Enzim Revisi2
Enzim Revisi2
Laporan resmi praktikum Bioproses yang berjudul Isolasi Enzim yang disusun oleh:
Kelompok : 2 / Selasa
Anggota :
1. Dhyeta Ulzana Zizi Rahma 21030115130203
2. Emiwati Simanjuntak 21030115120084
3. Hafid Rizki Adinursetya 21030115130146
4. Yuda Kurniawan Argoyuwono 21030115120062
Semarang, 2017
Dosen Pengampu
ii
RINGKASAN
Enzim adalah senyawa protein yang dapat mempercepat atau mengkatalis reaksi
kimia. Enzim berperan dalam mengubah hasil reaksi, sehingga kecepatan reaksi yang
dihasilkan dapat dijadikan parameter keaktifan enzim. Enzim hanya dapat bereaksi pada pH
dan temperatur tertentu. Tujuan dari percobaan ini adalah mengisolasi enzim dari serbuk
kayu, menghitung parameter kinetik enzimatik, dan membandingkan aktivitas enzim selulosa.
Bahan yang dibutuhkan pada percobaan ini adalah serbuk kayu, NaOH, Aspergillus
niger, glukosa, MgSO4, KH2PO4, CaCl2, NaCl, Urea, Aquadest, Inducer enzim.. Langkah
kerja yang dilakukan adalah yang pertama adalah penyiapan bahan baku dengan
menggunakan serbuk kayu, yang telah direndam kedalam larutan NaOH sesuai variabel,
kemudain dipanskan dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 110 C selama 1 malam.
Berikutnya adalah pembuatan starter, dengan media inokulum basis 200 ml. Tambahkan
beberapa nutrient sesuai dengan variebel dan aspergillus niger. Lalu dinkubasi pada suhu
kamar selama 1 malam. Selanjutnya adalah fermentasi, sampel dicampur dengan air dengan
perbadingan rasio bahan-air sesuai variabel, lalu atur PH, dan tambahkan juga larutan starter
yang telah dinkubasi. Dan lakukan fermentasi secara anaerob selama 1 hari. Yang berikutnya
adalah menganalisa hasil fermentasi menggunakan analisa kadar glukosa.
iii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga laporan resmi Praktikum Bioproses dapat diselesaikan dengan lancar
dan sesuai dengan harapan.
Laporan resmi ini diperuntukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Praktikum Bioproses. Adapun isi laporan ini adalah pembahasan mengenai hasil percobaan
dari praktikum Alkohol.
Berbagai dukungan dan doa sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini. Untuk
itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ing. Silviana, S.T., M.T. selaku Penanggung jawab Laboratorium Mikrobiologi
Industri,
2. Dr. Ir. Abdullah, M.S. selaku Dosen Pengampu materi Isolasi enzim,
3. Jufriyah, S.T. selaku PLP Laboratorium Mikrobiologi Industri,
4. Iqbal Ryan R. selaku koordinator asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri,
5. Asisten-asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri,
6. Christyowati P. Sagita selaku Asisten Pengampu materi Isolasi Enzim, dan
7. Teman-teman yang telah membantu baik dalam segi waktu maupun motivasi.
Laporan resmi ini merupakan laporan yang saat ini dapat diajukan. Namun, pasti masih
banyak kekurangan yang mendasar pada laporan resmi ini dan perlu diperbaiki. Oleh karena
itu, kritik dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan laporan resmi ini. Semoga
laporan resmi ini dapat bermanfaat.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
III.4.2 Pembuatan Starter ............................................................................................... 9
III.4.3 Fermentasi........................................................................................................... 9
III.4.4 Analisa Bahan ..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 1
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Klasifikasi Enzim Secara Internasional.......... ............................................................. 4
Tabel 2.2. Pemakaian Enzim Dalam Industri...............................................................................4
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik Pemetaan Kebalikan Ganda (Lineweaver-Burk) ......................................... 10
Gambar 2.2 Grafik Hubungan Substrat terhadap Kecepatan Reaksi Enzimatis ......................... 10
Gambar 3.1 Skema Rancangan Percobaan .................................................................................. 9
Gambar 3.2 Alat yang Dibutuhkan ............................................................................................. 10
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.3. Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa mampu memanfaatkan serbuk kayu yang merupakan limbah
daripengolahan kayu.
𝑑𝐶𝑎
2. Mahasiswa mampu mengetahui lecepatan laju reaksi, berdasarkan reaksi− =
𝑑𝑡
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian Umum
Kata enzim berasal dari bahasa Yunani “enzyme” yang berarti didalam sel.
Enzim merupakan sejenis protein kompleks yang unik dan merupakan bahan antara
yang penting untuk metabolisme dan berbagai perubahan kimia dalam tubuh. Enzim
dapat diproduksi oleh mikroba atau bahan lainnnya seperti hewan dan tumbuhan.
Enzim juga dapat diisolasi dalam bentuk murni (Winarno, 1986).
II.2. Sifat-sifat Enzim
1. Enzim sebagai katalisator
Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengkatalisis seluruh reaksi
kimia dalam sistem biologis. Aktivitas katalitiknya bergantung kepada integritas
strukturnya sebagai protein. Enzim dapat mempercepat reaksi biologis, dari reaksi
yang sederhana, sampai ke reaksi yang sangat rumit. (Kurnia, 2010).
2. Bereaksi optimum pada 40oC dan tekanan normal
Umumnya, semakin tinggi temperatur, semakin naik laju reaksi baik yang
tidak dikatalisis maupun yang dikatalisis oleh enzim. Namun demikian, enzim
merupakan senyawa protein yang sangat peka terhadap perubahan temperatur.
Semakin tinggi temperatur akan terjadi perubahan struktur enzim yang diikuti oleh
hilangnya aktivitas katalitik dari enzim tersebut. Pada temperatur rendah, laju
inaktivasi enzim berjalan lambat dan sangat kecil, sehingga boleh diabaikan. Di
Indonesia, temperatur optimum bagi proses enzimatis dilakukan pada temperatur
kamar. Hampir semua enzim memiliki aktivitas optimum pada temperatur sekitar
30oC dan denaturasi dimulai pada temperatur 45oC (Kurnia, 2010).
3. Reaksi enzimatis berlangsung pada pH netral
Pada umumnya enzim menunjukkan aktivitas maksimum pada suatu kisaran
pH yang disebut pH optimum, yang umumnya antara pH 4,5-8,0 (Winarno, 1986).
Enzim tertentu mempunyai kisaran pH optimum yang sangat sempit. Di sekitar pH
optimum enzim mempunyai stabilitas yang tinggi. Dalam hal ini, enzim yang sama
seringkali pH optimumnya berbeda tergantung dari sumber enzim tersebut (Kurnia,
2010).
4. Enzim bersifat khusus
Enzim mempunyai kekhususan aktivitas, yaitu peranannya sebagai katalis
hanya terhadap satu reaksi atau beberapa reaksi yang sejenis saja. Jadi dapat
melibatkan beberapa jenis substrat (Winarno, 1986). Sifat spesifik (spesifisitas
enzim) didefinisikan sebagai kemampuan suatu enzim untuk mendiskriminasikan
substratnya berdasarkan perbedaan afinitas substrat-substrat untuk mencapai sisi
aktif enzim. Sifat spesifinitas ini dapat dimanfaatkan untuk tujuan reaksi atau jenis
3
produk yang diharapkan. Sifat ini sangat menguntungkan karena tidak akan
dijumpai reaksi-reaksi samping, sehingga lebih ramah lingkungan. (Kurnia, 2010)
II.3. Sifat-sifat Protein
Protein mempunyai struktur yang unik dan beraat moleku yang spesifikasi
meskipun demikian, protein suka dimurnikan karena protein terdapat dalam bentuk
lipida dan karbohidrat, juga bersama campuran dengan protein lain. Faktor tambahan
lain yang membuat protein sukar dimurnikan adlaah karena bentuknya yang mudah
sama sekali rusak ooleh panas, asam,basadan pelarut organik, bila suatu protein bentuk
alamiahnya sudah rusak, dikatakan bahwa protein yang terdenaturasi masih
mengandung urutan asam amino yang asli, tapi kehilangan struktur 3 dimensinya yang
unik, dimana kerap kali terletak aktivitas biologisnya, beberapa protein dapat
dikembalikan ke bentuk aslinya apabila lingkungan aslanya dikembalikan, namun tidak
smeua protein mempunyai sifat seperti ini (Fessenden, 1997 hal 610)
II. 4. Penggolongan Enzim
Berdasarkan tempat bekerjanya enzim dapat dibedakan dalam dua golongan
yaitu endoenzim (enzim intraseluler) dan eksoenzim (enzim ekstraseluler). Endoenzim
merupakan enzim yang dihasilkan didalam sel yaitu pada bagian membran sitoplasma
dan melakukan metabolisme didalam sel sedangkan eksoenzim merupakan enzim yang
dihasilkan sel kemudian dikeluarkan melalui dinding sel dan bereaksi memecah bahan
organik tanpa tergantung pada sel yang melepaskannya (Soedigdo,1988).
Berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisis, enzim dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Tabel 2.1. Klasifikasi Enzim Secara Internasional
4
Ketika solvent dicampur dengan sampel, maka solvent akan melarutkan ekstrak
dengan difusi sampai terjadi keseimbangan konsentrasi.
b. Sentrifugasi
Merupakan cara memisahkan bagian seperti partikel dalam medan gaya
sentrifugal partikel yang berukuran berbeda dalam berbagai ukuran. Densitas dan
bentuk akan mengendap searah sentrifugal dengan kepentingan berbeda.
c. Presipitasi
Merupakan proses pemisahan partikel non enzim yang tercampur dengan enzim
dengan cara pengendapan. Partikel non enzim berasal dari penambahan buffer, air
atau cairan fisiologis pada proses pemecahan dinding sel, atau molekul-molekul
kompleks yang berikatan dengan enzim (Julianti, 2012). Presipitasi adalah metode
yang sudah digunakan untuk pemulihan protein dan sudah banyak dipakai dalam
skala kecil maupun besar. Presipitasi memiliki lima metode yang sudah
dikembangkan dalam skala besar yaitu:
1. Salting Out
Metode ini menggunakan penambahan garam ke larutan. Konsentrasi
garam mempengaruhi keseimbangan antara gaya elektrostatik untuk
menjaga protein dalam larutan dan gaya hidrofobik yang menyebabkan
protein menggumpal (K. Cliffe., 1988).
2. Presipitasi Pelarut Organik
Dalam proses ini, pelarut organic yang harus larut dalam air
ditambahkan kedalam larutan encer yang mengandung protein terlarut (K.
Cliffe, 1988).
3. Presipitasi Isoelektrik
Metode ini menggunakan sifat protein yang mereduksi kelarutan pada
titik isoelektrik yang sudah ditetapkan pH pada muatan bernilai nol (K.
Cliffe, 1988).
4. Presipitasi Polimer Non-ionik
Berat molekul yang tinggi seperti polyethylene glikol, polyvinyl,
alcohol, methyl sellulose, atau dextron saat ditambahkan larutan encer yang
mengandung protein, menghasilkan 2 lapisan (K. Cliffe, 1988).
5. Presipitasi Polyelectrolyte
Polielektrolit seperti asam poliaknilik, polisaccharida, dan
polyphosphate sudah digunakan untuk protein dalam skala kecil
pemurniannya tetapi belum sampai skala besar (K. Cliffe, 1988).
5
II. 6. Kandungan Dalam Serbuk Kayu
Serbuk gergajian kayu adalah salah satu jenis bahan limbah yang bersifat
organik yang merupakan limbah yang terdapat pada lingkungan industri penggergajian
kayu atau pengrajin furniture yang saat ini belum optimal pemanfaatannya.
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, juga merupakan bahan
mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan
teknologi. Pengertian kayu di sini adalah suatu bahan yang diperoleh dari hasil
pemungutan pohon–pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, serta
diperhitungkan bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu
tujuan penggunaan. Demikian halnya dengan serbuk kayu pengergajian merupakan
salah satu jenis partikel kayu yang berukuran 0,25 mm – 2,00 mm, bobotnya sangat
ringan dalam keadaan kering dan mudah diterbangkan oleh angin. (Dumanauw, J. F,
1990).
Kayu mengandung campuran sellulosa dan lignin, terdiri dari polimer yang
terbentuk dari hasil oksidasi koniferil alkohol(konifer) atau hasil dari oksidasi campran
konifer alkohol dan siringenin. Sellulosa daalah struktur poliskarida utama dalam
tanamanan.
Polimer sellulosa terdiri dari rantai glukosa tidak bercabang. Polimer adalah
campuran dari molekul bermacam-macam rumus berat. (Fessenden, 1997 hal 610)
II. 7. Kinetika Rekasi Kinematik
Konsentrasi substrat mempengaruhi kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh
enzim. Pengaruh berbagai konsentrasi substrat terhadap kecepatan reaksi awal jika
enzim dijaga konstan dapat dilihat pada gambar berikut:
6
konsentrasi substrat yang ditambahkan, kecepatan reaksi tidak akan pernah mencapai
garis maksimum. Pada batas ini, yang disebut sebagai kecepatan maksimum (v max)
adalah ketika enzim menjadi jenuh dan tidak dapat berfungsi lebih cepat.
Michaelis-Menten mendefinisikan suatu tetapan yang dinyatakan sebagai km
(konsentrasi substrat tertentu pada saat enzim mencapai kecepatan maksimumnya).
Persamaan Michaelis-Menten secata matematika dapat dinyatakan dalam persamaan:
Vmax [S]
Vo =
Km + [S]
dengan:
Vo = kecepatan awal pada konsentrasi substrat [S]
Vmaks = kecepatan maksimum
Km = tetapan Michaelis-Menten enzim bagi substrat tertentu
Persamaan Michaelis-Menten dapat ditransformasikan secara aljabar menjadi
bentuk lain yang lebih umum digunakan untuk memetakan data percobaan, yaitu:
7
Sayuran Selulase Jamur Bau dan pelunak
Protease, α-
Detergen Biological Bakteri Menghilangkan sisa protein
amilase
Farmasi Diagnosa Lipase Mikroba Hidrolisa lemak
(Fowler, M.W., 1988)
8
c. mudah terpatahkan, sehingga reaksi lebih mudah dan membentuk
kompleks enzim–produk.
d. Karena produk dan substrat tidak sama, maka kesesuaian antara produk
dan enzim tidak sempurna.
e. Bentuk produk menyebabkan kompleks berdisosiasi dan permukaan
enzim siap untuk menerima substrat lain. Teori aktivitas enzim ini
disebut teori kesesuaian terimbas (Inducedfit Theory).
9
air yang cukup untuk pertumbuhan danperkembangan mikroorganisme yang
diinokulasikan ke dalam subtrat. Keberadaan air ini mempengerauhi pertumubuhan
Aspergillus Niger untuk menghasilkan enzim sellulosa. (Anggarwati,2012)
10
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Rancangan Praktikum
III1.1 Skema Rancangan Percobaan
T= 110oC
t = 1 malam Pengeringan
11
III.2 Bahan dan Alat yang Digunakan
III.2.1 Bahan yang Digunakan
1. Sekam padi
2. NaOH
3. Aspergillus niger
4. Glukosa
5. MgSO4
6. KH2PO4
7. CaCl2
8. NaCl
9. Urea
10. Aquadest
11. Induserenzim
12
g. Erlenmeyer penghisap h. Termometer i. Gelas ukur
13
a. Hasil dari fermentasi di sentrifugasi pada kecepatan 2500 rpm sealam 20 menit.
b. Kemudian disaring menggunakan pompa vakum dan diperoleh filtratnya (Crude
enzim).
c. Filtrat yang diperoleh sebaanyak 15 ml dicampur dengan CMC sebanyak 15 ml dan
15 ml filtrat dicampur dengan CMC 45 ml.
d. Kemudian campuran tersebut diinkubasi selama 1 malam
e. Sebelum dan setelah inkubasi lakukan uji kadar glukosa pada sampel
III.3.5 Uji Kadar Glukosa
a. Membuat larutan glukosa standar dengan melarutkan 2,5 gram glukosa dalam 1 liter
aquadest. Standardisasi glukosan standar dengan mencampur 5 ml glukosa standar
dengan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B. Campuran ini kemudian dipanaskan
sampai 70oC dan dititrasi dengan larutan glukosa standar sampai warna biru hampir
hilang. Kemudian ditambah 2 tetes MB (methylen blue) dan dilanjutkan titrasinya
sampai warna merah bata. Mencatat kebutuhan titran (F).
b. Kemudian sebanyak 5 ml sampel diambil, ditambahkan 5 ml fehling A, 5 ml fehling
B, dan 5 ml glukosa standar. Campuran ini kemudian dipanaskan sampai 70oC dan
dititrasi dengan larutan glukosa standar sampai warna biru hampir hilang. Kemudian
ditambah 2 tetes MB dan dilanjutkan titrasinya sampai warna merah bata. Mencatat
kebutuhan titran (M) dan kadar glukosa dihitung dengan persamaan berikut :
dimana:
C = Konsentrasi glukosa per mL ekstrak enzim
T = Waktu inkubasi (menit)
1 unit enzim = besarnya aktivitas enzim yang dibutuhkan untuk membebaskan 1 µmol
glukosa per menit per mL enzim
14
DAFTAR PUSTAKA
Kurnia, DRD. 2010. Studi Aktivitas Enzim Lipase dari Aspergillus Niger sebagai Biokatalis
Pada Proses Gliserolisis untuk Menghasilkan Monoasilgliserol. Lehninger. 1995.
Dasar-dasar Biokimia. Jakarta:Erlangga.
Michael L Shuler dan Kargi Fikret. 1992. Bioprocess Engineering Basic Concepts. New
Jersey:Prentice Hall
Scragg, A.H,. 1988. Biotechnology for Engineers. New York: E. Horwood
Winarno, F. 1986. Enzim Pangan. Jakarta: Gramedia.
15