Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN KOGNITIF

DISUSUN OLEH

1. ADRIANO BAPTISTA D.Z.MONIZ (KP.16.01.119)


2. AGUSTINA KURNIA SERENA (KP.16.01.120)
3. ALFONSA KAKA (KP.16.01.122)
4. ALVINA FIKRIATUZUHROH (KP.16.01.123)
5. ANDREAS YULIUS KONDO (KP.16.01.124)
6. ADRIANA BODU LORI (KP.16.01.125)
7. ANTONIUS BILI (KP.16.01.126)
8. CAHYANI AGNES ANGGRAINI (KP.16.01.129)
9. MARIA ADOLFINA NUNU (KP.16.01.150)
10. MARIA FENANLAMPIR (KP.16.01.152)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WIRA HUSADA YOGYAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN KOGNITIF
dengan lancar dan tepat waktu. Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok Mata
Kuliah Keperawatan Jiwa. Tentunya kami juga berterima kasih untuk pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Atas segala dukungan baik secara moral maupun
gagasan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
penyusunan, pembahasan dan penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun agar lebih baik lagi dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Demikianlah makalah ini saya susun, semoga bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi pembaca.

Yogyakarta,14 Desember 2018

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Definisi Gangguan Kognitif
Kognitif adalah : Kemampuan berpikir dan memberikan rasional,termasuk proses mengingat,
menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan
Gangguan kognitif merupakan respon maladaptive yang ditandai oleh daya ingat terganggu,
disonentasi, inkoheren dan sukar bepikir logis. Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi
otak, karena kemampuan pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak. 1.2
1.2 ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Gangguan kognitif umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi susunan saraf pusat (SSP). SSP
memerlukan nutrisi untuk berfungsi, setiap gangguan pengiriman nutrisi mengakibatkan gangguan
fungsi SSP. Faktor yang dapat menyebabkan adalah penyakit infeksi sistematik, gangguan
peredaran darah, keracunan zat . Banyak faktor lain yang menurut beberapa ahli dapat
menimbulkan gangguan kognitif, seperti kekurangan vitamin, malnutrisi, gangguan jiwa
fungsional.
2. Faktor Presipitasi
Setiap kejadian diotak dapat berakibat gangguan kognitif. Hipoksia dapat berupa anemia Hipoksia,
Hitoksik Hipoksia, Hipoksemia Hipoksia, atau Iskemik Hipoksia. Semua Keadaan ini
mengakibatkan distribusi nutrisi ke otak berkurang. Gangguan metabolisme sering mengganggu
fungsi mental, hipotiroidisme, hipoglikemia. Racun, virus dan virus menyerang otak
mengakibatkan gangguan fungsi otak, misalnya sifilis. Perubahan struktur otak akibat trauma atau
tumor juga mengubah fungsi otak. Stimulus yang kurang atau berlebihan dapat mengganggu fungsi
kognitif. Misalnya ruang ICU dengan cahaya, bunyi yang konstan merangsang dapat mencetuskan
disorientasi, delusi dan halusinasi, namun belum ada penelitian yang tepat.

1.3 Akibat gangguan kognitif


1. Menurun kemampuan konsentrasi terhadap stimulus (misalnya, pertanyaan harus diulang).
2. Proses pikir yang tidak tertata, misalnya tidak relevan atau inkoheren.
3. Minimal 2 dari yang berikut :
- Menurunkan tingkat kesadaran.
- Gangguan persepsi, Ilusi, halusinasi.
- Gangguan tidur, tidur berjalan dan insomnia atau ngatuk pada siang hari.
- Meningkat atau Menurun aktivitas psikomotor.
- Disorientasi, tempat, waktu, orang.
- Gangguan daya ingat, tidak dapat mengingat hal baru, misalnya nama beberapa benda
setelah lima menit.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Delirium, Demensia Dan Insomnia


Pada gangguan kognitif, diagnosa medis yang sering dihadapi adalah :
1. Delirium
2. Demensia
3. Insomnia
I.DELIRIUM
1) Pengertan Delirium
Delirium adalah suatu kondisi yang dikarakterisasi dengan adanya perubahan kognitif akut
(defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa) dan gangguaan pada sistem kesadaran manusia.
Delirium bukanlah suatu penyakit melainkan suatu sindrom dengan penyebab multipel yang terdiri
atas berbagai macam pasangan gejala akibat dari suatu penyakit dasar. Delirium didefinisikan
sebagai disfungsi cerebral yang reversible,akut dan bermanifestasi klinis pada abnormalitas
neuropsikiatri. Delirium, sering salah diintrepretasikan dengan demensia, depresi, mania,
schizophrenia akut, atau akibat usia tua, hal ini dapat terjadi karena gejala dan tanda dari delirium
juga muncul pada demensia, depresi, mania, psikosis dll. Kata “delirium” berasal dari bahasa latin
yang artinya lepas jalur. Sindrom ini pernah dilaporkan pada masa Hippocrates dan pada tahun
1813 Sutton mendeskripsikan sebagai delirium tremens,kemudian Wernicke menyebutnya sebagai
Encephalopathy Wernicke.
Delirium adalah fungsi kognitif yang kacau ditandai dengan Kesadaran, berkabut yang
dimanifestasikan oleh lama konsentrasi yang rendah, persepsi yang salah, gangguan piker (Stuart
dan Sundeen, 1987).
2) Terdapat 3 tipe delirium, yaitu:
1. Delirium hiperaktif: didapatkan pada pasien dengan gejala putus substansi antara lain;
alkohol,amfetamin,lysergic acid diethylamide atau LSD.
2. Delirium hipoaktif: didapatkan pada pasien pada keadaan hepatic encephalopathy dan
hipercapnia.
3. Delirium campuran: pada pasien dengan gangguan tidur, pada siang hari mengantuk tapi pada
malam hari terjadi agitasi dan gangguan sikap.
Mekanisme penyebab delirium masih belum dipahami secara seutuhnya. Delirium
menyebabkan variasi yang luas terhadap gangguan structural dan fisiologik. Neuropatologi dari
delirium telah dipelajari pada pasien dengan hepatic encephalopathy dan pada pasien dengan putus
alcohol. Hipotesis utama yaitu gangguan metabolisme oksidatif yang reversibel dan abnormalitas
dari multipel neurotransmiter.
3) Berikut faktor-faktor penyebab Delirium:
a. Asetilkolin
data studi mendukung hipotesis bahwa asetilkolin adalah salah satu dari neurotransmiter yang
penting dari pathogenesis terjadinya delirium. Hal yang mendukung teori ini adalah bahwa
obat antikolinergik diketahui sebagai penyebab keadaan bingung,pada pasien dengan
transmisi kolinergik yang terganggu juga muncul gejala ini. Pada pasien post operatif delirium
serum antikolinergik juga meningkat.
b. Dopamine
Pada otak,hubungan muncul antara aktivitas kolinergik dan dopaminergik. Pada delirium
muncul aktivitas berlebih dari dopaminergik,pengobatan simptomatis muncul pada pemberian
obat antipsikosis seperti haloperidol dan obat penghambat dopamine.
c. Neurotransmitter lainnya
Serotonin ; terdapat peningkatan serotonin pada pasien dengan encephalopati hepatikum..
d. Mekanisme peradangan/inflamasi
Studi terkini menyatakan bahwa peran sitokin, seperti interleukin-1 dan interleukin-6,dapat
menyebabkan delirium. Mengikuti setelah terjadinya infeksi yang luas dan paparan
toksik,bahan pirogen endogen seperti interleukin-1 dilepaskan dari sel. Trauma kepala dan
iskemia, yang sering dihubungkan dengan delirium,terdapat hubungan respon otak yang
dimediasi oleh interleukin-1 dan interleukin 6.
e. Mekanisme reaksi stress
Stress psikososial dan gangguan tidur mempermudah terjadinya delirium.
4) Kriteria diagnostik untuk delirium :
1. Gangguan kesadaran. Penurunan kesadaran terhadap lingkungan sekitar ,dengan penurunan
kemampuan untuk fokus,mempertahankan atau mengganti perhatian.
2. Perubahan kognitif ( defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa )
3. Gangguan perkembangan dalam periode waktu yang singkat. Bukti dari riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik atau pemeriksaan laboratorium yang mengindikasikan bahwa gangguan
disebabkan oleh konsekuensi fisiologik langsung atau akibat kondisi medis yang umum

II. DEMENSIA
1. Pengertian Demensia
Demensia merupakan istilah digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang
disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Demensia bukan berupa penyakit dan bukanlah
sindrom.
Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat
racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak. Tetapi demensia
biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun. Namun demensia bukan
merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka
perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan
jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak
mempengaruhi fungsi.
Pikun merupakan gejala umum demensia, walaupun pikun itu sendiri belum berarti indikasi
terjadinya demensia. Orang-orang yang menderita demensia sering tidak dapat berpikir dengan
baik dan berakibat tidak dapat beraktivitas dengan baik. Oleh sebab itu mereka lambat laun
kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi emosional,
sering hal tersebut menjadi tidak terkendali.
2. Faktor Penyebab Demensia
Banyak penyakit/sindrom menyebabkan demensia, seperti stroke, Alzheimer, penyakit
Creutzfeldt-Jakob, Penyakit Pick, Huntington, Parkinson, AIDS, dan lain-lain. Demesia juga dapat
diinduksi oleh defisiensi niasin.
Hidrosefalus ini menyebabkan demensia yang tidak biasa, dimana tidak hanya menyebabkan
hilangnya fungsi mental tetapi juga terjadi inkontinensia air kemih dan kelainan berjalan. Orang
yang menderita cedera kepala berulang (misalnya petinju) seringkali mengalami demensia
pugilistika (ensefalopati traumatik progresif kronik); beberapa diantaranya juga menderita
hidrosefalus.
Usia lanjut yang menderita depresi juga mengalami pseudodemensia. Mereka jarang makan
dan tidur serta sering mengeluh tentang ingatannya yang berkurang; sedangkan pada demensia
sejati, penderita sering memungkiri hilangnya ingatan mereka.

3. Gejala Demensia
a. Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah, sehingga keadaan
ini pada mulanya tidak disadari.
 Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat waktu dan
kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda.
 Penderita memiliki kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata yang tepat
dan dalam pemikiran abstrak (misalnya dalam pemakaian angka).
 Sering terjadi perubahan kepribadian.
b. Demensia karena penyakit Alzheimer biasanya dimulai secara samar.
 Gejala awal biasanya adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi; tetapi bisa
juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau
perubahan kepribadian lainnya.
 Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan kata-kata
yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu
menemukan kata-kata yang tepat.
 Ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda bisa menimbulkan kesulitan dalam
mengemudikan kendaraan.
 Pada akhirnya penderita tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya.
c. Demensia karena stroke kecil memiliki perjalanan penyakit dengan pola seperti menuruni
tangga.
 Gejalanya memburuk secara tiba-tiba, kemudian agak membaik dan selanjutnya akan
memburuk kembali ketika stroke yang berikutnya terjadi.
 Mengendalikan tekanan darah tinggi dan kencing manis kadang dapat mencegah
stroke berikutnya dan kadang terjadi penyembuhan ringan.
 Beberapa penderita bisa menyembunyikan kekurangan mereka dengan baik.
 Mereka menghindari aktivitas yang rumit (misalnya membaca atau
bekerja).Penderita yang tidak berhasil merubah hidupnya bisa mengalami frustasi
karena ketidakmampuannya melakukan tugas sehari-hari.Penderita lupa untuk
melakukan tugasnya yang penting atau salah dalam melakukan tugasnya.
4. Diagnosa
Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan memperhatikan
usia penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala serta adanya penyakit lain
(misalnya tekanan darah tinggi atau kencing manis). Dilakukan pemeriksaan kimia darah standar.
Pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan untuk menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau
stroke.
Jika pada seorang lanjut usia terjadi kemunduran ingatan yang terjadi secara bertahap, maka
diduga penyebabnya adalah penyakit Alzheimer. Diagnosis penyakit Alzheimer terbukti hanya
jika dilakukan otopsi terhadap otak, yang menunjukkan banyaknya sel saraf yang hilang. Sel yang
tersisa tampak semrawut dan di seluruh jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari amiloid
(sejenis protein abnormal).
Metode diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah pemeriksaan
pungsi lumbal dan PET (positron emission tomography), yang merupakan pemerisaan skening
otak khusus.
5. Pengobatan
 Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
 Obat takrin membantu penderita dengan penyakit Alzheimer, tetapi menyebabkan efek
samping yang serius. Takrin telah digantikan oleh donepezil, yang menyebabkan lebih
sedikit efek samping dan memperlambat perkembangan penyakit Alzheimer selama 1 tahun
atau lebih.
 Ibuprofen juga bisa memperlambat perjalanan penyakit ini. Obat ini paling baik jika diberikan
pada stadium dini.
 Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya
bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau
kencing manis yang berhubungan dengan stroke. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh
depresi, diberikan obat anti-depresi. Jika didiagnosis secara dini, maka demensia karena
hidrosefalus bertekanan normal kadang dapat diatasi dengan membuang cairan yang
berlebihan di dalam otak melalui selang drainase (shunting).
 Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai demensia
stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikosa (misalnya tioridazin dan haloperidol).
Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik
efektif diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoia.
6. Membantu penderita demensia dan keluarganya:
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki orientasi.
Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau radio
juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.
 Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu
mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang berjalan-jalan.
 Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa memberikan
rasa keteraturan kepada penderita.
 Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan memperburuk
keadaan.
 Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan perawatan, akan
sangat membantu.

III. Insomnia

Insomnia/sulit tidur adalah masalah yang lazim dialami lansia; sleep-maintenance


insomnia adalah kondisi terkait umur dan membuat penderitanya lemah (Bootzin, Engle-
Friedman, dan Hazelwood). Dalam sleep education, terapis mengajari klien tentang perubahan-
perubahan tidur terkait umur; efek kafein, nikotin, alkohol, bantuan tidur olah raga, dan nutrisi;
dan efek minimal dari deprivasi/kekurangan tidur bagi kebanyakan orang. Kebanyakan orang bisa
kehilangan waktu tidur tanpa mengakibatkan masalah kesehatan.
Bagi sebagian klien, komponen terapi kognitif yang diadaptasi untuk imsomnia juga dapat
ditambahkan. Ini membantu klien dalam;
1. Mengidentifikasi pikiran-pikiran atau kekhawatiran-kekhawatiran disfungsionalnya.
2. Menantang keyakinan dan sikap maladaptifnya tentang tidur dan dampak kehilangan jam
tidur pada fungsinya disiang hari.
3. Mengganti pikiran-pikiran itu dengan alternative-alternatif yang lebih realistis.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan kognitif pada pasien yang mengalami gangguan jiwa, erat hubungannnya dengan
gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari gambaran secara umum perilaku/ gejala yang timbul
akan dipengaruhi pada bagian otak yang mengalami gangguan.
Dari intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien , hal utama yang dilakukan
adalah: selalu menerapkan tehnik komunikasi terapeutik. Pendekatan secara individu dan
kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam melakukan perawatan sangat penting untuk mencapai
kesembuhan pasien. Berdasarkan hal diatas masalah dengan gangguan kognitif sangat penting
diketahui apa penyebab terjadinya . Sehinngga intervensi yang diberikan tepat dan sesuai untuk
mengatasi masalah pasien. Akhirnya pasien diharapkan dapat seoptimal mungkin untuk memenuhi
kebutuhannya dan terhindar dari kecelakaan yang ,membahayakan keselamatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai