Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu cara untuk mengembangkan mutu pembelajaran klinik adalah
dengan menerapkan metode preseptoring dan mentoring yang baik.
Pengalaman praktik yang maksimal selama di lapangan praktik akan dapat
mengintegrasikan semua pengetahuan, keterampilan dan sikap mahasiswa
yang akan menjadi bekal bagi mahasiswa setelah selesai dari institusi
pendidikan.
Preseptorsip adalah suatu metode pengajaran dimana seorang praktisi
yang memiliki pengalaman di bidangnya yang mampu memberikan dukungan
kepada mahasiswa dalam memahami perannya dan hubungan kesejawatan.
Preseptorsip bersifat formal, disampaikan secara perseorangan dan individu
dalam waktu yang sudah ditentukan sebelumnya antara bidan yang
berpengalaman (preseptor) dengan bidan baru (preseptee) yang didesain untuk
membantu bidan baru untuk menyesuaikan diri dengan baik dan menjalankan
tugas yang baru sebagai seorang perawat atau bidan. Preseptorsip dalam
pembelajaran bertujuan untuk membentuk peran dan tanggung jawab
mahasiswa untuk menjadi perawat yang profesional dan berpengetahuan
tinggi, dengan menunjukan sebuah pencapaian berupa memberikan perawatan
yang aman, menunjukan akuntabilitas pasien dan mampu berkomunikasi
dengan baik terhadap pasien dan staf lainnya.
Mentorsip adalah suatu metode dimana seorang pembimbing klinik yang
lebih terampil atau berpengalaman membimbing 1 orang mahasiswa semester
akhir atau karyawan baru dalam mengintegrasikan semua ilmu, sikap dan
keterampilan kebidanan/keperawatan termasuk memahami peran
bidan/perawat secara komprehensif. Pembimbing klinik yang berpengalaman
disebut mentor, sementara individu yang dibimbing adalah mentee. Mentorsip
bertujuan agar individu yang memiliki pengalaman lebih sedikit (mentee) dapat
menambahkan atau mengembangkan kompetensinya yang sudah dimilikinya.
Seorang mentor harus mempunyai pengetahuan yang cukup banyak untuk
2

memberikan saran agar memastikan mentee mendapatkan kemajuan


maksimum.
Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju
pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di
dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Supervisi berupa dorongan,
bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-
guru, serta bimbingan dalam usaha pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan
dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode
pembelajaran yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase
seluruh proses pengajaran dan sebagainya.
Namun seringkali kita melihat keadaan yang berbeda dimana seorang
pembimbing klinik tidak maksimal dalam menunjukkan kemampuannya
membimbing peserta didik, baik dikarenakan beban kerja fungsional yang
banyak dalam pelayanan kepada pasien, komunikasi yang tidak jelas dengan
institusi pendidikan, atau bahkan kurangnya kepercayaan diri dari pembimbing
klinik tersebut. Hal ini yang mendorong pentingnya pembahasan tentang
metode preseptorsip dan mentorsip serta survailens beserta implementasinya
agar proses bimbingan di lapangan dapat maksimal dan peserta didik dapat
mencapai target pembelajaran serta kompetensi yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Survailens?
2. Apa yang dimaksud dengan Mentoring?
3. Apa yang dimaksud dengan Preseptoring?
4. Bagaimana implementasi Mentoring dan Preseptoring dalam praktik
kebidanan?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan kemudahan bagi para pelaksana untuk memberikan
bimbingan dan pelaksanaan pembelajaran klinik berdasarkan kebutuhan
disituasi nyata praktik klinik dalam pembelajaran klinik.
3

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Survailens.
b. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Mentoring.
c. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Preseptoring.
d. Mengetahui bagaimana implementasi Mentoring dan Preseptoring
dalam praktik kebidanan.

D. Manfaat
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa kebidanan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai metode preseptorsip dan
mentorsip serta survailens beserta implementasinya, agar terjalin suatu
interaksi antara mahasiswa dan pendidik secara aktif dalam suatu kerangka
kerja dan menggunakan kerangka berfikir.
4

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Supervisi Klinis
1. Pengertian Supervisi Klinis
Supervisi memiliki pemahaman yang luas (Purwanto, 2004: 76).
Menurut Purwanto menjelaskan bahwa supervisi adalah segala bantuan dari
para pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan
guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan
pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, serta bimbingan dalam
usaha pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan
pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode pembelajaran yang lebih
baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses
pengajaran dan sebagainya (2004:76). Pemahaman umum bahwa peranan
utama dari supervisi adalah ditujukan kepada perbaikan pengajaran. Franseth
Jane dalam Piet A. Sahertian, berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat
memberi bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam
cara sehingga kwalitas kehidupan akan diperbaiki olehnya. Ayer, Frend E,
menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran yang
ada dengan sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia supervisi berarti pengawasan
utama, pengontrolan tertinggi, penyeliaan (2002:1107). Sedangkan klinis
memiliki arti bersangkutan atau berdasarkan pengamatan klinik
(575). Sedangkan supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran.
Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan
kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses
belajar mengajar, dan langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki
kelemahan atau kekurangan tersebut (Purwanto, 2004:90).
Senada dengan hal tersebut John J Bolla menyatakan supervisi klinis
adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus
5

yang sistematis mulai tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis yang


intensif terhadap penampilan pembelajaran guru dengan tujuan untuk
memperbaiki proses pembelajaran (John Bolla dalam Mukhtar dan Iskandar,
2009:60). Purwanto juga menjelaskan bahwa Richard Waller memberikan
definisi tentang supervisi klinis sebagai “Supervisi klinis adalah supervisi
yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang
sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang
intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk
mengadakan modifikasi yang rasional”.
Adapun Keith Anderson dan Meredith D. Gall mengemukakan bahwa
supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian
atau kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah
laku mengajar yang ideal. Secara teknik mereka mengatakan bahwa supervisi
klinis adalah suatu model supervisi yang terdiri atas tiga fase, yaitu pertemuan
perencanaan, observasi kelas, dan pertemuan balik. Supervisi klinis adalah
supervisi yang terfokus pada penampilan guru secara nyata di kelas, termasuk
pula guru sebagai peserta atau partisipan aktif dalam proses supervisi tersebut
(Mukhtar dan Iskandar, 2009:61).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi
klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu
pengembangan professional guru, khususnya dalam penampilan mengajar,
berdasarkan observasi dan analisis data secara objektif sebagai pegangan
untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.

2. Karakteristik Supervisi Klinis


Untuk memandu pelaksanaan supervisi pendidikan, karakteristik yang
akan dipaparkan dalam makalah ini yaitu pada supervisi pengajaran (klinis)
karena ini sangat urgen terutama bagi supervisor dan guru, agar arah yang
ditempuh sejalan dengan perencanaan (planning) yang telah ditentukan
sebelumnya. Mukhtar dan Iskandar menjelaskan bahwa supervisi klinis
merupakan bantuan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan mengajarnya, dan dapat dilaksanakan untuk kepentingan calon
6

guru dalam pendidikan pra jabatan maupun latihan dalam jabatan (2009:59)
yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Supervisi klinis pada prinsipnya dilaksanakan bersama dengan
pengajaran mikro dan terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu pertemuan
pendahuluan (pre-conference), observasi mengajar, dan pertemuan
balikan (post-conference).
b. Supervisi klinis merupakan suatu keperluan mutlak bagi guru maupun
supervisor untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan menilai
tingkah laku dalam profesinya sendiri. Bagi guru berdasar
kemampuannya sendiri untuk mengubah tingkah laku mengajarnya di
kelas ke arah yang lebih baik dan terampil, sedangkan bagi supervisor
untuk menambah pengetahuan, pengalaman serta kemampuannya dalam
memberikan bimbingan.
c. Pendekatan yang dilakukan dalam proses supervisi klinis adalah
pendekatan profesional dan humanis.
d. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru memperbaiki
keterampilan intelektual dan bertingkah laku yang spesifik.
e. Fungsi utama supervisor adalah untuk mengajarkan keterampilan
pengajaran kepada guru.
f. Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dengan
guru.
g. Feedback yang diberikan harus secepat mungkin dan secara obyektif.
h. Dalam percakapan balik seharusnya datang dari guru terlebih dahulu.
La Sulo dalam Purwanto (2004:91) mengemukakan ciri-ciri supervisi
klinis ditinjau dari segi pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Bimbingan supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau
instruksi.
b. Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru, disepakati
melalui pengkajian bersama antara guru dan supervisor.
c. Sasaran supervisi hanya pada beberapa keterampilan tertentu.
d. Balikan diberikan dengan segera dan secara objektif.
7

e. Dalam diskusi atau pertemuan balikan, guru diminta terlebih dahullu


untuk mengevaluasi penampilannya.
f. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan dari pada
memerintah atau mengarahkan.
g. Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka.
h. Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan,
observasi dan diskusi atau pertemuan balikan.
i. Supervisi dapat dipergunakan untuk pembentukan atau peningkatan dan
perbaikan keterampilan mengajar, di pihak lain dipakai dalam konteks
pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan

3. Tujuan Supervisi Klinis


Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar dan mengajar
yang lebih baik. Usaha perbaikan mengajar dan mengajar ditujukan kepada
pencapian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak
secara maksimal.
Situasi belajar mengajar di sekolah-sekolah yang ada sekarang ini
menggambarkan suatu keadaan yang sangat kompleks. Kompleksnya
keadaan yang ada ini adalah akibat faktor-faktor obyektif yang saling
mempengaruhi sehingga mengakibatkan penurunan hasil belajar. Oleh karena
itu perlu adanya penyelesaian yang dilakukan untuk mengembalikan
semangat dan situasi belajar mengajar yang lebih baik. (Maunah, 2009:26).
Secara nasional tujuan konkrit dari supervisi pendidikan adalah:
a. Membantu guru dengan jelas dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
b. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.
c. Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern, metode-
metode dan sumber-sumber pengalaman belajar.
d. Membantu guru dalam menilai kemajuan murid –murid dan hasil
pekerjaan guru itu sendiri.
e. Membantu guru-guru baru disekolah sehingga mereka merasa gembira
dengan tugas yang diperolehnya.
8

f. Membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya


dalam membina sekolah.
Sedangkan Piet A. Sahertian menambahkan bahwa tujuan supervisi
klinis yaitu:
a. Membantu guru-guru agar lebih mudah mangadakan penyesuaian
terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber
masyarakat dan seterusnya.
b. Membina guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-
guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka. (Sahertian,
2000:25).
Menurut Acheson dan Gall (1987:1) dalam Syaiful Sagala (2010:200)
tujuan supervisi klinis adalah pengajaran efektif dengan menyediakan umpan
balik, dapat memecahkan permasalahan, membantu guru mengembangkan
kemampuan dan strategis, mengevaluasi guru, dan membantu guru untuk
berprilaku yang baik sebagai uapaya pengembangan profesioanal para guru.
Sedangkan tujuan khusus supervisi klinis antara lain adalah :
a. Menyediakan feedback bagi guru yang objektif dari kegiatan mengajar
guru yang baru saja dijalankan.
b. Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah mengajar.
c. Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan
strategi belajar.
d. Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi
jabatan atau pekerjaan mereka.
e. Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan
diri secara terus-menerus dalam karir dan profesi mereka secara mandiri.

4. Fungsi Supervisi Klinis


Pemahaman umum bahwa peranan utama dari supervisi adalah ditujukan
kepada perbaikan pengajaran. Franseth Jane dalam Piet A. Sahertian,
berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat memberi bantuan terhadap program
pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kwalitas kehidupan
akan diperbaiki olehnya. Ayer, Frend E, menganggap fungsi supervisi untuk
9

memelihara program pengajaran yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga


ada perbaikan.
Fungsi supervisi menurut Swearingen yang dikutip oleh Binti Maunah
ada delapan sebagai berikut:
a. Mengkoordinir semua usaha sekolah.
b. Memperlengkapi kepala sekolah
c. Memperluas pengalaman guru-guru.
d. Menstimulir usaha-usaha yang kreatif.
e. Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus.
f. Menganalisa situasi belajar mengajar.
g. Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staff,
mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan
kemampuan mengajar guru-guru. (Maunah, 2009:30)

5. Teknik Supervisi Klinis


Tahapan pelaksanaan supervisi klinis dalam bentuk siklus dimulai
dengan kegiatan pra-observasi atau pertemuan awal pra siklus dan dilanjutkan
pada siklus 1, mengamati (observasi) guru atau siklus 2, dan sesudah
pengamatan (post observasi) melakukan umpan balik siklus 3. Pada semua
tahapan ini supervisor dan guru berusaha memahami dan mengerti mengenai
pengamatan dan perekaman data adalah untuk perbaikan pengajaran yang
dilakukan oleh guru.
a. Pra Siklus
Tahap-tahap pelaksanaan supervisi klinis pada tahap pra siklus
dimulai dengan guru merasa butuh bantuan untuk meningkatkan kualitas
mengajar. Kebutuhan ini muncul, karena guru butuh pelayanan dari
supervisor agar guru mengetahui, memahami kelebihan dan kelemahan
dibidang ketrampilan mengajar untuk selanjutnya berusaha
meningkatkannya kearah yang lebih baik lagi. Pada tahap ini supervisor
meyakinkan guru bahwa melalui bantuan supervisor guru akan dapat
mengetahui kelebihan, kelemahan dan atau kekurangan dalam (1)
mempersiapkan kegiatan pembelajaran (rencana pelaksanaan
10

pembelajaran); (2) membelajarkan peserta didik mencapai kompetensi


yang ditentukan dalam silabus dan RPP dengan menampilkan
keterampilan menngajar yang sesuai dengan materi pelajaran; dan (3)
secara terus menerus memperbaiki keterampilan mengajar dan/atau
mengembangkan diri dalam menggunakan model dan strategi
pembelajaran.
b. Siklus pertama
Kegiatan siklus pertama ini adalah guru dengan supervisor bersama
sama melakukan review dokumen pembelajaran dengan cara memeriksa
dokumen kurikulum yang terdiri dari standar isi, silabus dan rencana
pembelajaran. Dari hasil review tersebut, selanjutnya supervisor
menjelaskan hal-hal yang penting untuk diperbaiki. Secara bersama-
sama pula antara guru dengan supervisor memperbaiki dokumen
kurikulum sampai memenuhi persyaratan baik dilihat dari substansi
maupun mekanisme pembelajaran dan dokumen tersebut siap untuk
digunakan dalam kegiatan mengajar (Syaiful Sagala, 2010:204).
Pada siklus 1 ini kontrak dan isi kontrak yng dirumuskan bersama
antara supervisor dengan guru terdiri dari (1) supervisor meyakinkan
guru hal yang perlu diamatai tentang proses pembelajaran yang akan
dilakukannya di kelas; (2) menetapkan jenis ketrampilan dan aspek
education touch yang akan dilatihkan; (3) supervisor bersama guru
membicarakan dan menyepakati jenis ketrampilan dan aspek education
touch yang akan dilatihkan oleh guru latih selama proses pembelajaran
berlangsung dikelas; dan (4) ketrampilan yang disepakati dapat dipilih
antara lain ketrampilan bertanya, memberi penguatan, variasi,
menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, memimpin kelompok
kecil, mengelola kelas, mengajar kelompok kecil dan perorangan. Setelah
ada kesepakatan bersama antara supervisor dengan guru mengenai aspek
ketrampilan apa saja yang akan diamati atau oservasi saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung, maka kedua belah pihak menandatangani
kontrak tersebut dan siap untuk melaksanakan kegiatan mengajar yang
diamati oleh supervisor.
11

c. Siklus kedua Observasi


Sesuai kontrak yang telah disepakati bersama antara supervisor
dengan guru, maka dilanjutkan dengan kegiatan observasi dikelas. Guru
mengajar dan supervisor mengamati guru mengajar sesuai kontrak yang
disepakati bersama. Dalam kegiatan observasi ini supervisor mencatat
dan merekam dengan cermat berbagai data dan informasi penting prihal
guru mengajar sesuai kontrak yang disepakati. Supervisor mengamati
guru mengajar dengan cara menggunakan lembar observasi atau
merekam dengan handycam jika peralatan tersedia atau dengan cara
lainnya yang memungkinkan untuk kegiatan observasi aktivitas
mengajar guru (Syaiful Sagala, 2010:210).
d. Siklus ketiga Refleksi
Pertemuan setelah pengamatan merupakan bagian penting dari
perilaku postobservasi. Pertemuan balikan dalam bentuk refleksi yang
dilakukan bersama supervisor dengan guru dilakukan dengan cara
menciptakan suasana santai dan akrab dalam suasana keikhlasan dan
obyektif dari kedua belah pihak. Dengan penuh antusias, kejujuran dan
keikhlasan supervisor menanyakan perasaan guru yang diobservasi
secara keseluruhan.
Setelah analisa data dalam kegiatan refleksi para supervisor dan guru
bisa mendapatkan (1) perbandingan perilaku guru dan siswa (2)
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan perilaku siswa dan guru (3)
menyelesaikan perbedaan keputusan antara guru dan siswa (4)
membandingkan penggunaan isi, bahan-bahan, peralatan, ruang, fisik
dan lingkungan social sesuai dengan penggunaan identifikasi dan
merencakanan masa depan mereka; dan (5) membandingkan hasil belajar
yang diharapkan dengan hasil belajar yang nyata dalam konteks yang
sesuai situasi seperti yang diuraikan dalam pengamatan. (Syaiful Sagala,
2010:220).
12

6. Kelebihan dan Kelemahan Supervisi Klinis


a. Kelebihan teknik supervisi ini adalah sebagai berikut:
1) Dapat dipakai memperbaiki guru-guru yang sangat lemah
kinerjanya.
2) Perbaikan yang dilakukan sangat intensif, sebab masing-masing
kelemahan ditangani satu persatu, sampai semua kelemahan menjadi
berkurang atau hilang.
3) Proses memperbaiki kelemahan dilakukan secara mendalam,
termasuk:
a) Guru merefleksi kemampuannya melaksanakan proses
pembelajaran.
b) Supervisor mengobservasi secara mendalam, bila perlu
memakai video.
4) Bagi guru-guru lain yang ingin tahu cara penyelesaian kelemahan-
kelemahan guru yang disupervisi diperbolehkan ikut menjadi
pendengan dalam pertemuan balikan.
b. Kelemahan teknis supervisi klinis
Ada satu kelemahan teknik supevisi ini yaitu terlalu mahal, sebab
membutuhkan waktu yang panjang, karena kelemahan diperbaiki satu
persatu dan menyita pikiran serta tenaga yang besar sebab dilakukan
secara mendalam agar intensif (Made Pidarta, 2009:138).

B. Mentoring
1. Pengertian Mentoring
Mentoring berasal dari kata mythology Yunani, kata mentor berarti
berperan sebagai adviser, role model, consellor tutor dan atau guru
(Roberts, 1999). Mentoring merupakan proses pembelajaran, dimana mentor
mampu membuat mentee (peserta mentoring) yang tadinya tergantung
menjadi mandiri. Mentoring adalah bantuan secara tersembunyi “offline
help” dari mentor ke mentee untuk transfer pengetahuan, pemikiran dalam
kerja secara signifikan (Mc Kimm, Jolie & Hatter, 2007).
13

Mentoring adalah suatu hubungan antara 2 orang yang memberikan


kesempatan untuk berdiskusi yang menghasilkan refleksi, melakukan
kegiatan / tugas dan pembelajaran untuk keduanya yang didasarkan kepada
dukungan, kritik membangun, keterbukaan, kepercayaan, penghargaan dan
keinginan untuk belajar dan berbagi (Ali & Panther, 2008; Anderson, 2011).
Mentoring yaitu hubungan yang saling menguntungkan dari
seseorang yang mempunyai pengalaman lebih kepada individu yang kurang
berpengalaman untuk mengidentifikasi dan meraih tujuan bersama (Ali &
Panther, 2008; Anderson, 2011; Dadge & Casey, 2009; McKimm, Jolie &
Hatter, 2007).
Mentoring adalah proses umpan balik yang terus menerus
dan dinamis antara dua individu untuk membangun hubungan antara
individu yang memiliki pengetahuan, keterampilan, informasi dan
dengan fokus pada pengembangan profesional dan pribadi ( Olivero, 2014;
Kim & Zabelina , 2011).

2. Tujuan Mentoring
Program mentoring lebih banyak mendatangkan keuntungan bagi
mentee dalam proses belajar. Mentoring tidak hanya memberikan manfaat
kepada mentee tetapi mentor juga merasakan manfaatnya. Mentor akan
merasakan kepuasan kerja dari hasilnya membantu orang lain, adanya
waktu luang untuk kegiatan alternative dan adanya pengakuan dari
organisasi, sehingga prestasi kerja menjadi meningkat Gagliardi et al.
(2009). Mentoring bertujuan memberikan dukungan kepada individu
sehingga mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan cara
menguatkan dan mengembangkan mekanisme baru yang lebih baik untuk
mempertahankan kontrol diri dan mengembalikan keseimbangan yang
adaptif, sehingga mampu mencari tingkat kemandirian yang lebih tinggi
serta mampu mengambil keputusan secara otonom (Dadge, Jean & Casey,
2009).
14

3. Manfaat Mentoring
Manfaat mentoring terdiri atas maanfaat bagi mentee dan mentor, dengan
uraian sebagai berikut:
a. Manfaat bagi Mentee
Manfaat utama untuk mentee adalah kesempatan untuk dibimbing
untuk kemajuan dan pertumbuhan melalui pembelajaran dan dukungan.
Mentoring dapat menyediakan mentee dengan keterampilan yang
diperlukan kepercayaan diri dan harga diri (Gilley & Boughton, 1996).
Misalnya, melalui interaksi dengan mentor yang berpengalaman,
seorang mentee dapat memperoleh keterampilan seperti mentornya,
membangun tim, komunikasi, pemecahan masalah, yang bisa
meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan produktivitas.
kegiatan mentoring seperti role model, counseling dan hubungan
persahabatan juga bisa membantu mentee untuk mengembangkan
identitas profesional dan kompetensi dalam organisasi (Kram & Isabella,
1985). Mentoring memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam
diskusi yang menantang dengan orang-orang yang memiliki wawasan
lebih dalam organisasi dan mengetahui lebih banyak tentang budaya
organisasi. Selain itu membantu seorang mentee untuk mendapatkan
kesempatan untuk pengakuan profesional. Manfaat mentoring untuk
orang yang didampingi telah dikaitkan dengan pendidikan dan
pengembangan profesional, dan pengembangan pribadi dan karir.
Pelatihan dan orientasi karyawan sangat mahal untuk setiap organisasi,
dan organisasi yang memiliki program bimbingan mengganti beberapa
kegiatan mereka dengan pasangan karyawan baru atau yang kurang
berpengalaman dengan seseorang yang berpengalaman. Misalnya
perawat baru akan mendapat manfaat dari yang dibimbing oleh rekan
kerja yang berpengalaman.
b. Manfaat ke Mentor
Mentoring tidak hanya menguntungkan bagi organisasi dan mentee,
tetapi juga memiliki manfaat bagi mentor. Mentoring dapat menjadi
pengalaman yang berharga untuk mentor, melalui interaksi dengan
15

mentee-mentor yang dapat meningkatkan keterampilan pribadi. Sebagai


mentor terlibat dalam proses mentoring, membantu mentee untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya, mentor juga
membangun rasa percaya diri dan harga diri. Melalui mentoring, mentor
dapat meningkatkan motivasi terhadap kemajuan karir sendiri. Kegiatan
bimbingan juga dapat memberikan pengakuan, rasa hormat dan
kekaguman dari orang lain dan organisasi Mengembangkan kompetensi
orang lain dipandang sebagai peran kepemimpinan yang baik, dan sebagai
panduan bagi mentor. Program mentoring juga dapat meningkatkan
hubungan kerja yang positif yang diperlukan untuk produktivitas dan
pertumbuhan organisasi. Untuk tetap kompetitif dan berkelanjutan dalam
lingkungan seperti organisasi perlu dapat merespons secara efektif dan
tepat waktu terhadap tantangan lingkungan (Gilley & Boughton, 1996).
c. Manfaat bagi organisasi
Organisasi perawatan kesehatan juga menuai keuntungan dari
hubungan mentoring yang efektif. Program mentoring dapat berdampak
pada kepuasan kerja karyawan dan sebagai retensi perawat. Mentoring
dapat mendorong lingkungan kerja yang positif dengan menghasilkan
perawat yang puas dengan karir. Memfasilitasi pengembangan mentor
yang dapat secara efektif mengajar dan berbagi pengetahuan dengan
perawat pemula yang berharga bagi organisasi karena mempromosikan
perekrutan dan retensi lulusan baru. Mentoring menciptakan
lingkungan kerja yang berisi kerja sama tim dan pendidikan
berkelanjutan. Jadi, dengan mengembangkan budaya mentoring,
sebuah organisasi perawatan kesehatan mendapatkan manfaat dalam
pengelolaan sumber daya, retensi dan perekrutan perawat, karena
menciptakan lingkungan belajar yang memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan individu dan organisasi. Organisasi juga dapat
memanfaatkan program mentoring untuk membuat sikap kerja yang
positif dan mempertahankan staf dan menghasilkan penghematan
biaya yang cukup besar (Hill, Sawatzky, 2011; Gerhart, 2012).
16

4. Jenis Mentoring
Gilmour, Kopeikin, Douche (2007) menyatakan, mentoring secara
terstruktur dibedakan menjadi mentoring formal dan informal. Mentoring
formal beorientasi pada tujuan dan dibangun oleh organisasi. Mentoring
formal lebih berfokus pada tujuan organisasi daripada tujuan psikososial.
Organisasi menggunakan mentoring formal untuk menjaga standar, seperti
orientasi pegawai baru dan peningkatan karir. Mentoring formal bergantung
pada mentor, perencanaan sampai tujuan ditentukan oleh mentor. Mentoring
formal lebih dihargai oleh organisasi. Pengakuan dari organisasi lebih sering
terjadi dibandingkan dengan mentoring informal.
Mentoring informal merupakan mentoring secara spontan dengan
rentang waktu sesuai dengan kebutuhan mentee dan tidak memerlukan
persiapan untuk proses mentoring. Mentoring informal tidak memerlukan
kontrak secara formal dan tidak sesuai dengan tujuan organisasi.
Mentoring informal terjadi secara sukarela, dan hubungan yang terbentuk
berdasarkan rasa percaya antara mentor dan mentee. Informal mentoring
dapat meningkatkan kepuasan kerja dan motivasi.

5. Komponen Utama Mentoring


Kim dan Zabelina (2011) menyatakan individu yang memiliki mentor pada
umumnya lebih puas dengan pekerjaan dan karir, dan juga lebih sering
menerima promosi dan kompensasi. Program mentoring terdiri dari empat
bagian utama: mendukung psikologis dan emosional mentee, menetapkan
tujuan dan memilih jalur karier, memajukan pengetahuan akademis di
bidang yang dipilih, dan menjadi panutan.
a. Mendukung psikologis dan emosional mentee
Dukungan psikologis dan emosional oleh mentor dengan cara secara
aktif mendengarkan dan pengertian terhadap mentee, menangani
ketidakpastian dan ketakutan mentee, dan memberikan dukungan dalam
membangun rasa percaya diri mentee. Hal ini juga termasuk
memperhatikan ide-ide mentee, pikiran, pertanyaan, dan membangun
kepercayaan dan hubungan pribadi dengan mentee. Hal ini penting
17

agar mentee memiliki minat yang tulus dalam prestasi dan kesuksesan
mentee.
b. Menetapkan tujuan dan memilih jalur karir
Dukungan dalam menetapkan tujuan dan memilih jalur karir dapat
dilakukan dengan membahas dan memberikan saran kepada mentee
tentang jalur karir yang dipilihnya. Kekuatan dan kelemahan mentee
dinilai dan dipertimbangkan sebelum menetapkan tujuan akademik dan
karir. Seorang mentor harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu
untuk memberikan saran terbaik. Mentor harus memberikan saran dan
penjelasan rinci dari yang tujuan yang ingin dicapai, dan apa yang harus
dihindari mentee dalam mengembangkan karir.
c. Memajukan pengetahuan akademis
Upaya memajukan pengetahuan akademis di bidang yang dipilih
meliputi kegiatan memberikan pengetahuan dan keterampilan
akademik kepada mentee dalam bentuk klasikal dan dalam bentuk
life learning. Mengevaluasi dan menguji kemampuan akademis
mentee merupakan upaya dalam membantu memperoleh keterampilan
dan pengetahuan yang diperlukan. Hal ini juga termasuk
merekomendasikan mentee, mencalonkannya untuk mendapatkan
penghargaan dan promosi, dan membahas prestasi mentee.
d. Menjadi panutan
Seorang mentee perlu memiliki kesempatan untuk mengamati
mentor dalam interaksi dengan para profesional lain di lapangan.
Menjadi panutan bagi mentee yang akan digunakan sebagai panduan
dan sebagai contoh untuk mentee dalam melaksanakan kegiatan,
membahas tidak hanya keberhasilan dan prestasi mentor, tetapi juga
bagaimana kesalahan dan kegagalan ditangani. Selain itu, penting untuk
memahami bagaimana mentor menangani tuntutan profesional dan
masalah pribadi pribadi. Dengan sharing tentang hal tersebut
akan meningkatkan hubungan antara mentor dengan mentee.
18

6. Peran dan Karakteristik Mentor


Mentoring dapat menghasilkan beberapa peran dari mentor dan terdapat
persamaan peran dari berbagai bidang. Peran-peran mentor antara lain;
sebagai guru, panutan, pelindung dan penasehat ( Ali & Panther, 2008).

C. Preseptor
1. Pengertian Preseptor
Preseptor disebut juga clinical instructor adalah seseorang yang
mengajar, memberikan bimbingan yang dapat memberikan inspirasi sehingga
menjadi panutan (role model) serta mendukung pertumbuhan dan
perkembangan individu untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan khusus
mensosialisasikan preceptee (mahasiswa bimbingan klinik) dalam peran
barunya sebagai pemula dalam pelaksanaan pembelajaran klinik (Dermawan,
2012).
Preseptor adalah seseorang yang memberikan pengajaran, konseling,
memberikan inspirasi, bekerja sebagai seorang panutan, mendukung
pertumbuhan dan perkembangan dari mahasiswa baru yang dibimbingnya
dengan waktu yang terbatas dan dengan tujuan yang spesifik dari sosialisasi
pemula menjadi peran yang baru (Morrow, 1984).
Preseptor adalah individu yang mempunyai pengalaman bekerja minimal
12 tahun di bidang yang sama atau bidang yang masih berhubungan.
Keterampilan komunikasi dan kepemimpinan, kemampuan membuat
keputusan yang tepat, dan mendukung perkembangan profesional merupakan
hal terpenting dalam pembelajaran klinik (Dermawan, 2012).
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa preseptor adalah
seorang perawat profesional yang dapat memberikan inspirasi sebagai role
model yang memberikan pengajaran dan konseling kepada mahasiswa praktik
dan memberikan sarana yang efektif untuk menjembatani kesenjangan antara
teori dan praktik dalam pendidikan keperawatan khususnya di klinik.
Preseptor dapat membantu mahasiswa untuk memahami aspek teoritis
asuhan keperawatan. Sebagai pembimbing klinik dituntut untuk bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan mahasiswa, menerapkan asuhan
19

keperawatan, dan membantu mahasiswa dalam menjelaskan dan


mengaplikasikan teori keperawatan, serta mengarahkan mahasiswa dalam
mengenalkan situasi asing yang menurut mereka adalah suatu hal yang baru.

2. Kriteria Preseptor
Menurut (Dermawan, 2012) menyebutkan beberapa kriteria yang harus
dimiliki oleh seorang preseptor. Adapun beberapa kriteria tersebut adalah
sebagai berikut: berpengalaman dan ahli di lingkungan kerjanya, berjiwa
kepemimpinan, mempunyai keterampilan komunikasi yang baik, mempunyai
kemampuan membuat keputusan, mendukung perkembangan professional,
mempunyai kemauan untuk mengajar dan mau mengambil peran dalam
penerapan model preseptoring, tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu
awal pada rekan kerja asertif, fleksibilitas untuk berubah, mampu
beradaptasi dengan kebutuhan pembelajaran individu.
Sebagai seorang preseptor perlu memiliki attitude yang menarik dan
tentunya positif. Adapun Beberapa contoh sikap yang seharusnya dimiliki
oleh preseptor adalah: sikap caring terhadap pasien dan peserta didik,
bersikap humor dalam kontex yang sesuai, berorientasi dengan lingkungan
dengan sikap percaya diri, menggunakan komunikasi terapeutik,
mendemonstrasikan praktik keperawatan yang up to date, selalu melibatkan
diri dalam pelayanan saat diperlukan, ikut mendengarkan laporan pergantian
gilir jaga, penampilan rapi dan bersih serta menarik, mendemonstrasikan
penggunaan alat-alat baru, flexible, menunjukan sikap respect kepada
seluruh ketenagaan di lapangan dan mahasiswa praktik, menciptakan iklim
yang kondusif untuk belajar, memelihara kerahasiaan informasi, menghargai
martabat dan integritas pasien, mendorong diskusi yang berhubungan
dengan dilema etik, memberi umpan balik ( feed back ), menunjukkan sikap
antusias terhadap keperawatan, menunjukkan kemampuan menyelesaikan
masalah dalam lapangan.
20

3. Peran Preseptor
Dalam buku Menejemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional (Nursalam, 2007) menyebutkan beberapa peran
preseptor, antara lain: membantu mahasiswa keperawatan untuk belajar,
mendukung dalam proses pembelajaran, menilai kebenaran dari masalah dan
intervensi keperawatan serta rasional tindakan, mengarahkan dan
mengoreksi, mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.

4. Langkah-langkah Preseptor Dalam Bimbingan Klinik


Pembelajaran klinik merupakan tanggung jawab preseptor yang
bertangggung jawab untuk mengajar, mengevaluasi dan memberikan umpan
balik, pada mahasiswa praktik dan pengoordinator program dan penasihat
fakultas. Dalam keberhasilan program pembelajaran klinik, memerlukan
suatu persiapan yang matang untuk memberikan rangkaian orientasi,
dukungan evaluasi dan informasi preseptor untuk mahasiswa (CNA, 2004).
Keberhasilan pelaksanaan preseptoring juga harus mempunyai
pencapaian yang maksimal melalui beberapa petunjuk dalam sistem
bimbingan klinis seperti berikut: Peran dan tanggung jawab masing- masing
harus jelas bagi peserta didik dan preseptor yang ditunjuk, adanya alur
komunikasi antara peserta didik dan preseptor maupun staf ruangan dan
keperawatan, harus terorientasi yang disiapkan peserta didik dan preseptor.
Pemilihan preseptor juga harus sesuai kriteria agar pelaksanaan pembelajaran
klinik menjadi efektif perlu membuat jadwal, mempunyai tujuan, dan yang
terpenting harus mempunyai langkah-langkah yang jelas. Ada 3 langkah yang
diperlukan preseptor dalam pembelajaran klinik menurut (Dermawan, 2012),
yaitu:
a. Persiapan awal pertemuan
Hal Yang Perlu dilakukan oleh preseptor adalah: 1) Mencari tahu
tentang kebutuhan mahasiswa dalam bimbingan klinik; 2) Membantu
mahasiswa menentukan tujuan bimbingan yang ingin dicapai; 3)
Menanyakan kepada mahasiswa tentang tugas yang dibebankan; 4)
Memperkenalkan tentang sikap preseptor dan kesempatan bimbingan; 5)
21

Menjajaki psikologis mahasiswa tentang kesiapan bimbingan, serta


memberi dukungan mahasiswa untuk self - assesment setiap tahap
bimbingan.
b. Tahap Pelaksanaan
Hal yang perlu dilakukan oleh preseptor adalah : 1) Mendukung
mahasiswa untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan diri sendiri; 2)
Mengklarifikasi setiap ide yang di tentukan oleh mahasiswa; 3)
Memberikan saran kepada mahasiswa untuk perbaikan; 4) Mencatat point-
point penting yang disampaikan oleh mahasiswa; 5) Mengevaluasi
kembali perkembangan pengetahuan mahasiswa setelah akhir
pembelajaran; 6) Mendorong mahaiswa untuk menjawab pertanyaan
preseptor.
c. Tahap Evaluasi
Hal yang perlu dilakukan preseptor adalah: 1) Menanyakan kepada
mahasiswa tentang kesiapan dalam menerapkan hasil wawancara; 2)
Mendiskusikan dengan mahasiswa tentang hal- hal yang dianggap penting;
3) Menilai kemajuan dan kemampuan mahasiswa dalam proses
pembelajaran tentang topik yang sudah disepakati.

5. Kompetensi Preseptor
Preseptor Adalah seorang perawat profesional yang ahli dan terpilih
sebagai role model yang memiliki kompetensi unggul dalam praktik klinik
keperawatan. Adapun kompetensi preseptor menurut buku Achieving
Excellence in Professional Practice oleh Canadian Nurses Association
(2004) adalah:
a. Kolaborasi
1) Berkolaborasi dengan mahasiswa pada semua tahapan pembelajaran
klinik.
2) Menyusun dan menjaga kerjasama dengan penasehat / kepala
fakultas dan rekan lain (Universitas, profesi pelayanan kesehatan,
dan klien).
22

3) Membuat jaringan dengan preseptor lain untuk mendiskusikan


peningkatan praktik.
4) Membantu menginterpretasikan peran mahasiswa kepada individu,
keluarga, komunitas dan populasi.
b. Karakter Personal
1) Menunjukan antusias dan ketertarikan menjadi preseptor.
2) Menunjukan ketertarikan dalam kebutuhan dan perkembangan
pembelajaran mahasiswa.
3) Membantu perkembangan pembelajaran lingkungan yang positif.
4) Beradaptasi untuk berubah.
5) Menunjukan kemampuan komunikasi yang efektif dengan klien
dan universitas.
6) Menunjukan kemampuan pemecahan masalah yang efektif.
7) Menunjukan kesiapan dan keterbukaan untuk belajar dengan
mahasiswa.
8) Menunjukan tanggung jawab atas perbedaan mahasiswa (latar
belakang pendidikan, ras, kultur dll).
9) Menggabungkan karakter mahasiswa ke dalam budaya sosial.
10) Memiliki kepercayaan diri dan kesabaran.
11) Mengakui keterbatasan diri dan berkonsultasi dengan orang lain.
c. Fasilitas Belajar
1) Menilai kebutuhan mahasiswa dalam bekerjasama dan penasehat
fakultas / koordinator program pembelajaran klinik dengan cara:
meninjau kompetensi dasar sesuai dengan bidang ilmu (praktik,
pendidikan); standar praktik, tempat (rumah sakit, klinik spesialis),
membicarakan harapan hasil pembelajaran berdasarkan atas data
pada kompetensi dasar; mengkaji pengalaman mahasiswa
sebelumnya dengan tanggung jawab pengetahuan dan keahlian untuk
menjaga pemahaman, perkembangan, dan kebutuhan pembelajaran
yang spesifik pada tempat praktik; mengidentifikasi potensi belajar
pada tempat praktik yang akan menyesuaikan perkembangan dan
kebutuhan mahasiswa bagi pembelajaran; dan membantu
23

mahasiswa untuk mengembangkan hasil pembelajaran individu,


peran saat praktik.
2) Merencanakan aktivitas pembelajaran klinik dalam bekerjasama
dengan mahasiswa dan dengan penasehat fakutas / koordinator
program, dengan cara: membantu mahasiswa untuk mencari tempat
kegiatan pembelajaran agar mendapatkan hasil pembelajaran dan
membuat waktu mahasiswa supaya optimal (contohnya., tugas
praktik klinik, aktifitas pendidikan, membaca, menulis atau latihan
komputer, kehadiran komite, simulasi keahlian praktik, ronde
keperawatan); ketika memungkinkan, pilihlah tugas klinik / aktivitas
pembelajaran sesuai dengan yang teridentifikasi pada hasil
pembelajaran dan cara belajar mahasiswa praktik; ketika
memungkinkan urutkan tugas / aktivitas selama pembelajaran klinik
dari hal yang kecil sampai yang kompleks guna meningkatkan
pengetahuan, misalnya: kondisi fisik, faktor psikososial (Contohnya.,
dinamika keluarga, bahasa, budaya, jenis kelamin, status finansial);
beban kerja.
3) Mengimplemantasikan pembelajaran klinik dalam tempat praktik
dengan bekerjasama dengan mahasiswa dan penasehat fakultas /
koordinator program dengan cara : menyusun strategi pembelajaran
klinik dengan tepat; membantu mahasiswa dalam menyiapkan
fasilitas pembelajaran; ketika memungkinkan, kaji aktivitas
mahasiswa. Ini bertujuan untuk mengetahui kemajuan dan
mengatur aktivitas tersebut; berdiskusi dengan mahasiswa terkait
kendala-kendala selama praktik; mengklarifikasi peran preseptor dan
mahasiswa praktik untuk merencenakan kegiatan; memberikan
umpan balik secara konstruktif (contohnya pelatihan, dukungan,
dorongan dan pujian); melakukan intervensi secara cepat dalam
hal-hal yang tidak diinginkan; penyesuaian level supervisi guna
membantu perkembangan diri.
4) Mengevaluasi hasil pembelajaran klinik dalam kerjasama dengan
mahasiswa dan penasehat fakultas dalam koordinator program
24

dengan cara: memberikan umpan balik secara konstruktif


menggunakan lembar evaluasi (contohnya evaluasi formatif harian
atau mingguan); menanyakan pertanyaan untuk mengetahui
pengetahuan mahasiswa yang telah dipelajari; menjelaskan
penilaian preseptor terhadap kegiatannya; mendiskusikan ketidak
cocokan antara preseptor dan mahasiswa; berpartisipasi dengan
mahasiswa dalam melengkapi lembar evaluasi struktur yang
menekankan pentingnya evaluasi diri, dan untuk mengetahui
kemajuan hasil pembelajaran dan potensi berikutnya (contohya,
evaluasi sumatif yang dilakukan saat tengah dan akhir pembelajaran
klinik); memberikan pujian dan dukungan pembelajaran lingkungan
dengan memfokuskan pada potensi mahasiswa, pencapaian dan
kemajuan menjelang pertemuan melalui proses evaluasi;
memberikan umpan balik yang positif tentang peningkatan atau
kesalahan untuk mendapatkan fundamental, profesional atau sasaran
diri; melakukan langkah yang tepat jika perkembangan hasil
pembelajaran kurang memuaskan (contohnya berkonsultasi dengan
pembimbing fakultas atau koordinator program); menanyakan
pertanyaan terbuka kepada mahasiswa untuk menentukan
pemahaman keefektifan intervensi preseptor untuk memfasilitasi
pembelajaran klinik.
d. Praktik Profesional
Berperilaku otonomi dan konsisten sesuai dengan standar
keperawatan yang diakui oleh peraturan provinsi dan kode etik
keperawatan; bekerja; membantu mahasiswa untuk mendapatkan ilmu,
keahlian dan keputusan peraturan provinsi dan kode etik keperawatan;
mengklarifikasi peran, hak dan tanggung jawab yang berhubungan dengan
pembelajaran klinik.
e. Pengetahuan Tatanan Klinik.
1) Isi dasar pengetahuan, meliputi: misi dan filosofi; sistem perawatan
(kelompok keperawatan, keperawatan utama); kebijaksanaan dan
25

prosedur; lingkungan fisik; peran dan fungsi interdisiplin; format,


dokumentasi dan mekanisme pelaporan; sumber pembelajaran.
2) Menunjukkan peran perawat dengan kelompok mutidisiplin
(contohnya; farmasi, pekerja sosial, psikology, terapi okupasi).
3) Mengkaji garis besar institusi pendidikan bagi mahasiswa dan
preseptor (contohnya; harapan dari pelaksanaan pembelajaran klinik,
dan apa yang dilakukan mahasiswa selama pembelajaran
berlangsung.
Membina inisiatif guru serta mendorong untuk aktif dalam
menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

D. Implementasi Preseptoring dan Mentoring Dalam Praktik Kebidanan


Menurut Dr. dr. Wiwik Kusumawati (2018, 47), ada 2 model pembelajaran
klinik/ preseptoring yaitu:
1. Preseptoring
Preseptoring adalah model bimbingan yang diberikan pada
mahasiswauntuk mengenalkan keterampilan awal (skill acquisition) sampai
tercapai tingkat skill kompeten dalam pengambilan keputusanklinis terhadap
kasus-kasus klinis.
Mahasiswa dalam kelompok kecil, sesuai dengan kapasitas lahan praktik
seorang preseptoring untuk setiap kelompok proses pertemuan sebelum praktik-
praktik dan sesudah praktik.
2. Mentoring
Model bimbingan yang diberikan pada mahasiswa dengan proses
pengetahuan pesan bidan pada mahasiswa dari ketergantungan menjadi
mahasiswa menjadi profirent mulai bekerja secara mandiri, 1-2 orang menjadi
lembaga, pembimbing (mentor) jadwal praktik mahasiswa disesuaikan dengan
jadwal mentor.

1. Siklus Pembelajaran Klinik/ Preseptoring


Keterampilan klinik sangat tergantung pada dasar pengetahuan yang
dimiliki sehingga peserta didik dapat memahami alasan prosedur, prinsip-
26

prinsip biologis, sosial dan prilaku yang mendasari penerapan keterampilan


pada berbagai kondisi dan situasi. Penerapan teori kepasien tertetu
masyarakatpeserta didik harus terbiasa dengan pasien. Sebelum kepasien di
klinik dilakukan simulasi, demonstrasi di laboratorium.
Pertemuan pra klinik merupakan kegiatan pembelajaransebelum peserta
didik melakukan kegiatan pembelajaran klinik. Preseptor harus memulai
setiap sesi klinik dengan pertemuan 15-30 menit ditempat yang khusus, jauh
dari area pelayanan klien. Pada sesi ini preseptor, membahas dan
menyepakati kegiatan pembelajaran harian. antara lain menyambut
mahasiswa dan tujuan belajar hari itu, perubahan jadwal kalua ada, peran
mahasiswa dan tanggung jawab hari itu termasuk tugas dan jadwal
(menunjuk pasien untuk masing-masing mahasiswa, hari Senin membahas
kontrak belajar untuk 1 minggu, Rabu memberikan topik mingguan yang
akan dibahas satu minggu kemudian).
Paska klinik adalah pertemuan dalam waktu 45-60 menit di ruangan atau
lokasi khusus segera setelah melakukan praktik klinik untuk memberi umpan
balik pada peserta didik tentang proses belajar yang dilaluinya. Pertemuan
paska klinik merupakan kombinasi dari debriefing, belajar dan membuat
rencana, merupakan kesempatan bagi para peserta didik untuk berbagi
pengalaman pada hari itu dan mendiskusikan secara terbuka setiap kesulitan
yang dialami, merupakan kesempatan untuk memberikan pujian bagi peserta
didik yang memiliki kinerja baik dan mengidentifikasi aspek pelayanan yang
dapat ditingkatkan, peserta didik harus meninggalkan pertemuan paska
klinik dengan perasaan senang karena merasa dihormati dan didukung.
Kegiatan preseptor selama pertemuan ini adalah mengkaji tujuan hari itu
dan kemajuan yang diperoleh, bertanya pada peserta didik mengenai kasus
saat itu terutama kasus yang menarik atau sulit, menjawab pertanyaan-
pertanyaan mengenai situasi atau klien, melakukan praktik tambahan dengan
model atau simulasi (jika diperlukan), mengkaji ulang dan mendiskusikan
tugas-tugas kelompok, merencanakan sesi klinik selanjutnya, memberitahu
jika ada perubahan.
27

2. Proses Pembimbingan
a. Preseptor memperagakan suatu keterampilan klinis dengan
menggunakan sebuah model anatomis atau role play, dilanjutkan
memperagakan kemampuan itu pada klien.
b. Preseptor memberi kesempatan pada mahasiswa untuk mempraktikkan
keterampilan tersebut dibawah pengawasan, mula-mula pada model dan
kemudian pada klien. Selama mahasiswa mempraktikkan kemampuan,
feed back yang rekonstruktif diberikan oleh preseptor dan jika perlu
dilakukan pengulangan.
c. Evaluasi atas kompetensi keterampilan mahasiswa tersebut oleh
preseptor. Mengevaluasi kinerjamasing-masing mahasiswa mengenai
keterampilan dengan model/role play dan denga pasien sesuai dengan
prosedur sesuai standar sebagaimana dijelaskan didalam checklist
berdasarkan kompetensi. Proses bimbingan dilakukan sebelum praktik,
selama praktik, setelah praktik.

3. Menciptakan Peluang Belajar dalam Preseptoring


a. Praktik klinik dimulai dari keterampilan dasar dan berlanjut ke
keterampilan yang lebi rumit.
b. Jumlah peserta dalam satu lahan dipertimbangkan yang masih
memungkinkan proses praktik dapat berlangsung dengan nyaman
maksimal 5 orang.
c. Pengalan tidak selamanya dapat direncanakan, misalnya ada kasus
langka atau sulit, pelatih harus cermat mencari peluang belajar.
d. Mintakan izin pada klien sebelum proses praktik berlangsung pada
klien; Bila klien menolak untuk dilayani mahasiswa pembimbing
berusaha meyakinkan klien dan bila klien tetap menolak maka
penggunaan klien tersebut dihindari.
e. Pelatih klinik harus selalu hadir dalam setiap pertemuan dengan klien
dan klien harus mengetahui peran pelatih, pembimbing harus siap
mengambil alih tindakan bila keadaan menuntutnya.
28

f. Klien harus dipilih secara hati-hati untuk memastikan bahwa kasusnya


sesuai dengan tujuan belajar.

4. Preseptoring Pada Asuhan Kebidanan


Contoh pada intrapartum
a. Setiap peserta didik melayani hanya satu klien pada awal praktik.
b. Peserta didik harus berkomunikasi dengan staf yang bertanggung jawab
pada klien tersebut.
c. Pelayanan yang diberikan peserta didik harus komprehensif, lengkap dan
sistematis.
d. Preseptor harus hadir dalam setiap langkah dan kegiatan yang dilakukan
peserta didik.
e. Preseptor harus memeriksa dokumentasi (SOAP) dan partograf, setiap
satu dokumen klien hanya boleh dibuka dan dipelajari oleh satu peserta
didik.
f. Sejalan dengan semakin terampilnya peserta didik, preseptor mulai
mengurangi intensitas, preseptor dapat berdiri agak jauh dari tempat tidur
dan tidak perlu memakai sarung tangan tetapi tetap dalam kesiagaan.
Pada awal praktik pemantauan oleh preseptor terhadap peserta didik
secara ketat.
g. Pada saat peserta didik menolong persalinan preseptor harus siap di sisi
tempat tidur, memakai sarung tangan dan alat perlindungan lainnya.

5. Langkah Monitoring
a. Persiapan Penempatan
Nama mentor sebaiknya dialokasikan untuk setiap mentee dengan
penempatan area dan total durasi penempatan. Rotasi libur tetap
direncanakan, sehingga setiap mentor mempunyai kesempatan untuk
bekerja dengan mentee minimal 3 dari 5 shift
b. Pengenalan Ke Tempat Praktek
Sebelum masuk ke tempat praktek mentee harus sudah mendapatkan
pelatihan dalam penanganan: Basic Life Support dan kebakaran, health
29

and safety. Kehadiran adalah keharusan dan tercatat dalam portofolio


mentee.
c. Interview Kemajuan
Penentuan waktu disetujui dengan mentee untuk :
1) Initial interview. Perlu dilakukan :
 Cari tahu tentang tahap training mentee
 Bantu mentee untuk meyusun tujuan yg bisa dicapai
 Tanyakan jika mereka punya tugas atau pengkajian
 Kenalkan mereka kepada tempat kesempatan belajar
 Cari tahu jika mereka mempunyai kecemasan spesifik
 Beri dukungan mereka untuk self-assesment setiap stase
2) Intermediate interview. Perlu dilakukan :
 Tanyakan pendapat yang lebih luas dari staff lain
 Dukung mentee untuk mengkaji diri sendiri
 Klarifikasi setiap point yang di buat
 Berikan saran untuk perbaikan
 Catat point yang dibuat oleh mentee
 Lihat kembali perkembangan mentee
 Dorong mentee untuk menjawab pertanyaan
 Pastikan privasi untuk wawancara
 Kontak dg institusi pendidikan bila ada hal penting
Jangan dilakukan :
 Perubahan tiba-tiba pada mentee
 Hanya menggunakan opini mentor sendiri
3) Final interview. Perlu dilakukan :
 Tanyakan mentee untuk mengisi self assesment lagi
 Hubungi institusi pendidikan bila ada hal penting
Jangan dilakukan :
 Takut mengatakan bahwa mentee belum berhasil pada kasus
tersebut
30

6. Ilustrasi
a. Preseptoring
Seorang preseptor melakukan program bimbingan pada peserta
didik harus merencanakan program bagi pembimbingan peserta didik
dan juga memberikan laporan kepada institusi pendidikan dan institusi
klinik secara berkesinambungan. Di dalam merencanakan program
bimbingan seorang preseptor pertama kali harus mengetahui
kompetensi sebagai seorang preseptor.
Contoh:
Mahasiswa D3 Kebidanan tingkat 1 semester II yang sedang
menjalankan praktek klinik kebidanan di BPS Ida Arwani dan
mempunyai target memberikan asuhan pada bayi dengan memandikan
bayi. Mahasiswa tersebut belum pernah melakukan tindakan tersebut.
Untuk mencapai target asuhan yang dibutuhkan oleh mahasiswa
tersebut, bimbingan diberikan menggunakan metode preseptoring.
Preseptor yaitu sebutan pembimbing dalam metode presptorship
menjelaskan kepada mahasiswa yaitu sebagai preseptee tentang
pengertian memandikan bayi, apa saja yang dibutuhkan, alat- alat
yang digunakan, dan langkah- langkahnya. Kemudian dalam
melaksanakan tindakan mahasiswa cukup melihat pelaksanaanya
dulu, dan mendokumentasikan tindakannya, dan setelah itu mereview
kegiatan tersebut kepada preseptee. Kalau mahasiswa sudah mampu
menjelaskan dan benar- benar yakin mampu melaksanakannya, baru
boleh melaksanakan tindakan, tetapi tetap dengan pendampingan
preseptor.

2. Mentoring
Suatu hubungan antara dua orang yang memberikan kesempatan
untuk berdiskusi yang menghasilkan refleksi, melakukan kegiatan
atau tugas dan pembelajaran untuk keduanya yang didasarkan kepada
dukungan, kritik membangun, keterbukaan, kepercayaan,
penghargaan, dan keinginan untuk belajar berbagi. Metode ini telah
31

diaplikasikan sejak lama dalam pendidikan keperawatan/ kebidanan


dan disiplin ilmu lainnya dalam kesehatan, khususnya diluar negeri.
Bahkan review atas pelaksanaan mentoring dapat mengatasi
kekurangan tenaga bidan, meningkatkan kepuasan bidan, serta
memperbaiki kualitas pelayanan.
Contoh:
Mahasiswa D3 Kebidanan tingkat 3 semester V yang sedang
menjalankan praktek klinik kebidanan di RSUD Ambarawa dan
mempunyai target memberikan asuhan pada ibu bersalin untuk
melaksanakan penjahitan perineum. Mahasiswa tersebut sudah pernah
melakukan tindakan tersebut. Untuk mencapai target asuhan yang
dibutuhkan oleh mahasiswa tersebut, adalah bimbingan menggunakan
metode mentoring. Mentor yaitu sebutan pembimbing dalam metode
mentoring hanya perlu menanyakan kepada mahasiswa yaitu sebagai
mentee tentang pengertian penjahitan perineum, apa saja yang ia
ketahui tentang penjahitan perineum, alat- alat yang harus
dipersiapkan, dan langkah- langkahnya. Kalau ternyata mahasiswa
mampu menjelaskan dengan baik, maka langsung melaksanakan
tindakan tersebut tetapi tetap dengan pendampingan mentor
disampingnya, dan kemudian mendokumentasikan tindakannya.
Setelah semua tindakan selesai, kemudian mentor mengevaluasi jika
ada yang kurang baik dalam penjelasan apa yang mentee tahu, ataupun
dalam tindakannya.
32

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemahaman umum bahwa peranan utama dari supervisi adalah ditujukan
kepada perbaikan pengajaran. Franseth Jane dalam Piet A. Sahertian,
berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat memberi bantuan terhadap program
pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kwalitas kehidupan
akan diperbaiki olehnya. Ayer, Frend E, menganggap fungsi supervisi untuk
memelihara program pengajaran yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga
ada perbaikan. supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran.
Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan
kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses
belajar mengajar, dan langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki
kelemahan atau kekurangan tersebut (Purwanto, 2004:90).
Preseptorsip adalah suatu metode pengajaran dimana seorang praktisi
yang memiliki pengalaman di bidangnya yang mampu memberikan dukungan
kepada mahasiswa dalam memahami perannya dan hubungan kesejawatan.
Tujuannya untuk membantu peserta didik menyesuaikan diri dengan
limgkungan tempat praktik, memberikan kesempatan, kepada peserta didik
untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari dikelas
dalam situasi yang nyata, dan mengembangkan potensinya, serta
ketrampilannya yang bermutu dalam praktik. Selain itu memberikan
kesempatan peserta didik tentang situasi kerja professional kebidanan,
membantu peserta didik mengatasi masalah yang dihadapi dilahan praktik,
serta membantu mencapai tujuan klinik.
Mentoring merupakan hubungan pembelajaran dan konseling antara
orang yang berpengalaman yang membagi keahlian professional dengan
orang yang lebih sedikit pengalaman untuk mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan dari bagian yang kurang pengalaman. Metode ini memberikan
33

kesempatan kepada para mentor untuk memantau secara mendetail


perkembangan mentee, dimana satu orang mentor, kemudian diberikan
kesempatan untuk membangun pengetahuan dan ketrampilan yang
didapatkan melalui interaksi dengan teman sejawat yang telah memiliki
pengalaman serta terbangun rasa percaya diri.

B. Saran
Mahasiswa kebidanan diharapkan memahami dengan baik konsep
preseptorsip dan mentorsip serta survailens beserta implementasinya agar
proses bimbingan di lapangan dapat maksimal dan peserta didik dapat
mencapai target pembelajaran serta kompetensi yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai