Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Morbili atau rubeola juga disebut (measles) atau campak merupakan


penyakit infeksi virus sistemik akut yang sangat menular yang biasanya terdiri
dari demam, dan batuk, diikuti oleh ruam menyeluruh.1 Tempat predileksi dimulai
pada wajah, dan leher bagian atas kemudian menyebar ke ekstremitas dan seluruh
tubuh.2 Disebabkan virus campak atau Measles Virus yang berasal dari genus
Morbilivirus famili Paramyxoviridae.2
Morbili biasanya terjadi pada anak-anak.1 Namun infeksi dapat terjadi pada
semua orang yang tidak divaksinasi dari segala usia atau pada mereka yang
kekebalan tubuhnya lemah.2 Data yang dikumpulkan antara tahun 2000 dan 2008,
jumlah kasus campak di seluruh dunia yang dilaporkan ke WHO dan Dana Anak-
anak PBB (UNICEF) menurun sebesar 67% (dari 852.937 menjadi 278.358).3
Selain disebabkan oleh virus, penyebab campak dapat terjadi juga karena
beberapa faktor risiko yaitu anak-anak dengan defisiensi imun karena HIV atau
AIDS, leukemia, atau terapi kortikosteroid, terlepas dari status imunisasi,
bepergian ke daerah di mana campak endemik atau kontak dengan wisatawan ke
daerah endemis, dan bayi yang kehilangan antibodi pasif sebelum usia imunisasi
rutin.2 Untuk itu refarat ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui penyakit
campak dimulai dari pengertian sampai dengan bagaimana prognosis penyakit ini
terjadi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Morbili atau Rubeola, juga disebut (measles) atau campak adalah
penyakit karena virus yang menghasilkan eksantema virus.1 Eksantema
adalah nama lain untuk ruam atau erupsi kulit.2 Campak menyebar dari satu
anak ke anak lain melalui melalui droplet dan masuk melalui saluran nafas
bagian atas.1 Kadang-kadang, menyebar melalui tetesan udara dari anak yang
terinfeksi.2
Morbili merupakan penyakit infeksi virus sistemik akut yang sangat
menular yang biasanya terdiri dari demam, dan batuk, diikuti oleh ruam
menyeluruh, dengan setidaknya 90% tingkat infeksi sekunder pada kontak
langsung yang rentan.2 Meskipun dianggap sebagai penyakit anak-anak,
campak dapat memengaruhi orang-orang dari segala usia.1

Gambar 2.1 Morbili

2.2 Etiologi
Etiologi morbili atau rubeola adalah virus campak atau Measles
Virus yang berasal dari genus Morbilivirus, famili Paramyxoviridae.1 Virus
campak berukuran 100-250 nm dan mengandung inti untai rantai RNA
tunggal yang diselubungi lapisan pelindung lipid.2 Virus ini jangka hidupnya
pendek yaitu kurang dari 2 jam.2 Virus campak ditularkan melalui droplet dan
masuk melalui saluran nafas bagian atas.1 Penularan dapat terjadi melalui

2
penderita yang batuk dan bersin atau kontak langsung dengan sekret
penderita.2

2.3 Epidemiologi
Morbili biasanya terjadi pada anak-anak.3 Namun infeksi dapat terjadi
pada semua orang yang tidak divaksinasi dari segala usia atau pada mereka
yang kekebalan tubuhnya lemah.2 Anak- anak yang tidak divaksinasi berisiko
paling tinggi.2 Tingkat serangan spesifik usia mungkin paling tinggi pada
bayi yang rentan di bawah 12 bulan, anak usia sekolah, atau orang dewasa
muda.1
Data yang dikumpulkan antara tahun 2000 dan 2008, jumlah kasus
campak di seluruh dunia yang dilaporkan ke WHO dan Dana Anak-anak PBB
(UNICEF) menurun sebesar 67% (dari 852.937 menjadi 278.358).1,2 Selama
periode 8 tahun yang sama, kematian campak global turun 78%.1 Dari 66
kasus campak yang dilaporkan di Amerika Serikat pada 2005, 7 (10,6%)
melibatkan bayi, 4 (6,1%) melibatkan anak usia 1-4 tahun, 33 (50%)
melibatkan orang berusia 5-19 tahun, 7 ( 10,6%) melibatkan orang dewasa
berusia 20-34 tahun, dan 15 (22,7%) melibatkan orang dewasa yang lebih tua
dari 35 tahun.1
Di negara berkembang, campak menyerang 30 juta anak per tahun dan
menyebabkan 1 juta kematian.8 Campak menyebabkan 15.000-60.000 kasus
kebutaan per tahun.2 Laki-laki dan perempuan yang tidak divaksinasi sama-
sama rentan terhadap infeksi oleh virus campak.1 Campak mempengaruhi
orang-orang dari semua ras.1

2.4 Faktor Resiko


Faktor risiko untuk infeksi virus campak meliputi:4
 Anak-anak dengan defisiensi imun karena HIV atau AIDS, leukemia,
agen alkilasi, atau terapi kortikosteroid, terlepas dari status imunisasi.4
 Bepergian ke daerah di mana campak endemik atau kontak dengan
wisatawan ke daerah endemis.4

3
 Bayi yang kehilangan antibodi pasif sebelum usia imunisasi rutin.4

2.5 Cara Menegakkan Diagnosis


2.5.1 Anamnesis
Didahului dengan demam tinggi yang biasanya berlangsung 4-7
hari.1 Fase prodromal ini ditandai oleh malaise, anoreksia,
konjungtivitis, batuk, dan coryza.1 Gejala terkait lainnya yang mungkin
termasuk fotofobia, edema periorbital, dan mialgia.2

2.5.2 Pemeriksaan Fisik


Lesi di mukosa (Exanthema) karakteristik umumnya muncul 2-4
hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam atau di
langit-langit (bintik koplik) selama tahap awal ini.1 Ruam kemerahan
dikulit yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala.2
Ruam ini bisa berupa bercak eritematosa dan makulopapular yang
berkembang sekitar 14 hari setelah paparan, dimulai pada wajah dan
leher bagian atas menyebar ke ekstremitas dan seluruh tubuh.3

2.5.3 Pemeriksaan Penunjang


Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu :4
 Pemeriksaan laboratorium
Pada Hitung sel darah lengkap didapatkan leukopenia dengan
limfositosis relatif dan trombositopenia.4 Hasil tes fungsi hati (LFT)
didapatkan peningkatan kadar transaminase pada pasien dengan
hepatitis campak. 4
 Kultur virus
Usap tenggorokan dan usap hidung atau swab kultur virus dapat
digunakan untuk mengisolasi virus campak. 4
 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Evaluasi polymerase chain reaction (PCR) sangat sensitif dalam
memvisualisasikan RNA virus campak dalam darah, tenggorokan,

4
nasofaring, atau spesimen urin dan, jika tersedia, dapat digunakan
untuk secara cepat mengkonfirmasi diagnosis campak.1
 Radiografi Dada
Jika dicurigai pneumonia bakteri, lakukan radiografi
dada.4 Seringnya terjadi pneumonia campak.4
 Lumbal Pungsi
Jika dicurigai ensefalitis, lakukan tusukan lumbal.1 Pemeriksaan
CSF mengungkapkan hal seperti Peningkatan protein, Glukosa
normal, Pleocytosis ringan dengan dominasi limfosit.1
 Analisis Jaringan dan Temuan Histologis
Biopsi kulit dari lesi erupsi campak menunjukkan spongiosis dan
vesikulasi pada epidermis dengan keratinosit dyskeratotic yang
tersebar.2 Sel raksasa multinukleasi limfoid (berdiameter ≤ 100 nm)
dapat diidentifikasi dalam biopsi bintik koplik, pada ruam kulit atau
epitel.2

Gambar 2.2 Histopatologi Morbili

2.6 Patogenesis
Di daerah beriklim sedang, insiden puncak infeksi terjadi selama akhir
musim dingin dan musim semi.6 Infeksi virus campak menyebabkan
imunosupresi umum yang ditandai dengan penurunan hipersensitivitas tipe
lambat, produksi interleukin (IL) -12, dan respons limfoproliferatif spesifik
antigen yang bertahan selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan
setelah infeksi akut.1 Imunosupresi dapat mempengaruhi individu untuk
infeksi oportunistik sekunder, khususnya bronkopneumonia, penyebab utama
kematian terkait campak di antara anak-anak yang lebih muda.1

5
2.7 Patofisiologi
Infeksi ditularkan melalui tetesan pernapasan, yang dapat tetap aktif dan
menular, baik di udara atau di permukaan, hingga 2 jam.6 Infeksi awal dan
replikasi virus terjadi secara lokal di sel epitel trakea dan bronkial.3 Setelah 2-
4 hari, virus campak menginfeksi jaringan limfatik lokal, mungkin dibawa
oleh makrofag paru.6 Setelah amplifikasi virus campak pada kelenjar getah
bening regional, viremia terkait sel yang menyebar menyebarkan virus ke
berbagai organ sebelum munculnya ruam.6

2.8 Diagnosa Banding


2.8.1 Rubella.
Pada rubella didapatkan adanya pembesaran kelenjar limfonodi di
daerah suboksipital, servikal bagian posterior dan belakang telinga.2
Ruam pada penyakit ini muncul ketika masih terjadi demam.2 Dan saat
ruam menghilang dapat terjadi deskuamasi.2

Gambar 2.3 Rubella

2.8.2 Roseola Infantum


Penyakit ini dimulai dengan gejala mendadak, demam setinggi
39,4-41,20C, fontanel anterior mencembung sehingga dapat timbul
kejang.3 Mukosa faring mungkin sedikit meradang dan sedikit koryza.3
Ruam menghilang dalam 3 hari.3 Deskuamasi jarang dan tidak ada
pigmentasi. Limfonodi dapat membesar terutama di daerah servikal.3

6
Gambar 2.4 Roseola Infantum

2.9 Penatalaksanaan
Langkah-langkah pendukung, seperti antipiretik dan cairan, digunakan
untuk pengobatan campak, Antitusif dapat digunakan untuk menekan batuk.2
 Superinfeksi bakteri, seperti pneumonia dan otitis media, harus diobati
dengan antimikroba yang sesuai. Namun, antibiotik profilaksis tidak
boleh diberikan.1 Anak-anak dengan campak harus diberikan vitamin
A sekali sehari selama 2 hari. Anak-anak dengan usia >12 bulan
dengan dosis 200.000 IU, bayi 6-12 bulan dosisnya 100.000 IU, dan
bayi yang berusia kurang dari 6 bulan diberikan 50.000 IU.1 Untuk
anak-anak yang kekurangan gizi dengan tanda-tanda kekurangan
vitamin A, dosis ketiga harus diberikan setelah 2-4 minggu.3
 Antivirus seperti ribavirin diberikan secara intravena atau aerosol
telah digunakan untuk mengobati campak, namun belum ada
penelitian formal yang dilakukan, sehingga kemanjurannya terhadap
campak tidak terbukti.1
 Vaksin campak biasanya diberikan sebagai kombinasi vaksin campak,
gondok, dan rubela (MMR).2 Saat ini, 2 dosis biasanya diberikan,
biasanya pada usia 12-15 bulan (dalam wabah, vaksin dapat diberikan
setelah usia 6 bulan).3 Dosis kedua biasanya diberikan pada awal
sekolah, tetapi dapat diberikan lebih awal.3 Interval minimum antara
dosis adalah 1 bulan.3

7
2.10 Edukasi
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara mendorong pasien untuk
melakukan vaksinasi. Dengan pemberian vaksinasi campak ataupun vaksinasi
MMR (Mumps, Measles, Rubella) dengan dosis 0,5 mL, diberikan secara
subkutan.Vaksin campak diberikan pada anak usia 9 bulan.6
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit :4

 Penderita campak harus diisolasi dari orang lain untuk menghindari


resiko penularan.4 Penderita dilarang pergi ke sekolah atau tempat
penitipan anak sampai sekurang-kurangnya empat hari setelah
munculnya ruam.4
 Penderita campak harus menutup hidung dan mulut ketika batuk atau
bersin, membuang tisu kotor, mencuci tangan dengan baik dan tidak
menggunakan peralatan seperti sendok, piring, baju, dan selimut yang
sama dengan orang lain.4
 Wanita hamil, anak penderita kanker atau penderita gangguan imunitas
harus menghindari kontak dengan penderita campak.4 Jika terdapat
kontak dengan penderita, sebaiknya segera menghubungi dokter.6

2.11 Komplikasi
Komplikasi umum yang terjadi adalah infeksi telinga atau otitis media,
dan diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi.1 Komplikasi khusus dapat
berupa pada Saluran pernafasan seperti bronkopneumonia,
laringotrakeobronkitis (croup), Ensefalitis akut, terjadi pada 2-10/10.000
kasus dengan angka kematian 10-15%.1 Pada ibu hamil yaitu kelahiran
prematur, berat badan rendah pada bayi (BBLR), kelainan bawaan pada bayi
Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE) yaitu suatu proses degeneratif
susunan saraf pusat dengan gejala karakteristik terjadi deteriorisasi tingkah
laku dan intelektual yang diikuti dengan kejang.8

8
2.12. Prognosis
Prognosis morbili atau rubeola umumnya baik pada individu yang
imunokompeten.3 Campak merupakan self limited disease.1 Peningkatan
morbiditas dan mortalitas terjadi pada penderita dengan faktor risiko yang
yang mempengaruhi timbulnya komplikasi.1 Di negara berkembang, angka
kematian mencapai 1-3% dan dapat meningkat hingga 5-15%.3

2.13. Profesionalisme
Membantu mengontrol kesembuhan pasien, jika ada keluhan lain rujuk
ke dokter spesialis kulit dan kelamin.1

9
BAB III
KESIMPULAN

Morbili atau Rubeola, juga disebut (measles) atau campak adalah penyakit
karena virus yang menghasilkan eksantema virus.1 Eksantema adalah nama lain
untuk ruam atau erupsi kulit.2 Tempat predileksi dimulai pada wajah, dan leher
bagian atas kemudian menyebar ke ekstremitas.1 Disebabkan virus campak
atau Measles Virus yang berasal dari genus Morbilivirus
famili Paramyxoviridae.3
Pada morbili biasanya ditemukan ruam berupa bercak, bintik eritematosa
dan makulopapular yang berkembang sekitar 14 hari setelah paparan, dimulai
pada wajah dan leher bagian atas dan menyebar ke ekstremitas.1 Diawali dengan
malaise, demam, anoreksia, konjungtivitis, batuk, dan coryza.2 Adapun diagnosis
dari campak ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta dapat
juga dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, kultur
virus, Polymerase Chain Reaction (PCR), radiografi dada, lumbal pungsi dan
analisis Jaringan serta temuan histologis.7
Penanganan yang dapat dilakukan pada campak berupa pemberian
antipiretik, cairan, vitamin A, antivirus seperti ribavirin dan vaksin campak.3 Akan
tetapi, jika pengobatan tidak adekuat dapat menimbulkan komplikasi seperti
infeksi telinga atau otitis media, dan diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi.1
Prognosis morbili atau rubeola umumnya baik pada individu yang
imunokompeten.3 Campak merupakan self limited disease.1 Peningkatan
morbiditas dan mortalitas terjadi pada penderita dengan faktor risiko yang yang
mempengaruhi timbulnya komplikasi.1

10

Anda mungkin juga menyukai