Tabel 1. Komposisi Unsur Hara Kotoran Ayam dengan Kotoran Ternak Lain
Jenis Ternak N P K Mg
......................................... (%) ...........................................
Sapi 2-8 0,2-1 0,7-3 0,6-1,5
Ayam 5-8 1-2 1-2 0,6-3
Babi 3-5 0,2-1,1 0,5-1,1 0,98
Domba 3-5 0,4-0,8 2-3 0,2
Sumber: Kirchman dan Witter (1989)
3
Pengolahan Kotoran Ayam Ras Petelur
Pengolahan kotoran ayam yang sudah dilakukan adalah dengan
menambahkan senyawa pada pakan atau kotoran untuk mengurangi bau yang
ditimbulkan. Penambahan senyawa yang biasa digunakan adalah zeolit. Harjanto
(1983), menyatakan bahwa mineral zeolit dalam bidang peternakan dapat digunakan
untuk mengurangi bau kotoran, mencegah pencemaran udara, menciptakan
lingkungan sehat bagi ternak dan masyarakat sekitar, mengatur derajat kekentalan
kotoran ternak, meningkatkan mutu pupuk kandang, dan memurnikan gas metan
yang dihasilkan oleh pembusukan kotoran ternak yang dipelihara.
Pengolahan kotoran ayam yang sudah umum dilakukan adalah dengan
menjadikannya pupuk. Kandungan pupuk kandang dari kotoran ayam baik padat
maupun cair mengandung nitrogen, fosfor, dan kalium yang cukup tinggi
dibandingkan dengan pupuk kandang lainya (Setyamidjaja, 1986).
Kumbang Kotoran
Kumbang kotoran termasuk pada kelompok jenis kumbang dalam famili
Scarabaeidae (Insekta : Coleoptera) hidupnya selalu membutuhkan tinja (Borror et
al., 1992). Beberapa spesies kumbang kotoran dapat dilihat pada Gambar 1.
4
pegunungan Taman Nasional Gede Pangrango yang termasuk kumbang kotoran yaitu
pada genus Catarsius, Copris, Onthophagus, Paragymnopleurus, Phacosoma. Genus
kumbang kotoran tersebut ditemukan pada karateristik ketinggian yang berbeda.
Kumbang kotoran dapat diklasifikasi dan dibedakan berdasarkan cara
kumbang mengolah kotoran. Klasifikasi kumbang kototan ini antara lain tipe roller,
tunneller dan dweller (Hanski dan Krikken, 1991). Pada tipe roller memiliki ciri
membuat potongan pada kotoran dan membuatnya bulatan-bulatan serta
menggelindingkannya pada suatu tempat. Tipe tunneller memiliki ciri membuat
terowongan di bawah kotoran, terowongan tersebut digunakan untuk menyimpan
kotoran dalam bentuk bola-bola, sehingga bola-bola kotoran digunakan oleh
kumbang kotoran untuk menyimpan telur kumbang. Tipe dweller adalah gabungan
dari tipe roller dan tunneller (Hanski dan Krikken, 1991). Jumlah bola-bola yang
dibuat antara 13-25 bola dengan bentuk terowongan vertikal (Moniaga, 1991).
Morfologi
Kumbang kotoran termasuk dalam famili Scarabaeidae yaitu memiliki ciri
berbentuk bulat telur yang memanjang, tubuhnya bertekstur kuat serta elitranya keras
dan memiliki antena 8-11 ruas yang berbentuk lamelat yang merupakan ciri khusus
dari kumbang kotoran. Antena ini berfungsi untuk mendeteksi lokasi kotoran (Borror
et al., 1992). Bentuk kepala kumbang baik jantan dan betina berbentuk pipih dan
terdapat tonjolan berbentuk cula dimana antara jantan dan betina dibedakan dari ada
tidaknya cula dibagian kepala tersebut. Bentuk kumbang secara umum dapat dilihat
pada Gambar 2.
Tanduk
pada Jantan
(a) (b)
Gambar 2. Bentuk Kumbang (a) Jantan; (b) Betina
Sumber : Koleksi Pribadi
5
Bagian torak pada serangga, pada umumnya menempel tiga pasang tungkai
kaki dan dua pasang sayap. Bentuk tungkai kumbang kotoran adalah ambulatorial
yang dicirikan menurut fungsinya sebagai pejalan. Tungkai ambulatorial ini umum
dimiliki oleh serangga (Borror et al., 1992). Tungkai depan pada kumbang kotoran
pada spesies Onthopagus sp. berbentuk forosial dan bagian belakang terdapat duri
metatibia, yang ujungnya terdapat kuku. Bentuk tungkai depan(1) dan belakang(2)
serta antena Onthophagus sp.(3) dapat dilihat pada Gambar 3.
1 2
Gambar 3. Bentuk Tungkai Depan(1) dan Belakang(2) serta Antena Onthophagus sp(3)
(a. Koksa, b. Tibia, c. Femur, d. Tibia, e. Tarsus, f. Duri, g. Kuku, p.
Skapus, q. Pedisel, y.Tergum akhir).
Sumber : Moniaga (1991)
6
Tingkah Laku
Tingkah laku hewan pada dasarnya merupakan sikap dasar dari hewan untuk
menyesuaikan terhadap lingkungan sekitar. Setiap hewan akan belajar untuk
beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Menurut Stanley dan Andrykovitch (1987),
tingkah laku maupun kemampuan beradaptasi dipengaruhi oleh gen dan dapat
diwariskan pada keturunannya berupa tingkah laku dasar.
Mukhtar (1986) menyebutkan, tingkah laku hewan dapat dikelompokan ke
dalam sembilan perilaku dasar. Tingkah laku dasar pada setiap hewan itu adalah
tingkah laku makan dan minum (ingestive behaviour), agonistik (agonistic behavior),
seksual (sexual behavior), membuang kotoran (eliminative behavior), beristirahat
(resi behavior), memeriksa (investigative behavior), merawat tubuh (epimeletic
behavior), meniru (allelomimetic behavior), dan tingkah laku membuat teritori
(shelter seeking behavior).
Kumbang kotoran dalam tingkah lakunya sangat tertarik pada kotoran. Di
Afrika disebutkan kumbang kotoran akan segera menghampiri kotoran kerbau yang
baru dan dalam beberapa hari tumpukan kotoran kerbau akan hilang dari permukaan
tanah (Moniaga, 1991). Tingkah laku kumbang kotoran dalam mengurangi tumpukan
kotoran diawali dengan membuat bola-bola pada kotoran dan terowongan di bawah
kotoran. Terowongan-terowongan ini digunakan untuk menyimpan bola-bola dan
bola-bola tersebut digunakan untuk menanamkan telur kumbang. Tingkah laku
kumbang kotoran dalam mengurangi kotoran dapat dilihat pada Gambar 4.
7
Jumlah bola dan telur yang diletakan pada setiap liang dipengaruhi oleh
perbedaan jenis, keadaan tanah, kanopi tumbuhan dimana kotoran dikeluarakan.
Kumbang kotoran pada spesies tertentu akan menggelindingkan kotoran sampai
ditemukan kondisi kanopi dan tanah yang ideal bagi kumbang (Waterhouse, 1974).
Moniaga (1991), menyebutkan bahwa kondisi kadar air tanah mempengaruhi jumlah
bola dan siklus hidup anak kumbang kotoran. Disebutkan kadar air tanah yang ideal
untuk perkembangbiakan kumbang kotoran antara 40 sampai 60 persen.
8
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH dalam tanah merupakan sifat kimia yang penting.
Pentingnya nilai pH dikarenakan pH tanah menentukan mudah tidaknya unsur hara
diserap tanaman dan sebagai indikator unsur beracun terutama pada pH tanah rendah,
selain itu pH tanah juga mempengaruhi mikroorganisme berkembang
(Hardjowigeno, 2003). Penilaian pH dapat dilihat pada Tabel 3.
Nilai
Parameter Satuan Sangat Masam Agak Netral Agak Alkalis
Masam Masam Alkalis
pH - < 4,5 4,5-5,5 5,5-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 > 8,5
Nilai
Parameter Satuan
Defisiensi Marginal Cukup
Zn ppm 0,5 0,5-1,0 1,0
Fe ppm 2,5 2,5-4,5 4,5
Mn ppm 1,0 - 1,0
Cu ppm 0,2 - 0,2
Sumber: Balai Penelitian Tanah (2005)