Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali ini
adalah :
1. Mencari kolerasi antara input dan output pada sistem pengendali
2. Mendapatkan karakteristik masing – masing elemen pada sistem pengendali
2. Dasar Teori
Sistem pengendalian proses merupakan gabungan dari beberapa alat
dengan fungsi tertentu yang digunakan untuk mempertahankan variabel yang
dikendalikan (process variable) pada nilai tertentu (set point). Pada awalnya,
suatu pengendalian proses dilakukan secara manual. Namun, seiring dengan
perkembangan teknologi pengendalian manual mulai ditinggalkan dan beralih
menggunakan sistem pengendalian otomatis yang menggunakan suatu unit
kontroler dengan suatu algoritma tertentu untuk menghitung besarnya nilai
manipulated variable berdasarkan error.
Pengendalian level bisaanya digunakan untuk mengendalikan aliran
air pada ketinggian tertentu dengan tekanan tertentu pada suatu tabung atau
pipa. Ketinggian suatu cairan merupakan salah satu hal yang harus
dikendalikan dalam suatu industry kimia. Apabila ketinggian cairan tidak
dikendalikan maka proses dalam industry akan terganggu. Jika ketinggian
cairan melebihi ketinggian yang diinginkan maka akan terjadi overflow atau
cairan akan meluap sehingga mengganggu atau daoat merusak alat-alat lain
dan jika ketinggian cairan kurang dari ketinggian yang diinginkan maka
proses tidak akan bekerja. Oleh karena itu ketinggian suatu cairan harus
dikendalikan dalam suatu industry
Berikut sistem pengendalian manual dan system pengendalian otomatis:

1
 Sistem Pengendali Manual

Gambar 1.2.1 Sistem Pengendali Manual

Sistem pengendalian dimana faktor manusia sangat dominan dalam aksi


pengendalian yang dilakukan pada sistem tersebut. Peran manusia sangat dominan
dalam menjalankan perintah, sehingga hasil pengendalian akan dipengaruhi
pelakunya. Pada sistem kendali manual ini juga termasuk dalam kategori sistem
kendali jerat tertutup. Tangan berfungsi untuk mengatur permukaan fluida dalam
tangki. Permukaan fluida dalam tangki bertindak sebagai masukan, sedangkan
penglihatan bertindak sebagai sensor. Operator berperan membandingkan tinggi
sesungguhnya saat itu dengan tinggi permukaan fluida yang dikehendaki, dan
kemudian bertindak untuk membuka atau menutup katup sebagai aktuator guna
mempertahankan keadaan permukaan yang diinginka
 Sistem Pengendali Otomatis

Gambar 1.2.2 Sistem Pengendali Otomatis


Sistem pengendalian dimana faktor manusia tidak dominan dalam aksi
pengendalian yang dilakukan pada sistem tersebut. Peran manusia digantikan oleh
sistem kontroler yang telah diprogram secara otomatis sesuai fungsinya, sehingga
bisa memerankan seperti yang dilakukan manusia. Di dunia industri modern
banyak sekali sistem ken dali yang memanfaatkan kontrol otomatis, apalagi untuk

2
industri yang bergerak pada bidang yang proses nya membahayakan keselamatan
jiwa manusia.
Sistem pengendalian harus diatur sedemikian rupa agar respon dari
kontroler dapat stabil (tidak berosilasi pada semua kondisi operasi), cepat ( tidak
terjadi delay dalam menanggapi perubahan) , dan tepat (mendekati nilai set point).
Dalam sistem pengendalian terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui :
a. Set Point adalah besarnya nilai proses variable yang dikehendaki. Sebuah
controller akan selalu berusaha untuk menyamakan proses variable dengan set
point.
b. Proses Variable (Measurement Variable) adalah besaran yang nilainya
dikendalikan.
c. Manipulated Variable adalah input dari suatu proses yang dapat dimanipulasi
atau diubah-ubah besarnya agar proses variable besarnya sama dengan set
point.
d. Disturbance adalah besaran lain selain manipulated variable yang dapat
menyebabkan berubahnya proses variable
e. Error adalah selisih antara set point dikurangi measurement variable (proses
variable). Error bisa bernilai positif dan bisa juga negatif. Bila measurement
variable lebih besar dari set point maka error menjadi positif dan sebaliknya.
Sistem pengukuran dan pengaturan secara umum terdiri dari beberapa
elemen alat instrumentasi yang digabung menjadi satu sistem. Elemen- elemen
tersebut adalah :
1. Sensing Element (Primary Element), adalah bagian paling ujung suatu
sistem pengukuran.Contoh sensing element yang banyak dipakai adalah
Thermocouple. Bagian ini juga biasa disebut Sensor atau Primary
Element.
2. Transmitter (Secondary Element), adalah alat yang berfungsi untuk
membaca sinyal sensing element, dan mengubahnya menjadi sinyal yang
dapat dimengerti oleh controller.
3. Controller (Control Element), adalah element yang mengerjakan tiga dari
empat tahaplangkah pengendalian yaitu membandingkan set point dengan
measurement variable, menghitung berapa banyak koreksi yang

3
dilakukan,dan mengeluarkan sinyal koreksi sesuai dengan hasil
perhitungan tadi. Controller sepenuhnya menggantikan peran manusia
dalam mengendalikan suatu proses.
4. Control Valve (Final Control Element), adalah bagian akhir dari
instrument system pengendalian yang berfungsi untuk mengubah
measurement variable dengan cara memanipulasi besarnya manipulated
variable berdasarkan perintah controller.
Control valve dibedakan menjadi 2 macam berdasarkan aksi:
 Fail Open ( FO ) / Air-To-Close (ATC ) / Direct Action.
Control Valve yang akan terbuka (open) bilamana air supply (driving
power) gagal (fail). Atau dengan kata lain control valve akan menutup
(closed) apabila sinyal yang masuk di aktuator naik. Sebaliknya control
valve akan membuka (open) apabila sinyal yang masuk di aktuator turun.
 Fail Close ( FC ) / Air -To-Open (ATO ) / Reverse Action.
Control Valve yang akan tertutup (closed) bilamana air supply (driving
power) gagal (fail). Atau dengan kata lain control valve akan membuka
(open) apabila sinyal yang masuk di aktuator naik. Sebaliknya control
valve akan menutup (closed) apabila sinyal yang masuk di aktuator turun.

Gambar 1.2.3 Gambar ACT dan ATO

Dalam pelaksanaannya, sistem pengendalian memiliki banyak klasifikasi


control loop. Secara umum loop pengendalian dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Open Loop Control System Open Loop Control System adalah sistem kontrol
yang keluarannya tidak berpengaruh pada aksi pengontrolan.

4
b. Closed Loop Control System Closed Loop Control System adalah sistem
kontrol yang keluarannya berpengaruh langsung pada aksi pengontrolan.
(Wahyudi, 2016)
Tranduser tekanan atau sensor tekanan digunakan untuk memberikan
pembacaan tekanan dari jarak jauh pada suatu proses, penggunaannya
memungkinkan pengendalian tekanan secara otomatis tanpa perlu adanya campur
tangan operator untuk memberikan input ke controller dan kemudian memberikan
input untuk menggerakkan elemen kontrol akhir (katup kontrol). Sebelum
dipergunakan sensor tekanan sebaiknya dikalibrasi sehingga keadaan sensor
diketahui dengan baik. Pengkalibrasian sensor tekanan dapat dilakukan dalam
range yang berbeda sesuai dengan penggunaan sensor itu sendiri.
Katup kontrol pneumatik pada alat PCT 14 digunakan sebagai elemen
kontrol akhir yang akan memberikan gerakan perubahan yang efeknya langsung
terasa oleh proses (sistim). Katup kontrol pneumatik memerlukan tekanan untuk
bergerak menutup atau membuka. Tekanan berasal dari converter yang mengubah
sinyal listrik dari process controller PCT 10 menjadi sinyal tekanan penggerak
katup. I/P converter adalah alat yang mengubah arus listrik 4-20 mA dari output
process controller PCT 10 menjadi sinyal 3-15 psig untuk input gerakan katup
kontrol pneumatik.
Pada PCT 14 tekanan proses diukur oleh sensor tekanan kemudian
dikondisikan di signal conditioning untuk diubah dari variabel proses tekanan (0-8
psi) menjadi sinyal controller 4-20 mA. Sinyal output dari controller 4-20 mA
kemudian masuk ke I/P converter untuk diubah menjadi sinyal tekanan 3-25 psig
untuk menggerakkan katup kontrol sehingga udara yang mengalir melalui pipa
proses berubah. Seperti halnya signal conditioning terhadap sensor tekanan I/P
converter juga sebaiknya dikalibrasi untuk memeriksa keadaannya sebelum
digunakan dan mencocokkan range operasinya.
Sensor tekanan dan I/P converter pada PCT 14 mempunyai output
(keluaran) yang berubah secara linier (berbanding lurus) terhadap tekanan.
Histerisis yang terjadi sangat kecil. Histerisis adalah kecenderungan sebuah
instrumen (alat) untuk menghasilkan ouput yang berbeda untuk suatu harga input
sewaktu input dihasilkan dari penambahan atau pengurangan harga sebelumnya.

5
Misalkan input yang diberikan meningkat 0-100% dengan interval 10% maka
hasil output nya akan mempunyai kecenderungan harga yang berbeda dengan
harga input yang diulang menurun dari 100-0% dengan interval samam 10%.
Selisih maksimal inilah yang disebut histerisis (Wulandari, 2015).
Pengendali PID adalah suatu sistem pengendali yang merupakan gabungan
antara pengendali proporsional, integral, dan turunan (derivative). Kontrol PID
adalah yang paling umum digunakan dalam industri, hal ini karena model ini
menggabungkan keuntungan-keuntungan tiap jenis kontrol. Ini termasuk respon
waktu yang lebih cepat karena kontrol P, bersamaan dengan offset yang menurun
dari hasil penggabungan kontroler derivatif dan integral. Offset ini dihapuskan
dengan penambahan penggunaan kontrol I. Penambahan kontrol D sangat besar
meningkatkan respon kontroler saat digunakan dalam kombinasinya karena hal ini
memprediksi gangguan-gangguan ke sistem dengan mengukur perubahan error.
Akan tetapi, meskipun kontroler PID kelihatannya sebagai kontroler yang paling
cocok, kontroler ini juga merupakan yang paling mahal. Karenanya, cara ini tidak
digunakan kecuali jika proses memerlukan akurasi dan kestabilan yang dilakukan
oleh kontroller PID.

6
BAB 2
METODOLOGI DAN HASIL PERCOBAAN

2.1 Variabel Percobaan


Variabel pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Pengendali Tekanan
- Sistem dengan tangki
- Sistem tanpa tangki
2. Pengendali pH
- Pengaturan %PO dengan cara manual
- Pengaturan %PO dari PC

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat
Peralatan Pengendali Tekanan
1. PCT – 14 (modul proses pengendali tekanan)
2. PCT – 10 (electrical console)
3. Kompresor
4. Recorder
Peralatan Pengendali pH
1. Seperangkat alat pengendali pH
2. Personal computer (PC)
3. Gelas ukur 25 ml 1 buah
4. stopwatch

2.2.2 Bahan
Bahan Pengendali Tekanan
1. Udara bertekanan
Bahan Pengendali pH
2. Aquadest

7
2.3 Gambar Alat

Gambar 2.3.1 Gambar Rangkaian Alat Pengendali Tekanan (PCT – 14)

Gambar 2.3.2 Gambar Panel Pengendali Tekanan (PCT – 10)

Gambar 2.3.3 Gambar Skema Rangkaian Alat Pengendali pH

8
Gambar 2.3.4 Gambar Panel Pengendali pH

2.4 Prosedur Percobaan


2.4.1 Prosedur Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali Tekanan
Prosedur percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali
Tekanan adalah sebagai berikut :
1. Menghidupkan alat pengendali tekanan (PCT– 14 + PCT – 10) dengan
menekan tombol “main switch".
2. Mentutup V4 dan membuka V3 ,V5 untuk menjalankan sistem pengendali
tekanan menggunakan tangki udara.
3. Membuka V1 sebesar 22 psig .
4. Mengatur pengendali pada operasi manual pada panel pengendali PCT – 10
5. Mengatur bukaan valve (%PO), 0% - 100%.
6. Melakukan perubaha bukaan valve (%PO) dengan interval 10% hingga %PO
mencapai 100%.
7. Mencatat data tekanan pada P2 dan P4 serta laju alir udara keluar pada setiap
perubahan %PO.
8. Mengulangi langkah diatas dengan %PO dimulai dari 100% – 0%
9. Mengulangi langkah diatas dengan sistem tanpa tangki, dengan cara membuka
V4 dan menutup V3 dan V5.
10. Membuat grafik hubungan antara %PO dan %PV, %PO dan nilai P4 (tekanan),
serta %PO dan laju alir udara keluar.
11. Mematikan alat pengendali tekanan dengan menekan tombol “main switch”.

9
2.4.2 Prosedur Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali pH
Prosedur percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali
pH adalah sebagai berikut :
A. Persiapan
a. Botol penampung NaOH diisi dengan air kran hingga volume 2 liter
b. Alat pengendali pH (CRpH) dihidupkan dengan menekan tombol “main
switch”
c. Personal computer (PC) dihidupkan dengan memiilih program CRpH, tab
“File” di-klik, “New”dipilih, menu pengendali PID dipilih, OK di-klik
pada tampilan pengisian parameter.
B. Pengoperasian
a. Persen bukaan pompa (%PO) – 0% diatur.
b. Tombol “Pump ON/OFF setter” diarahkan pada posisi “ON”.
c. tombol “PC commutator” diarahkan pada tulisan “PC” bersamaan dengan
menampung air yang keluar dari pompa sampai volume 10 ml.
d. Waktu yang diperlukan dicatat
e. Tombol “PC commutator” dipindahkan pada tulisan “Minireg”
f. Persen bukaan pompa diatur menjadi 10%, ulangi langkah b – e.
g. Pengaturan persen bukaan pompa diulangi sampai 100% dengan interval
10%.
h. Laju alir keluaran pompa peristaltik dihitung dan buat kurvanya.
C. Mematikan
a. Tombol “Pump ON/OFF setter” diarahkan pada posisi “OFF”.

b. Program CRpH ditutup dan PC dimatikan

Alat pengendali Ph dimatikan dengan menekan tombol “main switch”

10
2.5 Hasil Percobaan
Tabel 2.6.1 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali Tekanan %PO 0% - 100% Dengan Tangki
Laju alir air udara Tekanan valve (P2)
%PO %PV P4 (psi)
keluar (L/min) (psi)
0 100 8,5 7,9 0
10 95,6 8,1 7,7 10
20 88,3 7,6 7,3 20
30 79,3 7 6,8 30
40 68,8 6 6,3 40
50 57 5 5,5 50
60 44,1 4 4,6 60
70 29,9 3 3,5 70
80 15,7 2 2,2 80
90 4,8 1 0,6 90
100 0,4 0 0 100
Tabel 2.6.2 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali Tekanan %PO 100% - 0% Dengan Tangki
Laju alir air udara Tekanan valve (P2)
%PO %PV P4 (psi)
keluar (L/min) (psi)
100 0,3 0 0 15
90 4,3 1 0,5 14
80 14,3 1,8 2,1 13
70 28,4 2,9 3,5 11,5
60 42,1 4 4,5 10
50 54,9 5 5,3 9
40 67,3 6 6,1 7,5
30 77,8 6,9 6,7 6
20 87 7 7,1 5
10 94,6 8 7,6 3,9
0 99,3 8,2 7,9 2,2

11
Tabel 2.6.3 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali Tekanan %PO 0% - 100% Tanpa Tangki
Laju alir air udara Tekanan valve (P2)
%PO %PV P4 (psi)
keluar (L/min) (psi)
0 100 8,5 7,9 2,9
10 95,9 8 7,7 3,9
20 88,3 7,8 7,3 5
30 79,3 7 6,8 6.2
40 68,8 6 6,2 7,5
50 56,9 5 5,5 8,9
60 43,8 4 4,6 10
70 29,9 3 3,5 11,5
80 18,7 2 2,2 12,9
90 0,47 1 0,6 14
100 0,3 0 0 15,5

Tabel 2.6.4 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali Tekanan %PO 100% - 0% Tanpa Tangki
Laju alir air udara Tekanan valve (P2)
%PO %PV P4 (psi)
keluar (L/min) (psi)
100 0,3 0 0 15
90 4,3 1 0,5 14
80 14,4 1,8 2,1 12,9
70 28,6 2,9 3,4 11,5
60 42,4 4 4,5 10,2
50 55,1 5 5,4 9
40 67,6 5,9 6,2 7,5
30 78,1 6,9 6,7 6,1
20 87,3 7,3 7,2 5
10 94,9 8 7,6 3,9
0 99,6 8,5 7,8 3

12
Tabel 2.6.5 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali pH Dengan Bukaan Valve Dari Minireg
Volume larutan
Waktu Volume larutan basa Waktu
%PO basa tertampung %PO
(menit) tertampung (mL) (menit)
(mL)
0 0 1 0 100 73
10 12 1 12 90 63
20 20 1 20 80 50
30 25 1 25 70 43
40 30 1 30 60 42
50 35 1 35 50 31
60 41 1 41 40 30
70 47 1 47 30 20
80 49 1 49 20 20
90 62 1 62 10 16
100 73 1 73 0 0
Tabel 2.6.6 Data Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran pada
Pengendali pH Dengan Bukaan Valve Dari Personal Computer (PC)

Volume larutan basa Waktu Volume larutan basa Waktu


%PO %PO
tertampung (mL) (menit) tertampung (mL) (menit)

0 0 1 0 100 70
10 22 1 22 90 63
20 29 1 29 80 57
30 35 1 35 70 51
40 40 1 40 60 45
50 47 1 47 50 38
60 53 1 53 40 28
70 57 1 57 30 27
80 59 1 59 20 23
90 63 1 63 10 17
100 70 1 70 0 0

13
BAB 3
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Perhitungan


Tabel 3.1.1 Hasil Perhitungan Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali
pH
Laju alir Laju alir
Volume air Volume air
larutan basa Waktu keluaran larutan basa keluaran
%PO
tertampung (menit) pompa tertampung pompa
(mL) peristaltik (mL) peristaltik
(mL/min) (mL/min)
0 1 0 100 70 70
22 1 22 90 63 63
29 1 29 80 57 57
35 1 35 70 51 51
40 1 40 60 45 45
47 1 47 50 38 38
53 1 53 40 28 28
57 1 57 30 27 27
59 1 59 20 23 23
63 1 63 10 17 17

14
1.2 Pembahasan
1.2.1 Pembahasan Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran
pada Pengendali Tekanan

Grafik P4 vs %PO Sistem Sistem Dengan Tangki


10
Laju alir udara keluar (L/min)

0
0 20 40 60 80 100
%PO

0 - 100 100 - 0

Gambar 3.2.1.1 Grafik Laju Alir Udara Keluar (P4) vs %PO Sistem Sistem
Dengan Tangki
Grafik hubungan antara %PO dengan P4 dalam hasil praktikum menunjukan
berbanding lurus. Semakin besar nilai %PO maka nilai P4 juga akan semakin
besar. Dari grafik diatas nilai R2 telah mendekati 1 yang berarti bahwa grafik telah
linier dan error yang dihasilkan kecil karena grafik yang dihasilkan hampir
berhimpitan.

15
Grafik P4 vs %PO Sistem Sistem Tanpa Tangki
10

Laju alir udara keluar (L/min)


8

0
0 20 40 60 80 100
%PO

0 -100 100 - 0

Gambar 3.2.1.2 Grafik Laju Alir Udara Keluar (P4) vs %PO Sistem Tanpa Tangki
Dalam praktikum pengendalian tekanan tanpa tangki maka valve yang
harus ditutup adalah V3 dan V5. Data yang diperoleh dari hasil praktikum adalah
%PO berbanding lurus dengan P4. Semakin besar %PO maka valve masuknya
udara seharusnya akan semakin menutup, apabila udara yang masuk kecil maka
nilai P4 akan menurun. Dari grafik diatas nilai R2 telah mendekati 1 yang berarti
bahwa grafik telah mendekati linier dan dari kedua grafik antara %PO 0-100
dengan 100-0 hampir berimpit yang diasumsikan error ,karena seharusnya grafik
mempunyai arah yang keterbalikan.

Grafik P2 vs %PO Sistem Sistem Dengan Tangki


16
Tekanan valve (P2) (psi)

14
12
10
8
6
4
2
0
0 20 40 60 80 100
%PO

0 - 100 100 - 0

16
Gambar 3.2.1.3 Grafik Tekanan Valve (P2) vs %PO Sistem Sistem
Dengan Tangki
Dalam praktikum pengendalian tekanan menggunakan tangki, maka V3, V5
dan V6 ditutup. Hubungan antara %PO dengan P2 adalah berbanding lurus,
sehingga menghasilkan grafik linier. Linieritas dari grafik diatas juga dibuktikan
dari grafik yang dihasilkan sangat berimpit yang menunjukkan error bernilai
sangat kecil. P2 merupakan pembacaan tekanan pada hasil tekanan keluaran
orifice sedangkan P4 merupakan pembacaan tekanan pada hasil tekanan keluaran
orifice.

Grafik P2 vs %PO Sistem Sistem Dengan


TanpaTangki
20
Tekanan valve (P2) (psi)

15

10

0
0 20 40 60 80 100
%PO

0 - 100 100 - 0

Gambar 3.2.1.4 Grafik Tekanan Valve (P2) vs %PO Sistem Sistem


Dengan TanpaTangki
Dalam hasil praktikum yang diperoleh, %PO berbanding lurus dengan nilai
P2. Semakin tinggi nilai %PO, nilai P2 akan semakin tinggi pula. Grafik yang
diperoleh nilai R2 telah mendekati 1 yang berarti bahwa grafik telah linier dan
grafik yang dihasilkan dari kedua percobaan antara %PO 0-100 dengan 100-0
grafik yang dihasilkan hampir berimpit sehingga error yang dihasilkan
kemungkinan kecil.

17
Grafik %PV vs %PO Sistem Sistem Dengan Tangki
120
100
80
%PV 60
40
20
0
0 20 40 60 80 100
%PO

0 - 100 100 - 0

Gambar 3.2.1.5 Grafik %PV vs %PO Sistem Sistem Dengan Tangki


Dalam praktikum percobaan korelasi antara besaran – besaran pada
pengendali tekanan %PV berbanding berbanding terbalik dengan %PO. Tipe
control valve untuk pengendali pH adalah pneumatic valve dengan jenis air to
close. %PO semakin besar tekanan disuplai ke kontrol valve semakin besar pula
sehingga membuat valve semakin menutup. Apabila valve semakin menutup
maka laju alir akan semakin menurun, sehingga grafik yang dihasilkan akan turun
kebawah. Dalam perobaan ini hasil dari %PO 0-100 dengan %PO 100-0memiliki
hasil yang hampir sama dengan dibuktikan dari grafik yang bersinggungan satu
sama lain. Dalam valve tipe ini apabila %PO = 0% maka %PV yang dihasilkan
akan 100% karena valve membuka secara sempurna, begitupun sebaliknya apabila
%PO = 100%. Dari grafik diatas nilai R2 telah mendekati 1 yang berarti bahwa
grafik yang dihasilkan telah linier dan grafik yang dihasilkan antar %PO 0-100
dengan %PO 100-0 hampir berimpit sehingga dapat disimpulkan bahwa error
sangat sedikit.

18
Grafik %PV vs %PO Sistem Sistem Dengan Tanpa
Tangki
120
100
%PV 80
60
40
20
0
0 20 40 60 80 100
%PO

0 - 100 100 - 0

Gambar 3.2.1.6 Grafik %PV vs %PO Sistem Sistem Dengan Tanpa


Tangki
Hasil praktikum pada pengendali tekanan untuk hubungan antara
%PO dengan %PV adalah berbanding lurus. Hal ini dikarenakan pengendali
tekanan memiliki tipe control valve yaitu pneumatic valve “air to close”.
Semakin besar %PO yang di inputkan ke dalam pengendali, maka valve
untuk bagian masuk udara akan semakin menutup dan berdampak pada
%PV yang semakin kecil pula. Untuk %PO 0-100 dan %PO 100-0 memiliki
hasil yang sama yang mengindikasikan percobaan berhasil. Dari grafik
dihasilkan nilai R2 telah mendekati 1 yang berarti grafik yang dihasilkan
linier dengan nilai error sangat kecil karena grafik yang dihasilkan
berhimpit.

19
1.2.1 Pembahasan Hasil Percobaan Korelasi Antara Besaran – besaran
pada Pengendali pH

Grafik laju alir larutan basa (MV) vs %PO


80
70
60
50
%PO

40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100
Laju Alir air (ml/min)

Gambar 3.2.2.1 Grafik Laju Alir Larutan Basa (MV) vs %PO Dengan
Bukaan Valve Dari Minireg
Praktikum korelasi antara besaran-besaran pada pengendali pH
menggunakan pump speed menunjukan bahwa %PO semakin tinggi maka laju alir
akan semakin tinggi pula. Pengendali pH memiliki jenis control valve peristaltic
pump yang mana apabila %PO semakin tinggi maka daya yang disuplai ke FCE
akan semakin besar sehingga valve akan membuka lebih besar. Semakin besar
bukaan valve maka laju alir akan semakin meningkat begitupun sebaliknya
apabila %PO semakin rendah. Grafik yang dihasilkan dari praktikum telah
membuktikan bahwa tipe valve pada pengendali pH yaitu “peristaltic pump”
dikarenakan semakin besar %PO yang diberikan laju alir akan semakin
meningkat. Grafik yang dihasilkan cenderung tidak linier dikarenakan kurang
telitinya praktikan dalam menghentikan laju alir ketika telah tercapai waktu yang
dikehendaki dan kurang telitinya praktikan dalam mengamati volume air yang
telah tertampung ke dalam gelas ukur. Dari grafik diatas diperoleh nilai R2
mendekati 1 yang berarti grafik yang dihasilkan telah linier.

20
Grafik laju alir larutan basa (MV) vs %PO
80

70

60

50
%PO

40

30

20

10

0
0 20 40 60 80 100
laju alir air (ml/min)

Gambar 3.2.2.2 Grafik Laju Alir Larutan Basa (MV) vs %PO Dengan PC
Pada grafik hubungan %PO dengan laju menggunakan PC menghasilkan
grafik yang hampir sama dengan menggunakan pump speed, yaitu semakin besar
%PO maka laju alir akan semakin besar. Dari kedua grafik menggunakan PC
ataupun Pump speed telah membuktikan bahwa hasil praktikum menunjukan
pengendali pH memiliki tipe peristaltic control pump. Grafik yang dihasilkan dari
grafik telah linier dan kedua grafik yang dihasilkan menghasilkan histerisis yang
kecil karena grafik antara PC 1 dan PC 2 hampir berhimpit.

21
BAB 4
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan


sebagai berikut :

A. Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali Tekanan

1. Semakin besar %PO maka %PV akan semakin menurun

2. Semakin besar %PO maka control valve akan semakin menutup “air to
close”

B. Korelasi Antara Besaran – besaran pada Pengendali pH

1. Semakin besar %PO maka laju alir akan semakin tinggi.

2. Semakin besar %PO maka daya yang disuplai FCE akan semakin besar
pula, sehingga valve akan semakin membuka, tipe control valve untuk
pengendali pH adalah Peristaltic Control Pump

22
DAFTAR PUSTAKA

Wahyudi, Ilhan. 2016. Sistem Pengendalian Level Steam Drum Di Boiler 52-B-
101d Pada Saat Start Up Pt. Pertamina (Persero) Ru-Iv Balongan. STEM
Akamigas
Rahmadwati,2014.Pengendalian Kadar Keasaman (pH) Pada Pengendapan Tahu
Menggunakan Kontroler PID Berbasis ATmega328.Universitas Brawijaya
Wulandari, Atika,2015.Pengendali Tekanan PCT-14.Universitas Brawijaya

23
APPENDIKS

Appendiks berisi metode perhitungan yang digunakan pada hasil percobaan

Perhitungan laju alir air keluaran pompa peristaltik (mL/min)

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑉) 𝑚𝐿


= 𝑓𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 ( )
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑡) min

70 𝑚𝑙
= 70 𝑚𝑙/𝑚𝑖𝑛
1 𝑚𝑖𝑛

24

Anda mungkin juga menyukai