IDENTIFIKASI
Nama : Tn. A
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kertapati
Agama : Islam
MRS Tanggal : 1 Agustus 2012
ANAMNESA
Penderita di rawat di bangsal penyakit saraf karena tidak bisa berjalan
yang disebabkan oleh kelemahan pada tungkai kiri dan lengan kiri yang terjadi
secara tiba-tiba.
Kurang lebih 1 hari SMRS saat penderita sedang duduk dan terjatuh.
Setelah terjatuh penderita mengalami kelemahan pada tungkai kiri dan lengan kiri.
Kelemahan pada lengan kiri dirasakan lebih berat daripada tungkai kiri. Saat
serangan penderita tidak mengalami penurunan kesadaran, sesak napas dan
jantung berdebar-debar. Saat serangan penderita tidak mengalami sakit kepala
yang disertai mual dan muntah, tanpa kejang-kejang. Penderita masih dapat
mengungkapkan isi pikirannya baik secara lisan, tulisan atau isyarat. Penderita
masih dapat mengerti pikiran orang lain yang diungkapkan baik secara lisan,
tulisan dan isyarat. Saat bicara mulut penderita mengot ke kanan dan bicaranya
pelo.
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung disangkal.
Penyakit ini di derita untuk pertama kalinya.
STATUS PRAESENS
Status Internus
Kesadaran : Compos mentis (E:4, M:6, V:5)
Suhu Badan: 36,8ºC Jantung: HR = 80 x/m, murmur (-), gallop (-)
1
Nadi: 80 x/m Paru-paru: vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
Pernapasan: 22 x/m Hepar: tidak teraba
TD : 110/90 mmHg Lien: tidak teraba
Anggota Gerak: lihat status neurologikus
Genitalia: tidak diperiksa
Status Psikiatrikus
Sikap : kurang kooperatif Ekspresi Muka : wajar
Perhatian : ada Kontak Psikis : ada
Status Neurologikus
KEPALA
Bentuk : brachiocephali
Ukuran : normocephali
Simetris : simetris
LEHER
Sikap : lurus Deformitas : tidak ada
Torticolis : tidak ada Tumor : tidak ada
Kaku kuduk : tidak ada Pembuluh darah : tidak ada
pelebaran
SYARAF-SYARAF OTAK
N. Olfaktorius Kanan Kiri
Penciuman tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Anosmia tidak ada tidak ada
Hyposmia tidak ada tidak ada
Parosmia tidak ada tidak ada
Campus visi
2
- Anopsia tidak ada tidak ada
- Hemianopsia tidak ada tidak ada
Fundus Oculi
- Papil edema tidak diperiksa tidak diperiksa
- Papil atrofi tidak diperiksa tidak diperiksa
- Perdarahan retina tidak diperiksa tidak diperiksa
3
N.Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
- Menggigit kuat kuat
- Trismus tidak ada
- Refleks kornea baik baik
Sensorik
- Dahi normal normal
- Pipi normal normal
- Dagu normal normal
Sensorik
2/3 depan lidah tidak ada kelainan
Otonom
- Salivasi normal
- Lakrimasi normal
- Chvostek’s sign tidak ada
4
Tes Rinne tidak dilakukan tidak dilakukan
FUNGSI MOTORIK
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan cukup kurang
Kekuatan 5 1
Tonus normal menurun
5
Refleks fisiologis
- Biceps normal menurun
- Triceps normal menurun
- Radius normal menurun
- Ulna normal menurun
Refleks patologis
- Hoffman Ttromner negatif
6
SENSORIK
Hemihipestesia sinistra
GAMBAR
FUNGSI VEGETATIF
Miksi : tidak ada kelainan
Defekasi : tidak ada kelainan
Ereksi : tidak diperiksa
KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis : tidak ada
Lordosis : tidak ada
Gibbus : tidak ada
Deformitas : tidak ada
Tumor : tidak ada
7
Meningocele : tidak ada
Hematoma : tidak ada
Nyeri ketok : tidak ada
GERAKAN ABNORMAL
Tremor : tidak ada
Chorea : tidak ada
Athetosis : tidak ada
Ballismus : tidak ada
8
Dystoni : tidak ada
Myocloni : tidak ada
FUNGSI LUHUR
Afasia motorik : tidak ada
Afasia sensorik : tidak ada
Apraksia : tidak ada
Agrafia : tidak ada
Alexia : tidak ada
Afasia nominal : tidak ada
LABORATORIUM
DARAH
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hb 15,4 g/dl 12-14
Leukosit 12.400 /ul 5000-10000
Trombosit 236.000 /ul 150.000-400.000
Hematokrit 45 % 40-48
Hitung jenis
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 2 % 1-3
Batang 2 % 2-6
Segmen 70 % 50-70
Limfosit 23 % 20-40
Monosit 3 % 2-8
Glukosa Sewaktu 111 mg/dl < 180
Trigliserida 89 mg/dl < 200
Colesterol total 189 mg/dl < 200
Colesterol HDL 47 mg/dl > 50
Colesterol LDL 124 mg/dl < 130
Ureum 31 mg/dl 20-40
Creatinin 1,08 mg/dl 0,9-1,3
Uric acid 5,41 mg/dl 3,4-7
9
LIQUOR CEREBROSPINALIS : tidak diperiksa
RINGKASAN
ANAMNESA
Penderita di rawat di bangsal penyakit saraf karena tidak bisa berjalan
yang disebabkan oleh kelemahan pada tungkai kiri dan lengan kiri yang terjadi
secara tiba-tiba.
Kurang lebih 1 hari SMRS saat penderita sedang duduk dan terjatuh.
Setelah terjatuh penderita mengalami kelemahan pada tungkai kiri dan lengan kiri.
Kelemahan pada lengan kiri dirasakan lebih berat daripada tungkai kiri. Saat
serangan penderita tidak mengalami penurunan kesadaran, sesak napas dan
jantung berdebar-debar. Saat serangan penderita tidak mengalami sakit kepala
yang disertai mual dan muntah, tanpa kejang-kejang. Penderita masih dapat
mengungkapkan isi pikirannya baik secara lisan, tulisan atau isyarat. Penderita
masih dapat mengerti pikiran orang lain yang diungkapkan baik secara lisan,
tulisan dan isyarat. Saat bicara mulut penderita mengot ke kanan dan bicaranya
pelo.
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung disangkal.
Penyakit ini di derita untuk pertama kalinya.
PEMERIKSAAN
10
Status Generalis
Kesadaran: Compos mentis (E:4, M:6, V:5)
TD : 110/90 mmHg HR: 80x/menit
RR : 22 x/menit T: 36,8 C
Status Neurologicus
Nn. Cranialis :
N.Facialis Kanan Kiri
Motorik
Mengerutkan dahi tidak ada kelainan datar
Lipatan nasolabialis tidak ada kelainan datar
Bentuk Muka
- Berbicara/bersiul asimetris
FUNGSI MOTORIK
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan cukup kurang
Kekuatan 5 1
Tonus normal menurun
Refleks fisiologis
- Biceps normal menurun
- Triceps normal menurun
- Radius normal menurun
- Ulna normal menurun
- Refleks patologis
- Hoffman Ttromner negatif
11
Kekuatan 5 1
Tonus normal menurun
Klonus
- Paha tidak ada tidak ada
- Kaki tidak ada tidak ada
Refleks fisiologis
- KPR normal menurun
- APR normal menurun
Refleks patologis
- Babinsky tidak ada ada
- Chaddock tidak ada ada
- Oppenheim tidak ada tidak ada
- Gordon tidak ada tidak ada
- Schaeffer tidak ada tidak ada
- Rossolimo tidak ada tidak ada
- Mendel Bechterew tidak ada tidak ada
SENSORIK
Hemihipestesia sinistra
DIAGNOSA
DIAGNOSA KLINIK : Hemiparese Sinistra tipe Flaksid + parese nervus
VII dan XII + Hemihipestesia Sinistra
DIAGNOSA TOPIK : Kapsula Interna Serebri Hemisferium Dextra
DIAGNOSA ETIOLOGI : Trombosis Serebri
PENGOBATAN
Perawatan
• Bed rest
12
• IVFD Ringer Laktat gtt xx/mnt (Homeostasis)
Fisioterapi
Latihan gerak aktif
PROGNOSA
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Functionam : ad bonam
DISKUSI
13
Ada afasi motorik subkortikal tidak afasia motorik subkortikal
Jadi, Kemungkinan lesi disub korteks hemisferium cerebri dextra dapat disingkirkan
14
Jadi kemungkinan etiologi Hemorrhagia cerebri sudah dapat disingkirkan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Stroke
15
Stroke adalah suatu penyakit deficit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian (Israr, 2008).
Secara umum, stroke digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular
Disease (CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI)
mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak.
Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan otak
(brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas, invaliditas) (Israr, 2008).
16
bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua
adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum
anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu
sirkulus willisi (Snell, 2006).
17
Gambar 3. Bagian Otak dan Fungsi Otak
18
b. Berdasarkan Kausal
Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh
darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar
dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik
terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan
darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya
kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan
pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke
pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit aterosklerosis (Israr, 2008).
Stroke Emboli
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan
lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak
(Japardi, 2002).
19
- Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh
- Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia)
Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasiliar
- Kelumpuhan di satu sampai keempat ektremitas
- Meningkatnya refleks tendon
- Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh
- Gejala-gejala sereblum seperti tremor dan kepala berputar (vertigo)
- Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia)
- Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga
pasien sulit bicara (disatria)
- Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara
lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya
ingat terhadap lingkungan (disorientasi).
- Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah
bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata
(ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapangan pandang
pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim).
- Gangguan pendengaran
- Rasa kaku di wajah, mulut dan lidah.
20
- Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak.
Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu
Verbal alexia adalah ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat
membaca huruf. Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca huruf,
tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi ketidakmampuan keduanya
disebut Global alexia.
- Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan
otak.
- Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka
setelah terjadinya kerusakan otak.
- Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah
tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan
gerakan yang sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan
tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat
dari disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita
tidak boleh melihat jarinya).
- Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan
melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.
- Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat
kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan yang
menyebabkan terjadinya gangguan bicara.
- Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma
capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa
di otak.
- Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah
kemampuan.
21
B. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium
a. Pemeriksaan Neuro-Radiologik
Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu
diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase
akut. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila
scan tak jelas. Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapat
membantu membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahan
intraserebral (PIS) maupun perdarahan subarakhnoid (PSA).
b. Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah
rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu
gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler,
Elektrokardiografi (EKG).
4. Stroke Hemoragik
4.1. Klasifikasi Stroke Hemoragik (Hidayat, 2011)
Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and
Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma.
Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab
lainnya adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah seperti
hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian antikoagulan angiomatosa
dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat, amiloidosis serebrovaskular.
b. Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)
Perdarahan Subarakhnoidal (PSA) adalah keadaan terdapatnya/masuknya
darah ke dalam ruangan subarakhnoidal. Perdarahan ini terjadi karena
pecahnya aneurisma (50%), pecahnya malformasi arteriovena atau MAV
(5%), berasal dari PIS (20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.
c. Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat robeknya vena
jembatan ( bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak
dan sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya araknoidea.
22
4.2. Gejala Stroke Hemoragik
a. Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri
kepala berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada
pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas.
Serangan sering kali di siang hari, waktu beraktivitas dan saat
emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65%
terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi
setelah 3 jam) (Sudoyo, 2007).
23
Diagnosis didasarkan atas gejala-gejala dan tanda klinis. Pemeriksaan
tambahan dapat dilakukan dengan Multislices CT-Angiografi, MR
Angiografi atau Digital Substraction Angiography (DSA) (Hidayat, 2011)
c. Perdarahan Subdural
Diagnosis didasarkan atas pemeriksaan yaitu dilakukan foto tengkorak
anteroposterior dengan sisi daerah trauma. Selain itu, dapat juga dilakukan
dengan CT-Scan dan EEG (Hidayat, 2011)
Oleh karena tidak seluruh Rumah Sakit memiliki alat-alat di atas,
maka untuk memudahkan pemeriksaan dapat dilakukan dengan sistem
lain, misalnya sistem skoring yaitu sistem yang berdasarkan gejala klinis
yang ada pada saat pasien masuk Rumah Sakit (Hidayat, 2011).
5. Epidemiologi
Insidens
Stroke adalah penyakit kematian tersering ketiga orang dewasa di Amerika
Serikat. Angka kematian stroke tiap tahun akibat stroke baru atau rekuren
sekitar 200.000. Orang menderita stroke pada usia berapapun, dua pertiga
stroke terjadi pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Bedasarkan data dari
seluruh dunia, statistiknya bahkan lebih mencolok: penyakit jantung koroner
dan stroke adalah penyebab kematian tersering pertama dan kedua dan
menempati urutan kelima dan keenam sebagai penyebab utama kecacatan
(Japardi, 2002).
Morbiditas
Stroke adalah penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Kemungkinan
meninggal akibat stroke inisial adalah 30%-35%, kemungkinan cacatan
mayor pada yang selamat adalah35-40%. Sekitar sepertiga dari semua pasien
yang selamat dari stroke akan mengalami stroke berikutnya dalam 5 tahun;
5%-14% dari mereka akan mengalami stroke ulangan dalam tahun pertama
(Japardi, 2002).
6. Etiologi
Sistem klasifikasi lama biasnya membagi stroke menjai tiga kategori
berdasarkan penyebab, Trombotik, Embolik, dan Hemoragik. Ketegori ini sering
didiagnosis berdasarkan riwayat perkembangan dan evolusi gejala. Penyebab
antara thrombus dan embolus sebagai penyebab stroke iskemik masih belum
24
tegas sehingga saat ini keduanya digolongkan ke dalam kelompok yang sama –
”stroke iskemik”. Dengan demikian, dua kategori dasar gangguan sirkulasi yang
menyebabkan stroke adalah iskemia-infark (80%-85%) dan pendarahan
intrakranium (15%-20%) (Japardi, 2002).
Iskemia serebrum disebabkan oleh berkurangnya aliran darah yang
berlangsung selama beberapa detik sampai bebrapa menit; apabila melebihi
beberapa menit, maka terjadi infark di jaringan otak (Israr, 2008).
Pendarahan intrakranium (hemoragik) dapat terjadi jaringan otak itu sendiri
(parenkim), ruang subaraknoid, atau ruang subdural atau eopidural. Hematom
subdural dan epidural biasanya disebabkan oleh trauma. Sebagaian besar
perdarahan intraserebrum berkaitan dengan hipertensi. Perdarahan subaraknoid
biasnaya terjadi akibat aneurysma sakular (Berry) atau, yang lebih jarang, suatu
malformasi arteriovena (Hidayat, 2011).
7. Faktor Risiko
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi (Sudoyo, 2007) :
- Umur
Dengan meningkatnya usia resiko stroke juga turut meningkat. The
Farmingham Study menunjukkan resiko stroke meningkat sebesar 22%,
32%, 83% pada kelompok umur 45-55, 55-64, 65-74 tahun. Stroke
iskemik kebanyakan muncul pada pasien yang berusia lebih dari 65 tahun.
- Jenis kelamin
Stroke lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Akan tetapi karena angka harapan hidup wanita lebih tinggi dari pada laki-
laki, tidak jarang pada studi-studi tentang stroke didapatkan pasien wanita
lebih banyak.
- Ras/etnis
Orang kulit hitam, Hispanic American, Cina dan Jepang memiliki insiden
stroke yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih.
- Riwayat keluarga
Riwayat keluarga pernah mengalami serangan stroke, maternal maupun
paternal, berhubungan dengan meningkatnya insiden stroke. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor genetik, pengaruh
25
budaya dan gaya hidup dalam keluarga, interaksi antara genetik dan
pengaruh lingkungan.
26
- Merokok
Berdasarkan penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam Malik Medan
dengan desain case control, kebiasaan merokok meningkatkan risiko
terkena stroke sebesar 4 kali. 23 Merokok menyebabkan penyempitan dan
pengerasan arteri di seluruh tubuh (termasuk yang ada di otak dan jantung),
sehingga merokok mendorong terjadinya aterosklerosis, mengurangi aliran
darah, dan menyebabkan darah mudah menggumpal.
- Alcohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme tubuh,
sehingga terjadi dislipidemia, diabetes melitus, mempengaruhi berat badan
dan tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lainlain.
Semua ini mempermudah terjadinya stroke. Konsumsi alcohol berlebihan
meningkatkan risiko terkena stroke 2-3 kali.
- Penyalahgunaan Obat
Pada orang-orang yang menggunakan narkoba terutama jenis suntikan akan
mempermudah terjadinya stroke, akibat dari infeksi dan kerusakan dinding
pembuluh darah otak. Di samping itu, zat narkoba itu sendiri akan
mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga mudah terserang stroke. Hasil
pengumpulan data dari rumah sakit Jakarta tahun 2001 yang menangani
narkoba, didapatkan bahwa lebih dari 50% pengguna narkoba dengan
suntikan berisiko terkena stroke.
8. Patofisiologi
27
Sumber : Japardi 2002, Sudoyo 2007, Hidayat 2011
9. Penatalaksanaan (Sudoyo 2007, Widianingrum 2009, Setyopranoto 2011)
28
Umum
1. KIE : konsultasi,informasi,edukasi
- memberi informasi keadaan pasien (stroke,jenis,etiologi)
- penjelasan tentang stroke dan jenisnya
- penyebab stroke pada pasien ini
- pencegahan sekunder
1. modifikasi gaya hidup diet rendah garam dan rendah kolesterol
2. peran keluarga
3. medikasi
- prognosis kemungkinan cacat
2. Gizi
Khusus
Medikamentosa
- Tatalaksana hipertensi
- Obat Kolesterol (belum diberikan karena masih dalam border line, perlu
follow up )
- Operasi
- Fisioterapi
MEDIKAMENTOSA
Terapi spesifik
Terapi spesifik pada stroke iskhemik akut atas dasar patofisiologinya dapat dibagi
sebagai berikut :
1. ANTITROMBOTIK.
a. Antitrombosit (antiplatelat).
b. Antikoagulansia.
2. TROMBOLITIK.
a. Trombolisis intravena.
b. Trombolisis intraarterial.
3. NEUROPROTEKTIF.
a. Mencegah iskemia dini.
b. Mencegah akibat dari reperfusi.
4. ANTI-EDEMA.
a. Antiedema sitotoksik.
b. Antiedema vasogenik.
29
ANTITROMBOTIK
a. Obat anti-trombosit (zat antiplatelat) memblokade agregasi trombosit.
1. Aspirin yang diberikan dalam 48 jam pada stroke iskhemik akut
memperbaiki sedikit prognosis (consensus Asia Pasifik, 1998). Pada
umumnya manfaat aspirin pada pengobatan stroke akut dan pencegahan
stroke memberikan kepastian tetapi hasilnya sedang-sedang saja. Batas
pemberian aspirin setiap hari 30-1300 mg. Efek samping utama aspirin
adalah rasa tidak enak diperut, perdarahan saluran cerna pada 1-5%.
Pengobatan gabungan dengan platelet lain yang dapat meningkatkan
manfaat dari kerja aspirin.
2. Tiklopidin menghambat jalur ADP membran trombosit secara reversible,
mengurangi kadar fibrinogen dan menaikkan defomabilitas eritrosit.
Dosis dianjurkan 250 mg tiap 12 jam. Tiklopidin mempunyai lebih
banyak efek samping dibanding aspirin termasuk diare, mual, dyspepsia
dan rash kulit.
3. Clopidrogel obat baru dengan mekanisme sama dengan tiklopidin tetapi
efek samping lebih ringan dan lebih efektif dibandingkan aspirin untuk
stroke akut.
b. Antikoagulan : menghambat generasi thrombin dan pembentukan fibrin.
Penderita stroke iskhemik disebabkan oleh emboli dari jantung sering
diobati dengan heparin intravena diikuti oleh warfarin. Belum ada fakta yang
didapat dari penelitian klinis yang mensahkan pengobatan ini untuk stroke akut,
walaupun secara teori sangat menarik. Selain itu, karena bahaya resiko
perdarahan pada daerah iskhemik, belum ada consensus yang menuliskan kapan
waktu terbaik untuk memulai pemberian pengobatan antikoagulansia.
OBAT TROMBOLITIK.
a. Trombolisis intravena.
Recombinant tissue plasminogen activator (r-tPA), streptokinase,
urokinase, ankrod (enzim bisa ular), SVTA-3 (snake venom-antitrombotic
enzyme-3). Satu-satunya obat trombolitik yang diakui oleh FDA untuk stroke
iskemik akut adalah r-tPA. Obat ini harus diberikan dalam 3 jam setelah gejala
stroke dengan dosis 0,9 mg/KgBB, maksimal 90 mg, dengan 10% dari dosis
30
diberikan sebagai bolus dan sisanya lewat infus selama 60 menit. Pemberian r-
tPA harus memenuhi kriteria indikasi dan kontraindikasi.
b. Trombolitik intra-arterial.
Pro-urokinase intra-arterial (pro ACT II 1999), gabungan r-tPA intravena
dan intra-arterial, gabungan neuroprotektan dengan r-tPA serta gabungan
penghambat IIb IIIa dengan r-tPA muncul sebagai alternatif pengobatan tetapi
dikatakan masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut untuk mendapatkan
pengakuan dari FDA Amerika Serikat.
OBAT-OBAT NEUROPROTEKTIF
a. Obat-obat mencegah iskemia dini.
L-glutamate, suatu neurotransmitter perangsang alami bekerja sebagai
neurotoksin endogen. Kadar tinggi asam-amino perangsang (EAA)
mengakibatkan rangsangan sinaptik berlebihan, dengan akibat perangsangan
berlebihan dan kematian sel. Atas dasar ini dicari obat-obatan pencegah
rangsangan EAA (EAA antagonis). NMDA serta glutamate bloker lain
diharapkan dapat mengatasi toksisitas karena glutamate dan CA. Stabilisator
membran, citicholine bekerja memperbaiki membran sel dengan cara menambah
sintesis fosfatidilkolin dan mengurangi kadar asam lemak bebas. Menaikkan
sintesis asetilkolin, suatu neurotransmitter untuk fungsi kognitif. “Therapeutik
window” 2-14 hari. Piracetam, cara kerjanya tidak diketahui secara pasti.
Diperkirakan mengikat pada membran sel, memperbaiki integritas sel,
memperbaiki fluiditas membran dan menormalkan fungsi membran. Bermanfaat
bila diberikan dalam 7 jam setelah serangan stroke. Pentoksifilin bekerja dengan
menurunkan viskositas darah, menambah deformabilitas butir sel darah merah,
menurunkan kadar fibrinogen, menghambat agregasi trombosit dan menaikkan
darah ke otak.
b. Obat-obat mencegah reperfusi.
Antibody-antiadesi.
Enlimobab, antibody monoclonal dapat memblokade molekul adesi
interseluler (intercellular antibody adhesion molecule, ICAM) pada endotel untuk
mencegah adhesi dari sel darah putih pada dinding pembuluh darah.
31
Antibody antitrombosit, antibody ini menghambat agregasi trombosit,
mencegah kerusakan iskhemik tambahan waktu reperfusi dan memacu pekerjaan
trombolitik.
Citicholin.
Mekansime kerja :
o Pada level neuronal.
- Meningkatkan pembentukan choline dan menghambat pengrusakan
phosphatydilcholine (menghambat phospholipase).
- Meningkatkan ambilan glukosa.
- Menurunkan pembentukan asetilkolin.
- Menghambat radikalisasi asam lemak dalam keadaan iskemia.
- Meningkatkan biosintesa dan mencegah hidrolisis kardiolipin.
- Merangsang pembentukan glutation, yang merupakan antioksidan endogen
otak terhadap radikal bebas.
- Mengurangi peroksidasi lipid.
- Mengembalikan aktivitas Na+/K+ ATP ase.
o Pada level vaskular.
- Meningkatkan aliran darah otak.
- Meningkatkan konsumsi O2.
- Menurunkan resistensi vaskular.
Indikasi :
o Stroke iskemik dalam ≤ 24 jam pertama dari onset.
o Stroke hemoragik intraserebral.
Peringatan dan perhatian :
o Pada stroke hemoragik intraserebral jangan memberikan citicholin dosis lebih
dari 500 mg, harus dari dosis kecil 100 mg – 200 mg, 2 – 3 kali sehari.
o Pemberian IV harus perlahan-lahan.
Efek samping :
o Reaksi hipersensitif : ruam kulit.
32
o Insomnia, sakit kepala, pusing, kejang, mual, anoreksia, nilai fungsi hati
abnormal pada pemeriksaan laboratorium, diplopia, perubahan tekanan darah
sementara dan malaise.
Dosis dan cara pemakaian :
o Stroke iskemik : 250 – 1000 mg/hari, IV terbagi dalam 2 – 3 kali/hari selama 2
– 4 hari.
o Stroke hemoragik : 150 – 200 mg/hari, IV terbagi dalam 2 – 3 kali/hari selama
2 – 14 hari.
Bukti klinis :
o Memperbaiki outcome fungsional dan mengurangi defisit neurologis dengan
dosis optimal 500 mg/hari yang diberikan dalam 24 jam setelah onset.
Piracetam.
o Mekanisme kerja :
o Pada level neuronal.
- Berkaitan dengan kepala polar phospholipid membran.
- Memperbaiki fluiditas membran sel.
- Memperbaiki neurotransmisi.
- Menstimulasi adenylate kinase yang mengkatalisa konversi ADP menjadi
ATP.
o Pada level vaskular.
- Meningkatkan deformabilitas eritrosit, maka aliran darah otak meningkat.
- Mengurangi hiper-agregasi platelet.
- Memperbaiki mikrosirkulasi.
Indikasi :
o Stroke iskemik akut dalam 7 jam pertama dari onset stroke.
Efek samping :
o Gelisah, irritabilitas, insomnia, ansietas, tremor, dan agitasi.
Dosis dan cara pemakaian :
o Pemberian pertama 12 gram per-infus habis dalam 20 menit.
33
o Dilanjutkan dengan 3 gram bolus IV/ 6 jam atau 12 gram/24 jam dengan drip
kontinyu sampai dengan hari ke 4.
o Hari ke 5 – akhir minggu ke 4 4,8 gr 3x/hr PO.
o Minggu 5 – 12 2,4 gr 2x/hr PO.
Bukti klinis.
o Piracetam mungkin bermanfaat jika diberikan dalam kurang 7 jam onset
stroke iskemik akut derajat sedang dan berat.
o Piracetam mungkin masih efektif untuk pengobatan afasia pasca stroke.
Prinsip-prinsip rehabilitasi
Rehabilitasi dimulai sedini mungkin
Tak ada seorang penderita pun yang boleh berbaring satu hari lebih lama
dari waktu yang diperlukan
34
Rehabilitasi merupakan terapi secara multidisipliner terhadap seorang
penderita, dan rehabilitasi merupakan terapi terhadap seorang penderita
seutuhnya
Salah satu faktor penting dari rehabilitasi adalah adanya kontinuitas
perawatan
Perhatian rehabilitasi tidak dikaitkan dengan sebab kerusakan jaringan
otak, melainkan lebih dikaitkan dengan sisa kemampuan fungsi
neuromuskular yang masih ada.
Program rehabilitasi harus bersifat individual, dan tidak ada atau tidak
dapat diberlakukan suatu standard hemiplegia regimen.
Dalam pelaksaan rehabilitasi termasuk pula upaya untuk menanggulangi
terjadinya serangan ulang
35
11. Prognosis
Sekitar 30%-40% penderita stroke dapat disembuhkan dengan perbaikan
sempurna atau cacat sisa minimal bila ditangani dalam jangka waktu 6 jam
atau kurang dari itu. Dilihat dari tingkat kesadaran akibat stroke haemoragik :
(1) sadar 16 % meninggal (2) somnolen 39 % mati (3) yang stupor 71 %(4)
koma, maka 100 % meninggal (Aliah, dkk 2000).
Dilihat dari jenis kelamin dan usia, laki – laki lebih banyak 61% yang
meninggal dari perempuan 41 % dan usia 70 tahun atau lebih angka kematian
meningkat tajam.(Aliah, dkk 2000).
Di lihat dari prognosis fungsional stroke (1) 75 % mampu merawat diri secara
mandiri dengan bantuan minimal (2) 75 % mampu melakukan ambulasi baik
dengan atau tanpa alat bantu secara mandiri (3) hampir semuanya
mengendalikan BAB dan BAK (4) hanya 10 % mengalami disabilitas/”bed
ridden”(Indriastuti, 2004).
Dilihat dari status keluaran rumah sakit menurut Misbach pada tahun 1990
yang dikutip oleh Soetedjo pada tahun 2003 (1). Hidup membaik : 59,9% (2)
Mati : 23,3% (3) Hidup tak membaik : 1,6 % (4) Hidup Memburuk : 4,3 %
(5) Hidup status tidak tercatat : 5,1 % (6) Tidak diketahui : 9,7 %.
36
Kalau Anda memiliki gejala atau gangguan jantung seperti detak yang
tidak teratur atau kadar kolesterol tinggi, berhati-hatilah karena hal itu
akan meningkatkan risiko terjadinya stroke. Mintalah saran dokter untuk
langkah terbaik.
4. Atasi dan kendalikan stres dan depresi.
Stres dan depresi dapat menggangu bahkan menimbulkan korban fisik.
Jika tidak teratasi, dua hal ini pun dapat menimbulkan problem jangka
panjang.
5. Makanlah dengan sehat.
Anda mungkin sudah mendengarnya ribuan kali, namun penting artinya
bila Anda disiplin memakan sedikitnya lima porsi buah dan sayuran setiap
hari. Hindari makan daging merah terlalu banyak karena lemak jenuhnya
bisa membuat pembuluh darah mengeras. Konsumsi makanan berserat
dapat mengendalikan lemak dalam darah.
6. Kurangi garam.
Karena garam akan mengikatkan tekanan darah.
7. Pantau berat badan Anda.
Memiliki badan gemuk atau obes akan meningkatkan risiko Anda
mengalami tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan diabetes, dan
semuanya dapat memicu terjadinya stroke.
8. Berolahraga dan aktif.
Melakukan aktivitas fisik secara teratur membantu Anda menurunkan tensi
darah dan menciptakan keseimbangan lemak yang sehat dalam darah.
9. Kurangi alkohol.
37