Anda di halaman 1dari 2

Nama Vindasari Kumala Dewi

Kelas MIK 4B
NIM 01514146170
Kategori Tugas Artikel
Mata Kuliah Komputer Grafis
Dosen Pengampu Atmaja Septa Miyosa, S.Pd., M.Sn.

Musim kemarau menyebabkan kekeringan dan krisis air yang menimpa warga

Gunungkidul, Yogyakarta semakin parah. Akibatnya, warga di beberapa dusun di


Gunungkidul terpaksa mengandalkan air sungai untuk keperluan minum dan mandi.

Air sungai menjadi andalan sebab air bersih yang dijual pihak swasta melalui
tangki-tangki keliling terlampau mahal. Selain itu, tidak seluruh wilayah dusun di
Gunungkidul yang dilewati oleh jaringan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Salah satu contohnya yang terjadi di dusun Bulurejo, Desa Monggol,


Kecamatan Saptosari. Dari 257 kepala keluarga, hanya 25 persen yang memiliki
meteran air PDAM. Tidak sepenuhnya warga mampu membayar instalasi PDAM.
Lagipula, air PDAM seringnya macet,” kata Wage Daksinarga, penggiat budaya dan
lingkungan di Gunungkidul.

Wage menjelaskan warga yang tidak memiliki meteran PDAM biasanya


‘meminta’ air pada warga lain yang membeli meteran PDAM. Selain itu, pilihan warga,
kata Wage, adalah membeli air dari truk swasta yang berkeliling dengan harga dua kali
lipat dari harga PDAM, yakni sekitar Rp. 125 ribu per tangki dengan kapasitas 5 liter
air.
Bagi warga dusun yang mayoritas petani gaplek (singkong) biaya tersebut
sangat mahal, alhasil ketika taka da hasil pertanian, mereka akan menjual ternank untuk
mencari biaya beli air bersih selama kemarau,” kata Wage.

Wage mengatakan sejauh ini sebenarnya sudah ada bantuan dari pemerintah
terkait tangki air. Misalnya saya, katanya, seperti yang terdapat di Kecamatan
Saptosari. Namun krisis air masih saja terjadi karena selain jumlah minim, cakupan
wilayah pengiriman juga masih cukup luas sehingga tidak merata.

“Jika kemarau panjang, warga di daerah ini, terpaksa harus berjalan sejauh 4
kilometer menuju Sungai Gowang di desa Giring untuk sekadar mandi dan mengambil
sejerigen air untuk minum,” ujar Wage. Sementara itu, Kusmanto, salah satu warga RT
09 Dusun Bulurejo, mengatakan dia menghabiskan kurang lebih 9 tangki air untuk
persediaan musim kemarau. “karena memang air PDAM sering tidak jalan, saya beli
saja tangki air yang mahal, “ ujar Kusmato.

Wage mengatakan warga Gunungkidul berharap instalasi air yang dipasang


pemerintah daerah terutama untuk mengatasi krisis air dan antisipasi musim kemarau
bisa lebih merata. Sehingga, warga tidak perlu mengandalkan air telaga yang
kecoklatan dan keruh ataupun air sungai yang jauh untuk memenuhi kebutuhan harian
mereka. “Karena Gunungkidul bukan tidak ada air, tetapi justru melimpah. Hanya saja
pemda belum mampu mengeksplorasi lebih banyak untuk kehiduan warga sini,” ujar
warga dusun Kecamatan Paliyan tersebut.

Sebelumnya, pihak Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)


memprediksi musim kemarau akan berlangsung hingga bulan November 2015 sebagai
imbas Badai El Nino di kawasan Asa Pasifik.

Anda mungkin juga menyukai