Anda di halaman 1dari 21

Case Report Study

KORPUS ALIENUM KORNEA

Oleh:

Muhammad Fadhel 1840312618

Nikita Shalifa 1840312449

Putri Zeahan R Y 1740312448

Preseptor :

dr. Fitratul Ilahi Sp.M (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR M.DJAMIL PADANG

2019

0
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Korpus alineum pada mata adalah sesuatu yang masuk ke dalam mata yang

berasal dari luar tubuh. Benda asing tersebut dapat berupa logam, kaca atau bahan

organik. Benda asing yang memasuki mata akan mempengaruhi kornea atau

konjungtiva. Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak

mengandung pembuluh darah, dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Kornea

berbentuk kubah berasal dari penonjolan tunika fibrosa ke sebelah depan bola

mata. Secara histologik kornea terdiri atas 5 lapisan yaitu epitel, membran

bowman, stroma, membran descement, dan endotel kornea.1

Korpus alineum adalah salah satu penyebab paling sering dilihat untuk

keadaan darurat mata. Terkadang, benda asing mungkin tidak tampak pada saat

pemeriksaan, kecuali jika meninggalkan jejas abrasi kornea residual dengan rasa

sakit yang dihasilkan. Korpus alineum superfisial kornea jauh lebih umum

daripada copus alineum kornea yang profunda. Kemungkinan sebuah benda asing

intraokular harus selalu dipertimbangkan ketika pasien datang dengan riwayat

trauma.2

Umumnya, korpus alineum dangkal yang ditangani segera setelah cedera

tidak meninggalkan gejala sisa permanen. Namun, jaringan parut kornea atau

infeksi dapat terjadi. Semakin lama interval waktu antara cedera dan pengobatan,

maka semakin besar kemungkinan komplikasi. Jika korpus alineum sepenuhnya

menembus ke anterior atau posterior ruang, maka secararesmisebuah korpus

1
alineum intraokular. Morbiditas mata jauh lebih umum. Kerusakan pada iris,

lensa, dan retina dapat terjadi dan sangat merusak penglihatan. Setiap benda asing

intraokular dapat menyebabkan infeksi dan endophthalmitis, kondisi serius

mungkin menyebabkan hilangnya penglihatan.3

1.2 Batasan masalah

Case Study Report ini membahas definisi, etiologi, epidemiologi,

patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan korpus alienum pada kornea.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan Case Study Report ini bertujuan untuk menambah pengetahuan

mengenai definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, diagnosis dan

penatalaksanaan korpus alienum pada kornea.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk kepada

beberapa literatur berupa buku teks, jurnal dan makalah ilmiah.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fungsi Kornea

Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak

mengandung pembuluh darah, dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Kornea

berbentuk kubah berasal dari penonjolan tunika fibrosa ke sebelah depan bola

mata. Secara histologik kornea terdiri atas 5 lapisan yaitu2:

1. Epitel kornea

Merupakan lanjutan dari konjungtiva disusun oleh epitel gepeng berlapis

tanpa lapisan tanduk. Lapisan ini merupakan lapisan kornea terluar yang langsung

kontak dengan dunia luar dan terdiri atas 7 lapis sel. Epitel kornea ini

mengandung banyak ujung-ujung serat saraf bebas. Sel-sel yang terletak di

permukaan cepat menjadi aus dan digantikan oleh sel-sel yang terletak di

bawahnya yang bermigrasi dengan cepat.2

2. Membran Bowman

Merupakan lapisan fibrosa yang terletak di bawah epitel tersusun dari serat

kolagen tipe 1.2

3. Stroma kornea

Merupakan lapisan kornea yang paling tebal tersusun dari serat-serat

kolagen tipe 1 yang berjalan secara paralel membentuk lamel kolagen. Sel-sel

fibroblas terletak di antara serat-serat kolagen.2

4. Membran Descement

Merupakan membran dasar yang tebal tersusun dari serat-serat kolagen.2

5. Endotel kornea

3
Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang paling dalam tersusun dari

epitel selapis gepeng atau kuboid rendah. Sel-sel ini mensintesa protein yang

mungkin diperlukan untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini

mempunyai banyak vesikel dan dinding selnya mempunyai pompa natrium yang

akan mengeluarkan kelebihan ion-ion natrium ke dalam kamera okuli anterior.

Ion-ion klorida dan air akan mengikuti secara pasif. Kelebihan cairan di dalam

stroma akan diserap oleh endotel sehingga stroma tetap dipertahankan dalam

keadaan sedikit dehidrasi (kurang cairan), suatu faktor yang diperlukan untuk

mempertahankan kualitas refraksi kornea. Kornea bersifat avaskular (tak

berpembuluh darah) sehingga nutrisi didapatkan dengan cara difusi dari pembuluh

darah perifer di dalam limbus dan dari humor aquos di bagian tengah. Kornea

menjadi buram bila endotel kornea gagal mengeluarkan kelebihan cairan di

stroma.2,3

Gambar 1. Lapisan Kornea

4
Fungsi kornea diantaranya yaitu3:

• Kornea mempunyai kemempuan membiaskan cahaya yang paling kuat


dibanding dengan sistem optik retraktif lainnya.

• Kubah kornea akan membiaskan sinar kelubang pupil didepan lensa. Kubah
kornea yang semakin cembung akan memiliki daya bias yang kuat.

• Peran kornea sangat penting dalam menghantarkan cahaya masuk kedalam


mata untuk menghasilkan penglihatan yang tajam, maka kornea memerlukan
kejernihan, kehalusan dan kelengkungan yang tertentu.3

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian

belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel

goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.2,3

Konjungtiva terdiri atas 3 bagian yaitu:

 Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus

 Konjungtiva bulbi yang menutupi sklera

 Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat

peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva selain konjungtiva tarsal, berhubungan longgar dengan jaringan

dibawahnya, oleh karenanya bola mata mudah digerakkan.3

Lapisan epitel konjungtiva tediri dari dua hingga lima lapisan sel epitel

silinder bertingkat,superfisial dan basal. Sel epitel superfisial mengandung sel

goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus yang mendorong inti sel

goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata

diseluruh prekornea. Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid

(superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profundal). Lapisan adenoid mengandung

5
jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam

folikel tanpa stratum germativum.2,3

Hipertropi papilar merupakan reaksi konjungtiva non-spesifik berupa

eksudat radang yang berkumpul di antara serabut-serabut konjungtiva yang

membentuk tonjolan pada konjungtiva. Kemosis yang hebat sangat mengarah

pada konjungtivitis alergika. Folikel tampak pada sebagian besar kasus

konjungtivitis viral. Folikel sendiri merupakan hiperplasi limfoid lokal di dalam

lapisan limfoid konjungtiva dan biasanya mempunyai pusat germinal.

Pseudomembran dan membran merupakan hasil dari proses eksudatif hanya

berbeda derajat. Pada psedomembran epitel tetap utuh sedangkan pada membran

melibatkan koagulasi epitel juga.3

Gambar 2. Struktur konjungtiva

2.2. Corpus alienum pada kornea

2.2.1 Definisi

Corpus alineum kornea adalah bahan asing atau di kornea, biasanya

logam, kaca, atau bahan organik.Corpus alineum kornea umumnya merupakan

6
kategori trauma mata ringan. Partikel kecil dapat menetap di epitel kornea atau

stroma, terutama ketika diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan besar.1

Corpus alienum dapat memicu inflamasi, sehingga pterjadi vasodilatasi

sekitarnya dan diikuti edema kelopak, konjungtiva, dan kornea. Leukosit juga

dapat dibebaskan, berakibat pada segmen anteriorr dan / atau menginfiltrasi

kornea. Jika tidak dihapus, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan / atau

nekrosis jaringan.3

2.2.2 Epidemiologi

Corpus alineum adalah salah satu penyebab paling sering dilihat untuk

keadaan darurat mata. Kadang-kadang, benda asing mungkin tidak tampak pada

saat pemeriksaan, kecuali setelah meninggalkan abrasi kornea residual dengan

rasa sakit yang dihasilkan.1,3

Superficial Corpus alineum kornea jauh lebih umum daripada copus

alineum kornea yang profunda. Kemungkinan sebuah benda asing intraokular

harus selalu dipertimbangkan ketika pasien menyajikan dengan riwayat trauma.2

2.2.3 Faktor Risiko

Pada corpus alienum kornea mirip dengan cedera traumatis lainnya,

kejadian pada laki-laki jauh lebih tinggi dari pada wanita. Insiden puncak

ditemukan dalam dekade kedua dan umumnya terjadi pada orang yang lebih muda

dari 40 tahun.2,4

2.2.4 Patogenesis

Benda asing pada kornea dapat terjadi dimana saja, biasanya tanpa

disengaja. Mekanisme trauma dapat membantu membedakan trauma superfisial

7
atau dalam (intraokular). Beberapa benda yang dapat mengenai seperti serpihan

kayu, logam, plastik, serpihan daun, atau pasir. Trauma biasanya terjadi pada

cuaca dengan angin kencang atau bekerja dengan benda yang dapat menimbulkan

angin. Benda asing yang berasal dari serangga atau tumbuh-tumbuhan,

memerlukan perhatian khusus karena dapat meningkatkan risiko infeksi serta

bersifat antigenik yang dapat menimbulkan reaksi inflamasi kornea. Oleh sebab

itu pada pasien seperti ini harus dilakukan follow up ketat untuk komplikasi

infeksi.5

Benda asing pada kornea biasanya terdapat pada lapisan epiel atau stroma.

Keadaan ini dapat menyebabkan reaksi inflamasi sehingga terjadi dilatasi

pembuluh darah di sekitarnya, serta udem palpebra, konjungtiva, dan kornea. Jika

tidak segera dikeluarkan hal ini akan menyebabkan infeksi dan atau nekrosis

jaringan.Defek pada epitel kornea merupakan tempat masuknya mikroorganisme

ke dalam lapisan stroma kornea yang akan menyebabkan ulserasi. Selama fase

inisial, sel epitel dan stroma pada area defek akan terjadi udem dan nekrosis. Sel-

sel neutrofil mengelilingi ulkus dan menyebabkan nekrosis lamela stroma. Difusi

sitokin ke posterior (camera okuli anterior) menyebabkan terbentuknya hipopion.

Toksin dan enzim yang dihasilkan bakteri dapat merusak substansi kornea.

Bakteri yang pada umumnya dijumpai adalah Streptococcus, Pseudomonas,

Enterobactericeae, dan Staphylococcus Sp.5

2.2.5 Manifestasi Klinis

Korpus alienum kornea merupakan kejadian trauma tumpul yang

mengenai kornea. Adapun gejala klinis yang ditimbulkan bergantung pula dengan

8
mekanisme trauma yang terjadi. Berikut ini adalah tiga hal yang dapat terjadi

apabila terjadi trauma tumpul pada kornea :

1. Edema kornea

Trauma tumpul yang keras atau cepat dapat mengakibatkan edema pada

kornea bahkan sampai mengakibatkan ruftur pada membran descement.

Edema kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihat

seperti pelangi disekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat.2,6

2. Erosi kornea

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang

disebabkan karena gesekan keras pada permukaan kornea. Pada erosi epitel

pasien akan mengeluhkan nyeri sekali karena akibat erosi merusak kornea

yang memiliki banyak serat sensibel, keluhan mata berair, blefarospasme,

lakrimasi, fotofobia dan penglihatan akan terganggu dengan media kornea

yang keruh. Pada erosi kornea hasil uji fluoreseins akan berwarna hijau.

Untuk kasus erosi, perlu diperhatikan tanda-tanda infeksi yang timbul

kemudian.2,6

3. Erosi kornea rekuren

Keadaan terjadinya erosi yang berulang akibat epitel tidak dapat bertahan

pada defek epitel kornea. Sukarnya epitel untuk menutup permukaan kornea

karena terjadinya pelepasan membrane basal epitel. Membran basal epitel

yang rusak akan kembali dalam waktu 6 minggu.2,6

2.2.6 Diagnosis

1. Anamnesis

9
Aktivitas pasien sewaktu trauma penting diketahui untuk menduga jenis

benda asing yangmasuk ke dalam kornea. Gejala klinis yang dikeluhkan

pasien seperti adanya sensasi mengganjal di mata, nyeri, fotofobia, mata

merah dengan air mata yang mengalir terus.5,6

2. Pemeriksaan fisik

 Pemeriksaan Visus

Tajam penglihatan yang di dapatkan adalah normal atau menurun terutama

bila benda asing berlokasi di sentral kornea.

 Slit lamp

Dengan menggunakan slit lamp dapat melihat benda dengan ukuran lebih

besar daripada ukuran aslinya. Untuk hasil yang sempurna, saat

pemeriksaan slitlamp dianjurkan di dalam ruangan yang digelapkan. Pada

slit lamp akan tampak benda asing pada kornea, injeksi konjungtiva,

injekasi silier dan rush ting (terutama jika logam yang sudah tertanam

beberapa hari).5,6

 Uji Fluoresens

Uji fluoresens bertujuan untuk melihat adanya defek pada kornea. Caranya

dengan kertas fluoresens yang sebelumnya dibasahi terlebih dahulu

dengan garam fisiologis kemudian diletakan pada sakus konjungtiva

inferior. Pasien diminta untuk menurup matanya selama 20 detik, beberapa

saat kemudian kertas tersebut diangkat. Dilakukan irigasi konjungtiva

dengan garam fisiologis. Kemudian dilihat pada permukaan kornea,

apabila terdapat warna hijau dengan sinar biru menandakan adanya

kerusakan epitel kornea. Defek kornea akan selalu terlihat berwarna hijau

karena pada setiap defek kornea bagian tersebut akan bersifat basa dan

10
memberikan warna hijau. Pada keadaan seperti ini disebut uji fluoresens

positif.5,6

3. Pemeriksaan laboratorium

Diperlukan jika ada infeksi/ulkus kornea atau curiga adaya benda asing

intraokular. Kultur dan sensitivitas tes digunakan pada kasus infeksi atau

ulkus.5

4. Pemeriksaan Pencitraan

Untuk mengeluarkan benda asing yang terdapat pada intraokular atau intra

orbital dapat dipertimbangkan pemeriksaan USG B-Scan, CT-Scan orbital

dan atau USG biomikroskop (UBM). Apabila benda asing berupa logam,

untuk pemeriksaan awal dapat dilakukan foto x-ray orbital, apabila hasil

foto negatif maka kecurigaan masih tinggi untuk benda asing intra orbita.

Dan hindari pemeriksaan MRI apabila benda asing yang dicurigai berupa

logam. UBM dengan frekuensi gelombang suara yang tinggi dapat

berguna untuk menyingkirkan benda asing yang terdapat pada sklera

anterior. Benda asing ini mungkin tidak terlihat karena sifatnya (misalnya:

kaca) atau opasitas benda diatasnya (misalnya : perdarahan konjungtiva).5

2.2.7 Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksanaan adalah mengurangi nyeri, mencegah infeksi,

dan mencegah kerusakan fungsi yang permanen. Benda asing yang terletak di

permukaan kornea dapat dihilangkan dengan berbagai cara seperti usapan cotton

bud secara halus, menggunakan jarum spuit 1 cc atau menggunakan magnet.

Setiap pasien dengan benda asing di kornea dilakukan dengan langkah-langkah

penatalaksanaan awal sebagai berikut:3,7,8,9

11
a. Periksa tajam penglihatan sebelum dan sesudah pengangkatan.

b. Berikan anestesi topikal pada mata yang terkena.

c. Cobalah mengeluarkan benda asing dengan irigasi NaCl 0,9% steril.

d. Cobalah menggunakan cotton bud secara halus.

e. Cobalah menggunakan jarum halus.

f. Pengangkatan benda asing harus dilakukan dengan bantuan slit lamp.

g. Jika tidak berhasil segera rujuk ke dokter mata.

h. Berikan antibiotik topikal untuk profilaksis 4x1 hari sampai regenerasi epitel.

i. Berikan analgetik topikal.

j. Reevaluasi dalam 24 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi dan ulkus kornea.

2.2.8 Komplikasi

1. Rust ring :

Biasanya terjadi jika benda asing tersebut adalah besi, onsetnya 2-4 jam

pertama dan komplit dalam 8 jam. Dapat dibuang dengan bantuan slit lamp

menggunakan jarum halus ataupun burr.3,10

2. Infeksi kornea

Terjadi jika dibiarkan lebih 2-4 hari, menyebabkan terbentuk ulkus dan

jaringan parut. Hal ini memerlukan terapi antibiotik topikal yang agresif dan

penanganan dokter mata lebih lanjut.3,10

3. Perforasi bola mata pada trauma yang disebabkan logam atau kecepatan

tinggi bisa juga telah terjadi ulkus yang tidak ditangani, hal ini memerlukan

terapi pembedahan.2,3

12
BAB 3

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. SA
Umur/Tanggal Lahir : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Padang
Agama : Islam
Suku : Minang

ANAMNESIS
Pasien laki-laki usia 35 tahun datang ke Poliklinik RSUP dr. M. Djamil
pada tanggal 08 Januari 2019 dengan:

Keluhan Utama: Mata kiri terasa ada sesuatu yang mengganjal sejak 1 hari yang
lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :


- Mata kiri terasa ada sesuatu yang mengganjal sejak 1 hari yang lalu
- Mata kiri berair (+), mata merah (+), nyeri pada mata (-)
- Pandangan kedua mata tidak kabur dan tidak terganggu
- Pemakaian obat – obatan pada kedua mata (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat trauma pada mata tidak ada
• Riwayat operasi mata tidak ada
• Riwayat HT, DM tidak ada
• Riwayat alergi sebelumnya tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa dan tidak ada
riwayat penyakit keganasan.

13
PEMERIKSAAN UMUM

- Keadan Umum : sakit ringan

- Kesadaran : CMC

- Frekuensi Nadi : 80x/menit

- Frekuensi Napas : 19x/menit

- Suhu : 36,50 c

- Tinggi badan : 168 cm

- Berat badan : 73 kg

- Keadaan Gizi : baik

- Edema : tidak ada

- Sianosis : tidak ada

- Ikterus : tidak ada

- Anemis : tidak ada

STATUS GENERALISATA
- Kulit : teraba hangat
- KGB : tidak ditemukan pembesaran KGB
- Kepala : normosefal
- Rambut : hitam, tidak mudah rontok
- Telinga : keluar cairan (-)
- Hidung : tidak ada kelainan
- Tenggorokan : tidak ada kelainan
- Mulut : tidak ada kelainan
- Leher : dalam batas normal
- Paru : SN bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-
- Jantung : Irama reguler, bising (-)
- Perut : Pembesaran hepar (-), lien (-)

14
- Punggung : Tidak ada kelainan
- Alat kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan
- Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
- Anggota gerak : akral hangat, CRT <2 detik
STATUS OFTALMIKUS

SO OD OS
Visus tanpa koreksi 20/20 20/20
Reflek Fundus (+) (+)
Silia/supersilia Madarosis (-), Madarosis (-),
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Palpebra superior Udem (-) Udem (-)
Hematom (-) Hematom (-)
Palpebra inferior Udem (-) Udem (-)
Hematom (-) Hematom (-)
Margo palpebra Udem (-) Udem (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Aparat lakrimalis Dalam batas normal Dalam batas normal
Konjungtiva tarsalis Hiperemis (-), Hiperemis (-),
sekret (-), sekret (-),
Konjungtiva fornik Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konjungtiva bulbi Hiperemis (-) Hiperemis (+)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Tampak korpus alienum di
parasentral arah jam 4, 2
mm dari limbus
Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat Coklat

15
Pupil Bulat, 3 mm, Reflek cahaya Bulat, 3 mm, Reflek cahaya
(+), ditengah (+), ditengah
Lensa Bening Bening
Korpus Vitreum Jernih Jernih
Fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Papila N. Optikus
Retina
Makula
aa/vv Retina
Tekanan bulbus okuli Normal (Palpasi) Normal (Palpasi)
Gerakan bulbus okuli Bebas Bebas
Posisi bulbus okuli Ortho Ortho

Gambar 3.1 Klinis Okuli Sinistra

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Slit Lamp

16
DIAGNOSA KERJA
• Korpus Alienum Kornea Okular Sinistra

DIAGNOSIS BANDING
• Korpus Alienum Konjungtiva Okular Sinistra

TATALAKSANA
• Ektraksi korpus alienum
• Cendolyteers ED OS
• Antibiotik : Levofloksasin ED 6x1 OS
• Eye Patching

EDUKASI
• Eye hygiene
• Hand hygiene

PROGNOSIS
• Dubia et bonam

17
BAB 4

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki umur 35 tahun datang ke Poliklinik RSUP Dr. M

Djamil Padang pada tanggal 8 januari 2019 dengan keluhan utama mata kiri terasa

ada sesuatu yang mengganjal sejak 1 hari yang lalu.

Diagnosa tersebut ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

yang dilakukan terhadap pasien. Dari anamnesis didapatkan mata kiri pasien terasa

ada sesuatu yang mengganjal sejak 1 hari yang lalu. Mata kiri berair dan merah tetapi

tidak nyeri. Pandangan kedua mata tidak kabur dan tidak terganggu. Pasien tidak

pernah mengalami trauma maupun operasi mata sebelumya.

Dari pemerikasaan umum, pasien sakit ringan dengan tanda vital dalam batas

normal. Dari status oftalmikus didapatkan visus 20/20 pada kedua mata, refleks

fundus normal. Tidak ditemukan udem maupun hematom pada palpebra superior

maupun inferior pada kedua mata. Pada konjungtiva bulbi oftalkmikus sinistra

ditemukan hiperemis dengan injeksi konjungtiva dan injeksi silier. Kedua sklera

berwarna putih, kamera okuli anterior cukup dalam, iris berwarna coklat, dan pupil

berbentuk bulat reguler, refleks cahaya (+) berposisi ditengah. Lensa bening, korpus

vitreum jernih, dan pemeriksaan funduskopi tidak dilakukan.

Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan penunjang dengan slit lamp dan

ditemukan adanya sebuah korpus alienum yang berada di kornea mata kiri dengan

injeksi konjungtiva dan injeksi silier. Selanjutnya dilakukan ekstraksi korpus alienum

tersebut dan pasien diberikan Cendolyteers ed OS, Levofloksasin ed 6x1 OS,

18
dilakukan eye patching pada mata kiri, serta pemberian edukasi mengenai eye

hygiene dan hand hygiene. Prognosis penyakit pada pasien ini baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. PERDAMI, Panduan Menejemen Klinis PERDAMI, Jakarta : PP PERDAMI,

2006.

2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 2009.

3. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum

edisi 17. Jakarta : EGC, 2009.

4. Reddy PS, Nirmala K, Radhika S, Ravi S, Pau CM. Incidence of Ocular

Surface Foreign Body and its Correlation with Specific Occupation and

Preventive Measures. GJRA. 2016;(12):57-8.

5. Bushhour, mounir. 2018. Corneal Foreign Body Work Up. McGill University

Faculty of Medicine Canada : Medscape.

(https://emedicine.medscape.com/article/1195581-workup)

6. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal,

Jakarta, 1993 pp : 190-196.

7. Galloway NR, Amoaku WMK, Galloway PH, Browning AC. Common Eye

Diseases and their Management. Switzeland: Springer, Cham. 2016.

8. Aslam, S.A., Sheth, H.G., Vaughan, A.J. Emergency management of corneal

injuries. Injury. 2007;38:594–597.

9. Fraenke A, Lee LR, Lee GA. Managing corneal foreign bodies in office-based

general practice. Aus Fam Physician. 2017;46(3):89-93.

10. Ahmed F, House RJ, Feldman BH. Corneal Abrasions and Corneal Foreign

Bodies. Elsevier Inc. 2015;42(30):363-75.

20

Anda mungkin juga menyukai