Anda di halaman 1dari 7

Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan Manajemen pada PT KAI

A. LATAR BELAKANG

Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat saat ini, membuat pelaku bisnis
meningkatkan kinerja perusahaan untuk mempertahankan dalam persaingan usaha yang terjadi.
Untuk mempertahankan eksistensi didunia usaha, perusahaan dapat membuat suatu laporan
keuangan yang dapat digunakan sebagai informasi kepada pengguna laporan. Laporan keuangan
yang dikeluarkan tersebut harus sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang telah diatur
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Banyak perusahaan yang kurang memperhatikan terhadap
laporan keuangan tersebut apakah sudah sesuai atau kurang sesuai dengan Standar Akuntansi
yang berlaku di Indonesia. Untuk itu, perusahaan dapat menggunakan jasa audit yang dianggap
independen dalam memeriksa laporan keuangan tersebut, jasa audit yang dimaksud adalah
dengan menggunakan jasa auditor eksternal yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik.

Akuntansi dengan standar yang berlaku adalah alat yang digunakan manajemen (dengan
bantuan akuntan) untuk menyajikan laporan keuangan. Praktik akuntansi tentunya tidak terlepas
dari kebijakan manajemen dalam memilih metode yang sesuai dan diperbolehkan. Kebijakan dan
metode yang dipilih dipengaruhi oleh kemampuan interpretasi standar akuntansi, dan
kepentingan manajemen sendiri. Standar akuntansi mengharuskan adanya pengungkapan
(dislosure) atas praktik dan kebijakan akuntansi yang dipilih, dan diterapkan. Dalam proses
penyajian laporan keuangan, potensial sekali terjadinya aliran informasi yang tidak seimbang
antara penyaji (manajemen) dan penerima informasi (investor dan kreditor). Dalam hal ini yang
memiliki informasi lebih banyak (manajemen) diduga potensial memanfaatkannya informasi
yang dimiliki untuk mengambil keuntungan maksimal.

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan
keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang
mendalam.
Kode Etik merupakan suatu pedoman bagi seseorang dalam menjalankan profesinya
secara profesional. Kode etik mengatur seseorang dalam bersikap dan berperilaku secara etis di
dalam suatu organisasi profesi tersebut. Perilaku etis melibatkan pemilihan tindakan-tindakan
yang benar dan sesuai serta tepat. Tingkah laku kita mungkin benar atau salah; sesuai atau
menyimpang dan keputusan yang kita buat dapat adil atau berat sebelah. Orang sering berbeda
pandangan terhadap arti istilah etis, tetapi tampaknya terdapat suatu prinsip umum yang
mendasari semua sistem etika. Prinsip ini diekspresikan oleh keyakinan bahwa setiap anggota
kelompok mempunyai tanggung jawab untuk kebaikan anggota lainnya. Keinginan untuk
berkorban demi kebaikan kelompoknya merupakan inti dari tindakan yang etis.

IMA (Institute of Management Accountants) mengeluarkan suatu pernyataan yang


menguraikan tentang standar perilaku etis akuntan manajemen. Akuntan manajemen tidak akan
melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan standar ini atau mereka tidak akan
menerima pelaksanaan tindakan-tindakan tersebut dari orang lain dalam organisasi mereka.

PT. Kereta Api (Persero) merupakan salah satu badan penyediaan jasa transportasi darat
yang memegang peran vital dalam pelayanan transportasi massal. Perusahaan ini sudah berdiri
sejak tanggal 17 Juni 1864, hingga sekarang PT. Kereta Api Indonesia (Persero) menjadi salah
satu transportasi yang masih tetap digunakan oleh masyarakat Indonesia

Sebagai salah satu perusahaan milik pemerintah (BUMN) yang berorientasi pada
pelayanan jasa transportasi. Dalam perjalanan sejarahnya, angkutan kereta api di tanah air kita
membuktikan peranannya yang berarti pada sektor perhubungan dalam menunjang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan nasional. Sebagai perusahaan besar tentunya PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) dituntut untuk lebih transparan dalam menginformasikan setiap peristiwa dan
pernyataan yang berisikan fakta material yang dapat mempengaruhi sahamnya di pasar modal
kepada masyarakat umum maupun otoritas pasar modal.
B. PERMASALAHAN

1. Kasus
Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005, perusahaan
BUMN itu dicatat meraih keuntungan sebesar Rp 6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji
lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp 63 Miliar. Komisaris PT. KAI,
Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur Informasi dan Akuntansi Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan mengatakan, laporan keuangan itu telah diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan. Audit terhadap laporan keuangan PT. KAI untuk tahun
2003 dan tahun-tahun sebelumnya dilakukan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), untuk
tahun 2004 diaudit oleh BPK dan akuntan publik.

Hasil audit tersebut kemudian diserahkan direksi PT. KAI untuk disetujui sebelum
disampaikan dalam rapat umum pemegang saham, dan komisaris PT. KAI yaitu Hekinus Manao
menolak menyetujui laporan keuangan PT. KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh akuntan
publik. Setelah hasil audit diteliti, ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT. KAI
tahun 2005.

Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan
itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Kewajiban PT. KAI untuk
membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar
yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan dalam laporan
keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya
menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan Standar Akuntansi, pajak pihak ketiga yang
tidak pernah ditagih itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset. Di PT. KAI ada kekeliruan direksi
dalam mencatat penerimaan perusahaan selama tahun 2005.

Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp 24 Miliar yang
diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai
kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo
penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp 6 Miliar, yang seharusnya
dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.

Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai kumulatif
sebesar Rp 674,5 Miliar dan penyertaan modal negara sebesar Rp 70 Miliar oleh manajemen PT
KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari hutang. Akan tetapi
menurut Hekinus bantuan pemerintah dan penyertaan modal harus disajikan sebagai bagian dari
modal perseroan.

Manajemen PT. KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan


tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada saat
jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.

Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara komisaris dan auditor akuntan
publik terjadi karena PT. KAI tidak memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Ketiadaan tata
kelola yang baik itu juga membuat komite audit (komisaris) PT. KAI baru bisa dibuka akses
terhadap laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik. Akuntan publik yang telah mengaudit
laporan keuangan PT KAI tahun 2005 segera diperiksa oleh Badan Peradilan Profesi Akuntan
Publik. Jika terbukti bersalah, akuntan publik itu diberi sanksi teguran atau pencabutan izin
praktik

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk pelanggaran terhadap kode etik profesi yang dilakukan oleh
akuntan manajemen PT KAI?

3. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh PT KAI menurut Kode
Etik Profesi Akuntan Manajemen dari standar yang dibuat oleh IMA (Institute of
Management Accountants) dan IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)
C. PEMBAHASAN

1. Pelanggaran
Menurut Standar Kode Etik Profesi dari IMA (Institute of Management
Accountants) untuk profesi akuntan manajemen pada PT KAI ada beberapa yang
dilanggar oleh manajemen yakni:
a. Kompetensi
Akuntan manajemen PT KAI tidak mempertahankan kompetensi karena
tidak memelihara pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya dengan sepantasnya.
Mereka tidak mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis, serta tidak membuat
laporan keuangan yang jelas dan lengkap berdasarkan informasi fakta yang terjadi.
Serta telah melakukan memanipulasi data keuangan.

b. Kredibilitas
Akuntan manajemen telah melanggar kredibilitas dengan melakukan 2 kecurangan
yaitu Creative Accounting dengan melakukan banyak manipulasi dalam menyajikan
laporan keuangan dan telah menyimpang dari praktik akuntansi yang mengikuti
peraturan dan undang-undang. Dan Fraud dengan telah sengaja melakukan
kecurangan dengan menyajikan laporan keuangan tidak sesuai dengan data yang
sebenarnya.

Menurut Kode Etik Akuntan Indonesia dari IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), akuntan
manajemen PT KAI telah melanggar kode etik profesi akuntan secara umum, yaitu:
a. Karena Akuntan manajemen PT KAI tidak mempertahankan kompetensi dan tidak
mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis maka mereka telah melanggar Pasal 1
(Setiap anggota harus mempertahankan nama baik profesi dengan menjunjung tinggi
etika profesi serta hukum negara tempat ia melaksanakan pekerjaannya) dan Pasal 2
(Setiap anggota harus mempertahankan tingkat integritas dan obyektivitas yang tinggi
dalam melakukan pekerjaannya).
b. Kemudian akuntan manajemen telah melakukan kecurangan dengan memanipulasi
untuk melakukan kecurangan dengan menyajikan laporan keuangan yang tidak sesuai
dengan data yang sebenarnya, maka mereka telah melanggar Pasal 7 (Setiap anggota
harus bisa mempertanggungjawabkan mutu hasil pekerjaannya. Karena itu tidak
dibenarkan bila pada saat yang bersamaan, ia terlibat dalam usaha atau pekerjaan yang
dapat menyebabkan penyimpangan dari obyektivitas atau yang tidak konsisten dengan
pekerjaannya).

2. Penyelesaian
Perusahaan harus mampu membangun pengawasan yang efektif di tubuh
perusahaan dan melakukan perbaikan sistem akuntansi dan konsistensi penerapan Prinsip
Akuntansi yang berlaku di perusahaan.
Melakukan upaya untuk membenarkan kesalahan tahun-tahun lalu, karena
konsistensi yang salah tidak boleh dipertahankan. Kesalahan-kesalahan sudah terakumulasi
dari tahun-tahun sebelumnya sehingga terdapat dua alternatif, yaitu di restatement atau
dikoreksi
Sehingga hal yang dapat dilakukan perusahaan agar kecurangan seperti ini bisa
diantisipasi yakni dengan Menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Seperti yang
tertuang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No.Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1
Agustus 2002. Pada surat tersebut BUMN dituntut untuk menerapkan GCG tujuannya
untuk mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien dan efektif. Selain itu
juga mendorong agar perusahaan menjalankan tindakan dengan dilandasi nilai moral yang
tinggi dan patuh terhadap peraturan dan perundang-undangan. Dengan diterapkannya GCG
maka para pelaku dunia usaha dituntut untuk bertanggung jawab, akuntabilitas, adil dan
transparan.
D. KESIMPULAN
Tujuan dibuatnya laporan keuangan adalah untuk alat pertanggungjawaban
manajemen dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Kejujuran
dalam membuat laporan keuangan penting tidak hanya sebagai tanggung jawab
perusahaan terhadap publik maupun investor. Tetapi juga bagi perusahaan, karena laporan
keuangan digunakan untuk menganalisis bagaimana perkiraan tahun mendatang dan
menjadi dasar pengambilan keputusan. Apabila laporan keuangan yang menjadi dasar hal
tersebut sudah tidak layak, tentu hasilnya akan jauh dari yang diharapkan yang bisa
berimbas pada perusahaan. Dalam kasus ini manajemen telah memanipulasi laporan
keuangan, sehingga tidak menunjukkan hasil kinerja perusahaan yang sesungguhnya.

E. DAFTAR PUSTAKA
http://sintyapuspitasari.blogspot.com/2016/01/etika-dalam-akuntansi-manajemen.html
http://etikabisnis-kasus.blogspot.com/2016/05/pelanggaran-etika-bisnis-pada-
akuntansi.html
http://nadyapebriana6.blogspot.com/2017/11/kode-etik-akuntan.html
https://dosenakuntansi.com/kode-etik-akuntan-manajemen
https://marieffauzi.wordpress.com/2014/12/07/kasus-pelanggaran-etika-akuntansi-
manajemen-oleh-kementerian-pendidikan-dan-kebudayaan/

Anda mungkin juga menyukai