PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2FUNGSI PRODUKSI
Fungsi produksi adalah persamaan, tabel atau grafik yang menunjukkan output
komoditas maksimum perusahaan yang bisa diproduksi pada setiap periode waktu kombinasi
input. Satuan input maapun output diukur dalam satuan fisik disamping diukur dalam satuan
moneter.
Persamaan umum untuk fungsi produksi sederhana adalah :
Ǫ = f ( L,K )
Kuantitas output adalah fungsi dari, atau tergantung , dari kuantitas tenaga kerja dan
modal yang digunakan produksi. Output disini berarti jumlah unit barang ( misal mobil )
yang di produksi , tenaga kerja berarti jumlah tenaga kerja yang diperkerjakan dan modal
berarti jumlah perlengkapan yang di gunakan dalam produksi. Suatu fungsi produksi yang
eksplit akan memberikan indikasi secara tepat kuantitas output yang akan diproduksi oleh
perusahaan pada tingkat input tenaga kerja dan modal tertentu.
Apabila di asumsikan bahwa input dan output dapat dibagi secara kontinu atau tidak
terhingga ( ukurannya tidak dalam unit dikret ) kita akan memperoleh jumlah ouput yang
tidak terbatas, masing-masing diperoleh dari satu diantara sejumlah kombinasi tenaga kerja
dan modal yang tidak terbatas yang bisa digunakan dalam produksi.
3
2.3 Produk Total, Rata-rata, Dan Marginal
Dengan menjaga kuantitas salah satu input konstan dan mengubah kuantitas input lain
yang digunakan, kita akan dapat menurunkan produk total (total product) dari input variable.
Sebagai contoh, dengan memegang modal konstan pada 1 unit (K=1) dan meningkatkan
penggunaan unit tenaga kerja dari nol menjadi 6 unit, kita akan menghasilkan produk total
dari tenaga kerja. Dengan 1 unit tenaga kerja (1L), produk total (total product – TP) adalah 3
unit. Dengan 2L, TP = 8. Dengan 3L, TP = 12, dan begitu seterusnya.
Dari skedul produk total kita dapat menurunkan skedul produk marginal dan produk
rata-rata dari input variable. Produk Marginal (marginal product – MP) dari tenaga kerja
(MPL) adalah perubahan dalam bentuk total atau tambahan output akibat perubahan per unit
tenaga kerja yang digunakan, sementara produk rata-rata (average produk – AP) dari
tenaga kerja (APL) sama dengan produk total dibagi dengan kuantitas tenaga kerja yang
digunakan. Sehingga rumusnya adalah :
∆𝑻𝑷
𝑴𝑷𝑳 =
∆𝑳
𝑻𝑷
𝑨𝑷:𝑳 =
𝑳
Karena tenaga kerja meningkat sebanyak 1 unit pada kolom 1, MP L pada kolom 3
diperoleh dengan mengurangi secara berurutan kuantitas TP pada kolom 2. Sebagai contoh,
TP meningkat dari nol menjadi 3 unit ketika unit pertama tenaga kerja digunakan. Sehingga,
MPL = 3. Untuk penambahan tenaga kerja dari 1L menjadi 2L, TP meningkat dari 3 unit
menjadi 8 unit, sehingga MPL = 5, dan begitu selanjutnya. Kolom 4 pada table 6-2
menunjukkan APL. hal ini sama dengan TP (kolom 2) dibagi dengan L (kolom 1 ). Sehingga,
dengan 1 unit tenaga kerja (1L), APL = 4 dan begitu seterusnya.
Kolom 5 pada table 6-2 menunjukkan produksi (production) atau elastisitas output
(output elasticity) dari tenaga kerja (EL). Elastisitas output mengukur persentasee perubahan
output dibagi dengan persentase perubahan pada jumlah tenaga kerja yang digunakan.
Sehingga rumusnya adalah :
%∆𝐐
𝐄𝐋 =
%∆𝐋
4
2.4 Produk Total, Marginal, dan rata-rata dari Tenaga kerja dan
Elastisitas Output
(dengan K = 1), TP atau output tumbuh secara proporsional terhadap pertumbuhan input
tenaga kerja. Untuk unit kedua tenaga kerja EL = 1,25 (artinya, TP atau output tumbuh
menjadi lebih besardari peningkatan L), dan seterusnya.
Dengan meletakkan produk total, Marginal, dan Rata-rata dari tenaga kerja
menghasilkan kurva produksi. TP tumbuh menjadi 14 unit dengan 4L, tetap sebanyak 15 unit
5L dan kemudia menjadi 12 unit 6L. Alasannya dengan tambahan tenaga kerja keenam, para
pekerja mulai tumpang tindih dan produk total pun menurun. Karena produk marginal dari
tenaga kerja berarti perubahan dalam produk total akibat peruabahan per unit penggunaan
tenaga kerja, setiap nilai MPL , diplot setengah jalan diantara kuantitas tenaga kerja yang
digunakan. Sehingga, MPL sebanyak 3 unit output yang dihasilkan dengan bergerak dari 0L
menjadi 1L diplot 0,5. MPL sebesar 5 yang dihasilkan menambah tenaga kerja dari 1L
menajdi 2L diplot pada 1,5L dan begitu selanjutnya. Kurva MP L naik sampai output sebanyak
5 unit pada 1,5 L dan kemudian menurun. Melewati 4,5 L , MPL mulai negative.
5
Ini berkaitan dengan persilangan pada K = 2. Dari fungsi dan kurva TP, kita dapat
menurunkan fugsi MPL dan APL . meskipun nilai actual dari TPL dan MPL dan APL untuk K =
2 akan berbeda dengan K=1, bentuk kurvanya secara umum akan sama.
6
menurun bukanlah suatu teori yang bisa dibuktikan atau disanggah dengan logika, tetapi
merupakan hokum fisik yang secara empiris telah dibuktikan selalu benar. Hubungan antara
kurva MPL dengan ApL –apat digunakan untuk mendefenisikan tiga tahapan produksi dari
tenaga kerja (input variable). Daerah antara titik 0 (awal) sampai dengan kurva AP L
maksimum merupakan tahapan I dari produksi untuk tenaga kerja. Tahapan II dari
produksi untuk tenaga kerja merupakan lanjutan dari titik-titik dimana APL maksimum
sampai dengan titik dimana MPL nol. Daerah dimana MPL negative adalah Tahapan III dari
produksi untuk tenaga kerja. Produsen yang rasional tidak akan beroperasi pada tahap III
dari tenaga kerja, bahkan jika wktu tenaga kerja gratis sekalipun karena MPL negative.
Hal ini berarti output yang lebih besar atau TP dapat diproduksi dengan menggunakan
tenaga kerja yang lebih sedikit. Demikian juga, produsen tidak akan berproduksi pada tahap I
dari tenaga kerja karena berkaitan dengan tahap III dari modal. Jadi, produsen yang rasional
akan beroperasi pada tahap II dimana MP dari keuda factor adalah positif tetapi menurun.
Ttitik atau posisinya persis pada tahap II dimana produsen yang rasional berproduksi
tergantung pada harga input dan output.
7
2.6 PENGGUNAAN INPUT VARIABEL SEACARA OPTIMUM
Berapa banyak tenaga keja (input variable dalam diskusi terlebih dahulu) yang harus
digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan maksimum?
Jawabannya adalah bahwa perusahaan harus memperkejakan tambahan satu unit tenaga kerja
sepanjsng tambahan penerimaan yang dihasilkan dari penjualan output yang diproduksi
melebihi tambahan biaya karena memperkerjakan tenaga kerja tersebut. Perusahaan akan
merugi dengan menambah unit tenaga kerja apabila tambahan penerimaan yang dihasilkan
lebih kecil dari pada tambahan biaya yang terjadi.
Tambahan penerimaan yang dihasikan dengan penggunaan tambahan unit ternaga
kerja disebut produk pendapatan marginal (marginal revenue product-MRP) dari tenaga
kerja (MPR1). Ini sama dengan produk marginal dari tenaga kerja (marginal product of labor-
MP1) dikalikan pendapatan marginal (marginal revenue-MR) dari penjualan output tambahan
yang diproduksi. Dimana,
MPRL = (MP1) (MR)
Disisi lain, tambahan biaya karena menambah unit tenaga kerja atau biaya marginal
sumber daya (marginal resource cost-MRC1) tenaga kerja adalah sama dengan peningkatan
biaya total perusahaan akibat menambah unit tenaga kerja. Artinya,
∆TC
𝑀𝑅𝐶𝑙 =
∆L
Sehingga, suatu perusahaan harus terus mempekerjakan tenaga kerja sepanjang MRPL
> MRCL sampai dengan MRPL = MRCL. Kolom 2 pada Tabel 6-3 menunjukkan produk
marginal tenaga kerja yang diperoleh dari kurva MPL dalam tingkat 2 dari produksi dipanel
bagian bawah figur 6-3 dan 6-4. Kolom 3 menunjukkan pendapatan marginal dari penjualan
tambahan unit komoditas yang diproduksi, dengan asumsi bahwa perusahaan tersebut kecil
dan dapat menjual tambahan unit komoditas pada tingkat harga pasar (P).
8
MPL pada kolom 2 dan MR = P dari komoditas pada kolom 3. Ingat bahwa MRPL
menurun karena MPL menurun. Kolom 5 menunjukkan biaya sumber daya marginal tenaga
kerja dengan asumsi bahwa perusahaan kecil dapat mempekerjakan tambahan unit tenaga
kerja pada tingkat upah pasar yang tetap (w) sebesar $20 untuk setiap setengah hari kerja.
Dari table 6-3, perusahaan sebaiknya mempekerjakan 3,5 unit tenaga kerja karena
pada saat itulah MRL = MRCL = 20. Disisi lain, apabila perusahaan menggunakan lebih
banyak dari 3,5L tenaga kerja, MRPL < MRCL, maka kenaikan biaya total akan lebih besar
dari pada kenaikan penerimaan total, dan laba total akan lebih rendah. Jadi penggunaan
tenaga kerja yang optimum adalah sebanyak 3,5 unit. Ingat, bahwa skedul penerimaan produk
marginal dari tenaga kerja (MRPL) pada kolom 4 dalam table 6-3 mencerminkan skedul
permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja. Hal ini menunjukkan jumlah tenaga kerja yang
diminta oleh perusahaan pada berbagai tingkat upah.Pelu dicatat bahwa MRP dari input
variable dapat diperoleh tidak hanya dengan mengalikan produk marginal dari input dengan
pendapatan marginal dari penjualan output yang diproduksi tetapi dapat juga diperoleh dari
perubahan dalam penerimaan total yang akan menghasilkan perbahan per unit dari input
variabel yang digunakan.
9
tidaklah gratis, perusahaan tidak ingin memproduksi pada daerah isokuan yang memiliki
kemiringan positif.
Garis mendaki (rigde lines) memisahkan bagian isokuan yang relevan dari bagian
yang tidak relevan. Dalam Figur 6-7, garis mendaki 0VI menghubungkan titik – titik dari
berbagai isokuan pada saat isokuan mempunyai kemiringan nol. Isokuan memiliki
kemiringan negative disebelah kiri garis mendaki dan kemiringan positif di sebelah kanan.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa bagian isokuan dengan kemiringan negarif dalam
garis mendaki mencerminkan wilayah ekonomis produksi yang relevan. Ini mengacu pada
tahapan II produksi untuk tenaga kerja dan modal, dimana MPL dan MPK kedua – duanya
positif tetapi menurun. Produsen tidak akan beroperasi diluar area ini. Sebagai hasilnya,
dalam bab ini selanjutnya kita hanya menggambarkan bagian isokuan yang mempunyai
kemiringan negatif.
10
2.9 FUNGSI PRODUKSI EMPIRIS
Fungsi produksi yang secara umum digunakan dalam estimasi adalah fungsi pangkat dari
rumus:
Q = A Ka Lb
Dimana Q,K dan L mengacu pada kuantitas output ,modal,dan tenaga kerja dan A
serta b adalah parameter yang akan di estimasi secara empiris. fungsi persamaan diatas sering
disebut sebagai FUNGSI Produksi Cobb-Douglas (Cobb-Dauglas production function)
sebagai penghormatan terhadap Charles W.Cobbdan Paul H.Douglas yang
mempekenalkannya tahun 1920-an.
Fungsiproduksi Cobb-Douglas mempunyai beberapa ciri yang berguna. Pertama
produk marginal dari modal dan produk marginal dari tenaga kerja tergantung pada kuantitas
dua-duanya. Baik kuantitas modal maupun kuantitas tenaga kerja yang digunakan dalam
produksi. Kedua pangkat K dan L (yaitu a dan b) mencerminkan secara berturut-turut bahwa
elastisitas tenaga kerja dan modal terhadap output (Ekdan El) dan jumlah dari pangkatnya
(yaitu a+b) mengukur skala hasil. Jika a + b =1 kita memperoleh skala hasil tetap. Jika a + b
> 1 kita memperoleh skala hasil meningkat dan a + b < 1 kita memperoleh skala hasil
menurun. Ketiga fungsi produksi Cobb Dauglas dapat di peroleh dengan estimasi melalui
analisa regresi dan mentransformasikannya menjadi:
In Q = In A + a In K + b In L
Persamaan untuk produk marginal dari modal adalah:
Dengan cara yang sama persamaan untuk produk marginal dari tenaga kerja adalah:
MPK dan MPL positif dan menurun seluruhnya (yaitu fungsi produksi Cobb Dauglas
memaparkan hanya tahapan II produsi untuk modal dan tenaga kerja)
Elastisitas output modal adalah:
EK =
Dengan cara yang sama:
EL =
11
Terakhir fungsi produksi Cobb-Dauglas dapat dengan mudah dikembangkan dengan
menggunakan lebih dari dua input. Fungsi produksi Cobb –Dauglas dapat di estimasi dari
data untuk satu perusahaan, industry, atau negara sepanjang waktu, atau untuk sejumlah
perusahaan ,industry ,atau negara dalam satu titik waktu. Dalam kedua kasus peneliti
mungkin menemui beberapa kesulitan potensial:
1. Jika perusahaan memproduksi sejumlah barang yang berbeda-beda , output harus di
ukur dalam satuan moneter di banding dalam satuan fisik, dalam hal ini memerlukan
nilai output dengan mendeflasi indeks harga dalam analisis deret waktu atau
menyesuaikan perbedaan harga pada beberapa perusahaan dan industry yang
berlokasi di wilayah berbeda dalam analisis kerat lintang.
2. Hanya modal yang dikonsumsi dalam produksi yang seharusnya dihitung. Karena
mesin dan peralatan berbeda tipe dan umur sewa produktivitasnya, total persediaan
dari modal yang ada harus digunakan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Fungsi produksi adalah persamaan, tabel atau grafik yang menunjukkan output
komoditas maksimum perusahaan yang bisa diproduksi pada setiap periode waktu kombinasi
input. Satuan input maapun output diukur dalam satuan fisik disamping diukur dalam satuan
moneter. Suatu fungsi produksi yang eksplit akan memberikan indikasi secara tepat kuantitas
output yang akan diproduksi oleh perusahaan pada tingkat input tenaga kerja dan modal
tertentu.
Tambahan penerimaan yang dihasikan dengan penggunaan tambahan unit ternaga
kerja disebut produk pendapatan marginal (marginal revenue product-MRP) dari tenaga kerja
(MPR1). Ini sama dengan produk marginal dari tenaga kerja (marginal product of labor-MP1)
dikalikan pendapatan marginal (marginal revenue-MR) dari penjualan output tambahan yang
diproduksi.
Isokuan (isoquant) menggambarkan berbagai kombinasi dari dua input yang bisa
digunakan oleh perusahaan oleh perusahaan untuk berproduksi pada tingkat output tertentu.
Isokuan yang lebih tinggi menunjukkan output yang lebih besar. Sebaliknya, isokuan yang
lebih rendah menunjukkan output yang lebih kecil.
Nilai absolute kemiringan isokuan disebut sebagai tingkat marginal dari substitusi
teknis (marginal rate of technical substitution-MRTS). Untuk pergerakan turun sepanjang
isokuan, tingkat marginal subtitusi teknis dari tenaga kerja untuk modal ditunjukkan oleh –
ΔK/ΔL. Kita mengalikan ΔK/ΔL dengan -1 untuk menyatakan MRTS sebagai angka yang
positif.
Bentuk suatau isokuan mencermikan derajat sejauh mana satu input dapat
disubstitusikan oleh yang lainnya dalam produksi. Di satusisi semakin kecil lekukan isokuan,
semakin tinggi derajat substitusi input input produksi. Di sisi lain semakin besar lekukan
isokuan, semakin rendah derjat substitusinya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Dominic, Salvator. 2005. Ekonomi Manajerial Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.
14