Anda di halaman 1dari 11

21

Bahan Ajar
PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH S A M P A H

Standar Kompetensi: 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual,


konseptual, prosedural dalamilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
Kompetensi Dasar: 3.7. Mengevaluasi tindakan yang tepat dalam
pelestarian lingkungan hidup kaitannya dengan
pembangunan yang berkelanjutan.
Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu
- Pengertian sampah
- Mendeskripsikan masalah sampah sebagai penyebab pencemaran
lingkungan
- Mengklasifikasikan jenis sampah
- Memberikan contoh dampak sampah bagi lingkungan
- Mengemukakan pendapat mengenai alternatif penanggulangan masalah
sampah sebagai bagian dari solusi masalah pencemaran lingkungan

Materi Pembelajaran
1. Pengertian Sampah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses.
Sampah juga diartikan sebagai material sisa baik dari hewan, manusia,
maupun tumbuhan yang tidak terpakai lagi dan dilepaskan ke alam dalam
bentuk padatan, cair ataupun gas.
Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya,
dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada
hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam
tersebut berlangsung.
22

2. Jenis-jenis sampah
Menurut Daniel (2009) terdapat tiga jenis sampah, di antaranya:
a. Sampah organik: sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai
secara alamiah/biologis, seperti sisa makanan dan guguran daun. Sampah
jenis ini juga biasa disebut sampah basah.
b. Sampah anorganik: sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit
terurai secara biologis. Proses penghancurannya membutuhkan
penanganan lebih lanjut di tempat khusus, misalnya plastik, kaleng dan
styrofoam. Sampah jenis ini juga biasa disebut sampah kering.
c. Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3): limbah dari bahan-bahan
berbahaya dan beracun seperti limbah rumah sakit, limbah pabrik dan lain-
lain.
Sementara Alex (2012) lebih menjelaskan jenis-jenis sampah lebih rinci
sebagai berikut:
a. Berdasarkan Sumbernya
1. Sampah alam: sampah yang diproduksi di kehidupan liar
diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti daun-daun
kering di hutan yang terurai menjadi tanah.
2. Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses
dan urin.
3. Sampah rumah tangga: sampah dari kegiatan di dalam rumah tangga,
sampah yang dihasilkan oleh kebanyakan rumah tangga adalah kertas
dan plastik.
4. Sampah konsumsi: sampah yang dihasilkan oleh manusia dari proses
penggunaan barang seperti kulit makanan dan sisa makanan.
5. Sampah perkantoran: sampah yang berasal dari lingkungan
perkantoran dan pusat perbelanjaan seperti sampah organik, kertas,
tekstil, plastik dan logam.
6. Sampah industri: sampah yang berasal dari daerah industri yang terdiri
dari sampah umum dan limbah berbahaya cair atau padat.
7. Sampah nuklir: sampah yang dihasilkan dari fusi dan fisi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi
lingkungan hidup dan juga manusia.
23

b. Berdasarkan Jenisnya
1. Sampah organik (degradable = dapat terurai): sampah yang muda
membusuk, seperti buangan sisa makanan misalnya daging, buah,
sayuran dan sebagainya.
2. Sampah anorganik (undegradable = tidak terurai): sampah yang tidak
mudah membusuk, seperti sisa material sintetis (plastic), logam, kaca,
keramik dan sebagainya.

Gambar sampah anorganik.

c. Berdasarkan Bentuknya
1. Sampah padat: segala bahan buangan selain kotoran manusia, urin
dan sampah cair.
2. Sampah cair: bahan cairan yang telah digunakan lalu tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Sampah juga dapat dibeadakan berdasarkan kemampuan diurai oleh
alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:
 Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh
proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa
hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
 Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses
biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
◦ Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
◦ Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak
dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper,
thermo coal dan lain-lain.
d. Sampah khusus
Sampah khusus di sini adalah sampah yang memerlukan
penanganan khusus untuk menghindari bahaya yang akan ditimbulkannya,
meliputi:
24

● Sampah rumah sakit merupakan sampah biomedis, seperti sampah dari


pembedahan, peraiatan (misalnya pisau bedah yang dibuang), botol infus
dan sejenisnya, serta obat-obatan (pil, obat bius, vitamin).
Cara pencegahan dan penanganan sampah rumah sakit antara lain:
◦ Sampah rumah sakit perlu dipisahkan
◦ Sampah rumah sakit harus dibakar didalam sebuah incinerator milik
rumah sakit
◦ Sampah rumah sakit ditampung di sebuah container dan selanjutnya di
bakar di tempat pembakaran sampah.
◦ Sampah biomedis disterilisasi terlebih dahulu sebelum dibuang ke
landfill.
● Baterai umumnya berasal dari sampah rumah tangga, dan biasanya
mengandung logam berat seperti raksa dan cadmium yang berbahaya bagi
kesehatan. Di Indonesia, baterai kering hanya dapat disimpan di tempat
kering sampai tersedia fasilitas pengolahan. Jenis sampah khusus lainnya
adalah bola lampu, pelarut dan cat, zat-zat kimia pembasmi hama dan
penyakit tanaman seperti insektisida, pestisida serta sampah dari kegiatan
pertambangan dan eksplorasi minyak

3. Dampak negatif sampah


Apabila pengelolaan sampah tidak dilakukan secara sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan maka akan dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif. Menurut Gelbert dkk dalam (Faizah, 2008) dampak
negatif tersebut adalah:
 Dampak terhadap kesehatan: tempat berkembang biak organisme yang
dapat menimbulkan berbagai penyakit, meracuni hewan dan tumbuhan
yang dikonsumsi oleh manusia.
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan
sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi
beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan
anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan
yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut: *
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur
air minum. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
b. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
25

(taenia).
c. Sampah beracun, telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000
orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi
oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang di buang ke laut
oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
 Dampak terhadap lingkungan: Cairan rembesan sampah yang masuk ke
dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme
termasuk ikan dapat mati serta menyebabkan kerusakan pada unsur-unsur
alam seperti terumbu karang, tanah, dan perairan, sehingga beberapa
species akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem
perairan biologis.
 Dampak terhadap sosial ekonomi: Pengelolaan sampah yang kurang baik
akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi
masyarakat, menyebabkan bau busuk, pemandangan buruk yang
sekaligus berdampak negatif pada pariwisata serta bencana seperti banjir,
rendahnya tingkat kesehatan masyarakat (hal penting disini adalah
meningkatnya pembiayaan secara langsung untuk mengobati orang sakit
dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya
produktivitas)),
Sedangkan Darmono (2010) menyatakan bahwa beberapa dampak
lainnya adalah terjadinya pencemaran udara yang merusak lapisan ozon
sehingga menimbulkan pemanasan global; pencemaran air yang berupa
pencemaran substansi kimia dan radioaktif yang mengganggu fauna
misalnya keracunan hingga terjadinya kerusakan genetik dan gangguan
reproduksi atau perkembangbiakan; dan perpindahan emisi logam yang
mempengaruhi kesehatan makhluk hidup.

4. Upaya Penanggulangan Sampah


Sampah padat dari pemukiman merupakan bagian terbesar dari sampah
yang ada di Indonesia. Pemerintah bertanggung jawab dalam pengumpulan
ulang dan pembuangan sampah dari pemukiman secara memadai. Namun
karena hal lain yang harus diprioritaskan dan kurangnya dana, di beberapa
tempat pengumpulan ulang oleh pemerintah tidaklah tuntas. Disisi lain
masyarakat juga bertanggung jawab dalam membuang sampahnya secara
benar pada suatu tempat pengumpulan dan menjalin suatu kerja sama
dengan pemerintah.
Di daerah perkotaan, sampah rumah tangga oleh masyarakat
26

dikumpulkan dan dibuang kesebuah tempat pembuangan atau container


yang disediakan oleh pemerintah. Dari sini sampah diangkut oleh truk ke
landfill yang umumnya kurang terkontro!, dimana para pemulung mencari
barang-barang yang dapat di daur ulang. Akibat perbedaan gaya dan standar
hidup rumah tangga kota umumnya menghasilkan sampah lebih banyak di
banding rumah tangga di pedesaan. Komposisinya juga berbeda, sebab lebih
banyak barang yang di bungkus dengan berbagai kemasan, dan karenanya
akan lebih banyak plastic yang di buang.
Di desa terpencil, kemungkinan tidak ada pengumpulan sampah oleh
pemerintah secara formal. Sampah, yang umumnya mengandung lebih
banyak bahan organik, biasanya dibuang atau dibakar bersama daun-daunan
dan sampah lain di halaman belakang rumah. Karena modernisasi barang-
barang yang terdiri dari bahan anorganik sampai juga ke daerah pedesaan
sehingga komposisi sampah juga berubah. Beberapa barang seperti baterai
jika dibakar di tempat terbuka atau dibuang disembarang tempat dapat
menimbulkan bahaya-besar.
Dibeberapa tempat, tidak terdapat tempat pengumpulan ulang yang
memadai, sampah dipindah dari rumah ke TPS (Tempat pembuangan
Seijientara) dan berikutnya diangkut ke TPA (Tempat pembuangan Akhir). Di
TPA ini sampah hanya ditumpuk tanpa ada perlakuan khusus.
Di tempat dimana tidak ada sarana TPS memadai, masyarakat
kebanyakan membuang sampahnya di jalan, tanah kosong, disamping
bangunan atau kesungai, dan selokan dimana hal ini akan menyebabkan
"polusi tidak terkontrol". Open Dumping dapat mengancam lingkungan dan
merupakan sumber berbagai penyakit dan masalah lainnya. Masalah-
masalah yang dapat timbul akibat open dumping dan landfill yang tidak
terkontrol adalah sebagai berikut:
 Lahan yang luas akan tertutup oleh sampah dan tidak dapat digunakan
untuk tujuan lain.
 Cairan yang di hasilkan akibat proses penguraian (leachate) dapat
mencemari sumber air.
 Sungai dan pipa air minum mungkin teracuni karena bereaksi dengan zat-
zat atau polutan sampah.
 Penyumbatan badan air.
 Merupakan tempat yang menarik bagi berbagai binatang (tikus, anjing liar).
 Merupakan sumber dan tempat perkembangan organisme penyebar
penyakit.
27

 Gas yang dihasilkan dalam proses penguraian akan terperangkap di dalam


tumpukan sampah dapat menimbulkan ledakan jika mencapai kadar dan
tekanan tertentu.
Pemulung turut memainkan peran penting dalam pengelolaan sampah
di Indonesia. Mereka mencari barang yang bernilai ekonomis dari tumpukan
sampah, TPS dan TPA maupun dari rumah ke rumah, Di satu pihak,
pengelola sampah dari lembaga pemerintah melihat pemulung sebagai
penghambat operasi sitem pengelolaan sampah padat modern yang efisien.
Di lain pihak, pemulung dianggap melakukan pekerjaan yang berguna karena
alasan efisien.
Pengamatan secara umum mengenai sampah dan
pengelolaannya di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia
menunjukkan :
 Persentase bahan organik tinggi (50-75%), sampah umumnya
basah/lembab
 Pada tingkat rumah tangga, kaum wanita umumnya paling berperan dalam
pe.mbuangan sampah,
 Pengumpulan ulang, daur ulang dan pengolahan sampah yang lainnya
tidak efisien dan tidak terorganisasi secara aman bagi manusia fdan
lingkungan.
 Jika tingkat sosial rata-rata rendah, maka kondisi sarana pelayanan umum
yang ada biasanya juga rendah.
 Pengelolaan sampah yang kurang baik biasanya juga dibarengi dengan
fasilitas air minum yang tidak memadai. Hal ini dapat menjadi penyebab
penyebaran penyakit dan kondisi kesehatan yang buruk.
 Industri besar dan kecil tidak memberikan perhatian yang cukup dalam
pengelolaan sampahnya.sedang pemerintah sendiri sulit untuk membiayai
pengelolaan sampah karena hal lain yang hams diprioritaskan.
 Daur ulang seringkali ditangani oleh sektor informal, padahal ini pekerjaan
penting dan jika pihak penguasa mencoba lebih aktif, hal ini dapat
menimbulkan persaingan terbuka.
 Belum diterapkannya prinsip bahwa yang memproduksi barang harus
mengelola sampah dari barang tersebut (misalnya: pabrik baterai kering
harus menerima dan mengelola baterai yang sudah tidak dipakai lagi).
Di kota besar, pemilik toko atau swalayan berlomba mendesain tas
plastik yang indah walaupun harus mengeluarkan biaya lebih: Tas ini menjadi
tanggung jawab konsumen dalam pembuangan maupun pemakaian
28

selanjutnya. Pandangan semacam ini harus berangsur diubah karena


menyebabkan sampah plastik yang beredar di masyarakat semakin besar.
Sampah perdagangan, seperti halnya sampah plastik pembungkus ini,
seharusnya adalah tanggung jawab pemilik toko atau swalayan. Para
pedagang ini dapat membentuk mitra kerja dalam pengumpulan sampah
untuk digunakan lagi atau di daur ulang. Jika hal ini dapat dilakukan ada
beberapa hal yang bisa kita nikmati, yaitu : biaya bahan baku plastik
berkurang (terutama bagi pemulung), terciptanya lapangan kerja (terutama
bagi pemulung), tercipta suasana' lingkungan yang bersih, konsumen akan
menghargai dan lebih suka membeli barang-barang dari perusahaan yang
berorientasi lingkungan.
Dengan memperhatikan besarnya jumlah sampah yang tirnbul setiap
hari, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu menangani
masalah sampah : (1) Menentukan prioritas sebelum membeli barang, (2)
Menghindari konsumsi terhadap barang-barang yang tidak dapat di daur
ulang (oleh alam), (3) Membeli produk yang tahan lama, (4) Menggunakan
produk seiama mungkin, jangan hanya mengikuti mode, (5) Usahakan
memperbaiki barang yang rusak sebelum membuangnya tanpa
pertimbangan, (6) Berikan barang-barang yang sudah tidak dibutuhkan
kepada orang yang masih memerlukannya.
Seperti telah dikemukakan pada sub pengelolaan Sampah di
Indonesia bahwa pemerintah (Pemerintah Daerah dalam hal ini dilaksanakan
oleh Dinas Kebersihan Daerah) secara langsung bertanggung jawab
terhadap pengelolaan sampah mulai dari penyediaan sarana pengangkutan
(truk, gerobak), tempat pembuangan (kontainer, landfill) sampai
pengangkutan sampah dari lahan pembuangan sementara ke lahan
pembuangan akhir, serta penerapan kebijakan, seperti: (1) Penegakan
hukum lingkungan terhadap pencemar lingkungan (2) Pemberlakuan eco-
labeling untuk produksi bersih (3) Pemberlakuan eco-labeling di industri, yang
di dukung dengan pemberian penghargaan atau Kalpataru.
Terdapat beberapa cara pengelolaan sampah, seperti:
a.Sampah organik dikelola sebagai makanan ternak. Di beberapa negara,
sampah organik yang berasal dari restoran biasanya dikumpulkan oleh
peternak dan digunakan sebagai makanan binatang ternak, misalnya babi,
unggas.
b.Dibuatkan kompos. Pengkomposan merupakan upaya. pengolahan
sampah, sekaligus usaha mendapatkan bahan-bahan kompos yang dapat
29

menyuburkan tanah. Sistem ini mempunyai prinsip dasar mengurangi atau


mendegradasi bahan-bahan organik secara terkontrol menjadi bahan-
bahan anorganik dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Sistem
pengkomposan ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :
 Merupakan jenis pupuk yang ekologis dan tidak merusak lingklungan.
 Bahan yang dipakai tersedia, tidak perlu membeli.
 Masyarakat dapat membuatnya sendiri, tidak memerlukan peralatan dan

instalasi yang mahal.


 Unsur hara dalam pupuk kompos ini bertahan lama jika dibanding
dengan
pupuk buatan.
c.Sampah anorganik seperti botol, kertas, plastik, dan kaleng sebelum
dibuang ke TPA sebaiknya dipilih terlebih dulu. Karena dari jenis sampah
ini masih ada kemungkinan untuk dimanfaatkan ulang maupun untuk
didaur ulang. Sisi lain dari pemanfaatan sampah anorganik, seperti kertas
bekas, Koran bekas, majalah bekas, botol bekas, ban bekas, radio tua, TV
tua, dan sepeda usang, adalah dijual kepasar loak. Cara lain dapat juga
dijual ke tetangga maupun teman. Dengan demikian sudah ada usaha
mengurangi jumlah sampah yang ada sert'a pendapatarr rumah tangga
akan bertambah.
d. Didaur ulang. Berbicara mengenai proses daur ulang sampah, ada baiknya
bila mengetahui jenis sampah yang dapat di daur ulang. Sampah-sampah
yang dapat didaur ulang antara lain : sampah plastik, logam, kertas, kaca. .
Sampah yang tidak dapat didaur ulang, hendaknya dibuang ke landfill atau
tempat pembakaran (incinerator).
30

Sampah yang didaur ulang


Contoh proses daur ulang : Kertas bekas yang dikumpulkan secara
terpisah diangkut ke tempat daur ulang kertas, umumnya ke pabrik kertas
atau karton. Barang-barang yang dapat mengganggu jalannya proses daur
ulang (seperti plastik) dipisahkan. Kertas digolongkan menjadi beberapa
kualitas yang berbeda. Kemudian kertas dicampur dengan air, dipanaskan
dan dibuat pulp. Residu tinta dipisahkan untuk meningkatkan kualitas.
Akhirnya dihasilkan kertas daur ulang. Setelah dipotong dalam ukuran
tertentu dan dikemas, kertas akan didistribusikan lagi kekonsumen,
demikian seterusnya. Yang perlu diingat bahwa kertas yang bersih akan
menghasilkan kertas daur ulang dengan mutu baik. Karenanya sangat
penting untuk memisahkan kertas bekas sedini mungkin sebelum
tercampur dengan sampah lain yang sekiranya dapat mengotorinya.
e.Sanitary landfill. Merupakan salah satu pengolahan sampah terkontrol
dengan system sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir). Kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan
selanjutnya di tutup tanah. Cara ini akan menghilangkan polusi udara.
f. Pembakaran. Sampah padat dibakar di dalam incinerator, hasil
pembakaran adalah gas dan residu pembakaran. Penurunan volume
sampah padat hasil pembakaran dapat mencapai 70%. Cara ini relatif lebih
mahal sekitar tiga kali lipat dibanding dengan sanitary landfill. Kelebihan
sistem pembakaran ini adalah :
 Membutuhkan lahan yang relative kecil dibanding sanitary landfill.
 Dapat dibangun di dekat lokasi industri.
 Residu hasil pembakaran relative stabil dan hampir semuanya bersifat
anorganik.
 Dapat digunakan sebagai sumber energi, baik untuk pembangkit uap, air
panas, listrik dan pencairan logam,

Sumber:
- Alex S. 2012. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik.
31

Yogyakarta: Pustaka Baru Press.


- Daniel, Valerina. 2009. Easy Green Living. Bandung: Hikmah.
- Darmono. 2010. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya
dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI Press.
- Faizah. 2008. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat
(Studi Kasus di Kota Yogyakarta). Semarang: Skripsi pada Universitas
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai