ABSTRACK
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
Abstrack ................................................................................................ 1
Kata Pengantar....................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................... 3
Daftar Gambar ....................................................................................... 4
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 7
1.3 Tujuan.............................................................................. 7
1.4 Manfaat ............................................................................ 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kesiapsiagaan Bencana ...................................................... 8
2.1 Bencana ........................................................................... 9
2.3 Pengurangan Resiko Bencana ............................................. 9
2.4 Mitigasi Bencana................................................................ 10
2.5 Ekstrakurikuler .................................................................. 11
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Permaslahan Pendidikan Kebencanaan di Sekolah ................ 13
3.2 Strategi Kegiatan Ekstrakurikuler Mitigasi Bencana
3.2.1 Pemantapan Pengetahuan dan Keimanan ............... 13
3.2.2 Pembiasaan Siap Siaga.......................................... 14
3.3 Model dan Metode Ekstrakurikuler Mitigasi Bencana ............. 14
3.4 Penerapan Kegiatan Ekstrakurikuler Mitigasi Bencana
3.4.1 Kurikulum Ekstrakurikuler Mitigasi Bencana ............. 16
3.4.2 Indikator dan Tujuan Ektrakurikuler Mitigasi
Bencana............................................................... 17
3.4.3 Media Pembelajaran.............................................. 17
3.4.4 Pembina Ekstrakurikuler ........................................ 18
3.4.5 Penilaian, Monitoring dan Evaluasi.......................... 18
BAB IV KESIMPULAN ........................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 20
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
rawan akan risiko bencana alam (UNESCO, 2017). Mengacu pada fenomena
bagaimana masyarakat menyikapi bencana alam, dapat dievaluasi bahwa
masyarakat Indonesia kurang bersikap reaktif dan responsif dalam menghadapi
peristiwa bencana alam yang sering datang secara mendadak.
Untuk sektor pendidikan, dampak terburuk dari sebuah bencana adalah
hilangnya nyawa maupun terjadinya cedera parah di sekolah. Selain itu, terdapat
banyak konsekuensi lain yang dapat secara permanen mempengaruhi masa
depan anak-anak:
a) Sekolah yang tidak bisa digunakan karena rusak
b) Sekolah yang tidak bisa digunakan karena digunakan sebagai hunian
sementara atau tempat pengungsian
c) Sekolah yang sudah tidak dapat diakses
d) Hilangnya akses fisik ruang bermain anak yang ramah
e) Hillangnya peralatan sekolah dan materi pendidikan
f) Guru tidak bisa mengajar
g) Peserta didik diharapkan untuk mencari nafkah,membantu dalam
pemulihan maupun dalam mengasuh adiknya secara purna waktu
h) Gangguan psikososial pada guru, peserta didik dan tenaga
kependidikan lainnya
Sekolah berperan penting dalam membangun kesadaran bencana dalam
masyarakat, dengan demikian upaya apa yang harus dilakukan oleh sekolah
untuk menghadapi bencana alam dan mempersiapkan peserta didik sehingga
mampu dan siap menghadapi bencana yang akan menimpa kapan dan
dimanapun. Karena sesungguhnya bencana tidak pernah bisa di prediksi kapan
akan terjadi. Seperti kejadian gempa, tsunami dan lekuifaksi yang terjadi di
Sulawesi Tengah dan Banten. Karena tidak adanya peringatan dini, sehingga
banyak menimbulkan korban jiwa maupun material. Kerugian akibat bencana
dapat dikurangi dengan melakukan kesiapsiagaan terhadap bencana melalui
kegiatan mitigasi bencana.
Kesiapsiagaan menurut UU RI No.24 Tahun 2007 adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya. Kegiatan pengurangan resiko
bencana seperti mitigasi bencana di sekolah sangat penting untuk di lakukan,
karena sebagian besar waktu peserta didik dihabiskan di sekolah. Kemudian rasio
guru dan peserta didik yang tidak memungkinkan untuk melakukan
penyelamatan peserta didik yang jumlahnya tidak seimbang.
Melalui pendidikan diharapkan agar upaya pengurangan risiko bencana
dapat mencapai sasaran yang lebih luas dan dapat diperkenalkan secara lebih
dini kepada seluruh peserta didik. Pendidikan adalah suatu usaha atau upaya
untuk membentuk karakter peserta didik melalui penanaman pengetahuan dan
keterampilan. Dengan mengimplementasikan pendidikan mitigasi bencana ke
6
dalam kegiatan ekstrakurikuler akan memberikan dampak positif bagi
perkembangan karakter yang siap siaga bagi peserta didik.
Paradigma pengelolaan bencana di Indonesia hingga saat ini masih
bertolak pada kondisi pasca bencana atau tanggap darurat. Kegiatan
pengurangan resiko bencana di daerah Sulawesi Tengah kususnya di SMKN 1 Sigi
belum pernah dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam
penerapannnya di kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler. Telah banyak
kerangka maupun modul dan panduan dalam upaya peningkatan kapasitas
sekolah dalam menghadapi bencana. Akan tetapi fakta menunjukkan bahwa
bencana yang terjadi secara tiba – tiba di Sigi dan sekitarnya, masyarakat masih
belum siap menghadapi bencana, sehingga diperlukan solusi bagi peserta didik
agar siap siaga untuk menghadapi bencana. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain 1) beban kurikulum 2013 di SMK sangat banyak, yaitu 46 Jam
Pembelajaran, 2) rendahnya pengetahuan guru terhadap bencana, 3) tidak
adanya mata pelajaran yang khusus untuk mempelajari bencana alam. Oleh
sebab itu kegiatan pendidikan kebencanaan dapat dilakukan dengan
mengimplementasikan mitigasi bencana melalui kegiatan ekstrakurikuler yang
terjadwal di dalam kurikulum.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan karya tulis ini yaitu :
1. Menyampaikan gagasan / ide mengenai implementasi pendidikan mitigasi
bencana melalui kegiatan ekstrakurikuler sehingga membentuk karakter
peserta didik yang siap siaga menghadapai bencana dan pengurangan
resiko bencana.
2. Mendesain implementasi pendidikan mitigasi bencana dan kesiapsiagaan
menghadapi bencana yang berkelanjutan.
1.4 Manfaat
Manfaat yang di harapkan dalam penulisan karya tulis ini yaitu:
1. Bagi pemerintah, gagasan / ide ini dapat digunakan sebagai upaya
pengurangan resiko bencana melalui kegiatan belajar di sekolah.
2. Bagi masyarakat, melalui penerapan gagasan/ide yang disampaiakan
penulis kepada masyarakat, khususnya orangtua/wali peserta didik dapat
mengetahui kemampuan anaknya untuk menghadapai bencana.
3. Bagi sekolah, penerapan gagasan/ide dapat menjadi rekomendasi dalam
upaya pengurangan resiko bencana melalaui kegiatan ekstrakurikuler.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
8
sebagainya; (5) menggalakkan inisiatif pelatihan berbasis masyarakat dengan
mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana mestinya untuk
meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan menghadapi
bencana; (6) memastikan kesetaraan akses kesempatan memperoleh pelatihan
dan pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7)
menggalakkan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian
tak terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan risiko
bencana (Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia. 2011).
2.2 Bencana
Bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik faktor alam maupun faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis (UU No.21 Tahun 2007).
Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara
dengan potensi bahaya (hazard potency) yang sangat tinggi. Beberapa potensi
tersebut antara lain adalah gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung api,
tanah Iongsor, angin ribut, kebakaran hutan dan lahan, letusan gunung api.
Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya
ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama (main hazard potency) ini dapat
dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang
menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang
rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan
gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan
lain-lain. Dari indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia
memiliki potensi bahaya utama (main hazard potency) yang tinggi. Hal ini
tentunya sangat tidak menguntungkan bagi negara Indonesia.
2.3 Pengurangan Resiko Bencana (PRB)
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) adalah upaya untuk mengurangi risiko
yang ditimbulkan akibat satu jenis bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu
tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa
aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat (Perka BNPB, Nomor 4 Tahun 2012).
Pada tahun 2009, pemerintah mulai mengembangkan sebuah proyek
percontohan dari penggabungan pendidikan bencana ke dalam kurikulum
sekolah atau Sekolah Siaga Bencana (SBB) atau program Kesiapsiagaan Bencana
Berbasis Sekolah (PKBS). SSB difokuskan pada pembangunan struktur,
infrastruktur dan sistem sekolah.
Sekolah Siaga Bencana adalah sekolah yang memiliki kemampuan untuk
mengelola resiko bencana di lingkungannya. Kemampuan tersebut di ukur
dengan adanya beberapa aspek yaitu : 1) perencanaan penanggulangan
9
bencana, 2) ketersediaan logistik 3) keamanan dan kenyamanan di lingkungan
pendidikan, 4) infrastruktur, 5) sisitem tanggap darurat, 6) pengetahuan dan
kemampuan kesiapsiagaan, 7) prosedur tetap dan kebijakan dan 8) sistem
peringatan dini.
Kemampuan tersebut juga dapat dinalar melalui adanya simulasi regular
dengan kerja bersama berbagai pihak terkait yang dilembagakan dalam
kebijakan lembaga pendidikan tersebut untuk mentransformasikan pengetahuan
dan praktik penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana kepada
seluruh warga sekolah sebagai konstituen lembaga pendidikan (Konsorsium
Pendidikan Bencana Indonesia, 2011).
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) merupakan suatu kegiatan jangka
panjang, sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan, dengan cara
menggunakan pengetahuan, inovasi, dan pengetahuan untuk membangun
budaya selamat dan tangguh pada semua satuan pendidikan, seperti yang
dinyatakan dalam Hyogo Framework for Action (HFA) dan telah pula menjadi
komitmen bangsa Indonesia. PRB yang berkaitan dengan bidang pendidikan
sesuai yang tercantum dalam HFA dan telah diusulkan dalam Sendai Framework
for Disaster Risk Reduction 2015-2030, perlu menjadi program prioritas dalam
sektor pendidikan yang diwujudkan melalui pendidikan PRB di sekolah (Modul-3
Pencegahan dan Penguranag Resiko Bencana ).
Sekolah aman yang komprehensif dapat dicapai melalui kebijakan dan
perencanaan yang sejalan dengan manajemen bencana di tingkat nasional,
provinsi, kabupaten/ kota dan di tingkat sekolah. Sekolah aman yang
komprehensif ini ditopang oleh tiga pilar sebagai berikut:
1. Fasilitas Sekolah Aman
2. Manajemen Bencana di Sekolah
3. Pendidikan Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana
10
2.4 Mitigasi Bencana
Pasal 1 angka 9 Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana mendefinisikan mitigasi adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
Pendidikan mitigasi bencana menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan
kapasitas pengetahuan peserta didik mengenai bencana, jenis-jenis kejadian
bencana, tanda-tanda akan terjadinya bencana, dampak bencana, upaya pra
saat pasca bencana, upaya pengurangan risiko bencana serta kerentanan dan
kerawanan bencana di daerahnya (David ,2018)
Pendidikan mitigasi bencana atau dissaster education di Jepang, menurut
Heru Susetyo dilakukan dengan tujuan: 1) memberi informasi pada siswa
tentang pengetahuan yang benar mengenai bencana, 2) memberi pemahaman
tentang perlindungan secara sistematis, 3) membekali siswa melalui procticol
training bagaimana melindungi dirinya dan bagaimana mereka bisa merespons
bencana tersebut secara tepat dan cepat.
Dalam pendidikan mitigasi bencana di Jepang, nilai saling tolong menolong
pun diajarkan. Anak-anak diprioritaskan selama proses evakuasi, sehingga
mereka bisa mentransfer pengetahuan kepada orang-orang di sekitarnya jika
bencana kembali terjadi kelak. Menurut Katada, kebiasaan ini akhirnya menular
dan berhasil menyelamatkan banyak nyawa.
Misalnya ketika tsunami besar melanda Kamaishi di Prefektur Iwate Jepang
pada 11 Maret 2011. Hampir 3.000 siswa sekolah dasar dan menengah pertama
selamat berkat pendidikan mitigasi bencana. Bahkan dari hampir 1.000 korban
jiwa di Kamaishi, hanya lima anak-anak usia sekolah saja yang meninggal dunia.
Itu pun karena mereka berada di tempat yang jauh dari sekolah dan tak
terjangkau regu penyelamat.
2.5 Ekstrakurikuler
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan menggembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Pembinaan Kepeserta didikan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di
luar mata pelajaran dan pelayanan untuk membantu pengembangan peserta
11
didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat mereka melalui kegiatan
yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan
yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.
Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menunjang untuk pembentukan
karakter siap siaga seperti kegiatan pelatihan dari Basarnas, kegiatan simulasi
Mitigasi Bencana yang dapat bekerja sama dengan BPBD asal sekolah dan
kegiatan penyuluhan tentang pendidikan mitigasi bencana. Pelatihan-pelatihan
yang diadakan di kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu Peserta didik dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam menghadapi bencana,
sehingga diharapkan saat terjadi bencana dapat meminimalisir jumlah korban
jiwa.
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
sehingga memiliki karakter yang siap siaga dan tangguh menghadapi bencana.
Kegiatan ekstarkurukuler mitigasi bencana merupakan pengembangan dari
Program Sekolah Siaga Bencana, yaitu sekolah yang memiliki kemampuan untuk
mengelola risiko bencana di lingkungannya.
Upaya pengurangan risiko bencana pada pembelajaran di sekolah telah di
lakukan pada daerah-daerah dengan tingkat kerawanan yang tinggi seperti
Kabupaten Klaten, Pacitan dan Aceh, Hal seperti ini sangat perlu dilakukan di
setiap provinsi yang ada di Indonesia terutama daerah dengan tingkat risiko
bencana yang tinggi, dan penerapan mitigasi di lakukan sesuai dengan keadaan
atau kondisi wilayah tersebut, sehingga materi yang diberikan tidak terlalu padat.
Strategi kegiatan ekstrakurikuler dapat diklasifikasi menjadi dua ruang
lingkup yaitu (1) strategi pengelolaan dan (2) strategi penyampaian (Regieluth,
2006). Strategi pengelolaan mengarah pada penatakelolaan kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler dan pengaturan serta pembagian tanggung jawab pembinaan
kegiatan ekstrakurikuler. Sementara itu strategi penyampaian yang digunakan
dalam setiap kegiatan yaitu bagaimana menyampaikan pesan ke peserta didik
yang sistematis, aktif, interaktif, terarah dan berkelanjutan yang memiliki dua
pendekatan, sesuai dengan sasaran pembentukan karakter siap siaga
menghadapi bencana seperti :
3.2.1 Pemantapan pengetahuan dan keimanan
Hal pertama yang harus dilakukan sebelum kegiatan mitigasi bencana
adalah bagaimana, pembina memberikan stimulus dan bekal kepada peserta
didik dengan menanamkan nilai- nilai keagamaan yang menjadi kunci utama
untuk menumbuhkan rasa keimanan. Tidak dapat dipungkiri pasca kejadian
gempa, tsunami dan lekuifaksi yang terjadi di Sigi, Palu serta Donggala, sebagian
masyarakat belum siap menghadapi bencana yang tiba – tiba, sehingga
mengakibatkan penjarahan, pencurian, narkoba bahkan depresi. Meskipun sudah
mengalami bencana yang begitu menakutkan,mereka bahkan tetap melakukan
perbuatan dosa, sehingga sangat penting bagi sekolah dan pembina memberikan
penanaman taukhid dan keimanan terhadap peserta didik, karena peserta didik
adalah generasi penerus bangsa yang sangat rentan dan mudah terprovokasi.
3.3.2 Pembiasaan Sikap Siap Siaga
Pembiasaan sikap siap siaga dapat dilakukan saat melakukan kegiatan
ekstrakurikuler mitigasi bencana dengan melakukan contoh, simulasi, latihan dan
pembiasaan.
Penyampaian materi kegiatan ekstrakurikuler mitigasi bencana harus
dilaksanakan secara sistematis baik dalam penyusunan program, monitoring,
evaluasi dan pelaporan. Sekolah dan pembina ektrakurikuler harus aktif dan
intensif dalam melaksanakan pendampingan serta pembinaan, sejalan dengan
hal tersebut kegiatan ekstrakurikuler harus memiliki target dan indikator
keberhasilan serta senantiasa dikembangkan secara terus-menerus berdasarkan
evaluasi kegiatan. Kesiapsiagaan peserta didik dilaporkan dalam bentuk laporan
14
penilaian Akhir semester dan akhir tahun, sehingga dengan adanya laporan
memudahkan bagi sekolah untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi kelemahan
mapun parameter-parameter yang akan di tingkatkan bagi sekolah.
3.3. Model dan Metode Ekstrakurikuler Mitigasi Bencana
Model kegiatan ekstrakurikuler yaitu memadukan antara kegiatan mitigasi
non-struktural dan kegiatan mitigasi stuktural yang dilakukan langsung di
lingkungan peserta didik. Kurikulum yang kemudian diturunkan menjadi
rancangan proses pembelajaran dan penyusunan indikator capaian sesuai
dengan kemampuan peserta didik, tujuan dan proses penilaian yang mendukung
pendidikan mitigasi bencana, menggunakan strategi yang efisien.
Metode ekstrakurikuler mitigasi bencana dapat dilakukan dengan
menggunakan metode simulasi atau demonstrasi dan metode Latihan.
Metode Simulasi atau Demontrsasi yaitu metode yang diterapkan dengan
cara mempraktikkan atau menampilkan keterampilan yang diperoleh dari hasil
belajar. Metode ini digunakan untuk materi pembelajaran yang berorientasi pada
pengembangan keterampilan. Materi pembelajaran yang bertujuan
mengembangkan sikap dan kesadaran diri juga dapat menerapkan metode ini.
metode ini dapat mengembangkan penghayatan peserta didik.
Metode latihan disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar
ketrampilan-ketrampilan tertentu. Metode ini dapat digunakan untuk memperoleh
suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Hasil survei di
Jepang, pada kejadian gempa Great Hanshin Awaji 1995, menunjukkan bahwa
presentase korban selamat disebabkan oleh Diri Sendiri sebesar 35%, Anggota
Keluarga 31,9 %, Teman/Tetangga 28,1%, Orang Lewat 2,60%, Tim SAR 1,70
%, dan lain-Lain 0,90%.
Berdasarkan ilustrasi tersebut, sangat jelas bahwa faktor yang paling
menentukan adalah penguasaan pengetahuan yang dimiliki oleh “diri sendiri”
untuk menyelamatkan dirinya dari ancaman risiko bencana. Kemudian, diikuti
oleh faktor bantuan anggota keluarga, teman, bantuan Tim SAR, dan di
sekelilingnya. Maka, edukasi untuk meningkatkan pemahaman risiko berdesain
tema Latihan Kesiapsiagaan Bencana Siap, Untuk Selamat! merupakan
pesan utama bersama yang akan didorong dalam proses penyadaran
(awareness) dalam peningkatan kemampuan diri sendiri.
15
KURIKULUM EKSTRAKURIKULER MITIGASI
BENCANA
MITIGASI
UU PENAGGULANGAN
BENCANA KESIAPSIAGAAN
PENYUSUNAN KURIKULUM
PEMETAAN KOMPETENSI
INDIKATOR
TUJUAN
PENDEKATAN, METODE,
MATERI
STRATEGI
16
prinsip relevensi, efektivitas, efesiensi dan fleksibilitas. Kurikulum kegiatan
ekstrakurikuler mitigasi bencana diharapakan akan sesuai dengan
karakteristik dan potensi bencana disetiap daerah namun memiliki garis
besar kurikulum yang sama untuk Indonesia, yaitu mengenai pegetahuan
dasar bencana, mitigasi bencana, kesiapsiagaan terhadap bencana,
tanggap darurat bencana dan tindakan pemulihan pasca bencana.
Kurikulum yang dipakai dalam kegiatan ekstrakurikuler mitigasi
bencana adalah kurikulum yang bersifat preventif yaitu kurikulum yang
didesain membahas segala hal yang berhubungan dengan aspek
kebencanaan (Nuryany dalam Ahmad, 2009). Preventif adalah suatu
tindakan pengendalian sosial yang di lakukan untuk mencegah atau
mengurangi kemungkinan terjadinya hal – hal yang tak diinginkan di
masa mendatang.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan sekali dalam seminggu, di luar jam
pembelajaran sekolah karena merupakan kegiatan ekstrakurikuler.
Penyusunan kurikulum dengan melakukan beberapa tahapan yaitu
menyusun materi mitigasi bencana, menyusun silabus, dan selanjutnya
dirancang dalam Rancangan Proses Pembelajaran (RPP) yang memuat
tentang rancangan pembelajaran sebagai acuan kegiatan pembelajaran
ekstrakurikuler mitigasi bencana.
3.4.2 Indikator dan Tujuan Ekstrakurikuler Mitigasi Bencana
Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat di ukur
dan atau di observasi untuk menenunjukkan ketercapaian kompetensi
dasar tertentu yang menjadi penilaian mata pelajaran. Sedangkan Tujuan
Pembelajaran adalah proses dan hasil belajar yang diharapkan di capai
oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
Kegiatan ekstrakurikuler mitigasi bencana perlu menetapkan indikator
dan tujuan pembelajaran sebagai tolak ukur kompetensi peserta didik
untuk ketercapaian kegiatan. Komponen yang di kembangkan dalam
indikator dan tujuan kegiatan ekstrakurikuler adalah sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Kompetensi peserta didik diharapkan menguasai
kompetensi sampai pada tingkat penerapan dalam kehidupan nyata. Dalam
hal ini adalah siap dan siaga saat menghadapi bencana.
3.4.3 Media Pembelajaran
Media ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan kegiatan yang mampu merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, keinginan peserta didik untuk memahami diri,
mengarahkan diri, dan mengambil keputusan atas masalah yang dihadapi.
Pada dasarnya media kegiatan ekstrakurikuler tidak terbatas hanya
berfungsi sebagai perantara sebuah pesan, melainkan memiliki makna yang
lebih luas yaitu segala alat bantu yang dapat digunakan dalam
melaksanakan program kegiatan ekstrakurikuler. Terkait dengan media
17
sebagai perantara pesan, maka seorang pembina memerlukan media pada
saat memberikan atau menyampaikan pembelajaran kegiatan
ekstrakurikuler mitigasi bencana.
Media ekstrakurikuler mitigasi bencana yaitu media visual dan Non
visual. media visual merupakan media penyampai pesan gambar dan
simbol dari sumber ke penerima pesan melalui indera penglihatan. Bentuk
media grafis/visual yaitu gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan/chart,
grafik, kartun, poster, peta/globe, papan majalah dinding. Di jepang sudah
melakukan mitigasi siaga bencana melalui metode Kamishibai, yaitu salah
satu kebudayaan Jepang yang menceritakan suatu hal melalui media
gambar. Dalam penelitian yang mereka lakukan, melalui metode
kamishibai, ditemukan bahwa dengan menggunakan media dari budaya
setempat berdampak lebih besar dalam upaya mengurangi bencana.
Banyak kisah atau tradisi lokal yang dapat diadopsi untuk dijadikan bahan
pendidikan sebagai upaya penanggulangan bencana (fisip.ui.ac.id).
Media Non Visual merupakan media yang pesannya ditangkap melalui
indera mata dan pendengaran. Bentuk media ini diantaranya TV, video,
dan DVD player. Media proyeksi, merupakan media yang teknis
menyajiannya memerlukan alat proyektor. Bentuk media ini yaitu film slide
dan film.
3.4.4 Pembina Ektrakurikuler Mitigasi Bencana
Ekstrakurikuler mitigasi bencana di kelola oleh guru dan pembina
ektrakurikuler di bawah tanggung jawab kepala sekolah. Guru dan tenaga
kependidikan sebagai pembina perlu memiliki keterampilan dan
pengetahuan tentang mitigasi bencana , prinsip dan parameter yang
dipakai, program sosialisasi kepada peserta didik dan komponen sekolah
lainnya, termasuk orang tua dan pejabat pemerintan setempat dan sudah
mengikuti Pelatihan dan tersertifikasi.
Selain itu kegiatan ekstrakurikuler dapat melibatkan dan bekerjasama
dengan Basarnas, BPBD asal sekolah dan kegiatan penyuluhan tentang
pendidikan mitigasi bencana maupun LSM dan pihak – pihak yang terkait
dengan bidangnya.
3.4.5 Penilaian, Monitoring dan Evaluasi
Penilaian dilakukan secara kualitatif, proses penilaian dilaksanakan
setiap kali dan setiap hari di dalam proses pembelajaran. Penilaian di buat
dalam bentuk laporan peserta didik dan disampaikan kepada orang tua/wali
di setiap akhir semester. Pihak sekolah juga harus melakukan Monitoring
dan evaluasi kesiapsiagaan pada kapasitas yang dimiliki sekolah seperti
analisis risiko bencana, sistem pendidikan kebancanaan, menejemen
sumber daya serta panduan dan kebijakan dalam menghadapi bencana
yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Hasil penilaian mitigasi bencana
kemudian dianalisis oleh pihak sekolah secara seksama dan menyeluruh
18
terhadap seluruh populasi peserta didik dalam kajian ini. Hasil yang telah
ada kemudian dikaji mengenai parameter-parameter yang lemah dan
faktor-faktor yang menjadi penghambat pencapaian peserta didik.
Kemudian hasil yang telah didapatkan dilaporkan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan seperti Dinas Pendidikan, Badan Penanggulangan Bencana
Daerah dan wali peserta didik
19
BAB IV
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Lampiran 1. Biodata Guru
Biodata Guru
Judul Karya : IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MITIGASI
BENCANA DI SEKOLAH MELALUI KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER SEBAGAI UPAYA
PEMBENTUKAN KARAKTER SIAP SIAGA BAGI
PESERTA DIDIK
Nama : Elis Noviana Hasibuan, S.Pi
NIK : 7209056910840001
Tempat, tanggal Lahir : Trenggalek, 29 Oktober 1984
Alamat Rumah : Jl. Dayodara BTN Citra Pesona Indah IV
Blok E No.20 RT/RW 009/008 Kelurahan
Talise, Kec. Mantikulore Kota Palu, 94118
Sulawesi Tengah.
Alamat Surel : elis.hasibuan84@gmail.com
No HP : 0812 -1484-1144
Program Studi S-1 : Budidaya Perikanan
Tahun Lulus S-2 :-
Tahun Lulus S-3 :
Sekolah Tugas : SMKN 1 Sigi, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Sigi,
Provinsi Tugas : Sulawesi Tengah
Daftar Karya :-
Daftar Penghargaan :-
22
PEMERINTAH PROPINSI SULAWESI TENGAH
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAERAH
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 SIGI
Jalan Raya Palu – Palolo Km.14 Sidera Kode Pos.94364
Website : http://www.smkn1sigi.sch.id e-mail :smknsigi@gmail.com
23
Lampiran 3. Pernyataan Hasil karya sendiri
Menyatakan bahwa naskah best practice ini adalah benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakan karya orang lain, belum pernah diikutkan dalam segala
bentuk perlombaan, dan belum pernah dipublikasikan.
Apabila dikemudian hari ternyata karya saya tidak sesuai dengan
pernyataan ini, secara otomatis karya saya dianggap gugur dan saya bersedia
menerima semua konsekuensinya.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Yang Menyatakan
24
25