IDENTIFIKASI
Nama : Ny. Z
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Talang Putri
Agama : Islam
MRS Tanggal : 24 Juni 2012
ANAMNESA
Penderita di rawat di bangsal penyakit saraf karena tidak bisa berjalan
yang disebabkan oleh kelemahan pada tungkai kiri dan lengan kiri yang terjadi
secara tiba-tiba.
Kurang lebih 2 hari SMRS saat penderita sedang beraktivitas, penderita
terpeleset dan tiba-tiba mengalami kelemahan pada tungkai kiri dan lengan kiri
tanpadisertai penurunan kesadaran. Saat serangan penderita mengalami sakit
kepala yang diserati mual muntah sebanyak 2 kali, isi air putih, diserati kejang
sebanyak 2 kali. Kelemahan pada tungkai kiri dan lengan kiri dirasakan sama
beratnya. Sehari-hari penderita bekerja menggunakan tangan kanan. Penderita
msaih dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan dan isyarat.
Penderita masih dapat mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapkan baik
secara lisan, tulisan dan isyarat. Saat bicara mulut penderita mengot ke kiri dan
bicaranya agak pelo pada saat serangan, saat ini keluhan sudah berkurang.
Saat serangan penderita tidak mengalami jantung bedebar-debar dan tidak
mengalami sesak nafas. Penderita sering mengeluh sakit kepala bagian belakang.
Penderita memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu dan kontrol teratur
ke dokter. Riwayat kencing mansis disangkal.
Penyakit ini di derita untuk pertama kalinya.
STATUS PRAESENS
1
Status Internus
Kesadaran : Compos mentis (E:4, M:6, V:5)
Suhu Badan: 36,3ºC Jantung: HR = 84 x/m, murmur (-), gallop (-)
Nadi: 84 x/m Paru-paru: vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
Pernapasan: 34 x/m Hepar: tidak teraba
TD : 120/80 mmHg Lien: tidak teraba
Anggota Gerak: lihat status neurologikus
Genitalia: tidak diperiksa
Status Psikiatrikus
Sikap : kooperatif Ekspresi Muka : wajar
Perhatian : ada Kontak Psikis : ada
Status Neurologikus
KEPALA
Bentuk : brachiocephali
Ukuran : normocephali
Simetris : simetris
LEHER
Sikap : lurus Deformitas : tidak ada
Torticolis : tidak ada Tumor : tidak ada
Kaku kuduk : tidak ada Pembuluh darah : tidak ada
pelebaran
SYARAF-SYARAF OTAK
N. Olfaktorius Kanan Kiri
Penciuman tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Anosmia tidak ada tidak ada
Hyposmia tidak ada tidak ada
Parosmia tidak ada tidak ada
2
Campus visi
Fundus Oculi
- Papil edema tidak diperiksa tidak diperiksa
- Papil atrofi tidak diperiksa tidak diperiksa
- Perdarahan retina tidak diperiksa tidak diperiksa
3
- Akomodasi ada ada
- Argyl Robertson tidak ada tidak ada
N.Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
- Menggigit kuat kuat
- Trismus tidak ada
- Refleks kornea baik baik
Sensorik
- Dahi normal normal
- Pipi normal normal
- Dagu normal normal
Sensorik
2/3 depan lidah tidak ada kelainan
Otonom
- Salivasi normal
- Lakrimasi normal
- Chvostek’s sign tidak ada
N. Cochlearis Kanan Kiri
Suara bisikan terdengar terdengar
4
Detik arloji terdengar terdengar
Tes Weber tidak dilakukan tidak dilakukan
Tes Rinne tidak dilakukan tidak dilakukan
FUNGSI MOTORIK
LENGAN Kanan Kiri
5
Gerakan cukup kurang
Kekuatan 4-5 3
Tonus normal meningkat
Refleks fisiologis
- Biceps normal normal
- Triceps normal normal
- Radius normal normal
- Ulna normal normal
Refleks patologis
- Hoffman Ttromner negatif
Trofik eutrofi
6
- Tengah tidak ada kelainan
- Bawah tidak ada kelainan
Trofik eutrofi
SENSORIK
Tidak ada kelainan
GAMBAR
FUNGSI VEGETATIF
Miksi : tidak ada kelainan
Defekasi : tidak ada kelainan
Ereksi : tidak diperiksa
KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis : tidak ada
7
Lordosis : tidak ada
Gibbus : tidak ada
Deformitas : tidak ada
Tumor : tidak ada
Meningocele : tidak ada
Hematoma : tidak ada
Nyeri ketok : tidak ada
8
dinilai
Astasia-Abasia: belum dapat dinilai Limb Ataxia : belum dapat
dinilai
GERAKAN ABNORMAL
Tremor : tidak ada
Chorea : tidak ada
Athetosis : tidak ada
Ballismus : tidak ada
Dystoni : tidak ada
Myocloni : tidak ada
FUNGSI LUHUR
Afasia motorik : tidak ada
Afasia sensorik : tidak ada
Apraksia : tidak ada
Agrafia : tidak ada
Alexia : tidak ada
Afasia nominal : tidak ada
LABORATORIUM
DARAH
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hb 11,4 g/dl 12-14
Leukosit 11.300 /ul 5000-10000
Trombosit 213.000 /ul 150.000-400.000
Glukosa Sewaktu 293 mg/dl
SGOT 34 u/l
SGPT 25 u/l
9
PEMERIKSAAN KHUSUS (Rencana CT-Scan Kepala)
RINGKASAN
ANAMNESA
Penderita tidak bisa berjalan yang disebabkan oleh kelemahan pada
tungkai kiri dan lengan kiri yang terjadi secara tiba-tiba.
Kurang lebih 4 hari SMRS penderita terjatuh dan hilang kesadaran,
penderita mengalami kehilangan kesadaran selama kurang lebih 2 jam, saat
penderita sadar tiba-tiba penderita mengalami kelemahan pada tungkai kiri dan
lengan kiri. Saat serangan penderita mengalami sesak napas dan jantung berdebar-
debar. Sakit kepala (-), mual (-), muntah (-), kejang-kejang (-). Kelemahan pada
lengan kiri dan tungkai kiri dirasakan tidak sama berat. Menurut keterangan dari
keluarga penderita sekarang lebih sering bicara ngelantur dan gelisah.
Penderita memiliki riwayat darah tinggi sejak lama dan sering berobat ke
dokter dan kontrol tidak teratur.
PEMERIKSAAN
Status Generalis
Kesadaran: Compos mentis (E:4, M:6, V:5)
TD : 120/80 mmHg
10
RR : 34 x/menit
Status Neurologicus
Nn. Cranialis :
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan cukup kurang
Kekuatan 4-5 3
Tonus normal meningkat
PENGOBATAN
Perawatan
• Bed rest
11
Medikamentosa
• IVFD Ringer Laktat gtt xx/mnt (Homeostasis)
Fisioterapi
Latihan gerak aktif
PROGNOSA
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Functionam : ad bonam
DISKUSI
12
1) Lesi di Cortex hemisferium Pada penderita ditemukan gejala:
Cerebri sinistra/dextra
* Jadi, Kemungkinan lesi disub korteks hemisferium cerebri dextra dapat disingkirkan
13
*Terjadi saat aktifitas Terjadi saat istirahat
*Didahului sakit kepala, mual, Tidak didahului sakit kepala, mual(-),
muntah muntah (-)
*Riwayat Hipertensi Riwayat Hipertensi
Jadi kemungkinan etiologi Hemorrhagia cerebri sudah dapat disingkirkan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Stroke
14
Stroke adalah suatu penyakit deficit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian (Israr, 2008).
Secara umum, stroke digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular
Disease (CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI)
mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak.
Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan otak
(brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas, invaliditas) (Israr, 2008).
15
bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua
adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum
anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu
sirkulus willisi (Snell, 2006).
16
Gambar 3. Bagian Otak dan Fungsi Otak
17
b. Berdasarkan Kausal
Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh
darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar
dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik
terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan
darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya
kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan
pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke
pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit aterosklerosis (Israr, 2008).
Stroke Emboli
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan
lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak
(Japardi, 2002).
18
- Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia)
Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasiliar
- Kelumpuhan di satu sampai keempat ektremitas
- Meningkatnya refleks tendon
- Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh
- Gejala-gejala sereblum seperti tremor dan kepala berputar (vertigo)
- Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia)
- Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga
pasien sulit bicara (disatria)
- Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara
lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya
ingat terhadap lingkungan (disorientasi).
- Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah
bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata
(ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapangan pandang
pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim).
- Gangguan pendengaran
- Rasa kaku di wajah, mulut dan lidah.
19
Verbal alexia adalah ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat
membaca huruf. Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca huruf,
tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi ketidakmampuan keduanya
disebut Global alexia.
- Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan
otak.
- Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka
setelah terjadinya kerusakan otak.
- Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah
tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan
gerakan yang sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan
tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat
dari disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita
tidak boleh melihat jarinya).
- Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan
melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.
- Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat
kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan yang
menyebabkan terjadinya gangguan bicara.
- Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma
capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa
di otak.
- Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah
kemampuan.
20
Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu
diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase
akut. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila
scan tak jelas. Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapat
membantu membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahan
intraserebral (PIS) maupun perdarahan subarakhnoid (PSA).
b. Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah
rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu
gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler,
Elektrokardiografi (EKG).
4. Stroke Hemoragik
4.1. Klasifikasi Stroke Hemoragik (Hidayat, 2011)
Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and
Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma.
Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab
lainnya adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah seperti
hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian antikoagulan angiomatosa
dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat, amiloidosis serebrovaskular.
b. Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)
Perdarahan Subarakhnoidal (PSA) adalah keadaan terdapatnya/masuknya
darah ke dalam ruangan subarakhnoidal. Perdarahan ini terjadi karena
pecahnya aneurisma (50%), pecahnya malformasi arteriovena atau MAV
(5%), berasal dari PIS (20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.
c. Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat robeknya vena
jembatan ( bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak
dan sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya araknoidea.
21
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri
kepala berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada
pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas.
Serangan sering kali di siang hari, waktu beraktivitas dan saat
emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65%
terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi
setelah 3 jam) (Sudoyo, 2007).
22
Diagnosis didasarkan atas gejala-gejala dan tanda klinis. Pemeriksaan
tambahan dapat dilakukan dengan Multislices CT-Angiografi, MR
Angiografi atau Digital Substraction Angiography (DSA) (Hidayat, 2011)
c. Perdarahan Subdural
Diagnosis didasarkan atas pemeriksaan yaitu dilakukan foto tengkorak
anteroposterior dengan sisi daerah trauma. Selain itu, dapat juga dilakukan
dengan CT-Scan dan EEG (Hidayat, 2011)
Oleh karena tidak seluruh Rumah Sakit memiliki alat-alat di atas,
maka untuk memudahkan pemeriksaan dapat dilakukan dengan sistem
lain, misalnya sistem skoring yaitu sistem yang berdasarkan gejala klinis
yang ada pada saat pasien masuk Rumah Sakit (Hidayat, 2011).
5. Epidemiologi
Insidens
Stroke adalah penyakit kematian tersering ketiga orang dewasa di Amerika
Serikat. Angka kematian stroke tiap tahun akibat stroke baru atau rekuren
sekitar 200.000. Orang menderita stroke pada usia berapapun, dua pertiga
stroke terjadi pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Bedasarkan data dari
seluruh dunia, statistiknya bahkan lebih mencolok: penyakit jantung koroner
dan stroke adalah penyebab kematian tersering pertama dan kedua dan
menempati urutan kelima dan keenam sebagai penyebab utama kecacatan
(Japardi, 2002).
Morbiditas
Stroke adalah penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Kemungkinan
meninggal akibat stroke inisial adalah 30%-35%, kemungkinan cacatan
mayor pada yang selamat adalah35-40%. Sekitar sepertiga dari semua pasien
yang selamat dari stroke akan mengalami stroke berikutnya dalam 5 tahun;
5%-14% dari mereka akan mengalami stroke ulangan dalam tahun pertama
(Japardi, 2002).
6. Etiologi
Sistem klasifikasi lama biasnya membagi stroke menjai tiga kategori
berdasarkan penyebab, Trombotik, Embolik, dan Hemoragik. Ketegori ini sering
didiagnosis berdasarkan riwayat perkembangan dan evolusi gejala. Penyebab
antara thrombus dan embolus sebagai penyebab stroke iskemik masih belum
23
tegas sehingga saat ini keduanya digolongkan ke dalam kelompok yang sama –
”stroke iskemik”. Dengan demikian, dua kategori dasar gangguan sirkulasi yang
menyebabkan stroke adalah iskemia-infark (80%-85%) dan pendarahan
intrakranium (15%-20%) (Japardi, 2002).
Iskemia serebrum disebabkan oleh berkurangnya aliran darah yang
berlangsung selama beberapa detik sampai bebrapa menit; apabila melebihi
beberapa menit, maka terjadi infark di jaringan otak (Israr, 2008).
Pendarahan intrakranium (hemoragik) dapat terjadi jaringan otak itu sendiri
(parenkim), ruang subaraknoid, atau ruang subdural atau eopidural. Hematom
subdural dan epidural biasanya disebabkan oleh trauma. Sebagaian besar
perdarahan intraserebrum berkaitan dengan hipertensi. Perdarahan subaraknoid
biasnaya terjadi akibat aneurysma sakular (Berry) atau, yang lebih jarang, suatu
malformasi arteriovena (Hidayat, 2011).
7. Faktor Risiko
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi (Sudoyo, 2007) :
- Umur
Dengan meningkatnya usia resiko stroke juga turut meningkat. The
Farmingham Study menunjukkan resiko stroke meningkat sebesar 22%,
32%, 83% pada kelompok umur 45-55, 55-64, 65-74 tahun. Stroke
iskemik kebanyakan muncul pada pasien yang berusia lebih dari 65 tahun.
- Jenis kelamin
Stroke lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Akan tetapi karena angka harapan hidup wanita lebih tinggi dari pada laki-
laki, tidak jarang pada studi-studi tentang stroke didapatkan pasien wanita
lebih banyak.
- Ras/etnis
Orang kulit hitam, Hispanic American, Cina dan Jepang memiliki insiden
stroke yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih.
- Riwayat keluarga
Riwayat keluarga pernah mengalami serangan stroke, maternal maupun
paternal, berhubungan dengan meningkatnya insiden stroke. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor genetik, pengaruh
24
budaya dan gaya hidup dalam keluarga, interaksi antara genetik dan
pengaruh lingkungan.
25
- Merokok
Berdasarkan penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam Malik Medan
dengan desain case control, kebiasaan merokok meningkatkan risiko
terkena stroke sebesar 4 kali. 23 Merokok menyebabkan penyempitan dan
pengerasan arteri di seluruh tubuh (termasuk yang ada di otak dan jantung),
sehingga merokok mendorong terjadinya aterosklerosis, mengurangi aliran
darah, dan menyebabkan darah mudah menggumpal.
- Alcohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme tubuh,
sehingga terjadi dislipidemia, diabetes melitus, mempengaruhi berat badan
dan tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lainlain.
Semua ini mempermudah terjadinya stroke. Konsumsi alcohol berlebihan
meningkatkan risiko terkena stroke 2-3 kali.
- Penyalahgunaan Obat
Pada orang-orang yang menggunakan narkoba terutama jenis suntikan akan
mempermudah terjadinya stroke, akibat dari infeksi dan kerusakan dinding
pembuluh darah otak. Di samping itu, zat narkoba itu sendiri akan
mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga mudah terserang stroke. Hasil
pengumpulan data dari rumah sakit Jakarta tahun 2001 yang menangani
narkoba, didapatkan bahwa lebih dari 50% pengguna narkoba dengan
suntikan berisiko terkena stroke.
8. Patofisiologi
26
Sumber : Japardi 2002, Sudoyo 2007, Hidayat 2011
9. Penatalaksanaan (Sudoyo 2007, Widianingrum 2009, Setyopranoto 2011)
27
Umum
1. KIE : konsultasi,informasi,edukasi
- memberi informasi keadaan pasien (stroke,jenis,etiologi)
- penjelasan tentang stroke dan jenisnya
- penyebab stroke pada pasien ini
- pencegahan sekunder
1. modifikasi gaya hidup diet rendah garam dan rendah kolesterol
2. peran keluarga
3. medikasi
- prognosis kemungkinan cacat
2. Gizi
Khusus
Medikamentosa
- Tatalaksana hipertensi
- Obat Koleterol (belum diberikan karena masih dalam border line, perlu
follow up )
- Operasi
- Fisioterapi
MEDIKAMENTOSA
1.1. Obat-obat antihipertensi dan mekanisme kerjanya :
Ace inhibitor : Captropil, enalapril, fosinopril, ramipril, quinapril
Mekanisme kerja : menurunkan tekanan darah dengan menurunkan tahanan
perifer tanpa meningkatkan cardiac output, rate, kontraktilitas. obat ini
memblokir angiotensin converting enzim yang merubah angiotensin I kepada
angiotensin II yang merpakan vasokonstriksi yang potent. obat ini juga
menurunkan inaktivasi bradikinin. Dengan menurunkan kadar angiotensi II
dalam darah,juga menurunkan sekresi aldosteron yang akhirnya menyebabkan
air dan Na diekskresi.
28
dari ginjal. Dengan ini menurunkan pembentukan angiotensin II dan sekresi
aldosteron.
1.3. Kalsium channel blocker : nifedipine, verapamil
Mekanisme kerja : obat ini memblokir influx kalsium ke dalam sel dengan
mengikat di L-thype channel kalsium di jantung dan otot polos. Ini
menyebabkan relaksasi otot polos dan akhirnya arteriol berdilatasi.
1.4. Diuretik : bumetanid, furosemid, hidroclorothiazid, spironolactone,
triamterene
Mekanisme kerja : obat diuretik menurunkan tekanan darah dengan
menurunkan volume darah dengan cara meningkatkan ekskresi air dan juga
Na, dengan ini cardiac output akan berkurang dan juga aliran darah ginjal.
1.5. Antiadrenergik : Prazosin, terazosin, doxazosin
Mekanisme kerja : obat ini menurunkan tekanan darah dengan menurunkan
tahanan perifer dan juga menyebabkan relaksasi otot polos pada vena dan
arteri.
OPERASI
Pertimbangkan konsultasi bedah saraf bila perdarahan serebelum diameter
lebih dari 3 cm atau volum lebih dari 50 ml untuk dekompresi atau
pemasangan pintasan ventrikulo-peritoneal bila ada hidrosefalus obstruktif
akut atau kliping aneurisma.
29
Secara teori, tujuan rehabilitasi tidak terlepas dari pengertian sehat, yaitu
keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan sosial, dan
bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Selain
itu program rehabilitasi bertujuan untuk memaksimalkan ability fungsional
pasien yang meliputi:
Self-care skills
Bowel and blader function
Nutritional intake and swallowing
Mobility and locomotion
Speech and language
Cognitive function and leisure skills
Prinsip-prinsip rehabilitasi
Rehabilitasi dimulai sedini mungkin
Tak ada seorang penderita pun yang boleh berbaring satu hari lebih lama
dari waktu yang diperlukan
Rehabilitasi merupakan terapi secara multidisipliner terhadap seorang
penderita, dan rehabilitasi merupakan terapi terhadap seorang penderita
seutuhnya
Salah satu faktor penting dari rehabilitasi adalah adanya kontinuitas
perawatan
Perhatian rehabilitasi tidak dikaitkan dengan sebab kerusakan jaringan
otak, melainkan lebih dikaitkan dengan sisa kemampuan fungsi
neuromuskular yang masih ada.
Program rehabilitasi harus bersifat individual, dan tidak ada atau tidak
dapat diberlakukan suatu standard hemiplegia regimen.
Dalam pelaksaan rehabilitasi termasuk pula upaya untuk menanggulangi
terjadinya serangan ulang
10. Komplikasi (Japardi 2002, Sudoyo, 2007)
Komplikasi Dini (0-48 jam pertama)
30
1). Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya
menimbulkan kematian.
2). Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
11. Prognosis
Sekitar 30%-40% penderita stroke dapat disembuhkan dengan perbaikan
sempurna atau cacat sisa minimal bila ditangani dalam jangka waktu 6 jam
atau kurang dari itu.-Dilihat dari tingkat kesadaran akibat stroke haemoragik :
(1) sadar 16 % meninggal (2) somnolen 39 % mati (3) yang stupor 71 %(4)
koma, maka 100 % meninggal (Aliah, dkk 2000).
Dilihat dari jenis kelamin dan usia, laki – laki lebih banyak 61% yang
meninggal dari perempuan 41 % dan usia 70 tahun atau lebih angka kematian
meningkat tajam.(Aliah, dkk 2000).
Di lihat dari prognosis fungsional stroke (1) 75 % mampu merawat diri secara
mandiri dengan bantuan minimal (2) 75 % mampu melakukan ambulasi baik
dengan atau tanpa alat bantu secara mandiri (3) hampir semuanya
mengendalikan BAB dan BAK (4) hanya 10 % mengalami disabilitas/”bed
ridden”(Indriastuti, 2004).
31
Dilihat dari status keluaran rumah sakit menurut Misbach pada tahun 1990
yang dikutip oleh Soetedjo pada tahun 2003 (1). Hidup membaik : 59,9% (2)
Mati : 23,3% (3) Hidup tak membaik : 1,6 % (4) Hidup Memburuk : 4,3 %
(5) Hidup status tidak tercatat : 5,1 % (6) Tidak diketahui : 9,7 %.
32
6. Kurangi garam.
Karena garam akan mengikatkan tekanan darah.
7. Pantau berat badan Anda.
Memiliki badan gemuk atau obes akan meningkatkan risiko Anda
mengalami tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan diabetes, dan
semuanya dapat memicu terjadinya stroke.
8. Berolahraga dan aktif.
Melakukan aktivitas fisik secara teratur membantu Anda menurunkan tensi
darah dan menciptakan keseimbangan lemak yang sehat dalam darah.
9. Kurangi alkohol.
Meminum alkohol dapat menaikkan tensi darah, oleh karena itu
menguranginya berarti menghindarkan Anda dari tekanan darah tinggi.
33