Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN OLEH :

AHMAD SYAMSUDIN

DELLA SUKAWATI

DARAS HERDIAN

EUIS RATNASARI

PERMANA AJI

RENI SEPTIANI

RISKA PRATIWI

RYANTI DEBI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA KARAWANG

Jl. Pangkal Perjuangan KM 01 bay pass Karawang

2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan
Gerontik pada Tn K di rpstw Karawang. Tak lupa kami haturkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini. Begitupun kepada dosen
yang membimbing kami guna menyelesaikan asuhan keperawatan gerotik ini. Meskipun
masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam asuhan keperawatan gerontik ini, tapi
kami selalu berusaha agar asuhan keperawatan yang kami buat bisa bermanfaat baik bagi
kami sendiri maupun orang lain.

2
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

Pendahuluan .............................................................................................................

BAB II

Definisi ...........................................................................................................

Etiologi ...........................................................................................................

Tanda dan gejala ................................................................................................

Patofisiologi ............................................................................................................

Penatalaksanaan ...............................................................................................

Pemeriksaan diagnostik ...................................................................................

Asuhan keperawatan ..................................................................................

BAB III

Tinjauan kasus ..............................................................................................

BAB IV

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan muskuloskeletal adalah salah satu kondisi yang mempengaruhi sistem
muskuloskeletal yang dapat terjadi pada tendon, otot, sendi, pembuluh darah dan atau saraf
pada anggota gerak. Gejala dapat berupa nyeri, rasa tidak nyaman, kebas pada bagian yang
terlibat dan dapat berebeda derajat keparahannya mulai dari ringan sampai kondisi berat dan
lemah (HSE, 2014)
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Khusus
1) Untuk memenuhi tugasi kami dalam mata kuliah keperawatan gerontik semester Vyang
di bimbing oleh Ibu Nita Puspita,S.Kep
Tujuan Umum
1) Menambah ilmu pengetahuan kami tentang penyakit gangguan muskuloskeletal
2) Mengetahui ilmu pengetahuan kami tentang terapi komplemeter untuk rematoid artritis
3) Dapat mempraktikkan terapi komplementer rematoid artritis
C. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan rematoid artritis?
2) Apa saja terapi komplementer untuk rematoid artritis?
3) Apa saja terapi modalitas untuk rematoid artritis?
D. Sistematika penulisan
 Bab I pendahuluan terdiri dari: latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah,
dan sistematika penulisan.
 Bab II Konsep teori teridiri dari: pengertian dan terapi komplemeter.
 Bab III Pelaksanaan terdiri dari pengumpulan data, daftar masalah keperawatan,
diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas, rencana tindakan keperawatan,
pelaksanaan tindakan dan evaluasi serta asuhan keperawatan.
 Bab IV penutup terdiri dari: kesimpulan dan saran
 Daftar pustaka

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Reumatoid artritis adalah penyakit inflamasi kronis dan sistemik yang simetris, yang terutama
menyerang sendi perifer dan otot tendon, ligamen, dan pembuluh darah di sekitarnya. Remisi
spontan dan eksaserbasi yang tidak dapat diperkirakan menandai jalannya penyakit yang
menyebabkan kecacatan ini.

B. Etiologi
Penyebab penyakit ini belum diketahui tetapi berbagai teori menyebutkan faktor infeksi,
genetik, dan endokrin.

C. Tanda dan Gejala


1. Awalnya, gejala nonspesifik tidak kentara (keletihan, malaise, anoreksia, demam
derajat rendah yang menetap, penurunan beras badan, dan gejala artikular samar,
seperti pembengkakan serta kekauan sendi yang terjadi.
2. Pada tahap lanut penyakit, gejala artikular terlokalisasi, paling sering pada jari di
bagian interfalangeal proksimal, metakarpofalangeal, dan sendi metatarsofalangeal,
biasanya terjadi bilateral dan simetris dan dapat meluas ke pergelangan tangan, siku,
lutut, serta pergelangan kaki.
3. Kekakuan sendi (setelah inaktivitas, khususnya ketika bangun pagi hari), nyeri tekan
dan kesakitan (pertama-tama terasa dengan gerakan, tetapi akhirnya bahkan pada saat
istirahat), serta penurunan fungsi sendi, akhirnya deformitas dan kontaktur sendi,
khususnya jika peyakit aktif berlanjut.
4. Nodul rheumatoid pada daerah yang tertekan seperti siku (temuan ekstra artikular
tersering)
5. Jari berbentuk kumparan (akibat edema nyata dan kongesti pada sendi), dapat menjadi
permanen pada deformitas leher angsa yang khas (hiperekstensi sendi interfalangeal
proksimal disertai fleksi permanen sendi interfalangeal distal) atau pada dformitas

5
boutonniere (fleksi persisten sendi interfalangeal proksimal degan hiperekstensi sendi
interfalangeal distal) tangan tampak memendek
6. Otot kaku, lemah atau nyeri

D. Patofisiologi

Adanya gangguan metabolism purin

Akumulasi asam urat yang berlebihan dalam darah

Kristalisasi asam urat menumpuk dalam tubuh

Menimbulkan iritasi local pada sendi

Respon inflamasi
(Suratun, 2008)

E. Penatalaksanaan
1. Istirahat mutlak pada tingkat akut atau memakai bidai sendi
2. Terapi fisik, bantu latihan ROM, dan kompres
3. Pembedahan rekonstruksi jika perlu atau sesuai program
4. Pengobatan dengan obat-obat antiinflamasi nonsteroid dan kortikosteroid

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar-X menunjukkan demineralisasi tulang dan pembengkakan jaringan tulang pada
tahap awal.
2. Uji faktor reumatoid positif pada 75% sampai 80% pasien. Meskipun adanya faktor
reumatoid tidak dapat memastikan prognosis tersebut.
3. Analisis cairan sinovialmenunjukkan peningkatan volume dan kekeruhan (turbiditas).
4. Elektroforesis protein serum menunjukkan peningkatan kadar globulin serum

6
5. Laju endapan eritrosit (ESR) meningkat pada 85% sampai 90% pasien.
6. Hitung darah lengkap biasanya menunjukkan anemia sedang dan leukosit ringan.

G. Pengobatan Tradisional (Batral)


Resep 1
genggam daun belimbing wuluh muda dan segar
10 buah bunga cengkih
10 butir biji lada
Cuka secukupnya
Keempat bahan diatas dipipis hingga berbentuk pasta, lalu dioleskan pada bagian yang sakit.
Perbaharui olesan setiap 3 jam
Resep 2
Baluri daerah yang nyeri dengan tumbukan jahe, bisa ditambah dengan 5 siung bawang
merah dan beras yang ditumbuk.
(Modul Praktek Keperawatan Gerontik pada pasien reumatik)

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
 Aktivitas / istirahat
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada
sendi : kekakuan pada pagi hari. Keletihan
Tanda: Malaise
Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada
sendi dan otot
 Kardiovaskular
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun
 Integritas ego
Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan Keputusasaan dan ketidak berdayaan
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya
ketergantungan pada orang lain

7
 Makanan atau Cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat : mual anoreksia Kesulitan untuk mengunyah
Tanda: Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa
 Higient
Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan
pada orang lain
 Neurosensori
Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan
Tanda: Pembengkakan sendi
 Nyeri / kenyamanan
Gejala: fase akut dari nyeri, terasa nyeri kronis dan kekakuan
 Keamanan
Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
Kekeringan pada mata dan membran mukosa
 Interaksi sosial
Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi

1. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
2) Intoleran aktivitas b/d perubahan otot
3) Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang
4) Perubahan pola tidur b/d nyeri
5) Deficit perawatan diri b/d nyeri
6) Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas umum

8
2. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA 1: Nyeri akut,Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

 kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan  membantu dalam menentukan kebutuhan
intensitas (skala 0 – 10). Catat managemen nyeri dan keefektifan program
factor-faktor yang mempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit non verbal

 berikan matras atau kasur keras,  matras yang lembut/empuk, bantal yang besar
bantal kecil. Tinggikan linen tempat akan mencegah pemeliharaan kesejajaran
tidur sesuai kebutuhan tubuh yang tepat, menempatkan setres pada
sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi / nyeri
 pada penyakit berat, tirah baring mungkin
 biarkan pasien mengambil posisi diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera
yang nyaman pada waktu tidur atau sendi
duduk di kursi. Tingkatkan istirahat
di tempat tidur sesuai indikasi

 dorong untuk sering mengubah  Mencegah terjadinya kelelahan umum dan


posisi. Bantu pasien untuk bergerak kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
di tempat tidur, sokong sendi yang mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi
sakit di atas dan di bawah, hindari
gerakan yang menyentak

 anjurkan pasien untuk mandi air  Panas meningkatkan relaksasi otot dan
hangat atau mandi pancuran pada mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
waktu bangun. Sediakan waslap melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas

9
hangat untuk mengompres sendi- pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal
sendi yang sakit beberapa kali sehari. dapat disembuhkan
Pantau suhu air kompres, air mandi
 Meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan
 berikan masase yang lembut otot

 Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan


kolaborasi
otot, memudahkan untuk ikut serta dalam
 beri obat sebelum aktivitas atau terapi
latihan yang direncanakan sesuai
petunjuk seperti asetil salisilat
(aspirin)

10
DIAGNOSA 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot

Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan

INTERVENSI RASIONAL

 Perahankan istirahat tirah  Untuk mencegah kelelahan dan


baring/duduk jika diperlukan. mempertahankan kekuatan.

 Bantu bergerak dengan bantuan  Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot


seminimal mungkin dan stamina umum.

 Dorong klien mempertahankan  Memaksimalkan fungsi sendi dan


postur tegak, duduk tinggi, berdiri mempertahankan mobilitas.
dan berjalan.
 Menghindari cedera akibat kecelakaan
 Berikan lingkungan yang aman dan seperti jatuh.
menganjurkan untuk menggunakan
alat bantu.  Untuk menekan inflamasi sistemik akut

 Berikan obat-obatan sesuai indikasi


seperti steroid

11
DIAGNOSA 3 : Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang

Kriteria Hasil : klien dapat mepertahankan keselamatan fisik

INTERVENSI RASIONAL

 Kendalikan lingkungan dengan :  Lingkungan yang bebas bahaya akan


Menyingkirkan bahaya yang mengurangi resiko cedera dan membebaskan
tampak jelas, mengurangi potensial keluaraga dari kehawatiran yang konstan
cedera akibat jatuh ketika tidur
misalnya menggunakan
penyanggah tempat tidur, usahakan
posisi tempat tidur rendah,
gunakan pencahayaan malam
siapkan lampu panggil  Hal ini akan memberikan pasien merasa
otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi,
 Memantau regimen medikasi mengegetkan pasien akan meningkatkan
ansieas
 Izinkan kemandirian dan kebebasan
maksimum dengan memberikan
kebebasan dalam lingkungan yang
aman, hindari penggunaan restrain,
ketika pasien melamun alihkan
perhatiannya ketimbang
mengagetkannya

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. TINJAUAN KASUS
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. K
TTL : Karawang, Februari 1926
Umur : 92
Alamat : karawang
Pendidikan : Tidak sekolah
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Sunda
Agama : Islam
Status perkawinan : Sudah Menikah (Duda)

2. STATUS KESEHATAN SAAT INI


Tn. K mengatakan nyeri di daerah persendian, nyerisaat berjalan atau bergerak dan
nyeri kadang-kadang.

3. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Tn. K dulu tidak mempunyai riwayat kesehatan pada masa lalu.

4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Menurut Tn. K tidak ada keluarga dengan penyakit yang sama.

5. RIWAYAT MASUK PANTI


Tn. K mengatakan tidak pernah masuk panti sebelumnya.
6. TINJAUAN HEAD TO TOE
a. Keadaan umum
Keadaan baik, kesadaran CM
b. Pengkajian Head to Toe
 Penampilan umum : sakit ringan
 Tingkat kesadaran : Compos mentis
 Tanda-tanda vital :
 TD 140/80 mmHg
 N: 90x / menit
 R : 25x/ menit
 S: 36o c
 BB/TB : 165 cm/54 kg
 Lingkar kepala : tidak dilakukan
 Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat,
bola mata simetris.

13
 Hidung : Simetris, bersih tidak ada secret, tidak ada
nyeri tekan.
 Mulut : Kotor, ada karies gigi, ada plak gigi. Mukosa
bibir lembab.
 Telinga : bersih, tidak ada serumen, tidak ada nyeri
tekan.
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan
tidak ada Pembesaran kelenjar getah bening.
 Dada : ekspansi dada simetris dan bentuk dada
normal. Bunyi nafas vesikuler, pola nafas regular, tidak ada retraksi
dada, irama jantung regular, bunyi jantung normal S1, S2(lup dup).
 Abdomen : datar, bising usus 8 x/menit, timpani, tidak ada
Nyeri tekan dan nyeri lepas.
 Ekstremitas : akral hangat, tidak ada oedema, ada nyeri di
bagian kaki.
 Integument : turgor kulit elastic
 Refleks fisiologis : normal
 System pencernaan : kurang baik, karena klien kurang nafsu makan
karena kesibukan klien yang bekerja sebagai penarik ojek, biasanya
klien ditempat dia mangkal dia makan dengan mie rebus, dirumah
makan dua kali sehari kadang-kadang hanya satu kali sehari, menu
makan nasi, tempe, ikan dan sayur.
 System pernafasan : klien tidak sesak nafas, bunyi nafas vesikuler,
dada simetris, tidak menggunakan otot bantu nafas, tidak ada retraksi
dada,
 System perkemihan : klien BAK 6 kali sehari, tidak ada nyeri saat
berkemih, bunyi Timpani (dalam batas normal)
 System integument : turgor kulit elastic, tidak ada lesi, tidak
adajaringan parut.
 System musculoskeletal : kekuatan otot klien berada pada nilai 5
berarti kekuatan Otot baik.
 System penginderaan : klien tidak ada masalah pada system
penginderaan
 System reproduksi : tidak ada masalah
 System endokrin : tidak ada masalah
 System persarafan :tidak ada masalah
 System kardiovaskuler : bunyi jantung vesikuler, irama jantung regular

7. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Psikososial
Tn. K mengatakan pasrah akan penyakitnya dan ia bersyukur selama
penyakitnya tidak terlalu serius.

14
b. Emosional
Tn. K mengatakan tidak pernah marah selama dipanti, Tn. K merasa nyaman
tinggal dipanti.

PERTANYAAN TAHAP 1
 Apakah klien mengalami perubahan pola tidur? TIDAK
 Apakah klien mengalami perubahan mood? TIDAK
 Apakah klien mengalami susah tidur ? TIDAK
 Apakah klien mengalami perubahan konsentrasi ? TIDAK
lanjutkan pe pernyataan tahap 2 jika lebih dari atau sama
dengan 1 jawaban ‘YA’

PERNYATAAN TAHAP 2

 Keluhan lebih dari tiga bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
 Ada masalah atau banyak pikiran ?
 Ada gangguan masalah dengan keluarga lain ?
 Menggunakan obat tidur atau penenang atas saran dokter?
 Cenderung mengurung diri ?
bila lebih dari sama dengan 1 jawaban “Ya”
MASALAH EMOSIONNAL
c. Spiritual
Tn. K beragama islam dan selalu melaksanakan solat 5 waktu.

8. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN


 KATZ indeks
Interpretasi :
Termasuk / kategori apa yang manakah klien ?
 Madiri dalam makan, kontinensia, (BAK, BAB), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi.
 Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi diatas
 Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
 Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi yang lain.
 Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi yang lain
 Manidiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
fungsi yang lain.
 Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
 Lain-lain (minimal ada 2 ketergantungan yang tidak sesuai dengan
kategori di atas)
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari
orang lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi
dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.

15
 Modifikasi dari Barthel Indeks
No KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
1. Makan Frekuensi : 3x sehari
Jumlah : 1 piring
0 10
Jenis : sayur dan lauk
pauk
2. Minum Frekuensi : jika haus
0 10 Jumlah : 3-5 liter/ hari
Jenis : air teh, air putih
3 Berpindah dari kursi roda ke Tn. K melakukan
0 10
tempat tidur, sebaliknya dengan mudah
4 Personal oilet (cuci muka Frekuensi : 3x sehari
0 10
menyisir rambu, gosok gigi)
5 Keluar masuk toilet Tn. K Melakukanya
(membuka pakaian , menyeka 0 10 sendiri
tubuh, menyiram)
6 Mandi 0 10 Frekuensi : 3x sehari
7 Jalan di permukaan datar Tn. K melakukanya
3 8
sendiri
8 Naik turun tangga Tn. K melakukanya
3 7
sendir
9. Mengenakan pakaian Tn. K melakukanya
0 10
sendiri
10 Control bowel (BAB) Frekuensi : 1-2 xsehari
0 10
Konsistensi : semi solid
11 Control bladder Frekuensi : 3-4 x sehari
0 10
Warna : kuning
12 Olahraga/latihan Frekuensi : tidak pernah
0 10
Jenis : -
13 Rekreasi pemanfaatan Jenis : menonton tv atau
5 5
waktuluang bercengkrama
TOTAL 11 120

Keterangan :
a. 130 : mandiri
b. 60-125 : ketergantungan sebagian
c. 55 : ketergantungan total
Hasil perhitungan adala 120, jadi Tn. K melakukan kegiatan sehari-hari
secara mandiri

16
9. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK
 SPSMQ (Short portable mental status quesioner)
Mental Status Quesioner (SPMSQ)
Instruksi : ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan dan masukkan
jawaban dalam interpretasi

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


 01 Tanggal berapa hari ini ?
 02 Hari apa sekarang ini?
 03 Apa nama tempat ini?
 04 Dimana alamat anda?
 05 Berapa umur anda?
 06 Kapan anda lahir ?
 07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
 08 Siap presiden Indonesia sebelumnya ?
 09 Siapa nama ibu anda?
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari dari setiap
angka baru semua secara menurun
∑=7 ∑=3

SCORE TOTAL : 7
Interpretasi hasil :
a. Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10 : Kerusakan intelektual berat
Hasil dari perhitungan menunjukan angka 3, jadi kondisi intelektual Tn. K dalam
kondisi utuh.

17
 MMSE (Mini mental status exam)
No ASPEK KOGNITIF NILAI NILAI KRITERIAN
MAKS. KLIEN
1 Orintasi 5 4 Menyebutkan dengan benar
o Tahun
o Musim
o Tanggal
o Hari
o Bulan

Dimana sekarang kita berada?


o Negara
o Provinsi
o Kota
o PSTW
o Wisma
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan
masing-masing obyek. Kemudian
tanyakan kepada klien ketiga obyek
tadi. (untuk disebutkan)
o Obyek (pulpen)
o Obyek (gelas)
o Obyek (tempat tidur)
3 Perhatian dan 5 5 Minta klien untuk memulai dari angka
kalkulasi 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat.
o 93
o 86
o 79
o 72
o 65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada no 2 (registrasi) tadi. Bila
benar 1 poin untuk masing-masing
obyek.
5 Bahasa 9 9 Tunjukan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien
o (buku)
o (sapu)

Minta klien untuk mengulangi kata


berikut : tidak ada jika, dan, atau,
tetapi. Bila benar nilai 1 poin

o Pernyataan benar 2 buah (contoh


: taka da, tetapi)
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah :
“Ambil kertas ditangan anda, lipat dua
18
dan taruh di lantai”
o Ambil kertas ditangan anda
o Lipat dua
o Taruh dilantai

Perintahkan pada klien untuk hal berikut


(bila aktivitas sesuai perintah nilai 1
poin)

o “tutup mata anda”

Perintahkan pada klien untuk menulis


satu kalimat dan menyalin gambar.
o Tulis satu kalimat
o Menyalin gambar

Total 24

Interpretasi hasil :
>23 : aspek kognitif dan fungsi mental baik
18-22 : keruskana aspek fungsi mental
<17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
Hasil dari perhitungan adalah 24, jadi kondisi mental Tn. K dalam keadaan
baik.

10. PENGKAJIAN RISIKO JATUH (MFS)

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET.


1. Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh Tidak 0 0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25

2. Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki Tidak 0 0


lebih dari satu penyakit? Ya 15

3. Alat Bantu jalan: 0


- Bed rest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda-benda di sekitar 30
(kursi, lemari, meja)
4. Terapi Intravena: apakah saat ini lansia Tidak 0
terpasang infus? Ya 20
0
5. Gaya berjalan/ cara berpindah: 20
- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat 0

19
bergerak sendiri)

- Lemah (tidak bertenaga) 10


- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20

6. Status Mental 0
- Lansia menyadari kondisi dirinya 0
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15

Total Nilai 20

Keterangan

Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan

Tidak berisiko 0 - 24 Perawatan dasar

Risiko rendah 25 - 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar

Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko


tinggi
Jadihasildaripengkajianadalah 20, jadi Tn. K tidakberesikojatuh.

20
ANALISA DATA

Nama Klien : Tn. K

Umur : 92 Tahun

Wisma : Aula

No. Data Masala Keperawatan

1. DS : Tn. K mengatakan merasa kesemutan dan baal Nyeri akut


didaerah kakinya jika terkena dingin, dan berkurang
setelah minum obat,

DO : TD 140 / 70 mmHg, Nadi 89 x / menit, Suhu


36,8c, Respirasi 25 x / menit, Ny. E tampak
memegangin kakinya.

2 DS : Tn. K mengatakan susah tidur dimalam hari Gangguan Pola Tidur

DO : Tn. K Tampak kelelahan

Tn. K terlihat lemas

Tn.K terlihat mengantuk dipagi hari

Diagnosa Keperawatan.

1. Nyeri akut akibat proses inflamasi pada daerah kaki b.d kesemutan dan rasa ngilu
pada persendian.
2. Gangguan Pola Tidura

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Nyeri Akut Setelah  Kendalikan  membantu dalam


dilakukan lingkungan menentukan
tindakan
keperawatan 2x dengan : kebutuhan
pertemuan Menyingkirkan managemen
diharapkan bahaya yang nyeri dan
nyeri akut dapat
tampak jelas, keefektifan
teratasi
mengurangi program

21
potensial cedera
akibat jatuh
ketika tidur
misalnya  matras yang
menggunakan lembut/empuk,
penyanggah bantal yang besar
tempat tidur, akan mencegah
usahakan posisi pemeliharaan
tempat tidur kesejajaran tubuh
rendah, gunakan yang tepat,
pencahayaan menempatkan
malam siapkan setres pada sendi
lampu panggil yang sakit.
Peninggian linen
 Memantau regimen tempat tidur
medikasi menurunkan
tekanan pada
 Izinkan sendi yang
kemandirian dan terinflamasi /
kebebasan nyeri
maksimum  pada penyakit
dengan berat, tirah
memberikan baring mungkin
kebebasan dalam diperlukan untuk
lingkungan yang membatasi nyeri
aman, hindari atau cedera sendi
penggunaan
restrain, ketika
pasien melamun
alihkan  Mencegah
perhatiannya terjadinya
ketimbang kelelahan umum
mengagetkannya dan kekakuan

22
sendi.
Menstabilkan
sendi,
mengurangi
gerakan/rasa
sakit pada sendi

 Panas
meningkatkan
relaksasi otot dan
mobilitas,
menurunkan rasa
sakit dan
melepaskan
kekakuan di pagi
hari. Sensitifitas
pada panas dapat
dihilangkan dan
luka dermal
dapat
disembuhkan

 Meningkatkan
relaksasi/mengur
angi tegangan
otot

 Meningkatkan
relaksasi,
mengurangi
tegangan otot,

23
memudahkan
untuk ikut serta
dalam terapi

Gangguan Setelah Ciptakan lingkungan Untuk membuat


Pola Tidur dilakukan
yang nyaman bagi kenyamanan untuk
tindakan
keperawatan 2x pasien tidur
pertemuan Sediakan tempat tidur
diharapkan dengan ketinggian
gangguan pola
tidur dapat yang rendah dan
teratasi sesuai
Sediakan tempat tidur
yang bersih dan
nyaman

IMPLEMENTASI
NO TGL/JAM IMPLEMETASI RESPON PARAF

 Menyingkirkan bahaya Klien mengatakan Ahmad


yang tampak jelas, akan Syamsudin
mempraktekan

24
mengurangi potensial tehnik relaksasi
cedera akibat jatuh untuk mengurangi
nyeri
ketika tidur misalnya
menggunakan
penyanggah tempat
tidur, usahakan posisi
tempat tidur rendah,
gunakan pencahayaan
malam siapkan
lampu panggil
 Memantau regimen
medikasi
 Mengajarkan tehnik
relaksasi untuk
mengurangi nyeri

 Memberikan Klien tampak Ahmad


lingkungan tempat bersemangat untuk Syamsudin
membersihkan
tidur yang nyaman tempat tidurnya
pada pasien
 Membantu
membersihkan
lingkungan tempat
tidur

EVALUASI
NO EVALUASI PARAF

1 S : klien mengetakan nyeri berkurang Ahmad


syamsudin
O : klien tamoak tenang

A : masalah teratasi sebagian

25
P :intervensi dilanjutkan Ahmad
Syamsudin

S : Klien mengatakan tidurnya semalam nyenyak

O : Klien tampak cerah

A : Masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

26
BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data yang kelompok kami peroleh di Wisma Mawar. selama satu minggu,

kebanyakan lansia di wisma mawar mengalami penyakit rematik, dan masing - masing

lansia di Wisma Mawar tidak mengetahui pengertian, tanda dan gejala rematik tapi sudah

dilakukan penyuluhan dan cara pengobatan tradisional. Sekarang para lansia sudah mengerti

dan dapat menerapkan kedalam kehidupan sehari-hari apa yang sudah di berikan pendidikan

kesehatan oleh kelompok.

Setelajh dilakukan Asuhan Keperawatan terhadap masalah kesehatannya, respon lansia

sangat baik dan termotivasi untuk menjaga kesehatannya ditandai dengan lansia mau

mengikuti saran dan demontrasi yang diajarkan bagi perawat baik secara kognitif, afektif

dan psikomotor.Adapun dampak dari tindakan yang diberikan untuk para lansia adalah rasa

nyeri yang dirasakan menjadi berkurang.

B. REKOMENDASI

Dari hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan diharapkan kepada pengelola panti

terutama perawat yang bertugas dapat bersinambungan meneruskan Asuhan Keperawatan

terhadap masalah keperawatan yang ada di wisma Mawar berupa presentasi tentang masalah

kesehatan dan cara penanganan dengan obat tradisional.

27
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC. 2002.

28
29

Anda mungkin juga menyukai