Anda di halaman 1dari 4

PENGEMBANGAN SISTEM

FITOREMEDIASI UNTUK
PEMULIHAN LAHAN TERCEMAR
PASCA PENAMBANGAN MINYAK
BT5202 APLIKASI MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
TUGAS I
Nabiilah Ardini Fauziyyah
21117032
Pengembangan Sistem Fitoremediasi untuk Pemulihan Lahan Tercemar
Pasca Penambangan Minyak

Oleh: Nabiilah Ardini Fauziyyah / 21117032


Indonesia terus berbenah dalam perkembangan dan penerapan sains dan teknologinya. Seperti
yang tercetus dalam Renstra BPPT 2015-2019 Revisi ke-4 yang ditetapkan Oktober 2017 lalu,
BPPT terus mendukung proses pengkajian dan penerapan teknologi untuk meningkatkan daya
saing dan kemandirian bangsa. Pemerintah pun kini semakin mendukung diterapkannya inovasi
teknologi karya anak bangsa di masyarakat. Salah satu diantaranya adalah pengembangan sistem
fitoremediasi untuk pemulihan lahan tercemar pasca penambangan minyak yang kini dikelola oleh
Balai Teknologi Lingkungan (BTL)-BPPT.
Untuk diterapkannya suatu teknologi baru di masyarakat, berbagai pengembangan dan proses
pengevaluasian dilakukan. Sistem fitoremediasi ini pun sedang dalam proses pengembangan dan
kesiapannya terus dievaluasi oleh BPPT. Metode evaluasi yang kini digunakan oleh BPPT adalah
menggunakan Tekno-Meter atau pengevaluasian Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT). Dengan alat
ukur tersebut dapat diketahui tingkat kesiapan dan risiko dari suatu teknologi untuk menuju ke
tahap penerapan. Terdapat sembilan level TKT yang didefinisikan sebagai berikut:
TKT 1 : Prinsip dasar dari teknologi diteliti dan dilaporkan
TKT 2 : Formulasi konsep dan/atau aplikasi teknologi
TKT 3 : Pembuktian konsep (proof-of-concept) fungsi dan/atau karakteristik penting secara
analitis dan eksperimental
TKT 4 : Validasi kode, komponen dan/atau bread board validation dalam lingkungan
laboratorium
TKT 5 : Validasi kode, komponen dan/atau bread board validation dalam lingkungan simulasi
TKT 6 : Demonstrasi model atau prototipe sistem/subsistem dalam suatu lingkungan yang relevan
TKT 7 : Demonstrasi prototipe sistem dalam lingkungan/aplikasi sebenarnya
TKT 8 : Sistem telah lengkap dan memenuhi syarat (qualified) melalui pengujian dan demonstrasi
dalam lingkungan/aplikasi sebenarnya
TKT 9 : Sistem benar-benar teruji/terbukti melalui keberhasilan pengoperasian
Berikut akan dipaparkan mengenai proses pengembangan sistem fitoremediasi ini.
Teknologi fitoremediasi pemulihan lahan tercemar pasca penambangan minyak dikembangkan
sejak tahun 2012 oleh BTL-BPPT. Teknologi ini dilatar belakangi oleh pencemaran limbah
minyak pada tanah di sekitar tambang minyak rakyat di sumur tua Blok Cepu, Blora, Jawa Tengah,
Indonesia. Fitoremediasi merupakan teknologi yang relatif rendah biaya sehingga dipilih untuk
dikembangkan.
Prinsip dasar dari teknologi ini adalah untuk memanfaatkan tanaman rumput yang dapat
meningkatkan aktivitas enzimatik populasi mikroba tanah untuk mendegradasi minyak. Peneliti
mengacu pada publikasi yang diterbitkan oleh Jing dkk. tahun 2008 yang menyatakan jenis rumput
Eleusine indica, Pannicum, dan Fetusca mampu meningkatkan degradasi minyak dalam tanah
sebesar 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan tanah yang tidak ditanami rumput. Dengan
ditentukannya prinsip teknologi fitoremediasi dan didapatkannya data pendukung mengenai
keberhasilan sistem fitoremediasi pada penelitian sebelumnya, TKT 3 telah tercapai.
Penelitian pada skala laboratorium kemudian dilakukan dengan menyiapkan medium tanah yang
tercemar minyak bumi ditambahkan kompos dengan perbandingan tanah:kompos (4:1) dan
ditambahkan 3L air formasi minyak bumi. Hal ini untuk mensimulasikan lingkungan asli dari
tanah yang tercemar minyak bumi. Jenis rumput yang digunakan adalah Scirpus grossus,
Brachiaria humidicola, Paspalum notatum, Serataria splendida, dan Eleusine indica. Pada
penelitian ini, pengujian dilakukan menggunakan media tanah di dalam pot berukuran
25x35x10cm. Kelima jenis rumput kemudian ditumbuhkan pada media tanah tersebut. Parameter
yang diukur adalah pertumbuhan rumput dan kapasitas pendegradasian minyak dari kelima jenis
rumput. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa rumput yang digunakan dalam sistem
fitoremediasi harus memiliki karakter yang mudah berasosiasi dengan mikroorganisme yang
berada di dalam tanah. Selain itu diketahui bahwa keberadaan rumput di tanah dapat membantu
proses penghilangan minyak hingga 32% hingga 50% dalam waktu 12 minggu. Diketahui pula
tanah yang ditumbuhi rumput jenis Paspalum notatum dan Scirpus grossus memiliki kapasitas
degradasi minyak yang baik sehingga kedua rumput tersebut dianjurkan untuk diteliti lebih lanjut.
Dengan keberhasilan penelitian di skala laboratorium, sistem fitoremediasi telah mencapai TKT 4.
Pada simulasi selanjutnya digunakan sampel tanah tercemar dari daerah Riau. Digunakan 5 jenis
rumput yaitu Brachiaria decumbens, Brachiaria humidicola, Eleusin indica, Setaria splendida,
dan Paspalum notatum. Dari kelima jenis rumput, Paspalum notatum terpilih kembali menjadi
kandidat paling baik untuk digunakan dalam fitoremediasi tanah tercemar minyak bumi.
Penambahan mikroba eksternal dan bakteri pendegradasi minyak pada media tanah juga
disarankan untuk mempercepat proses fitoremediasi.

Gambar 1. Jenis rumput Paspalum notatum (sumber: Seven Fairies Mall)


Pengembangan sistem fitoremediasi ini terus dilakukan, namun data dan informasi mengenai
penelitian lanjutan belum banyak dipublikasikan. Meskipun begitu, sampai saat ini sistem
fitoremediasi diperkirakan telah mencapai TKT 6 dengan didirikannya unit percobaan untuk
pengembangan sistem skala penuh di lapangan oleh BPPT di kawasan Puspiptek. Unit percobaan
pun sedang dioperasikan untuk pengkajian teknologi pengendalian pencemaran lingkungan oleh
minyak bumi.
Untuk diterapkannya sistem fitoremediasi di masyarakat, penelitian dan pengembangan sistem
perlu dilanjutkan. Setelah keberhasilan prototipe sistem pada lingkungan yang relevan, sistem
perlu didemonstrasikan dalam lingkungan tercemar yang sebenarnya untuk mencapai level TKT
7. Kemudian TKT 8 dan 9 akan dapat tercapai ketika sistem fitoremediasi telah memenuhi syarat
dan benar-benar terbukti melalui keberhasilan pengoperasian di lingkungan sebenarnya.
Pengembangan sistem fitoremediasi untuk pemulihan lahan tercemar pasca penambangan minyak
hanyalah satu dari sekian banyak teknologi anak bangsa yang berpotensi untuk diaplikasikan untuk
kemajuan dan kemandirian bangsa. Diharapkan akan semakin banyak inovasi temuan anak bangsa
yang dapat dikontribusikan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Referensi:
BPPT. 2017. Rencana Strategis BPPT Tahun 2015-2019, Revisi 4. Jakarta: BPPT, Hal. 10-13
Priyanto, B. 2012. Toleransi Lima Jenis Rumput Terhadap Minyak dan Kapasitas Degradasinya
Dalam Sistem Fitoremediasi. J. Tek. Ling., 13(2): 141-149
Suryati, T. 2015. Seleksi Lima Jenis Rumput untuk Fitoremediasi Tanah Tercemar Minyak
Bumi. J. Tek. Ling., 16(1): 31-36

Anda mungkin juga menyukai