Anda di halaman 1dari 13

1

Praktikum ke-9 Hari/ Tanggal : Jumat/5 April 2019


m.k. Teknologi Pengolahan Kitin Asisten : 1. Desi Listiana
dan Kitosan 2. Hana Aulia Sativa
3. Aldi Rahman
4. Tito Florensi
5. Siti Isrupiah
6. Erin Apriliani WP
7. Mutiara Rahmawati
8. Rofi Afiandi Muyassar

KITOSAN SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN PENYERAP


LOGAM BERAT

Kelompok 3

Egi Bening Utami C34160004


Immatul Ulya C34160014
Faisal Ahmad Lubis C34160018
Febby Amanda Putri C34160020
Wafa Istiqomah C34160021
Ismail C34160024
Rifda Rizkina A C34160037
Intan Ariyanti C34160095

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
2
i

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR i
DAFTAR TABEL i
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Ragi (Yeast) 2
Uji Aktivitas Antibakteri 2
Cu (Tembaga) 2
Bahan Alami Penyerap Logam 3
METODOLOGI 3
Waktu dan Tempat 3
Bahan dan Alat 3
Prosedur Kerja 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Hasil 4
Pembahasan 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7
Kesimpulan 7
Rekomendasi 7
DAFTAR ISI 7
LAMPIRAN 9

DAFTAR GAMBAR

1 Prosedur kerja pengamatan kitosan sebagai 4

DAFTAR TABEL

1 Hasil pengujian kitosan sebagai absorben logam berat dan antibakteri 4


ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kitosan merupakan komponen alami berupa senyawa amino polisakarida


rantai lurus yang tersusun atas monomer glukosamin (poli-1.4-D-glukosamin) yang
terhubung melalui ikatan (1-4) β-glikosidik (He et al. 2015). Kitosan dapat
diperoleh dari cangkang crustacea, seperti cangkang udang dan kepiting, serangga,
kumbang kelapa, ulat dan cangkang bulu babi. Kitosan merupakan jenis biopolimer
yang diperoleh dari proses deasetilasi kitin. Proses deasetilasi kitin merupakan
suatu proses ekstraksi dengan tujuan untuk menghilangkan gugus asetilnya dengan
menggunakan basa kuat. Kitosan sering diaplikasikan sebagai bahan multiguna
karena mudah didapat dan bersifat biodegradable. Pemanfaatan kitosan dapat
digunakan dalam pangan ataupun non pangan, seperti farmasi, industri tekstil dan
teknologi. Kitosan memliki kandungan kimia protein (25-40%), kitin (15-20%) dan
kalsium karbonat (45-50%) (Nur 2017).
Limbah logam berat merupakan limbah yang paling berbahaya karena
menimbulkan efek racun bagi manusia. Pencemaran logam berat yang masuk ke
lingkungan perairan sungai akan terlarut dalam air dan akan terakumulasi dalam
sedimen, tergantung pada kondisi lingkungan perairan tersebut (Setiawan 2013).
Logam berat tersebut juga dapat berpindah dari lingkungan ke organisme, dan dari
organisme satu ke organisme lain melalui rantai makanan. Efek toksik yang
ditimbulkan dari cemaran logam berat sangat berbahaya, sehingga diperlukan
adanya pengolahan air limbah untuk mencegah dampak lingkungan yang
ditimbulkan. Pengolahan limbah tersebut dapat dilakukan menggunakan bahan
alami berupa kitosan (Asni et al. 2014).
Kitosan memiliki gugus fungsional yang dapat bereaksi dengan ion logam
berat, dengan cara menyerap kation logam pada kondisi pH yang mendekati netral
(Olohigbe et al. 2018). Kitosan dapat berfungsi sebagai adsorben yang menyerap
ion logam. Kitosan yang dijadikan adsorben logam berat pada umumnya memiliki
derajat deasetilasi hingga lebih dari 60%. Penyerapan logam berat dapat terjadi
melalui dua jenis adsorpsi, yaitu adsorpsi fisika dan kimia (Asni et al. 2014). Proses
adsorbsi logam berat oleh kitosan dapat dipengaruhi oleh ukuran partikel, nilai pH,
konsentrasi kitosan yang digunakan, serta konsentrasi logam dan ion pesaingnya
(Ahmad et al. 2015). Kitosan juga dapat digunakan sebagai zat antibakteri.
Komponen antimikroba pada kitosan bekerja akibat adanya gugus fungional (NH 2)
yang bermuatan positif dan dapat berinteraksi dengan membran sel bakteri yang
bermuatan negatif. Interaksi tersebut akan menyebabkan dinding sel bakteri rusak,
sehingga sitoplasma sel bakteri keluar dan bakteri mengalami lisis (Sarwono 2015).
Kemampuan kitosan dalam menyerap logam dan menghambat pertumbuhan bakteri
dapat bermanfaat dalam berbagai industri. Penelitian perlu dilakukan lebih lanjut
mengenai kemampuan kitosan sebagai zat antibakteri dan zat penyerap logam.
2

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengetahui kemampuan kitosan sebagai zat


antibakteri dan penyerap logam.

TINJAUAN PUSTAKA

Ragi (Yeast)

Ragi merupakan kultur starter kering yang terbuat dari campuran tepung
beras dan kulur mikroba Saccharmoyces cerevisiae (Arnata dan Anggreni 2013).
Ragi dapat digunakan dalam proses fermentasi dan proses sakarifikasi. Kultur
mikroba yang terdapat dalam ragi memiliki aktivitas amilolitik. Aktivitas tersebut
mampu memproduksi enzim-enzim hidrolase yang dapat menguraikan komponen
gula kompleks menjadi lebih sederhana. Enzim tersebut akan memecahkan pati
menjadi glukosa melalui proses hidrolisis enzimatis. Ragi juga dapat digunakan
dalam proses hidrolisis dan fermentasi pada produksi bioetanol.

Uji Aktivitas Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri adalah suatu uji yang digunakan untuk menguji
kepekaan suatu bakteri terhadap suatu zat antibakteri. Uji kepekaan/sensitivitas
antibateri ini bertujuan untuk mengetahui daya kerja/efektifitas dari suatu
antibakteri dalam membunuh bakteri. Uji aktivitas antibakteri terdiri dari dua
macam yaitu metode dilusi dan difusi. Metode dilusi adalah metode yang dilakukan
dengan penentuan penghambatan berdasarkan Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) zat antibakteri (Hariati et al. 2018). Metode difusi yang umumnya banyak
digunakan adalah metode disc diffusion. Metode disc diffusion merupakan metode
dimana piringan atau kertas cakram yang berisi agen antimikroba diletakkan pada
media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media
agar tersebut. Area jernih akan mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan
mikroorganisme pada permukaan media agar. Syarat dari jumlah bakteri untuk uji
kepekaan/sensitivitas yaitu sebanyak 105-108 CFU/mL (Wulandari et al. 2015).

Cu (Tembaga)

Tembaga merupakan salah satu jenis logam dan dibutuhkan dalam tubuh
dengan jumlah yang sangat sedikit. Konsumsi tembaga yang berlebih akan
mengakibatkan berbagai macam penyakit diantaranya sakit perut, diare, gagal
ginjal, hingga kematian. Keracunan tembaga dengan dosis tinggi akan
menunjukkan gejala akut toksisitas, seperti mual, ketidaknyamanan perut atau
diare, hemoglubinura (darah dalam urin), penyakit kuning, ganguan ginjal, dan
hipotensi. Peran tembaga cukup penting dalam ekosistem lingkungan contohnya
3

sebagai katalis enzim dalam metabolisme karang, dan transport electron pada
proses oksidasi fotosistem II (Luthfi et al. 2017).

Bahan Alami Penyerap Logam

Logam berat dapat membahayakan kesehatan pada mahluk hidup sehingga


perlu adanya suatu bahan yang dapat menyerap logam tersebut. Bahan yang dapat
menyerap logam berat dapat berasal dari bahan alami dan bahab sintetik. Contoh
bahan alami yang dapat menyerap logam berat diantanya adalah chitosan,
tempurung kelapa sawit, arang batang jagung dan sekam padi. Kitosan dapat
dijadikan salah satu solusi dalam mengurangi pencemaran logam berat karena dapat
mengikat ion-ion logam berat dengan memanfaatkan gugus hidroksil dan amina
pada kitosan. Pemanfaatan tempurung kelapa dan sekam padi dapat menyerap
logam berat dan dapat dijadikan bahan baku dari karbon aktif. Unsur utama dari
arang kelapa mengandung karbon sebesar 82.92% dan sekam padi mengandung
karbon sekitar 1-20% (Erlina et al. 2015).

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum aplikasi kitosan sebagai antibakteri dan penyerap logam berat


dilaksanakan pada Jumat, 5April 2019. Praktikum dilaksanakan pada pukul 13.00-
16.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di Teaching Laboratory, Departemen
Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.

Bahan dan Alat

Praktikum menggunakan beberapa alat dan bahan. Bahan yang digunakan


untuk praktikum menggunakan kitosan serbuk, ragi, logam berat (Cu), dan aquades.
Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, timbangan dan batang pengaduk.

Prosedur Kerja

Praktikum aplikasi kitosan sebagai antibakteri dan penyerap logam berat


dilakukan dengan pelarutan 10mL logam berat (Cu) atau larutan ragi kemudian
larutan dimasukkan dalam tabung reaksi. Kitosan serbuk kemudian dimasukkan
kedalam tabung dan dilakukan pencampuran. Waktu pengamatan dilakukan selama
15 menit. Prosedur kerja dapat dilihat pada Gambar 1.
4

Logam berat 10mL


atau ragi

Pemasukan dalam tabung reaksi

Penambahan kitosan kedalam


tabung

Pencampuran

Pengamatan perubahan warna

Pengamatan
Gambar 1 Prosedur kerja pengamatan kitosan sebagai
antibaktei dan penyerapan logam berat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengujian kitosan sebagai adsorben logam berat diuji menggunakan logam


Cu, sedangkan pengujian kitosan sebagai antibakteri diuji menggunakan ragi.
Waktu pengamatan dalam pengujian kitosan sebagai bahan adsorben logam dan
antibakteri dilakukan dalam empat pengamatan yaitu 0 menit, 5 menit, 10 menit,
dan 15 menit. Bobot kitosan yang digunakan antara lain 0.1 g, 0.15 g, 0.2 g, 0.25 g,
0.3 g, dan 0.35 g. Hasil pengujian kitosan sebagai adsorben logam berat dan
antibakteri dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengujian kitosan sebagai absorben logam berat dan antibakteri
Waktu (menit)
Kitosan
Kelompok 0 5 10 15
(g)
Cu Ragi Cu Ragi Cu Ragi Cu Ragi
1 dan 2 0.10 + + ++ ++ +++ ++ +++ ++
3 dan 4 0.15 + + ++ + +++ + +++ +
5 dan 6 0.2 + + ++ + +++ ++ +++ ++
7 dan 8 0.25 + + ++ + ++ + +++ +
9 dan 10 0.3 + + +++ + +++ + +++ +
11 dan 12 0.35 + + ++ + +++ ++ +++ ++
Keterangan: + : Keruh
++ : Agak keruh
+++ : Jernih
++++: Sangat jernih
5

Hasil pengujian kitosan sebagai adsorben logam berat dan antibakteri pada
Tabel 1 menunjukkan perubahan yang berbeda di setiap waktu pengamatan.
Pengamatan kitosan menit ke-0 menunjukkan belum terjadinya penyerapan logam
berat dan antibakteri pada sampel. Pengamatan kitosan menit ke-5 mulai terjadi
penyerapan logam Cu yang ditunjukkan dengan perubahan sampel menjadi agak
keruh hingga jernih dan aktivitas antibakteri pada meja 1. Pengamatan menit ke-10
dan menit ke-15 telah terjadi penyerapan logam yang menyeluruh ditunjukkan
dengan perubahan warna larutan menjadi jernih. Keberadaan aktivitas antibakteri
pada pengamatan menit ke-10 dan menit ke-15 terhadap ragi mulai terjadi dengan
perubahan warna sampel menjadi agak keruh.

Pembahasan

Antibakteri merupakan senyawa biologis atau kimia yang dapat


mengganggu pertumbuhan dan aktivitas bakteri, khususnya pada bakteri yang
merugikan manusia. Antibakteri yang memiliki kemampuan membunuh bakteri
disebut bakterisidal dan fungisidal untuk antifungi, sedangkan antibakteri yang
mempunyai kemampuan hanya menghambat pertumbuhan bakteri disebut
bakteristatik dan fungistatik untuk antifungi. Kitosan merupakan salah satu produk
hasil perikana yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan antibakteri,
karena mengandung enzim lysosim dan gugus aminopolysacharida yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dan efisiensi daya hambat kitosan terhadap
bakteri. Mekanisme kerja larutan kitosan yang bersifat bakteriostatik mampu
menghambat metabolisme kerja dari sel bakteri sehingga dapat menghambat
pertumbuhannya. Kitosan memberikan aktivitas antibakteri terhadap beberapa
bakteri seperti E. coli, S. aureus, Pseudomona aeruginosa dan Salmonella
paratyphi (Wulandari et al. 2015).
Logam berat merupakan suatu elemen kimiawi metalik dan metaloida yang
mempunyai bobot atom dan bobot jenis yang tinggi. Logam berat dapat bersifat
racun bagi bagi mahluk hidup sehingga dapat membahayakan kesehatan mahluk
hidup. Logam berat dilingkungan perairan dapat disebabkan oleh adanya limbah
dari industri rumah tangga ataupun industri lainnya. Limbah industri masuk
kedalam perairan melalui 3 cara, yaitu pembuangan limbah yang tidak terkontrol,
adanya tumpahan minyak yang mengandung logam berat serta adanya pembakaran
minyak yang banyak mengandung hidrokarbon. Jenis-jenis logam berat yang pada
umumnya dapat membahayakan kesehatan makhluk hidup adalah Pb, Cu, Zn dan
Hg (Handayani et al. 2016).
Kitosan dapat digunakan sebagai antibakteri karena dapat merusak struktur
membrane bakteri bila terjadi kontak dengan kitosan. Kitosan lebih mampu menjadi
antimikroba dengan berbagai konsentrasi yang beragam. Kitosan dapat lebih
berperan pada bakteri gram negatif seperti Escherichia coli dibandingkan bakteri
gram negatif seperti Staphylococcus aureus, ini dikarenakan dinding sel bakteri
gram negative lebih tebal dibandingkan dengan bakteri gram positif. Logam berat
adalah senyawa logam yang memiliki densitas atau kerapatan tinggi dan merupakan
pencemar yang banyak di jumpai pada lingkungan darat maupun perairan.
Keberadaan logam berat ini akan mempengaruhi keberadaan organism pada
lingkungan tersebut, karena dapat meracuni dan menyebabkan kematian organism
6

bila melewati ambang batas yang di tetapkan. Kandungan logam berat dapat
diadsorbsi menggunakan kitosan. Kitosan sebagai absorben logam berat dapat
berlangsung secara spontan dengan menyerap kation kation logam berat dalam
bentuk basa lewis sehingga kitosan dapat menyerap logam berat dalam keadaan pH
sekitar netral (Shyam dan Raut 2014)
Kitosan merupakan produk turunan kitin yang termasuk ke dalam
biopolimer kedua terbanyak setelah selulosa dan banyak ditemukan pada cangkang
Crustacea. Aplikasi kitosan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dapat digunakan
sebagai bahan adsorben logam berat. Kitosan dapat menjadi flokulan dan agen
kelasi dalam proses penghilangan logam berat yang terkandung di dalam air limbah
industri. Kitosan dapat menyerap logam Cu(II), Cr(IV), Fe(II), dan Zn(II) pada air
limbah industri (Mohanasrinivasan et al. 2014). Penyerapan logam oleh kitosan
pada konsentrasi rendah cenderung membentuk ikatan khelat dengan gugus amina.
Gugus amina dan gugus hidroksi memiliki elektron bebas yang dapat mengikat
proton pada ion logam membentuk suatu kompleks. Interaksi antara atom N dengan
iom logam lebih kuat dibandingkan dengan ikatan antara ion H + dengan atom N.
Kekuatan interaksi yang berbeda disebabkan oleh interaksi elektrostatik antara ion
logam polivalen dengan pasangan electron bebas dari atom N yang lebih kuat
(Febriasari et al. 2016).
Faktor yang mempengaruhi kitosan sebagi penyerap logam salah satunya
Kitosan sebagai polimer kationik yang dapat mengikat logam dimana gugus amino
yang terdapat pada kitosan berikatan dengan logam dapat membentuk ikatan
kovalen. Prinsip dasar dalam mekanisme pengikatan antara kitosan dan logam berat
yang terkandung dalam limbah cair adalah prinsip penukar ion. Kitosan dapat
berfungsi sebagai adsorben terhadap logam dalam air karena chitosan mempunyai
gugus amino bebas (-NH2) dan hidroksil yang berfungsi sebagai situs chelation
(situs ikatan koordinasi) ion logam guna membentuk chelate. Kitosan mampu
menjadi salah satu solusi mengurangi pencemaran logam berat di perairan, karena
mampu mengikat ion-ion logam berat dengan memanfaatkan gugus hidroksil dan
amina yang terdapat pada chitosan. (Ahmad et al. 2015).
Kitosan sebagai anti bakeri dan penyerap logam berat pada praktikum kali
ini menunjukkan hasil baik. Hasil pengujian anti bakteri dengan media ragi
mendaptkan hasil yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Damayanti
et al. (2016) yang mendaptkan hasil semakin lama penggunaan kitosan sebagai anti
bakteri maka semakin sedikit koloni bakteri yang ada. Hasil yang berbeda ini di
sebabkan oleh konsentrasi kitosan dan lama waktu pengamatan dalam penggunaan
kitosan sebagai antibakteri. Hasil pengujian kitosan sebagai pengikat logam berat
pada praktikum ini mendapatkan hasil semakain lama waktu perendaman kitosan
dalam cairan yang mengandung logam semakin banyak logam yang bisa di ikat.
Hasil praktikum ini mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Supriantini et al. (2018) dimana dalam penelitiannya mendaptkan
hasil semakin lama perendemann kitosan dalam air yang mengandung logam berat
semakin banyak logam yang diserap. Hasil ini bisa terjadi karena kitosan
merupakan adsorben logam.
7

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Pengujian senyawa antibakteri menggunakan ragi dan uji penyerapan logam


berat menggunakan Cu yang dilarutkan dalam air. Hasil dari pengujian semakin
lama waktu pencampuran larutan dan semakin banyak konsentrasi kitosan yang
digunakan maka akan semakin jernih larutan tersebut. Hal tersebut menunjukkan
kitosan positif sebagai senyawa antibakteri dan penyerap logam berat.

Rekomendasi

Pengujian antibakteri menggunakan senyawa radikal bebas sintetis


sehingga dapat dipastikan bahwa kitosan sebagai senyawa antibakteri. Pembuatan
larutan logam berat dan konsentrasi penambahannya diketahui secara jelas
jumlahnya sehingga dapat diketahui batas penggunaan kitosan sebagai zat penyerap
logam. Logam berat yang digunakan ditambkan logam berat lainnya seperti Zn
(seng).

DAFTAR ISI

Ahmad M, Ahmed S, Swarni BL, Ikram S. 2015. Adsorption of heacy metal ions:
role of chitosan and cellulose for water treatment. International Journal of
Pharmacognosy. 2(6): 280-289.
Arnata IW, Anggreni AAMD. 2013. Rekayasa bioproses produksi bioetanol dari
ubi kayu dengan teknik ko-kultur ragi tape dan Saccharomyces cerevisiae.
Jurnal Agrointek. 7(1): 21-29.
Asni N, Saadilah MA, Saleh D. 2014. Optimalisasi sintesis kitosan dari cangkang
kepiting sebagai adsorben logam berat Pb (II). Jurnal Fisika dan
Aplikasinya. 15(1): 1-8.
Damayanti E. Rochima E. Hasan. 2016. Aplikasi kitosan sebagai antibakteri pada
filet patin selama penyimpanan suhu rendah. JPHPI. 19(3): 321-328
Erlina, Umiatin, Budi E. 2015. Pengaruh konsentrasi larutan KOH pada karbon
aktif tempurung kelapa untuk adsorbsi logam Cu. Prosiding seminar
nasional fisika. 4: 55-60.
Febriasari A, Maulana A, Nurdin. 2016. Uji kemampuan kitosan dan selulosa pada
proses penyerapan logam Fe dan Zn yang terkandung dalam limbah oli
bekas dengan metode kolom filtrasi. Analit: Analytical and Environmental
Chemistry. 1(1): 1-7.
8

Handayani MF, Muhlis, Gunawan ER. 2016. Analisis kandungan logam berat Pb
pada sedimen dan kerang darah (Genus: Anadara) di perairan pantai labuhan
tereng kabupaten lombok Barat. Jurnal penelitian pendidikan IPA. 2(2): 68-
77.
Hariati S, Wahjuningrum D, Yuhana M, Tarman K, Effendi I, Saputra F. 2018.
Aktivitas antibakteri ekstrak kapang laut Nodulisporium sp. KT29 terhadap
Vibrio harveyi. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 21(1): 250-
257.
He X, Li K, Xing R, Liu S, Hu L, Li P. 2016. The production of fully deacetylated
chitosan by compression method. Egyptian Journal of Aquatic Research.
42(1): 75-81.
Luthfi OM, Rijatmoko S, Isdianto A, Setyohadi D, Jauhari A, Lubis AA. 2017.
Kandungan logam esensial tembaga (Cu) di lingkaran tahun karang Porites
lutea dari perairan cagar alam pulau sempu malang. Dinamika Maritim.
6(1):23-26.
MohanasrinivasanV, Mishra M, Paliwal JS, Singh SK, Selvarajan E, Suganthi V,
Devi CS. 2014. Studies on heavy metal removal efficiency and antibacterial
activity of chitosan prepared from shrimp shell waste. Biotechnology. 4:
167-175.
Nur M. 2017. Pengaruh kitosan terhadap jumlah osteoklas dan osteoblas pada tikus
galur wistar model menopause. Journal of Islamic Medicine. 1(2): 76-87.
Olohigbe AB, Etiosa OR, Wesley O. 2018. Highly deacetylated chitosan as low-
cost adsorbent material for removal of heavy metals from water. Asian
Journal of Physical and Chemical Science. 5 (2): 1-7.
Sarwono R. 2015. Pemanfaatan kitin/kitosan sebagai bahan antimikroba. JKTI.
12(1): 32-38.
Setiawan H. 2013. Akumulasi dan distribusi logam berat pada vegetasi mangrove
di perairan pesisir Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Kehutanan. 7(1): 12-24.
Shyam RK, Raut AR. 2014. Adsorption studies for the removal heavy metal by
chitosan - g – polyacrylicacid-co-acrylamide composite. Science Journal of
Analytical Chemistry. 2(6): 67-70.
Supriyantini E. Yulianto B. Ridlo A. Sedjati S. Nainggolan AC. 2108. Pemanfaatan
chitosan dari limbah cangkang rajungan (portunus pelagicus) sebagai
adsorben logam timbal (pb). Jurnal Kelautan Tropis. 21(1):23–28
Wulandari K, Sulistijowati R, Mile L. Kitosan Kulit Udang Vaname (L. Vannamei)
Sebagai Edible Coating Pada Bakso Ikan Tuna (Thunnus Sp.). KIM
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. 2(3): 1-8.
9

LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi praktikum

Pengamatan menit ke-0 Pengamatan menit ke-5

Pengamatan menit ke-10 Pengamatan menit ke-15

Lampiran 2 Pembagian tugas

Ismail (C34160024): pembahasan 5, banlit


Rifda Rizkina (C34160037): hasil dan pembahasan 4
Wafa I (C34160021): pendahuluan, tinpus 1
Egi bening (C34160004): metodologi, pembahasan 3
Febby Amanda (C34160020): tinpus 2, pembahasan 1
Faisal AL (C34160018): tinpus 4, pembahasan 2
Immatul Ulya (C34160014): penutup dan lampiran
Intan Ariyanti (C34160095): tinpus 3, editor

Anda mungkin juga menyukai