DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FEBRUARI
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT yang telah begitu banyak
memberikan nikmat kepada kita semua.Alhamdulillah, dengan nikmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Teori Belajar
Behavioristik’ ini.. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas Belajar
dan Pembelajaran.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran, Bapak Rody Putra Sartika,
M.Pd yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat pada pembaca dan khususnya bagi kami sendiri.
Penyusun
ii
Daftar Isi
Cover ................................................................................................................ i
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
D. Manfaat........................................................................................................ 2
A. Kesimpulan ................................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................................ 13
Lampiran
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Rumusan Maslah
C. Tujuan
D. Manfaat
3
4
1) Thorndike
Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku,
teori behavioristic dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi antara
stimulus (yang berupa pikiran,perasaan, atau gerakan ) dan respons (yang
juga berupa pikiran, perasaan, dan gerakan). Jelasnya menurut Thorndike,
perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret ( dapat
diamati),atau yang non-konkret (tidak bias diamati).
Meskipun Thorndike tidak menjelaskan bagaimana cara mengukur
berbagai tingkah laku yang non-konkret(pengukuran adalah satu hal yang
menjadi obsesi semua penganut aliran tingkah laku), tetapi teori Thorndike
telah memberikan inspirasi kepada pakar lain yang dating sesudahnya.
Teori Thorndike disebut sebagai aliran koneksionisme.
Prosedur eksperimennya ialah membuat setiap binatang lepas dari
kurungnya sampai ke tempat makanan. Dalam hal ini apabila binatang
terkurung maka binatang itu sering melakukan bermacam-macam
kelakuan, seperti menggigit,menggosokkan badannya ke sisi sisi kotak,
dan cepat atau lambat binatang itu tersandung pada palang sehingga kotak
terbuka dan binatang itu akan lepas ke tempat makanan.
6
2) Watson
Berbeda dengan Thorndike,menurut Watson pelopor yang dating
sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk
tingkah laku yang bias diamati (observable). Dengan kata lain, Watson
mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam
belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui.
Bukan berarti perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak
pentng. Akan tetapi, faktor-faktor tersebut tidak biasa menjelaskan
apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.
Hanya dengan asumsi demikianlah, menurut Watson, dapat
diramalkan perubahan apa yang bakal terjadi pada siswa. Hanya dengan
demikian pula psikologi dan ilmu belajar dapat disejajarkan dengan ilmu
yang lainnya seperti fisika dan biologi yang sangan berorientsi pada
pengalaman empiris. Bedasarkan uraian ini, penganut tingkah laku lebih
suka memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak bias diukur,
meskipun mereka tetap mengakui bahwa hal itu penting.
4) Clark Hull
Hull berpendirian, tingkah laku itu berfungsi menjaga agar organisasi
tetap bertahan hidup. Konsep sentral dalam teorinya berkisar pada
kebutuhan biologis dan pemuas kebutuhan, hal yang penting bagi
kelangsungan hidup. Oleh Hull, kebutuhan di konsepkan sebagai
dorongan (drive) seperti lapar, haus, tidur, hilangnya rasa nyeri,dan
sebagainya. Stimulus yang disebut stimulus dorongan dikaitkan dengan
dorongan primer dan karena itu mendorong timbulnya tingkah laku.
Sebagai contoh, stimulus yang dikaitkan dengan rasa nyeri,seperti bunyi
alat pengebor gigi,dapat menimbulkan rasa takut, dan takut itu
mendorong timbulnya tingkah laku.
A. Kesimpulan
11
12
b. Kekurangan:
1. Sebuah konsekuensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam
bentuk yang sudah siap.
2. Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini.
3. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghapalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif, nyatanya tidak demikian.
4. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh
behavioristik justru dianggap sebagai metode yang paling efektif
untuk menertibkan siswa dan lain-lain.
13
B. Saran
1. Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran
sangat kami harapkan demi perbaikan makalah yang akan datang.
2. Unruk saran bisa berupa kritik terhadap penulisan juga bisa
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah
dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
.
Amalia.A.Rizka, dkk. 2016. Teori Behavioristik. Makalah dikutip dari
http://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
eprints.umsida.ac.id/1278/1/PSI%2520Teori&2520bljr.pdf&ved=
2ahUKEwiB7eO_h8rgAhWNWysKHR8VBBwQFjAAegQIBBA
B&USg=AOvVaw3Si_JYfLiX0FFVeHooO0xU.(Diakses tanggal
17 Februari 2019)
14
LAMPIRAN