Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume
rerata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari tiga jenis
elemen selular khusus, eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan
nombosit (keping darah), yang membentuk suspensi dalam cairan kompleks
plasma. Eritrosit dan leukosit adalah sel utuh, sementara trombosit adalah
fragmen/potongan sel. Untuk memudahkan, kita akan menyebut secara kolektif
elemen-elemen selular darah ini sebagai "sel darah".1
Darah diangkut ke semua bagian tubuh melalui sistem pembuluh yang
membawa pasokan darah segar ke semua sel sekitarnya sembari membersihkan
zat-zat sisa. Misalnya menyerap O2 dan nutrien serta mengeluarkan zat sisa.
Selain itu, berbagai pembawa pesan kimiawi harus diangkut diantara sel-sel
untuk melaksanakan aktivitas terpadu, Agar pertukaran jarak jauh ini tercapai
maka sel-sel dihubungkan satu sama lain dan dengan lingkungan eksternal oleh
sistem vaskular (pembuluh darah).1
Kadar Hb sangat penting bagi transport oksigen. Jika pembedahan dapat
ditunda hingga 2-4 minggu, anemia dapat diperbaiki dahulu dengan meningkatkan
gizi dan pemberian sediaan besi. Untuk pembedahan elektif, kadar Hb sebaiknya
>10 gr%, tetapi ketentuan ini tidak mengikat. Seorang penderita hernia berusia 30
tahun dengan kadar Hb 8 gr% tidak perlu mendapat transfusi terlebih dahulu
karena masih dapat menjalani pembedahan seperti biasa. Namun seorang
perempuan berumur 60 tahun dengan kadar Hb 8 gr% yang akan menjalani
histerktomo perlu mendapat transfusi prabedah karena trauma bedahnya cukup
besar. Selain itu, pada usia lanjut, jantung dan organ lainnya tidak dapat bertahan
dalam kondisi anemia.2
Pada pembedahan darurat dalam kasus perdarahan, syarat memulai
anastesi dan pembedahan tidak dilihat dari kadar Hb tetapi volume cairan
intravaskuler yang memadai. Transfusi sedapat mungkin ditunda sampai
perdarahan dapat dihentikan.2
Kadar hemoglobin dapat terus menurun pascabedah akibat perdarahan
yang terus berlangsung atau terjadi hemodilusi akibat pemberian cairan infus

Page 1 of 28
dalam jumlah besar. Hantaran oksigen maksimum terjadi pada kadar Hb 10 gr/dL,
tetapi pada keadaan tertentu bisa ditoleransi sampai kadar 8 gr/dL.2
Pada pasien penyakit jantung, penyakit serebro vaskular, atau hipoksia,
perlu dipikirkan pemberian transfusi lebih dini. Darah transfusi perlu dihangatkan
terlebih dahulu dengan merendam di air hangat. Diuretik tidak diberikan secara
rutin pada pasien transfusi, kecuali bila pasien kelebihan cairan atau gagal
jantung.2
Pasien yang telah mendapatkan 6-8 unit darah perlu diperiksa faktor
pembekuan darah dan trombositnya. Indikasi untuk transfusi FFP (fresh frozen
plasma) adalah INR >2 dan untuk trombosit bila <50.000/uL.2

Page 2 of 28
BAB II
PEMBAHASAN
A. DARAH
Darah yang semula dikategorikan sebagai jaringan tubuh, saat ini
telah dimasukkan sebagai suatu organ tubuh terbesar yang beredar dalam
sistem kardiovaskuler, tersusun dari: 1. Komponen korpuskel atau seluler,
2. Komponen cairan. Komponen korpuskuler yaitu materi biologis yang
hidup dan bersifat multiantigenik, terdiri dari sel darah merah, sel darah
putih dan keping trombosit yang kesemuanya dihasilkan dari sel induk
yang senantiasa hidup dalam sumsum tulang. Ketiga jenis sel darah ini
memiliki masa hidup terbatas dan akan ikut mati, maka secara berkala
pada waktu-waktu tertentu, ketiga butiran darah tersebut akan diganti
diperbarui dengan sel sejenis yang baru. Komponen cair yang juga disebut
plasma, menempati lebih dari 50 volume % organ darah, dengan bagian
terbesar dari plasma (90%) adalah air, bagian kecilnya terdiri dari protein
plasma dan elektrolit. Protein plasma yang penting diantaranya adalah
albumin, berbagai fraksi globulin serta protein untuk factor pembekuan
dan untuk fibrinolysis.
Darah terdiri dari dua komponen utama yaitu :13
1. Plasma darah adalah bagian cair darah yang sebagian besar terdiri
atas air, elektrolit, dan protein darah.

Gambar 1. Hematokrit. Angka-angka yang disajikan adalah untuk pria.


Hematokrit rerata untuk wanita adalah 42%, dengan plasma menempati
58% dari volume darah.

Page 3 of 28
2. Butir – butir darah (blood corpuscles) yang terdiri atas :
a. Eritrosit : sel darah merah
b. Leukosit : sel darah putih
c. Trombosit : butir pembeku /Platelet.
Plasma darah dikurangi protein pembekuan darah disebut sebagai
serum.

Gambar 2. Elemen seluler darah normal dan hitung sel darah manusia
yang normal.

Peran penting darah adalah:


a. Sebagai organ transportasi, khususnya oksigen (O2) yang dibawa dari
paru-paru dan diedarkan ke seluruh tubuh dan kemudian mengangkut
sisa pembakaran (CO2) dari jaringan untuk dibuang keluar melalui
paru-paru. Fungsi pertukaran O2 dan CO2 ini dilakukan oleh
hemoglobin, yang terkandung dalam sel darah merah. Protein plasma
ikut berfungsi sebagai sarana transportasi dengan mengikat berbagai
materi yang bebas dalam plasma, untuk metabolisme organ-organ
tubuh.
b. Sebagai organ pertahanan tubuh (imunologik), khususnya dalam
menahan invasi berbagai jenis mikroba pathogen dan antigen asing.
Tranfusi darah adalah salah satu rangkaian proses pemindahan darah
donor ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan.

Page 4 of 28
Mekanisme pertahanan ini dilakukan oleh leukosit (granulosit dan
limfosit) serta protein plasma khusus (immunoglobulin).
c. Peranan darah dalam menghentikan perdarahan (mekanisme
homeostasis) sebagai upaya untuk mempertahankan volume darah
apabila terjadi kerusakan pada pembuluh darah. Fungsi ini dilakukan
oleh mekanisme fibrinolisis, khususnya jika terjadi aktifitas
homeostasis yang berlebihan.
Apabila terjadi pengurangan darah yang cukup bermakna dari
komponen darah korpuskuler maupun non korpuskuler akibat kelainan
bawaan ataupun karena penyakit yang didapat, yang tidak dapat diatasi
oleh mekanisme homeostasis tubuh dalam waktu singkat maka diperlukan
penggantian dengan tranfusi darah, khususnya dari komponen yang
diperlukan.

B. TRANSFUSI DARAH
1. Transfusi Darah
Transfusi darah adalah proses pemindahan darah atau komponen
darah dari seorang (donor) ke orang lain (resipien).13
Tujuan utama transfusi darah adalah untuk mengembalikan
kapasitas angkut oksigen di dalam volume intravaskuler. Resusitasi
volume cairan tubuh dapat dicapai dengan pemberian kristaloid dengan
manfaat tambahan volume cairan intertitial dan intraseluler yang ter-
koreksi.3
Beberapa penyakit lain yang berkaitan dengan defisit komponen
darah diderita pasien juga diberikan transfusi misalnya: Trombositopenia,
defisit faktor pembekuan dan yang lainnya, diberikan transfusi sesuai yang
dibutuhkan.5
Darah dan berbagai komponen-komponen darah, dengan kemajuan
teknologi kedokteran, dapat dipisah-pisahkan dengan suatu proses dan
ditransfusikan secara terpisah sesuai kebutuhan. Darah dapat pula
disimpan dalam bentuk komponen-komponen darah yaitu; eritrosit,

Page 5 of 28
leukosit, trombosit, plasma dan factor-factor pembekuan darah dengan
proses tertentu yaitu dengan Refrigerated Centrifuge.
Pemberian komponen-komponen darah yang diperlukan saja lebih
dibenarkan dibandingkan dengan pemberian darah lengkap (whole blood).
Dasar pemikiran penggunaan komponen darah; (1) lebih efisien,
ekonomis, memperkecil reaksi transfusi, (2) lebih rasional, karena (a)darah
terdiri dari komponen seluler maupun plasma yang fungsinya sangat
beragam, serta merupakan materi biologis yang bersifat multiantigenik,
sehingga pemberiannya harus memenuhi syarat-syarat variasi antigen
minimal dan kompatibilitas yang baik, (b) transfusi selain merupakan live
saving therapy tetapi juga replacement therapy sehingga darah yang
diberikan haruslah safety blood . Kelebihan terapi komponen
dibandingkan dengan terapi darah lengkap; (1) disediakan dalam bentuk
konsentrat sehingga mengurangi volume transfusi, (2) resiko reaksi
imunologik lebih kecil, (3) pengawetan, (4) penularan penyakit lebih kecil,
(5) aggregate trombosit dan leukosit dapat dihindari, (6) pasien akan
memerlukan komponen yang diperlukan saja, (7) masalah logistic lebih
mudah, (8) pengawasan mutu lebih sederhana.
2. Penggolongan Darah
Golongan darah merupakan hal yang penting dalam transfusi darah
untuk mencegah reaksi antibodi-antigen yang mungkin terjadi. Terdapat
lebih dari 400 antigen golongan darah, tetapi, penggolongan darah yang
luas digunakan dalam praktik klinik saat ini adalah berdasarkan sistem
ABO dan sistem rhesus.13,14
Antibodi
Fenotip Genotip Antigen Kekerapan
alamiah
A AA/AO A Anti-B 45%
B BB/BO B Anti-A 8%
AB AB AB Tidak Ada 4%
Anti-A, Anti-
O OO O 43%
B
Tabel 1. Penggolongan Darah sistem ABO

Page 6 of 28
Anti Rh0 Kontrol Rh Tipe Rh
Positif Negatif D+
Negatif Negatif D-(d)
Harus diulang/diperiksa dengan Rh0(D)
Positif Positif
typing (saline tube test)
Tabel 2. Penggolongan Darah Sistem Rhesus

Perkiraan volume darah seseorang berbeda-beda, tergantung pada


usia dan jenis kelamin.14
Usia Volume Darah (mL/KgBB)
Premature 95
Cukup bulan 85
Anak kecil 80
Anak besar 75-80
Dewasa
Laki-laki 75
Perempuan 65
Tabel 3. Volume Darah Sesuai Usia

3. Indikasi Transfusi
Oleh karena transfusi mempunyai resiko yang cukup besar, maka
pertimbangan resiko dan manfaat benar-benar harus dilakukan dengan
cermat sebelum memutuskan pemberian transfusi. Secara umum, dari
beberapa panduan yang telah dipublikasikan, tidak direkomendasikan
untuk melakukan transfusi profilaksis dan ambang batas untuk melakukan
transfusi adalah kadar hemoglobin di bawah 7,0 atau 8,0 g/dl, kecuali
untuk pasien dengan penyakit kritis. Walaupun sebuah studi pada 838
pasien dengan penyakit kritis melaporkan bahwa tidak ada perbedaan laju
mortalitas-30 hari pada kelompok yang ditransfusi dengan batasan kadar
hemoglobin di bawah 10,0 g/dl dan 7,0 g/dl, namun penelitian lebih lanjut
dengan jumlah pasien lebih besar masih diperlukan.4

Page 7 of 28
Kadar hemoglobin 8,0 g/dl adalah ambang batas transfusi untuk
pasien yang dioperasi yang tidak memiliki faktor resiko iskemia,
sementara untuk pasi en dengan resiko iskemia, ambang batasnya dapat
dinaikkan sampai 10 g/dl. Namun, transfusi profilaksis tetap tidak
dianjurkan.4
Pemberian transfusi untuk menambah kapasitas pengiriman
oksigen, seperti yang kerap dilakukan di unit perawatan intensif, tidak
dianjurkan. Sebuah studi pada pasien sepesis melaporkan bahwa transfusi
tidak menyebabkan perubahan kapasitas pengiriman oksigen 6 jam setelah
transfusi.4
Transfusi darah umumnya >50% diberikan pada saat perioperatif
dengan tujuan untuk menaikkan kapasitas pengangkutan oksigen dan
volume intravaskular. Kalau hanya menaikkan volume intravaskular saja
cukup dengan koloid atau kristaloid.11
Indikasi transfusi darah ialah11:
a. Perdarahan akut sampai Hb <8 gr% atau Ht <30%
Pada orang tua, kelainan paru, kelainan jantung Hb<10 gr/dl.
b. Bedah mayor kehilangan darah >20% volume darah.
Tidak semua pasien dengan anemia diberikan transfusi darah
kecuali pasien dengan perdarahan akut. Pasien dengan perdarahan akut
dikategorikan ke dalam 4 kelompok, yakni (untuk pasien dengan BB 70
kg).12
a. Perdarahan kelas 1 : kehilangan darah sampai dengan 750 ml
atau 15% volume cairan tubuh.
b. Perdarahan kelas 2 : kehilangan darah sampai dengan 750-1500
ml atau 15-30% volume cairan tubuh.
c. Perdarahan kelas 3 : kehilangan darah sampai dengan 1500-
2000 ml atau 30-40% volume cairan tubuh.
d. Perdarahan kelas 4 : kehilangan darah sampai dengan >2000 ml
atau >40% volume cairan tubuh.

Page 8 of 28
Faktor Kelas 1 Kelas II Kelas III Kelas IV

Kehilangan 2000 atau


750 750-1500 1500-2000
darah (ml) lebih
Kehilangan 40 atau
15 15-30 30-40
darah (%) lebih
140 atau
Denyut nadi 100 100 120
lebih
T.Darah Normal Normal Menurun Menurun
T. Nadi Normal/meningkat Menurun Menurun Menurun
Capillary
Normal Positif Positif Positif
refill test

Pernafasan 14-20 20-30 30-40 35

Urine Sulit
30 20-30 5-10
(mL/jam) dihitung
Cemas Cemas, Bingung,
Status Mental Cemas (ringan)
(sedang) Bingung letargi

Penggantian Kristaloid + Kristaloid


Kristaloid Kristaloid
Cairan darah + darah

Tabel 4. Klasifikasi Perdarahan Akut berdasarkan American


Collage of Surgeon (pada laki-laki dewasa berat 70 kg)

Pada pasien dengan perdarahan kelas 3 dan 4, transfusi darah donor


merupakan keharusan, sambil ditentukan apakah perdarahan yang terjadi
bersifat perdarahan surgical (yang memerlukan penghentian perdarahan
dengan pembedahan) atau bukan. Pada pasien dengan perdarahan kelas 1
dan 2, transfusi darah donor harus dimintakan, tetapi disimpan dahulu di
bank darah rumah sakit. Permintaan ini dibuat lebih awal, karena proses
penyediaan darah donor untuk pemeriksaan golongan darah ABO-Rhesus
(“ABO rhesus typing”) dan uji silang serasi (“cross matching”)
memerlukan waktu minimal 90 menit. Begitu terjadi perubahan status

Page 9 of 28
kelas perdarahan dari kelas 1 atau 2 ke kelas 3 atau 4 maka darah donor
yang telah dipesan dan disimpan tersebut dapat segera diberikan.12
American Society of Anasthesiologists menyatakan bahwa indikasi
transfusi adalah sebagai berikut :13
 Hb <6 g/dl dan hampir tidak pernah diindikasikan pada Hb
>10 g/dl
 Untuk nilai Hb antara 6-10 g/dl, indikasi bergantuk pada
resiko komplikasi.
 Pemberian transfusi mempertimbangkan fisiologi tubuh.
 Jika memungkinkan, dilakukan transfusi darah autolog.
 Indikasi transfusi sel darah merah autolog lebih banyak
karena resiko lebih rendah.

4. Prosedur Pelaksanaan Transfusi


Banyak laporan mengenai kesalahan tatalaksana tranfusi, misalnya
kesalahan pemberian darah milik pasien lain. Untuk menghindari berbagai
kesalahan, maka perlu diperhatikan;4
a. Identitas pasien harus dicocokan secara lisan maupun tulisan.
b. Identitas dan jumlah darah dalam kemasan dicocokkan dengan
formulir permintaan darah.
c. Tekanan darah, frekuensi denyut jantung dan suh u harus di periksa
sebelumnya, serta diulang secra rutin.
d. Observasi ketat, terutama pada 15 menit pertama setelah tranfusi darah
dimulai. Sebaiknya 1 unit darah diberikan dalam waktu 1-2 jam
tergantung status kardiovaskuler dan dianjurkan tidak lebih dari 1 jam
mengingat kemungkinan proliferasi bakteri pada suhu kamar.
Donor darah harus memenuhi beberapa kriteria untuk dapat
mendonorkan darahnya, yaitu keadaan umum baik, usia 17-65 tahun, BB
50 kg atau lebih, tidak demam (temperature oral <37,5OC) frekuensi dan
irama denyut nadi normal, Tekanan darah 50-100/90-180 mmHg dan tidak
ada lesi kulit yang berat.4

Page 10 of 28
Persyaratan lain adalah menjadi donor terakhir 8 minggu yang lalu,
tidak hamil, tidak menderita Tuberkulosis aktif, tidak menderita asma
bronkial simptomatik, pasca pembedahan (6 bulan setelah operasi besar,
luka operasi telah sembuh pada operasi kecil, minimal 3 hari setelah
ekstraksi gigi atau pembedahan mulut), tidak ada riwayat kejang, tidak ada
riwayat perdarahan abnormal, tidak menderita penyakit infeksi yang
menular melalui darah.4
Uji terhadap Darah Donor. Pengujian yang dilakukan pada darah
donor meliputi a) penetapan golongan darah berdasarkan ABO, b)
penetapan golongan darah berdasarkan Rhesus, c) uji terhadap antibodi
yang tidak diharapkan, dilakukan pada darah dari donor yang pernah
mendapat transfusi atau hamil, dan d) uji terhadap penyakit infeksi, yaitu
HBsAg, anti HCV tes serologi untuk sifilis, dan tes antibodi HlV.4
Transfusi darah harus melalui prosedur yang ketat untuk mencegah
efek samping (reaksi transfusi) yang dapat timbul. Prosedur itu adalah:13
1. Penentuan golongan darah ABO dan Rh. Baik donor maupun
resipien harus mempunyai golongan darah yang sama.
2. Pemeriksaan untuk donor terdiri atas :
a. Penapisan (screening) terhadap antibodi dalam serum donor
dengan tes antiglobulin indirek (tes coombs indirek)
b. Tes serologik untuk hepatitis (B&C), HIV, sifilis (VDRL)
dan CMV.
3. Pemeriksaan untuk resipien
a. “major side cross match” : serum resipien diinkubasikan
dengan RBC donor untuk mencari anibodi dalam serum
resipien.
b. “minor side cross match” : mencari antibodi dalam serum
donor. Tujuannya hampir sama dengan prosedur 2a.
4. Pemeriksaan Klerikal (identifikasi)
Memeriksa dengan teliti dan mencocokkan label darah resipien
dan donor. Reaksi transfusi berat sebagian besar timbul akibat
kesalahan identifikasi.

Page 11 of 28
5. Prosedur pemberian darah
a. Hangatkan darah perlahan – lahan.
b. Catat nadi, tensi, suhu, dan respirasi sebelum transfusi.
c. Pasang infus dengan infus set darah (memakai alat
penyaring)
d. Pertama diberi NaCl fisiologik.
e. Pada 5 menit pertama pemberian darah, beri tetesan pelan,
awasi adanya urtikaria, bronkospasme, rasa tidak enak,
menggigil, selanjutnya awasi tensi, nadi, suhu, dan
respirasi.
6. Kecepatan transfusi
a. Untuk syok hipovolemik, beri tetesan cepat (gerojok)
b. Normovolemik beri 500 ml/6Jam
c. Pada anemia kronik, penyakit jantung dan paru beri tetesan
perlahan – lahan 500 ml/24 jam atau diberi diuretik
(furosemid) sebelum transfusi.

5. Jenis – Jenis Transfusi (Produk Darah)

Gambar 3. Skema pemisahan komponen darah.7

Page 12 of 28
a. Whole Blood 5, 6
Diberikan pada pasien yang mengalami perdarahan akut. Pada
orang dewasa, diberikan bila kehilangan darah lebih dari 15-20 %
volume darahnya, sedangkan bayi lebih dari 10 % volume darahnya.5
Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit,
darah lengkap juga mempunyai kandungan trombosit dan faktor
pembekuan labil (V, VIII). Volume darah sesuai kantong darah yang
dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml, (antikoagulan 15
ml/100 ml darah) Dapat bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap
berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara
bersamaan. Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post
transfusi 450 ml darah lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya untuk
mengatasi perdarahan akut dan masif, meningkatkan dan
mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan
golongan ABO dan Rh yang diketahui. Dosis pada pediatrik rata-rata
20 ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi.

Indikasi :

1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragik dan


trauma

2. Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari


25% dari volume darah total.
Rumus kebutuhan whole blood

6 x ∆Hb (Hb normal-Hb pasien) x BB

Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini
Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu :

1. Darah Segar yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6
jam sesudah pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar
ialah faktor pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V

Page 13 of 28
dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit
diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan
golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih
dari 4 jam dan resiko penularan penyakit relatif banyak.

2. Darah Baru yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari
sesudah diambil dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir
habis, dan juga dapat terjadi peningkatan kadar kalium, amonia,
dan asam laktat.

3. Darah Simpan yaitu Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai
35 hari. Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, bahaya
penularan lues dan sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya
ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis.
Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang
disebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi,
sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan
oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam
laktat tinggi.

Gambar 4. Whole blood.

b. Packed Red-Blood Cell 5, 6


Diberikan pada pasien yang menderita anemia kronik, dan
anemia yang disertai penyakit jantung, hati dan ginjal. Keuntungannya
bisa meningkatkan daya angkut oksigen tanpa menambah beban
volume darah.5

Page 14 of 28
Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran
plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga
hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang
dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 4°±2°C. Lama simpan darah
24 jam dengan sistem terbuka.(3)
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit
yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang
lain. Packed cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama
talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan
lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi
jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di
atas 8 g%.
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4
ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5%.
Diberikan selama 2 sampai 4 jam dengan kecepatan 1-2 mL/menit,
dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.
Kebutuhan darah (ml) :

3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa


menaikkan volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan
PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah:

1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit

2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis

3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga


kemungkinan overload berkurang

4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.


Indikasi: :

1. Kehilangan darah >20% dan volume darah

2. Hemoglobin <8 gr/dl.

Page 15 of 28
3. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya
empisema, atau penyakit jantung iskemik)

4. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.

Gambar 5. Packed Red Cell

c. Suspensi Trombosit
Diberikan pada pasien yang menderita trombositopenia yang
berat diserta kegagalan pembentukan trombosit, misalnya pada
penyakit leukimia dan tumor ganas yang lain, pasien yang
mendapatkan pengobatan sitostatika dan radioterapi serta pasien yang
menderita depresi sistem hemopoitik yang tidak diketahui sebabnya.5
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus
perdarahan yang disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian
trombosit yang berulang-ulang dapat menyebabkan pembentukan
thrombocyte antibody pada penderita. (3)Transfusi trombosit terbukti
bermanfaat menghentikan perdarahan karena trombositopenia.
Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3
hari.(2)
Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :
1. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah
trombositnya kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada
trombocytopenic purpura, leukemia, anemia aplastik, demam
berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian
sitostatika terhadap tumor ganas.

Page 16 of 28
2. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun
hipertensi portal juga memerlukan pemberian suspensi trombosit
prabedah.
Rumus Transfusi Trombosit

BB x 1/13 x 0.3

Macam sediaan:
1. Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)
Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari
darah segar. Penyimpanan 34°C sebaiknya 24 jam.
2. Platelet Concentrate (trombosit pekat)
Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu
simpan 20°±2°C. Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit.
Peningkatan post transfusi pada dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul.
Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, alloimunisasi
Antigen trombosit donor.(6)
Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada
Platelet Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan yang merupakan
pletelet concentrate dan kemudian memisahkannya dari plasma
yang diatas yang berupa Platelet Poor Plasma. Masa simpan ± 48-
72 jam.(3)

Gambar 6. Platelets Concentrate.

Page 17 of 28
d. Cryoprecipitate 5
Diberikan pada pasien yang menderita hemofilia sebagai
profilaksis dan terapi perdarahan.5
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor
VIII, faktor pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen.
Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan karena
kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita hemofili A.
Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena
langsung, tidak melalui tetesan infus, pemberian segera setelah
komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada suhu
kamar. (2)
Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1
tahun, ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek
samping berupa demam, alergi. Satu kantong (30 ml) mengadung 75-
80 unit faktor VIII, 150-200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand,
faktor XIII.
Indikasi :
- Hemophilia A
- Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi
- Penyakit von wilebrand
Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :

0.5x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Gambar 7. Cryoprecipitate.

Page 18 of 28
e. Fresh Frozen Plasma 5
Diberikan pada pasien yang menderita defisit faktor
pembekuan, misalnya pada pasien yang mengalami perdarahan masif
dan telah menerima trsansfusi darah masif.5
Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan
langsung dibekukan pada suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik
untuk menghentikan perdarahan (hemostasis).(3)
Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan,
dengan volume 150-220 ml. Suhu simpan -18°C atau lebih rendah
dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan faktor
pembekuan bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada.
Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Fresh frozen
plasma (FFP) mengandung semua protein plasma (faktor pembekuan),
terutama faktor V dan VII. FFP biasa diberikan setelah transfusi darah
masif, setelah terapi warfarin dan koagulopati pada penyakit hepar.
Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan masing-masing kadar faktor
pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan PRC, saat
hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuai
suhu tubuh.
Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam
jumlah besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam
sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Perlu dilakukan pencocokan
golongan darah ABO dan system Rh.
Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam,
hipervolemia.
Indikasi :
- Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B).
- Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat
perdarahan yang mengancam nyawa.
- Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal
setelah transfusi massif.

Page 19 of 28
- Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor
pembekuan.

Gambar 8. Fresh Frozen Plasma.

f. Plasma
Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari
sirkulasi darah (hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang
terbuang seperti albumin pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis,
menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-faktor tertentu dari
plasma seperti globulin.(3)
Macam sediaan plasma adalah:
1. Plasma cair diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole
blood pada pembuatan packed red cell.
2. Plasma kering (lyoplylized plasma) diperoleh dengan
mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun).

4. Reaksi transfusi
Sebuah penelitian melaporkan bahwa reaksi transfusi yang tidak
diharapkan ditemukan pada 6,6% resipien, di mana sebagian besar (55%)
berupa demam. Gejala lain adalah menggigil tanpa demam sebanyak 14%
reaksi alergi (terutama urtikaria) 20% hepatits serum positif 6%, reaksi
hemolitik 4%, dan overload sirkulasi 1%.4

Page 20 of 28
- Demam
Peningkatan suhu dapat disebabkan oleh antibodi leukosit,
antibodi trombosit, atau senyawa pirogen.4
Untuk menghindarinya dapat dilakukan uji cocok silang antara
leukosit donor dengan serum resipien pada pasien yang mendapat
transfusi leukosit. Cara lain adalah dengan memberikan produk darah
yang mengandung sedikit leukosit, leukosit yang harus dibuang pada
produk ini minimal 90% dari jumlah leukosit. Transfusi juga dapat
dilakukan dengan memasang mikrofiltrasi yang mempunyai ukuran
pori 40 mm. Dengan filter brukuran tersebut jumlah leukosit dapat
berkurang sampai 60%. Pemberian prednison 50 mg atau lebih sehari
atau 50 mg kortison oral setiap 6 jam selama 48 jam sebelum transfusi,
dilaporkan dapat mencegah demam akibat transfusi.4
Pada keadaan ini, transfusi harus dihentikan dan diberikan
parasetamol untuk mengatasi demam.5
- Reaksi Alergi
Renjatan anafilaktik terjadi 1 pada 20.000 transfusi. Reaksi
alergi ringan yang menyerupai urtikaria timbul pada 3% transfusi.
Reaksi anafilaktik yang berat terjadi akibat intraksi antara IgA pada
darah donor dengan anti-IgA spesifik pada plasma resipien.3 Pasien
IgA dengan antibodi anti-IgA, beresiko terhadap kemungkinan
terjadinya reaksi anafilaksis.5
Penatalaksanaan : stop transfusi, dapat diberikan
difenhidramin, bila gejala hilang, transfusi dapat diberikan lagi. Pada
keadaan yang berat, harus dievaluasi terhadap kemungkinan hemolisis
dan transfusi tidak boleh diberikan lagi sampai dapat ditentukan
penyebab alergi.5
- Reaksi Hemolitik
Pertama, Reaksi transfusi hemolitik akan dibahas karena ini
adalah reaksi tersering dari unit darah yang salah diberikan.7
Reaksi ini terjadi karena destruksi sel darah merah setelah
transfusi akibat darah yang inkompatibel. Reaksi hemolitik juga dapat

Page 21 of 28
terjadi akibat transfusi eritrosit yang rusak akibat paparan dextrose 5%,
injeksi air kedalam sirkulasi, transfusi darah yang lisis, transfusi darah
dengan pemanasan berlebihan, transfusi darah beku, transfusi darah
yang terinfeksi, transfusi darah dengan tekanan tinggi.4
Jika seorang ditransfusi dengan darah atau janin memiliki
struktur antigen eritrosit yang berbeda dengan donor atau ibunya, maka
dapat terbentuk antibodi pada tubuh resipien darah atau janin tersebut.
Reaksi antara antigen eritrosit dan antibodi plasma, baik yang spesifik
maupun nonspesifik, menyebabkan antibodi merusak eritrosit.
Destruksi eritrosit yang cepat akan melepaskan hemoglobin bebas ke
dalam plasma sehingga menyebabkan kerusakan ginjal, toksemia, dan
kematian.4
Meskipun saat ini pemahaman mengenai antigen sel darah
merah dan implikasi klinisnya telah maju, namun reaksi hemolitik
akibat transfusi masih dijumpai pada setiap 250 ribu – 1 juta transfusi.
Sekitar separuh kematian akibat reaksi hemolitik tersebut disebabkan
oleh inkompatibilitas ABO akibat kelainan administratif. Sekitar 1 dari
1000 pasien secara klinins menunjukkan manifestasi reaksi transfusi
lambat dan 1 dari 260.000 pasien menunjukkan reaksi hemolitik yang
nyata karena mempunyai antibodi terhadap antigen eritrosit minor
yang tidak dideteksi oleh tes antibodi rutin sebelum transfusi. Reaksi
ini akan lebih mudah terjadi pada populasi yang mempunyai risiko
seperti penyakit anemia sel bulan sabit (sickle cell disease).
- Penularan Penyakit
Selain masalah reaksi antigen-antibodi, maka transfusi yang
aman juga harus memperhatikan kemungkinan penularan penyakit
yang dapat menular melalui darah, seperti HIV, hepatitis B, hepatits C,
4
dan virus lainnya. Sembilan puluh persen hepatitis posttransfusi
disebabkan oleh virus hepatitis. (CDC) melaporkan bahwa dari setiap
100 orang yang terinfeksi Virus hepatitis C, sekitar 75 sampai 85 akan
mengalami kronis. Infeksi virus hepatitis C; Dari mereka, 60 sampai
70 akan terus berlanjut berkembang menjadi penyakit hati kronis, 5

Page 22 of 28
sampai 20 akan mengalami sirosis. Selama periode 20 sampai 30
tahun, dan 1 sampai 5 orang akan mati. Dari sirosis atau kanker hati.7
Bakteri juga dapat mengkontaminasi eritrosit dan trombosit sehingga
dapat menyebabkan infeksi dan terjadinya sepsis setelah transfusi.4
Penularan HIV melalui transfusi darah pertama kali dilaporkan
pada tahun 1982. Kebijaksanaan untuk menyaring orang dengan
perilaku resiko tinggi HIV untuk tidak mendonorkan darahnya serta
kemudian dilakukannya tes penyaring untuk semua sampel darah
donor, diharapkan dapat menurunkan resiko terjadinya penularan HIV
melalui transfusi darah.4
- Kontaminasi
Hal ini jarang terjadi. Kontaminasi bakteri pada eritrosit paling
sering disebabkan oleh Yersini enterocolitica. Angka kontaminasi Y.
Enterocolitica di Amerika Serikat dan Selandian Baru masing-masing
adalah 1 per 1 juta unit sel darah merah dan 1 per 65.000 unit sel darah
merah. Resiko terjadinya kontaminasi tersebut berhubungan langsung
dengan lamanya penyimpanan.4, 9
Resiko sepsis yang berhubungan dengan transfusi trombosit
adalah 1 per 12.000, angka ini lebih besar pada transfusi menggunakan
konsentrat trombosit yang berasal dari beberapa donor dibandingkan
dengan trombosit yang didapatkan dengan aferesis dari donor tunggal.
Bakteri yang mengkontaminasi trombasit yang dapat menyebabkan
kematian adalah Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae,
Serratia marcescens, dan Staphylococcus epidermidis.4
- Cedera Paru Akut
Dari tahun 2008 sampai 2012, cedera paru akut akibat transfusi
(TRALI) adalah penyebab kematian oleh transfusi tersering.7
Resiko transfusi yang lain adalah cedera paru akut yang
berhubungan dengan transfusi (Transfusion-related acute lung injury,
TRALI). Kondisi ini adalah suatu diagnosis klinik berupa manifestasi
hipoksemia akut dan edema pulmoder bilateral yang terjadi dalam 6
jam setelah transfusi. Manifestasi klinins yang ditemui adalah dispnea,

Page 23 of 28
tekipnea, demam, takikardi, hipo-/hipertensi, dan leukopenia akut
sementara. Angka kejadiannya dilaporkan sekitar 1 dari 1.200 sampai
25.000 transfusi; Finlay dkk memperkirakan bahwa angka sebenarnya
lebih tinggi, namun tidak dilaporkan sebagai TRALI. Beberapa
mekanisme diperkirakan menjadi penyebab terjadinya kondisi ini.
Salah satunya adalah reaksi antara neutrofil resipien dengan antibodi
donor yang mempunyai HLA atau antigen neutofil spesifik; akibatnya
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler pada sirkulasi mikro di paru.4
- Volume Overload (Kelebihan Volume Sirkulasi)
Kelebihan ini mudah terjadi pada pasien yang menderita
penyakit jantung, anemia kronik dan gagal ginjal serta pada pasien
lanjut usia.5
Diagnosis ini ditegakkan dengan adanya tanda-tanda kegagalan
jantung dan tanda-tanda udem paru.

5. Penanganan Reaksi Transfusi


Penanganan Reaksi Transfusi :
a) Stop transfusi.
b) Naikkan tekanan darah dengan koloid, kristaloid, jika
perlu tambahkan vasokonstriktor, inotropik.
c) Berikan Oksigen 100%.
d) Diuretika mannitol 50 mg atau furosemid 10-20 mg.
e) Antihistamin.
f) Steroid dosis tinggi.
g) Jika perlu “exchange transfusion”
h) Periksa analisa gas dan pH darah.
- Demam
Demam akibat transfusi, terjadi akibat reaksi antigen-antibodi
atau produksi sitokin pro-inflamasi; pada keadaan ini , transfusi harus
dihentikan dan diberikan parasetamol untuk mengatasi demam.6, 10

Page 24 of 28
- Reaksi Alergi (Urticarial)
Reaksi alergi akibat transfusi, biasanya erjadi akibat reaksi
antibodi resipien dengan protein donor. Pasien dengan defisiensi igA
dengan antibodi anti-IgA, beresiko terhadap kemungkinan terjadinya
reaksi anafilaksis.6, 10
Penatalaksanaan : Jika urtikaria terjadi (tanpa
demam dan tanda-tanda lain), pelankan transfusi atau hentikan secara
perlahan. Jika gejala memberat, dipertimbangkan untuk pemberian
antihistamin sebelum memulai kembali transfusi. Jika menimbulkan
gejala yang lain, hentikan transfusi dan proses dengan investigasi. 6, 10
Reaksi alergi berat (Anafilaksis). Reaksi anafilaktik dan
anafilaktoid memiliki tanda-tanda ketidakstabilan kardiovaskular
termasuk hypotensi, takikardi, kehilangan kesadaran, arhytmia, syok
dan cardiac arrest. Terkadang melibatkan gangguan pernapasan dengan
dispnea dan stridor yang menonjol.6, 10
Managemen: Segera hentikan transfusi, dan supportif termasuk
managemen airway mungkin dibutuhkan. Indikasi pemberian
adrenalin. Biasanya diberikan dengan 1:1000 pengenceran, 0,01 mg/
kg/ im atau iv secara perlahan.10
- Hemolitik
Hemolisis akut akibat transfusi, misalnya ABO atau Rh
incompatibility,6,10 non-immune mediate hemolysis, DIC,
hemoglobulinuria.
Penatalaksanaan : Segera stop transfusi, Beritahu bank darah
rumah sakit secepatnya (pasien lainnya mungkin telah sedang
diberikan darah yang salah). Pasien ini biasanya membutuhkan support
ICU dan terapi termasuk penanganan hipotensi yang ketat dan
mempertahankan aliran darah ginjal.10
Hemolisis kronik akibat transfusi, misalnya timbul antibodi
baru setelah transfusi, sedapat mungkin menghindari transfusi.6
- Penularan penyakit
Infeksi akibat transfusi, misalnya HIV, Hepatitis B, Hepatitis
C, HTLV-VII, CMV malaria, Parvovirus B-19.6 Hal ini dapat dicegah

Page 25 of 28
dengan pemeriksaan dan seleksi calon-calon donor secara ketat,
sehingga calon donor yang pernah atau sedang menderita hepatitis
yang tidak menunjukkan gejala dapat diketahui.5
- Kontaminasi
Segera stop transfusi dan beritahu bank darah rumah sakit.
Setelah penanganan supportif awal, kultur darah harus segera diambil
dan uji sensitivitas. Bila terdapat kuman, maka hal ini mungkin
disebabkan oleh tindakan transfusi yang kurang memperhatikan
sterilitas.5, 10
Segera diberikan antibiotika yang sesuai.5
- Cedera paru akut
Transfusion related acute lung injury (TRALI), terjadi dalam
waktu 6 jam setelah transfusi pada pasien tanpa tanda-tanda hipertensi
atrium kiri sebelumnya.
Penatalaksanaan : STOP TRANSFUSI, terapi simptomtik
untuk respiraratory distress seperti oksigen dan mungkin
membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik.6, 7, 10
- Volume Overload (Kelebihan Volume Sirkulasi)
Manajemen: Stop transfusi, berikan oksigen dan diuretilk
(misal Lasix). Posisi setengah duduk. 5, 10

6. Transfusi Sangat Darurat


Waktu untuk Uji silang lengkap terlalu lama/ tidak tersedia darah
dengan golongan yang sama.12
Pilihan yang tepat yang dapat diberikan :
• PRC Golongan O tanpa uji silang (donor universal)
• Resipien AB  jika PRC O tidak ada  beri Golongan A atau B
• Jika pasien telah ditransfusi dengan golongan darah O sebanyak 4
Unit dan perlu transfusi lagi dalam jangka 2 minggu tetap diberi

Page 26 of 28
golongan darah O kecuali terbukti titer anti-A dan titer Anti-B telah
turun <1/200
• Hampir seluruh populasi di Indonesia Rhesus (+) sehingga semua unit
O dapat digunakan.

Page 27 of 28
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi 6. EGC. Jakarta.


2012; Hal 369.
2. De Jong, Sjamsuhidajat, dkk. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3. EGC.
Jakarta. 2012; Hal. 316-361.
3. Fildes J, dkk, Penggantian Darah (Transfusi Darah) on Advance Trauma
Live Support for Doctors, 8th Edition, American College of Surgeons,
Chicago; Hal. 75-76.
4. Setiati S, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi VI, Interna
Publishing, Jakarta, 2014; Hal. 2839-2860.
5. Mangku,G, dkk. Buku Ajar Ilmu Anastesi Reaminasi. Indeks FK UNUD.
Bali. Hal; 303-315.
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Emergency in
Internal Medicine, Jilid 1, Edisi 2, Interna Publishing, Jakarta; Hal 150-
153.
7. Ronald D. Dkk, Miller’s Anaesthesia, 8th Edition, Elsevier, San Francisco,
California; Hal 1851-1859.
8. Paul G. Dkk, Clinical Anaesthesia, 7th Edition, Wolters Kluwer Health,
Philadelphia; Hal. 423-429.
9. Smith T, dkk. Fundamentals of Anaesthesia. 3rd Edition. Cambridge
University Press. Cambridge; Hal. 237-238.
10. The Royal Children’s Hospital Melbourne, Adverse Effect of Transfusion. 1 Mei
2017. Avalible on : http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm
11. Said A. Latief, 2001, Petunjuk Praktis Anestesiologi, Jakarta; Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI. Hal 142
12. Setyohadi, Bambang. 2012. EIMED PAPDI edisi II. Jakarta; FK UI.
13. Bakta I Made, 2013, Hematologi Klinik Ringkas, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG.
14. Tanto, Chris.2014. Kapita Selekta, jakarta: Media Aesculapius hal 565-
567.

Page 28 of 28

Anda mungkin juga menyukai