen melalui masker (6-10 liter)/menit
2). Adrenalin intramuskular 1:1000, 0,5 ml (0,5 mg) untuk orang dewasa
ulangi sesuai kebutuhan, pada anak-anak 6-12 tahun : 0,3 ml (0,3 mg)
dan anak < 6 tahun : 0,15 ml (0,15 mg) intramuskular
e. Hipotensi
1). Hipotensi terisolasi
- Angkat kedua tungkai kaki pasien
- Oksigen melaui masker (6-10 l/menit)
- Cairan intravena : dengan cepat, garam fisiologis atau cairan Ringer
laktat
- Jika tidak ada respon : Adrenalin : 1:1000 , 0,5 ml (0,5 mg)
intamuskular sesuai kebutuhan. Pada anak-anak 6-12 tahun : 0,3 ml
(0,3 mg) dan anak < 6 tahun : 0,15 ml (0,15 mg) intramuskular
2) Reaksi vagal ( hipotensi dan brakikardi)
- Angkat kedua tungkai kaki pasien
- Oksigen melaui masker (6-10 l/menit)
- Atropin 0,6-1,0 mg intravena, ulangi sesuai kebutuhan setelah 3-5
menit hingga total 3 mg (0,04 mg/kg) pada dewasa. Untuk pasien anak-
anak berikan 0,02 mg/kg intravena maks 0,6 mg per dosis , ulangi
sesuai kebutuhan hingga total 2 mg
- Cairan intravena : dengan cepat, garam fisiologis atau cairan Ringer
laktat

f. Reaksi anafilaktoid umum


1). Panggil tim resusitasi
2). Aspirasi jalan nafas bila diperlukan
3). Angkat kedua tungkai pasien jika terjadi hipotensi
4). Oksigen melaui masker (6-10 l/menit)
5). Adrenalin : 1:1000 , 0,5 ml (0,5 mg) intamuskular sesuai kebutuhan.
Pada anak-anak 6-12 tahun : 0,3 ml (0,3 mg) dan anak < 6 tahun : 0,15
ml (0,15 mg) intramuskular
6). Cairan intravena : dengan cepat, garam fisiologis atau cairan Ringer
laktat
7). Pemblok H1, misalnya difenhidramin 25-50 mg intravena

BAB V
LOGISTIK

Pelayanan radiologi dan diagnostik imaging di instalasi radiologi RSUP Dr


Wahidin Sudirohusodo berlangsung 24 jam. Banyak diperlukan kebutuhan
bahan untuk menyelenggarakan pelayanan radiologi mulai kebutuhan x-ray
film, bahan kontras media, bahan obat-obatan untuk antisipasi alergi atas
penggunaan kontras media intra vena (IV), c dan kebutuhan alat kesehatan
pendukung. Mengingat pentingnya penyedian bahan dan barang kebutuhan
radiologi agar selalu tersedia, maka perlu dibuat suatu pedoman penyediaan
barang kebutuhan radiologi
A. JENIS DAN KEBUTUHAN RADIOLOGI
1. Kebutuhan Barang Medik (X-ray Film)
Jenis kebutuhan x-ray film untuk kebutuhan radiologi dengan spesifikasi
sebagai berikut

No Jenis x-ray film Spesifikasi Ukuran Kebutuhan


1. Film Imaging Thermal 10x12 inchi Pemeriksaa
n
konventional
2. Film Imaging Thermal 14x17 inchi CT Scan &
MRI
Paper Printing Glossy roll USG
USG

2. Kebutuhan Barang Kontras Media


Kontras media merupakan jenis obat yang dipakai untuk memperjelas
bagian anatomis tubuh yang tidak terlihat pada pemeriksaan x-ray
polos. Berikut adalah jenis bahan kontras media yang digunakan di
instalasi radiologi

No Jenis Kontras Media Spesifikasi Kebutuhan


1. Kontras media intravena Non-ionik CT Scan
pemeriksaan x-ray Konsentrasi 350-370 Pemeriksaan IVU
dengan vol 30 dan 100 Pemeriksaan HSG
cc dll
Ionik kontras media Fistulografi Lopografi
2 Kontras media intravena Non-ionik MRI
pemeriksaan MRI
3 Kontras media saluran Barium sulfat untuk Pemeriksaan OMD,
cerna meal dan enema Followtrough dan
Colon inloop

3. Obat-Obatan Radiologi
Obat-obatan di radiologi dibutuhkan untuk penanganan alergi kontras
media dan kebutuhan tindakan pemeriksaan radiologi. Obat-obatannya
adalah sebagai berikut :

No Nama Obat Radiologi Kegunaan


1. Epineprin injeksi Penanganan alergi kontras
2. Atropin injeksi Penanganan alergi kontras
3. Dexametason injeksi Antihistamin
4. Adidryl injeksi Antihistamin
5. Beta bloker Menurunkan dan menstabilkan
heat rate
6. Cairan NaCl 0,3 % 100 ml Saline flush
6. Garam Ingris Pencahar/urus-urus

4. Kebutuhan Alat Kesehatan


Berikut adalah daftar penggunaan alat-alat kesehatan yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan radiologi

No Jenis Alat Kesehatan (Alkes) Keterangan


1. Spoid ukuran 50, 20 cc, 3 cc dan 1 cc Suntikan
2. Shering double head injector Suntikan kontra media
3. Wing needle ukuran 21 dan 23 Suntikan kontras
4. Catheter no 8 Alat HSG
5. Catheter no 10 Alat HSG
6. Catheter no 22 Canula Colon inloop
7. Handschoen 71/2 steril Safty infeksi
8. Needle 21 Jarum suntikan
9. Plaster Penutup post injeksi
10. Masker Mencegah penularan
infeksi
11. Hepavix Fiksasi infus
12. Konekta Three Way Penyambung injektor

5. Kebutuhan Cairan Kimia


Berikut kebutuhan cairan kimia dibagian radiologi

No. Nama Cairan Kegunaan


1. Alkohol 70 % Disinfiktan
2. Betadin Disinfiktan
BAB VI
KESELAMATAN RADIASI TERHADAP PASIEN, PETUGAS DAN
MASYARAKAT UMUM

Pemanfaatan radiasi pengion dilakukan pada berbagai bidang yang bertujuan


untuk kesejahteran manusia, salah satunya dibidang kesehatan. Pemanfaatan
radiasi pengion (sinar-x atau sinar gamma) terutama dibidang diagnostik dan
radioterapi. Pemanfaatan radiasi pengion untuk bidang diagnostik dilakukan
untuk pembuatan suatu citra (image) medik yang menggambarkan anatomi dan
fungsi tubuh. Citra medik i digunakan untuk menegakkan diagnose suatu
kelainan tubuh. Radiasi pengion selain digunakan untuk penegakkan diagnosa,
juga dapat berfungsi untuk suatu pengobatan atau terapi sel-sel keganasan
(kanker) dalam tubuh. Interaksi radiasi dengan materi menghasilkan proses
yang dapat membunuh sel-sel kanker.

Radiasi pengion selain mempunyai efek yang baik untuk dunia kedokteran,
radiasi pengion juga mempunyai efek yang kurang baik. Efek-efek radiasi yang
kurang baik atau berbahaya secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua
kategori yaitu efek stokastik dan non-stokastik. Sebagian besar efek biologis
akibat paparan radiasi berada dalam kategori efek non-stokastik. Efek ini
mempunyai ciri nilai ambang batas suatu dosis minimum harus harus dilampaui
sebelum nampak efek-efek khusus. Efek ini juga bergantung pada besarnya
nilai dosis paparan dan efek radiasi akan berbanding lurus dengan terimaan
dosis radiasi. Efek radiasi non-stokastik dikenal juga sebagai efek ambang
(threshold effect).

Efek stokastik dapat terjadi jika sel yang terpapar radiasi pengion mengalami
mutasi. Efek stokastik mempunyai ciri-ciri antara lain tidak mengenal dosis
ambang, timbul setelah masa tenang yang lama, keparahannya tidak
bergantung pada dosis radiasi dan tidak ada penyembuhan spontan. Contoh
efek stokastik akibat paparan radiasi adalah kanker, leukemia, dan efek
pewarisan (efek genetik)

Upaya pengurangan bahaya dan akibat negative radisi pengion maka harus

dilakukan suatu usaha untuk melindungi, mencegah dan mengurangi


kemungkinan munculnya efak bahaya radiasi. Upaya atau program ini dikenal

dikenal dengan istilah program proteksi dan keselamatan radiasi. Setiap

individu yang bekerja dengan sumber radiasi pengion di medan radiasi

termasuk dalam area instalasi radiologi di rumah sakit harus selalu

memperhatikan prosedur standar proteksi radiasi serta sadar bahwa aktivitas

yang sedang dilakukannya dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi

dirinya maupun lingkungannya bila terjadi paparan yang berlebihan akibat

kesalahan atau kelalain.

A. PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI


1. Apron
Apron adalah baju proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan
radiografi atau floruskopy dengan tegangan tabung puncak sinar-x
hingga 150 kVp harus menyediakan sekurang-kurangnya setara 0,5 mm
lempeng Pb. Tebal kesetaran timah hitam harus diberi tanda secara
permanen dan jelas pada apron tersebut. Apron dapat berbentuk
khusus untuk perlindungan tyroid saja, sarung tangan dan perlindungan
untuk gonad saja.

2. Monitoring Radiasi

Film Badge merupakan salah satu personal monitoring radiasi (alat


ukur radias) yang digunakan untuk mencatat dosis radiasi yang
terakumulasi selama periode tertentu. Film badge ini ringan, mudah
dibawa dan mudah penggunaannya. Disamping itu juga kuat dan dapat
mengukur radiasi dari 10 mR sampai dengan 20 R.
Film badge terdiri dari dua bagian, yaitu film monitoring radiasi dan
bingkai film (film holder). Film monitoring ini dibungkus dengan bahan
yang kedap cahaya tanpa menggunakan lembaran penguat
(intensifying screen / IS). Film monitoring radiasi mempunyai dua
macam emulsi, yaitu emulsi cepat (fast emultion) yang terletak di bagian
depan dan emulsi lambat (low emultion) yang terletak di bagian
belakang
Bingkai film (film holder) dibuat dari bahan polipropilin yang berbentuk
kotak persegi yang diberi engsel dan dapat memuat film monitoring
yang ukurannya sama dengan ukuran film gigi standar. Bingkai film ini
mempunyai beberapa filter (saringan) seperti pada gambar. Dengan
menggunakan beberapa filter dapat digunakan untuk mengukur dosis
radiasi β, γ, sinar X dan neutron termal .
Pada bagian film di ablik jendela memberikan respon terhadap radiasi
yang mampu menembus bingkus film dan berinteraksi dengan emulsi
film. Filter plastik 50 mg/cm2 boleh dikatan sama sekali tidak menyerap
sinar X dan sinar gamma, tetapi menyerap sinar beta dan elektron.
Filter plastik 300 mg/cm 2 disamping ekuivalen dengan kedalaman
lensa mata, sedikit menyerap energi foton dengan energi rendah dan
menyerap semua sinar beta, kecuali sinar beta yang mempunyai energi
yang sangat tinggi. Filter dural (campuran logam alumunium dan logam
Cu) di bagian depan dan belakang bingkai film mulai menyerap foton
secara berarti pada energi 65 keV . Pada filter timah putih/hitam pada
energi 65 keV responnya mulai menurun.

B. Proteksi Radiasi
1. Proteksi Radiasi Petugas

Proteksi dan keselamatan radiasi untuk personil dibuat untuk mencapai


keselamatan optimum, mencegah pekerja radiasi baik
radiographer,dokter ahli radiologi maupun semua pihak yang bekerja di
medan radiasi agar tidak menerima paparan dosis radiasi melebihi nilai
NBD (Nilai Batas Dosis) yang diperkenankan dan mencegah
kemungkinan efek radiasi timbul.

Berikut beberapa ketentuan usaha yang dilakukan agar pekerja radiasi


mendapat penerimaaan dosis serendah mungkin :

a. Ruang sinar-x tidak boleh digunakan lebih dari satu pemeriksaan


radiologi secara simultan.
b. Kecuali orang-orang yang berkepentingan,tidak boleh seoarangpun
berada di ruang sianar-x ketika paparan dilakukan.
c. Pekerja radiasi harus selamanya menjaga jarak sejauh mungkin dari
berkas utama. Paparan pekerja yang berasal dari berkas guna tidak
diperkenankan kecuali berkas yang dihamburkan oleh
pasien,perlengkapan proteksi dan layar screen.
d. Semua pekerja radiasi harus menggunakan perlengkapan proteksi
yang tersedia
e. Ahli radiografi harus tetap berada dalam kendali atau dibelakang
tabir proteksi ketika sedang melaksanakan paparan sinar-x. Dalam
kasus dimana ada alas an untuk membuat hal itu tidak praktis,
perlengkapan proteksi harus digunakan.
f. Jika ada keperluan untuk membantu anak-anak atau pasien yang
fisiknya lemah, alat bantu proteksi (apron) harus digunakan.
Demikian pula jika pengantar pasien yang melakukannya, posisi
pengantar pasien harus diatur sedemikian hingga agar tidak terkena
berkas utama. Tidak seorangpun diperbolehkan melakukan tindakan
tersebut secara rutin.
g. Apabila apron setara Pb digunakan, dosimeter perseorangan (film
bafge atau TLD) harus digunakan dibawah apron.
h. Semua pintu masuk menuju ruang sinar-x dan ruang ganti harus
ditutup ketika pasien berada di ruang sinar-x.
i. Pesawat sinar-x yang dihidupkan dan siap untuk memancarkan
radiasi tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Bila dosis radiasi
melebihi 5 % dari NBD yang diterima oleh pekerja radiasi secara
regular, maka langkah perbaikan yang sesuai harus diambil untuk
memperbaiki teknik dan langkah-lanhkah proteksi.
j. Pesawat sinar-x harus dioperasikan oleh atau dibawah supervise
langsung orang yang mempunyai pendidikan formal dibidang
radiografi.
k. Wadah tabung sinar-x tidak boleh dipegang tangan petugas selama
operasi.

2. Proteksi Radiasi Pasien


a. Ahli radiografi tidak boleh melaksanakan pemeriksaan apapun jika
tidak ada rujukan dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien
tersebut
b. Paparan pasien harus dipertahankan hingga nilai paling yang
terendah yang dapat diterapkan,konsisten dengan tujuan klinis
tanpa kehilangan informasi diagnostik yang penting. Dalam kasus ini
ahli radiografi harus bekerja dengan teliti dan cermat agar dapat
menghindari pengulangan paparan radiasi ke pasien.
c. Berkas sinar-x yang digunakan harus terkolimasi secara baik untuk
membatasi berkas tersebut sebanyak mungkin yang dapat
diterapkan dengan daerah diagnostic yang diinginkan.
d. Ukuran berkas sinar-x harus dibatasi dengan ukuran penerimaaan
citra atau lebih kecil
e. Berkas sinar-x hendaknya tidak diarahkan dengan gonad kecuali
berkas tersebut sangat penting, dalam hal ini penahan radiasi gonad
harus digunakan setiap saat asalkan maksud pemeriksaan tidak
terganggu.
f. Jarak target ke kulit harus diupayakan sejauh mungkin, konsisten
dengan teknik radiografi yang baik.
g. Untuk anak kecil, peralatan khusus hendaknya digunakan untuk
membatasi pergerakan
h. Rincian prosedur radiologi (SPO) lengkap yang dilaksanakan harus
dicatat pada rekaman klinis
3. Proteksi Masyarakat Umum
a. Jika untuk kepentingan pemeriksaan keluarga pasien perlu
mendampingi pemeriksaan harus menggunakan baju proteksi
(apron)
b. Selama mendapingi pasien, keluarga pasien harus diatur
sedemikian hingga tidak terkena berkas utama dan berada pada
jarak sejauh mungkin.
c. Pemeriksaan radiologi dengan pendamping pasien harus
dilaksanakan secara cepat dan tepat, sehingga pendamping pasien
tidak berada di dalam medan radiasi yang terlalu lama
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Pada dasarnya pedoman keselamatan kerja di bagian radiologi dibuat


untuk menciptakan suatu lingkungan dan perilaku kerja yang aman dan
nyaman pada saat melakukan kegiatan kerja guna mencapai tujuan
keberhasialan suatu usaha yang baik
Usaha keselamatan kerja merupakan partisipasi dan kerja sama antara
pengelola rumah sakit, kepala instalasi, petugas proteksi radiasi (PPR) dan
pekerja radiasi sendiri. Kesehatan dan keselamatan pekerja radiasi
berpengaruh terhadap produktifitas dan mutu pelayanan di bagian radiologi.
Berikut adalah pedoman untuk keselamatan kerja di bagian radiologi
1. Pedoman Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah perangkat atau sarana untuk
melindungi dari paparan radiasi , syaratnya adalah sebagai berikut
a. Memberi perlindungan yang cukup terhadap bahaya radiasi
b. Tidak mudah rusak
c. Tidak mengganggu aktifitas pemakai
d. Mudah diperoleh dan tahan lama
e. Alat Pelindung Diri (APD) tidak harus memberikan bahaya tambahan
baik oleh karena bentuknya, konstruksinya, atau mungkin oleh
bahan dan penyalahgunaannya

Berikut daftar APD di bagian radiologi sesuai dengan model dan


spesifikasinya

2. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan bagi pekerja dibagian radiologi menurut
ketentuan harus dilakukan sebelum mereka bekerja, selam bekerja
secara berkala dan sesudah bekerja. Pemeriksaan kesehatan
mencakup pemeriksaan organ-organ tertentu yang peka terhadap
radiasi pengion yaitu hematologi, dermatologi, oftamologi, paru-paru,
neurologi dan organ reproduksi.

3. Upaya Proteksi Radiasi


X-ray tube atau tabung sinar-x merupakan sumber radiasi pengion yang
berbahaya bagi kesehatan. Untuk memproteksi diri dari radiasi sinar-x
maka dilakukan usaha-usaha sebagai berikut :
a. Faktor Waktu
Dengan bekerja sesingkat mungkin di dalam medan atau dekat
sumber radiasi, maka secara proporsional akan mengurangi dosis
radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi.
b. Faktor Jarak
Jumlah paparan radiasi yang diterima oleh petugas akan berkurang
dengan seperkuadrat jarak dari sumber radiasi. Dalam kontek ini jika
kita bekerja di medan radiasi kita dapat berada sejauh mungkin dari
sumber sinar maka dosis radiasi yang diterima semakin kecil pula.
c. Faktor Perisai
Proses attenuasi atau perlemahan radiasi sinar-x bersifat
eksponensial. Dalam konsep ini, maka pekerja radiasi dalam bekerja
harus selalu dibalik tabir atau pelindung radiasi. Jika suatu kondisi
mengharuskan bekerja di dalam medan radiasi maka harus
menggunakan alat pelindung diri (APD) yaitu baju apron.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN RADIOLOGI

A. PENDAHULUAN
Proses pelayanan Radiologi dan Diagnostik Imaging merupakan
suatu proses multi langkah yang sangat kompleks. Pelayanan
Radiologi dan Diagnostik Imaging yang bertujuan untuk
menegakkan diagnosa dan terapi (interventional Radiologi)
menggunakan teknologi modern. Penegakkan diagnosa melalui
pencitraan (imaging) yang mencakup informasi anatomis, fisiologis
dan patologis.
Proses pelayanan Radiologi dan Diagnostik Imaging berhubungan
dengan multi vareabel dari unsur sumber daya manusia (SDM),
peralatan dan aspek teknik. Unsur SDM di pelayanan radiologi mulai
Dokter Ahli Radiologi, Radiografer, Petugas Proteksi Radiasi (PPR),
Fisikawan Medik, Perawat Radiologi dan Petugas Administrasi
Radiologi. Komponen peralatan radiologi kini semakin canggih yaitu
Magnetic Resonance Imaging (MRI), CT Scan dari singleslice
hingga multislice, Digital Fluoroscophy (DF), Digital Radiography
(DR), Computed Radiography (CR) sampai system komunikasi
radiologi dalam bentuk Picture Arshiving Comunication System
(PACS). Kesemua variabel tersebut sangat menentukan proses
pelayanan radiologi.
Kondisi pada salah satu vareabel seperti SDM, peralatan maupun
aspek teknik pemeriksaan dibawah standar maka dampaknya
sangat mempengaruhi tidak hanya pelayanan radiologi saja tetapi
dapat mempengaruhi pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
Dampak yang mungkin jika ditemukan vareabel pelayanan yang
dibawah standar seperti pengulangan foto (reject film) meningkat
yang berdapak tidak saja pasien menerima dosis radiasi tambahan
yang tidak perlu, biaya produksi meningkat dan yang paling buruk
dapat terjadi kesalahan interpretasi hasil pemeriksaan radiologi.

B. RUANG LINGKUP PENGENDALIAN MUTU RADIOLOGI


Berikut adalah ruang lingkup pengendalian mutu pelayanan radiologi
:
1. Indikator Mutu Pelayanan Radiologi
2. Kontrol Mutu termasuk Validasi Metode Test
3. Kontrol Mutu Harian dan Perbaikan Cepat
4. Pendokumentasian
Indikator mutu pelayanan radiologi disusun berdasarkan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan berdasarkan
Kepmenkes No 228/Menkes/SK/III/2002 tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit. Indikator pelayan
radiologi dan diagnostik imaging berdasarkan surat keputusan
menteri kesehatan tersebuat adalah sebagai berikut

Tabel. Standar Pelayanan Minimal Radiologi

No Indikator SPM Radiologi Target


1. Waktu tunggu foto thorax < 3 jam
2. Interpretasi foto thorax oleh dokter ahli 100 %
Radiologi
3. Tingkat penolakan foto (reject film) 2%
4. Tingkat kepuasan pasien 80 %

Metode validasi yang digunakan untuk pengendalian mutu


pelayanan radiologi, salah satunya dikenal dengan istilah Reject
Analysis Film . Reject Analysis Program (RAP) adalah metode yang
digunakan di bagian radiologi untuk menentukan analisis film yang
ditolak, menentukan efektivitas biaya produksi pembuatan radiogram
dan untuk menjamin konsistensi kinerja staf radiologi dan equipment
dalam menghasilkan radiograf yang berkualitas sehingga
mengurangi tingkat kesalahan dalam penegakan diagnosis.
Tujuan Reject Analysis Program (RAP) adalah sebagai berikut :
1. Memastikan standar yang tinggi pada teknik radiografi dan
pemanfaatan film dapat terjamin pada unit radiologi
2. Memastikan peralatan radiografi dapat dimanfaatkan secara
konsisten dengan standar yang tinggi
3. Memastikan bahwa bahan - bahan yang ada digunakan secara
efektif (cost effective way)
4. Menyediakan data untuk digunakan dalam menganalisis film
yang direject dan aspek-aspek penyebab yang membutuhkan
perhatian
5. Sebagai perencanaan awal dari Quality Control Program

Prosedur pelaksanaan Reject Analysis Program (RAP) dalam bagian


radiologi adalah sebagai berikut :

1. Tentukan periode penilian (mingguan,bulanan)


2. Kumpulkan semua film yang rusak untuk satu perode waktu
tertentu
3. Tentukan jumlah film yang dipakai untuk satu perode waktu
tertentu
4. Tentukan jumlah film yang diulang dan tentukan/identifikasi
penyebabnya
5. Hitung prosentasi film yang diulang (repeated) films berdasarkan
pada total jumlah film yg di gunakan dlm periode watu tersebut
6. Hitung prosentasi film yang diulang (repeated) films berdasarkan
pada total jumlah film yg di gunakan dalam periode waktu
tersebut
Prosentase tingkat pengulangan foto dirumuskan sebagai berikut :
Jumla h Pengulangan Foto
Pen gulangan Film= x 100
Jumla h Film Yang digunakan
Standar tingkat pengulangan foto yang diperkenankan
berdasarkan Standar Pelayanan Radiologi yang diatur dalam
Surat Keputusan Menteri Kesehatan No1014 tahun 2008 adalah
sekitar 2 %

BAB IX
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai