BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu cara untuk mengembangkan mutu pembelajaran klinik adalah
dengan menerapkan metode preseptoring dan mentoring yang baik.
Pengalaman praktik yang maksimal selama di lapangan praktik akan dapat
mengintegrasikan semua pengetahuan, keterampilan dan sikap mahasiswa
yang akan menjadi bekal bagi mahasiswa setelah selesai dari institusi
pendidikan.
Preseptorsip adalah suatu metode pengajaran dimana seorang praktisi
yang memiliki pengalaman di bidangnya yang mampu memberikan dukungan
kepada mahasiswa dalam memahami perannya dan hubungan kesejawatan.
Preseptorsip bersifat formal, disampaikan secara perseorangan dan individu
dalam waktu yang sudah ditentukan sebelumnya antara bidan yang
berpengalaman (preseptor) dengan bidan baru (preseptee) yang didesain untuk
membantu bidan baru untuk menyesuaikan diri dengan baik dan menjalankan
tugas yang baru sebagai seorang perawat atau bidan. Preseptorsip dalam
pembelajaran bertujuan untuk membentuk peran dan tanggung jawab
mahasiswa untuk menjadi perawat yang profesional dan berpengetahuan
tinggi, dengan menunjukan sebuah pencapaian berupa memberikan perawatan
yang aman, menunjukan akuntabilitas pasien dan mampu berkomunikasi
dengan baik terhadap pasien dan staf lainnya.
Mentorsip adalah suatu metode dimana seorang pembimbing klinik yang
lebih terampil atau berpengalaman membimbing 1 orang mahasiswa semester
akhir atau karyawan baru dalam mengintegrasikan semua ilmu, sikap dan
keterampilan kebidanan/keperawatan termasuk memahami peran
bidan/perawat secara komprehensif. Pembimbing klinik yang berpengalaman
disebut mentor, sementara individu yang dibimbing adalah mentee. Mentorsip
bertujuan agar individu yang memiliki pengalaman lebih sedikit (mentee) dapat
menambahkan atau mengembangkan kompetensinya yang sudah dimilikinya.
Seorang mentor harus mempunyai pengetahuan yang cukup banyak untuk
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Survailens?
2. Apa yang dimaksud dengan Mentoring?
3. Apa yang dimaksud dengan Preseptoring?
4. Bagaimana implementasi Mentoring dan Preseptoring dalam praktik
kebidanan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan kemudahan bagi para pelaksana untuk memberikan
bimbingan dan pelaksanaan pembelajaran klinik berdasarkan kebutuhan
disituasi nyata praktik klinik dalam pembelajaran klinik.
3
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Survailens.
b. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Mentoring.
c. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Preseptoring.
d. Mengetahui bagaimana implementasi Mentoring dan Preseptoring
dalam praktik kebidanan.
D. Manfaat
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa kebidanan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai metode preseptorsip dan
mentorsip serta survailens beserta implementasinya, agar terjalin suatu
interaksi antara mahasiswa dan pendidik secara aktif dalam suatu kerangka
kerja dan menggunakan kerangka berfikir.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Supervisi Klinis
1. Pengertian Supervisi Klinis
Supervisi memiliki pemahaman yang luas (Purwanto, 2004: 76).
Menurut Purwanto menjelaskan bahwa supervisi adalah segala bantuan dari
para pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan
guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan
pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, serta bimbingan dalam
usaha pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan
pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode pembelajaran yang lebih
baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses
pengajaran dan sebagainya (2004:76). Pemahaman umum bahwa peranan
utama dari supervisi adalah ditujukan kepada perbaikan pengajaran. Franseth
Jane dalam Piet A. Sahertian, berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat
memberi bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam
cara sehingga kwalitas kehidupan akan diperbaiki olehnya. Ayer, Frend E,
menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran yang
ada dengan sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia supervisi berarti pengawasan
utama, pengontrolan tertinggi, penyeliaan (2002:1107). Sedangkan klinis
memiliki arti bersangkutan atau berdasarkan pengamatan klinik
(575). Sedangkan supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran.
Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan
kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses
belajar mengajar, dan langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki
kelemahan atau kekurangan tersebut (Purwanto, 2004:90).
Senada dengan hal tersebut John J Bolla menyatakan supervisi klinis
adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus
5
guru dalam pendidikan pra jabatan maupun latihan dalam jabatan (2009:59)
yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Supervisi klinis pada prinsipnya dilaksanakan bersama dengan
pengajaran mikro dan terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu pertemuan
pendahuluan (pre-conference), observasi mengajar, dan pertemuan
balikan (post-conference).
b. Supervisi klinis merupakan suatu keperluan mutlak bagi guru maupun
supervisor untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan menilai
tingkah laku dalam profesinya sendiri. Bagi guru berdasar
kemampuannya sendiri untuk mengubah tingkah laku mengajarnya di
kelas ke arah yang lebih baik dan terampil, sedangkan bagi supervisor
untuk menambah pengetahuan, pengalaman serta kemampuannya dalam
memberikan bimbingan.
c. Pendekatan yang dilakukan dalam proses supervisi klinis adalah
pendekatan profesional dan humanis.
d. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru memperbaiki
keterampilan intelektual dan bertingkah laku yang spesifik.
e. Fungsi utama supervisor adalah untuk mengajarkan keterampilan
pengajaran kepada guru.
f. Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dengan
guru.
g. Feedback yang diberikan harus secepat mungkin dan secara obyektif.
h. Dalam percakapan balik seharusnya datang dari guru terlebih dahulu.
La Sulo dalam Purwanto (2004:91) mengemukakan ciri-ciri supervisi
klinis ditinjau dari segi pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Bimbingan supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau
instruksi.
b. Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru, disepakati
melalui pengkajian bersama antara guru dan supervisor.
c. Sasaran supervisi hanya pada beberapa keterampilan tertentu.
d. Balikan diberikan dengan segera dan secara objektif.
7
B. Mentoring
1. Pengertian Mentoring
Mentoring berasal dari kata mythology Yunani, kata mentor berarti
berperan sebagai adviser, role model, consellor tutor dan atau guru
(Roberts, 1999). Mentoring merupakan proses pembelajaran, dimana mentor
mampu membuat mentee (peserta mentoring) yang tadinya tergantung
menjadi mandiri. Mentoring adalah bantuan secara tersembunyi “offline
help” dari mentor ke mentee untuk transfer pengetahuan, pemikiran dalam
kerja secara signifikan (Mc Kimm, Jolie & Hatter, 2007).
13
2. Tujuan Mentoring
Program mentoring lebih banyak mendatangkan keuntungan bagi
mentee dalam proses belajar. Mentoring tidak hanya memberikan manfaat
kepada mentee tetapi mentor juga merasakan manfaatnya. Mentor akan
merasakan kepuasan kerja dari hasilnya membantu orang lain, adanya
waktu luang untuk kegiatan alternative dan adanya pengakuan dari
organisasi, sehingga prestasi kerja menjadi meningkat Gagliardi et al.
(2009). Mentoring bertujuan memberikan dukungan kepada individu
sehingga mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan cara
menguatkan dan mengembangkan mekanisme baru yang lebih baik untuk
mempertahankan kontrol diri dan mengembalikan keseimbangan yang
adaptif, sehingga mampu mencari tingkat kemandirian yang lebih tinggi
serta mampu mengambil keputusan secara otonom (Dadge, Jean & Casey,
2009).
14
3. Manfaat Mentoring
Manfaat mentoring terdiri atas maanfaat bagi mentee dan mentor, dengan
uraian sebagai berikut:
a. Manfaat bagi Mentee
Manfaat utama untuk mentee adalah kesempatan untuk dibimbing
untuk kemajuan dan pertumbuhan melalui pembelajaran dan dukungan.
Mentoring dapat menyediakan mentee dengan keterampilan yang
diperlukan kepercayaan diri dan harga diri (Gilley & Boughton, 1996).
Misalnya, melalui interaksi dengan mentor yang berpengalaman,
seorang mentee dapat memperoleh keterampilan seperti mentornya,
membangun tim, komunikasi, pemecahan masalah, yang bisa
meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan produktivitas.
kegiatan mentoring seperti role model, counseling dan hubungan
persahabatan juga bisa membantu mentee untuk mengembangkan
identitas profesional dan kompetensi dalam organisasi (Kram & Isabella,
1985). Mentoring memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam
diskusi yang menantang dengan orang-orang yang memiliki wawasan
lebih dalam organisasi dan mengetahui lebih banyak tentang budaya
organisasi. Selain itu membantu seorang mentee untuk mendapatkan
kesempatan untuk pengakuan profesional. Manfaat mentoring untuk
orang yang didampingi telah dikaitkan dengan pendidikan dan
pengembangan profesional, dan pengembangan pribadi dan karir.
Pelatihan dan orientasi karyawan sangat mahal untuk setiap organisasi,
dan organisasi yang memiliki program bimbingan mengganti beberapa
kegiatan mereka dengan pasangan karyawan baru atau yang kurang
berpengalaman dengan seseorang yang berpengalaman. Misalnya
perawat baru akan mendapat manfaat dari yang dibimbing oleh rekan
kerja yang berpengalaman.
b. Manfaat ke Mentor
Mentoring tidak hanya menguntungkan bagi organisasi dan mentee,
tetapi juga memiliki manfaat bagi mentor. Mentoring dapat menjadi
pengalaman yang berharga untuk mentor, melalui interaksi dengan
15
4. Jenis Mentoring
Gilmour, Kopeikin, Douche (2007) menyatakan, mentoring secara
terstruktur dibedakan menjadi mentoring formal dan informal. Mentoring
formal beorientasi pada tujuan dan dibangun oleh organisasi. Mentoring
formal lebih berfokus pada tujuan organisasi daripada tujuan psikososial.
Organisasi menggunakan mentoring formal untuk menjaga standar, seperti
orientasi pegawai baru dan peningkatan karir. Mentoring formal bergantung
pada mentor, perencanaan sampai tujuan ditentukan oleh mentor. Mentoring
formal lebih dihargai oleh organisasi. Pengakuan dari organisasi lebih sering
terjadi dibandingkan dengan mentoring informal.
Mentoring informal merupakan mentoring secara spontan dengan
rentang waktu sesuai dengan kebutuhan mentee dan tidak memerlukan
persiapan untuk proses mentoring. Mentoring informal tidak memerlukan
kontrak secara formal dan tidak sesuai dengan tujuan organisasi.
Mentoring informal terjadi secara sukarela, dan hubungan yang terbentuk
berdasarkan rasa percaya antara mentor dan mentee. Informal mentoring
dapat meningkatkan kepuasan kerja dan motivasi.
agar mentee memiliki minat yang tulus dalam prestasi dan kesuksesan
mentee.
b. Menetapkan tujuan dan memilih jalur karir
Dukungan dalam menetapkan tujuan dan memilih jalur karir dapat
dilakukan dengan membahas dan memberikan saran kepada mentee
tentang jalur karir yang dipilihnya. Kekuatan dan kelemahan mentee
dinilai dan dipertimbangkan sebelum menetapkan tujuan akademik dan
karir. Seorang mentor harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu
untuk memberikan saran terbaik. Mentor harus memberikan saran dan
penjelasan rinci dari yang tujuan yang ingin dicapai, dan apa yang harus
dihindari mentee dalam mengembangkan karir.
c. Memajukan pengetahuan akademis
Upaya memajukan pengetahuan akademis di bidang yang dipilih
meliputi kegiatan memberikan pengetahuan dan keterampilan
akademik kepada mentee dalam bentuk klasikal dan dalam bentuk
life learning. Mengevaluasi dan menguji kemampuan akademis
mentee merupakan upaya dalam membantu memperoleh keterampilan
dan pengetahuan yang diperlukan. Hal ini juga termasuk
merekomendasikan mentee, mencalonkannya untuk mendapatkan
penghargaan dan promosi, dan membahas prestasi mentee.
d. Menjadi panutan
Seorang mentee perlu memiliki kesempatan untuk mengamati
mentor dalam interaksi dengan para profesional lain di lapangan.
Menjadi panutan bagi mentee yang akan digunakan sebagai panduan
dan sebagai contoh untuk mentee dalam melaksanakan kegiatan,
membahas tidak hanya keberhasilan dan prestasi mentor, tetapi juga
bagaimana kesalahan dan kegagalan ditangani. Selain itu, penting untuk
memahami bagaimana mentor menangani tuntutan profesional dan
masalah pribadi pribadi. Dengan sharing tentang hal tersebut
akan meningkatkan hubungan antara mentor dengan mentee.
18
C. Preseptor
1. Pengertian Preseptor
Preseptor disebut juga clinical instructor adalah seseorang yang
mengajar, memberikan bimbingan yang dapat memberikan inspirasi sehingga
menjadi panutan (role model) serta mendukung pertumbuhan dan
perkembangan individu untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan khusus
mensosialisasikan preceptee (mahasiswa bimbingan klinik) dalam peran
barunya sebagai pemula dalam pelaksanaan pembelajaran klinik (Dermawan,
2012).
Preseptor adalah seseorang yang memberikan pengajaran, konseling,
memberikan inspirasi, bekerja sebagai seorang panutan, mendukung
pertumbuhan dan perkembangan dari mahasiswa baru yang dibimbingnya
dengan waktu yang terbatas dan dengan tujuan yang spesifik dari sosialisasi
pemula menjadi peran yang baru (Morrow, 1984).
Preseptor adalah individu yang mempunyai pengalaman bekerja minimal
12 tahun di bidang yang sama atau bidang yang masih berhubungan.
Keterampilan komunikasi dan kepemimpinan, kemampuan membuat
keputusan yang tepat, dan mendukung perkembangan profesional merupakan
hal terpenting dalam pembelajaran klinik (Dermawan, 2012).
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa preseptor adalah
seorang perawat profesional yang dapat memberikan inspirasi sebagai role
model yang memberikan pengajaran dan konseling kepada mahasiswa praktik
dan memberikan sarana yang efektif untuk menjembatani kesenjangan antara
teori dan praktik dalam pendidikan keperawatan khususnya di klinik.
Preseptor dapat membantu mahasiswa untuk memahami aspek teoritis
asuhan keperawatan. Sebagai pembimbing klinik dituntut untuk bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan mahasiswa, menerapkan asuhan
19
2. Kriteria Preseptor
Menurut (Dermawan, 2012) menyebutkan beberapa kriteria yang harus
dimiliki oleh seorang preseptor. Adapun beberapa kriteria tersebut adalah
sebagai berikut: berpengalaman dan ahli di lingkungan kerjanya, berjiwa
kepemimpinan, mempunyai keterampilan komunikasi yang baik, mempunyai
kemampuan membuat keputusan, mendukung perkembangan professional,
mempunyai kemauan untuk mengajar dan mau mengambil peran dalam
penerapan model preseptoring, tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu
awal pada rekan kerja asertif, fleksibilitas untuk berubah, mampu
beradaptasi dengan kebutuhan pembelajaran individu.
Sebagai seorang preseptor perlu memiliki attitude yang menarik dan
tentunya positif. Adapun Beberapa contoh sikap yang seharusnya dimiliki
oleh preseptor adalah: sikap caring terhadap pasien dan peserta didik,
bersikap humor dalam kontex yang sesuai, berorientasi dengan lingkungan
dengan sikap percaya diri, menggunakan komunikasi terapeutik,
mendemonstrasikan praktik keperawatan yang up to date, selalu melibatkan
diri dalam pelayanan saat diperlukan, ikut mendengarkan laporan pergantian
gilir jaga, penampilan rapi dan bersih serta menarik, mendemonstrasikan
penggunaan alat-alat baru, flexible, menunjukan sikap respect kepada
seluruh ketenagaan di lapangan dan mahasiswa praktik, menciptakan iklim
yang kondusif untuk belajar, memelihara kerahasiaan informasi, menghargai
martabat dan integritas pasien, mendorong diskusi yang berhubungan
dengan dilema etik, memberi umpan balik ( feed back ), menunjukkan sikap
antusias terhadap keperawatan, menunjukkan kemampuan menyelesaikan
masalah dalam lapangan.
20
3. Peran Preseptor
Dalam buku Menejemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional (Nursalam, 2007) menyebutkan beberapa peran
preseptor, antara lain: membantu mahasiswa keperawatan untuk belajar,
mendukung dalam proses pembelajaran, menilai kebenaran dari masalah dan
intervensi keperawatan serta rasional tindakan, mengarahkan dan
mengoreksi, mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
5. Kompetensi Preseptor
Preseptor Adalah seorang perawat profesional yang ahli dan terpilih
sebagai role model yang memiliki kompetensi unggul dalam praktik klinik
keperawatan. Adapun kompetensi preseptor menurut buku Achieving
Excellence in Professional Practice oleh Canadian Nurses Association
(2004) adalah:
a. Kolaborasi
1) Berkolaborasi dengan mahasiswa pada semua tahapan pembelajaran
klinik.
2) Menyusun dan menjaga kerjasama dengan penasehat / kepala
fakultas dan rekan lain (Universitas, profesi pelayanan kesehatan,
dan klien).
22
2. Proses Pembimbingan
a. Preseptor memperagakan suatu keterampilan klinis dengan
menggunakan sebuah model anatomis atau role play, dilanjutkan
memperagakan kemampuan itu pada klien.
b. Preseptor memberi kesempatan pada mahasiswa untuk mempraktikkan
keterampilan tersebut dibawah pengawasan, mula-mula pada model dan
kemudian pada klien. Selama mahasiswa mempraktikkan kemampuan,
feed back yang rekonstruktif diberikan oleh preseptor dan jika perlu
dilakukan pengulangan.
c. Evaluasi atas kompetensi keterampilan mahasiswa tersebut oleh
preseptor. Mengevaluasi kinerjamasing-masing mahasiswa mengenai
keterampilan dengan model/role play dan denga pasien sesuai dengan
prosedur sesuai standar sebagaimana dijelaskan didalam checklist
berdasarkan kompetensi. Proses bimbingan dilakukan sebelum praktik,
selama praktik, setelah praktik.
5. Langkah Monitoring
a. Persiapan Penempatan
Nama mentor sebaiknya dialokasikan untuk setiap mentee dengan
penempatan area dan total durasi penempatan. Rotasi libur tetap
direncanakan, sehingga setiap mentor mempunyai kesempatan untuk
bekerja dengan mentee minimal 3 dari 5 shift
b. Pengenalan Ke Tempat Praktek
Sebelum masuk ke tempat praktek mentee harus sudah mendapatkan
pelatihan dalam penanganan: Basic Life Support dan kebakaran, health
29
6. Ilustrasi
a. Preseptoring
Seorang preseptor melakukan program bimbingan pada peserta
didik harus merencanakan program bagi pembimbingan peserta didik
dan juga memberikan laporan kepada institusi pendidikan dan institusi
klinik secara berkesinambungan. Di dalam merencanakan program
bimbingan seorang preseptor pertama kali harus mengetahui
kompetensi sebagai seorang preseptor.
Contoh:
Mahasiswa D3 Kebidanan tingkat 1 semester II yang sedang
menjalankan praktek klinik kebidanan di BPS Ida Arwani dan
mempunyai target memberikan asuhan pada bayi dengan memandikan
bayi. Mahasiswa tersebut belum pernah melakukan tindakan tersebut.
Untuk mencapai target asuhan yang dibutuhkan oleh mahasiswa
tersebut, bimbingan diberikan menggunakan metode preseptoring.
Preseptor yaitu sebutan pembimbing dalam metode presptorship
menjelaskan kepada mahasiswa yaitu sebagai preseptee tentang
pengertian memandikan bayi, apa saja yang dibutuhkan, alat- alat
yang digunakan, dan langkah- langkahnya. Kemudian dalam
melaksanakan tindakan mahasiswa cukup melihat pelaksanaanya
dulu, dan mendokumentasikan tindakannya, dan setelah itu mereview
kegiatan tersebut kepada preseptee. Kalau mahasiswa sudah mampu
menjelaskan dan benar- benar yakin mampu melaksanakannya, baru
boleh melaksanakan tindakan, tetapi tetap dengan pendampingan
preseptor.
2. Mentoring
Suatu hubungan antara dua orang yang memberikan kesempatan
untuk berdiskusi yang menghasilkan refleksi, melakukan kegiatan
atau tugas dan pembelajaran untuk keduanya yang didasarkan kepada
dukungan, kritik membangun, keterbukaan, kepercayaan,
penghargaan, dan keinginan untuk belajar berbagi. Metode ini telah
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemahaman umum bahwa peranan utama dari supervisi adalah ditujukan
kepada perbaikan pengajaran. Franseth Jane dalam Piet A. Sahertian,
berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat memberi bantuan terhadap program
pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kwalitas kehidupan
akan diperbaiki olehnya. Ayer, Frend E, menganggap fungsi supervisi untuk
memelihara program pengajaran yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga
ada perbaikan. supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran.
Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan
kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses
belajar mengajar, dan langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki
kelemahan atau kekurangan tersebut (Purwanto, 2004:90).
Preseptorsip adalah suatu metode pengajaran dimana seorang praktisi
yang memiliki pengalaman di bidangnya yang mampu memberikan dukungan
kepada mahasiswa dalam memahami perannya dan hubungan kesejawatan.
Tujuannya untuk membantu peserta didik menyesuaikan diri dengan
limgkungan tempat praktik, memberikan kesempatan, kepada peserta didik
untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari dikelas
dalam situasi yang nyata, dan mengembangkan potensinya, serta
ketrampilannya yang bermutu dalam praktik. Selain itu memberikan
kesempatan peserta didik tentang situasi kerja professional kebidanan,
membantu peserta didik mengatasi masalah yang dihadapi dilahan praktik,
serta membantu mencapai tujuan klinik.
Mentoring merupakan hubungan pembelajaran dan konseling antara
orang yang berpengalaman yang membagi keahlian professional dengan
orang yang lebih sedikit pengalaman untuk mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan dari bagian yang kurang pengalaman. Metode ini memberikan
33
B. Saran
Mahasiswa kebidanan diharapkan memahami dengan baik konsep
preseptorsip dan mentorsip serta survailens beserta implementasinya agar
proses bimbingan di lapangan dapat maksimal dan peserta didik dapat
mencapai target pembelajaran serta kompetensi yang diharapkan.