Anda di halaman 1dari 69

METODE PELAKSANAAN

PAKET :
PENINGKATAN JALAN KUTOARJO – KETAWANG (DAK)

SUMBER DANA APBD PROVINSI JAWA TENGAH


TAHUN ANGGARAN 2019

POKJA PEMILIHAN – 6 BIRO ADMINISTRASI PENGADAAN


BARANG/JASA PROVINSI JAWA TENGAH

GEDUNG D SEKRETARIAT DAERAH JL. PAHLAWAN NO. 9


SEMARANG
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Latar belakang adanya Peningkatan Jalan Kutoarjo – Ketawang (DAK) dikarenakan
pada ruas jalan tersebut merupakan jalur utama penghubung antara Kutoarjo dengan Ketawang
dan sekitarnya.
Pada ruas jalan tersebut banyak badan jalan yang mengalami kerusakan, baik rusak retak
buaya maupun berlubang serta mengalami penurunan untuk lapis pondasi bawah.
Akibat dari kerusakan tersebut banyak pengguna jalan yang terjatuh, karena kerusakan
setiap hari bertambah.
Peningkatan Jalan Kutoarjo – Ketawang (DAK) dilaksanakan oleh Pokja Pemilihan – 6
Biro Administrasi Pengadaan Barang/Jasa Provinsi Jawa Tengah, alamat Gedung D Sekretariat
Daerah, Jl. Pahlawan No. 9 Semarang, Dengan Sumber Pendanaan APBD Tahun Anggaran
2019. Uraian singkat pekerjaan : Pelebaran Jalan beton dari 5 meter menjadi 7 meter, Struktur
pondasi pada lokasi pelebaran urugan pilihan (pada lokasi galian), struktur perkerasan diatas
exiting lapis beton kurus dan perkerasan beton semen, struktur perkerasan diatas pelebaran
lapis beton kurus dan perkerasan beton semen.
Untuk paket pekerjaan ini pemerintah menganggarkan dana dengan nilai HPS sebesar Rp
Rp 29.607.549.631,28,- (Dua Puluh Sembilan Milyar Enam Ratus Tujuh Juta Lima Ratus Empat
Puluh Sembilan Ribu Enam Ratus Tiga Puluh Satu Rupiah Dua Puluh Delapan Sen) dengan
jangka waktu pelaksanaan selama 200 ( Dua Ratus ) hari kalender dan jangka waktu
pemeliharaan selama 1095 (Seribu Sembilan Puluh Lima) hari kalender.

I.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan dari dibangunnya paket ini adalah untuk :
1. Meningkatkan kelancaran arus lalu-lintas.
2. Mengurangi angka kecelakaan.
3. Meningkatkan rasa nyaman bagi pengguna jalan.
4. Meningkatkan ketertiban berlalu-lintas.

I.3. LOKASI
Lokasi Peningkatan Jalan Kutoarjo – Ketawang (DAK) berada di Kabupaten Purworejo,
Provinsi Jawa Tengah.
I.4. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan pada Peningkatan Jalan Kutoarjo – Ketawang (DAK) meliputi :

No. Mata Uraian


Pembayaran

A DAFTAR 1. MATA PEMBAYARAN UMUM


DIVISI 1. UMUM
1.8 (1) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
1.21 Manajemen Mutu

DAFTAR 2. MATA PEMBAYARAN PENYELENGGARAAN KEAMANAN DAN


B
KESEHATAN KERJA SERTA KESELAMATAN KONSTRUKSI

DIVISI 1. UMUM
1.19 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

C DAFTAR 3. MATA PEMBAYARAN PEKERJAAN UMUM (MPPU)

DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK


3.1.(1) Galian Biasa
3.3.(1) Penyiapan Badan Jalan

DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN


5.1.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A
5.3.(3) Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus
5.3.(4) Beton untuk Perkerasan Beton Semen dengan Tulangan Ganda
5.3.(5) Baja Tulangan Polos BjTP 280
5.3.(6) Baja Tulangan Sirip BjTP 280

D DAFTAR MATA PEMBAYARAN LAINNYA

DAFTAR 4. MATA PEMBAYARAN DRAINASE


DIVISI 2. DRAINASE
2.3.(28) Saluran berbentuk U Tipe DS 4

DAFTAR 5. MATA PEMBAYARAN PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK


DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK
3.2.(2a) Timbunan Pilihan dari Sumber Galian
3.2.(2b) Timbunan Pilihan dari Galian

DAFTAR 6. MATA PEMBAYARAN PEKERJAAN PREVENTIF


DIVISI 4. PEKERJAAN PREVENTIF
DAFTAR 7. MATA PEMBAYARAN PEKERJAAN PERKERASAN BERBUTIR DAN
PERKERASAN BETON SEMEN (selain MPPU)
DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN

DAFTAR 8. MATA PEMBAYARAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL (selain


MPPU)
DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL

DAFTAR 9. MATA PEMBAYARAN PEKERJAAN STRUKTUR


DIVISI 7. STRUKTUR
7.1.(7a) Beton struktur,fc ’20 MPa
7.1.(8) Beton,fc ’15 Mpa
7.3.(2) Baja Tulangan Sirip BjTP 280
7.9.(1) Pasangan Batu

DAFTAR 10. MATA PEMBAYARAN PEKERJAAN REHAB. JEMBATAN (selain


MPPU)
DIVISI 8. REHABILITASI JEMBATAN

DAFTAR 11. MATA PEMBAYARAN PEKERJAAN HARIAN DAN PEKERJAAN


LAIN-LAIN
DIVISI 9. PEKERJAAN HARIAN DAN PEKERJAAN LAIN-LAIN
9.2 Pekerjaan Lain-Lain :
9.2.(1) Marka Jalan Termoplastik
9.2.(5) Patok Pengarah

DAFTAR 12. MATA PEMBAYARAN PEMELIHARAAN KINERJA


DIVISI 10. PEKERJAAN PEMELIHARAAN KINERJA
10.1 Pemeliharaan Kinerja Jalan :
10.1.(9) Perbaikan Campuran Aspal Panas
10.1.(19) Pembersihan Patok
10.1.(20) Pembersihan Rambu
10.1.(21) Pembersihan Drainase
10.1.(22) Pengendalian Tanaman

10.2 Pemeliharaan Kinerja Jembatan :


10.2.(1) Pembersihan Jembatan
10.2.(4) Pengecatan Elemen Baja
10.2.(5) Pengecatan Sederhana / Elemen Beton
STRUKTUR ORGANISASI
PT HIDAYAH DUTA SARANA PUTRA

Direktur
Dra. Noor Hidayati

General Superintendent
Wawan Kurniawan, ST

Quantity Engineer
Didik Setyawan, ST

Manajer Mutu Administrasi Petugas K3


Joko Heriyanto, ST Ari Indra Widyawan Aditya Dian Prapassa, ST

Kepala Tukang

Tukang

Pekerja
URAIAN TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
PERSONIL PENYEDIA JASA

Di bawah ini personil inti yang akan kami ajukan :

1. Nama : Wawan Kurniawan, ST


Jabatan : General Superintendent
Tugas dan Tanggung Jawab :
 Memberikan masukan kepada pimpinan Perusahaan terhadap rencana pelaksanaan
Proyek .
 Membuat gambar rencana dan gambar pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
 Melakukan pengukuran kembali bersama-sama dengan pihak proyek.
 Memanfaatkan seluruh dana, tenaga, alat, waktu dan teknologi yang ada secara optimal.
 Mengusahakan pemenuhan persyaratan mutu, batasan waktu, batasan biaya seperti
telah ditetapkanMengatur dan mengendalikan SDM , suplaier atau sub Surat Perjanjian
Harga Satuan Pekerjaan Konstruksitor yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan.
Wewenang
 Memutuskan strategi pelaksanaan proyek berkaitan dengan pengendalian mutu, waktu
dan biaya pekerjaan.
 Menerima dan mengatur SDM untuk pelaksanaan Proyek.
 Menetapkan hasil pelaksanaan pekerjaan dari segi volume dan biaya pekerjaan yang
telah disepakati dan menanda tangani setiap dokumen yang berkaitan dengan kuantitas
dan biaya pekerjaan .
 Memberikan rekomendasi atas penawaran supplier atau sub Surat Perjanjian Harga
Satuan Pekerjaan Konstruksitor yang akan terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan.
 Melakukan kesepakatan dengan pihak ketiga setelah berkoordinasi dengan pimpinan(
Direktur).
2. Nama : Didik Setyawan, ST
Jabatan : Quantity Engineer (QE)
Tugas dan Tanggung Jawab
 Berwenang mengatur pelaksanaan pekerjaan termasuk Finansial dan Logistik dan
berkewajiban melaporkan ke project manager.
 Membuat program mingguan dan memberikan pengarahan kegiatan harian kepada
pekerja.
 Melakukan manejemen konstruksi dalam pelaksanaan pekerjaan.
 Melakukan evaluasi dan membuat laporan hasil kerja di lapangan.
 Melaporkan progress pekerjaan kepada Project Manager.
 Mempunyai tugas bekerja sama dengan Direksi Lapangan dan memutuskan segala
kebijakan yang diambil dilapangan atas nama Perusahaan.
 Bekerja sama dengan Direksi untuk melaksanakan Inspeksi dan Test sesuai Standard
Prosedur dan Standard Desain yang telah disepakati dan melaporkan ke Pimpinan
perusahaan.
Wewenang
 Menilai dan mengevaluasi kemajuan kerja dari masing –masing sub Surat Perjanjian
Harga Satuan Pekerjaan Konstruksitor , atau masing-masing unit pekerja ( Kepala
Tukang ).
 Memberikan laporan atas kemajuan kerja masing-masing sub Surat Perjanjian Harga
Satuan Pekerjaan Konstruksitor, atau masing-masing unit kerja ( Kepala Tukang ).
 Mengeluarkan dana taktis sebatas kewenangan pekerjaan guna kelancaran pelaksanaan
pekerjaan.

3. Nama : Joko Heriyanto, ST


Jabatan : Manajer Mutu (QC)
Tugas dan Tanggung Jawab
 Melaksanakan prosedur K3 dan Lingkungan di tempat kerja
 Bekerjasama dengan rekan kerja dan lingkungan sosial yang beragam
 Mengelola Rencana Mutu (Quality Plan)
 Mengelola isi Daftar Simak (Check List)
 Mengelola hasil inspeksi dan pengujian (Quality Control)
 Melakukan kaji ulang pelaksanaan jaminan mutu
 Mengelola dokumentasi dan laporan

Wewenang
 Menilai dan mengevaluasi kemajuan kerja dari masing –masing sub Surat Perjanjian
Harga Satuan Pekerjaan Konstruksitor , atau masing-masing unit pekerja ( Kepala
Tukang ).
 Memberikan laporan atas kemajuan kerja masing-masing sub Surat Perjanjian Harga
Satuan Pekerjaan Konstruksitor, atau masing-masing unit kerja ( Kepala Tukang ).
 Mengeluarkan dana taktis sebatas kewenangan pekerjaan guna kelancaran pelaksanaan
pekerjaan .

4. Nama : Ari Indra Widyawan


Jabatan : Administrasi
Tugas dan Tanggung Jawab
 Melakukan seluruh aktivitas administrasi dengan baik dan teratur .
 Mengelola Keuangan dengan efektif dan efisien.
 Menyelenggarakan verifikasi bukti-bukti dan melakukan pembayaran.
 Melaksanakan administrasi kontrak termasuk masalah termyn.
 Membantu direktur mengevalusi laporan keuangan proyek.
 Melakukan evaluasi dan membuat laporan hasil kerja di lapangan
5. Nama : Aditya Dian Prapassa, ST
Jabatan : Petugas K3
Tugas dan Tanggung Jawab
 Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan terkait K3
Konstruksi
 Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi
 Merencanakan dan menyusun program K3
 Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
 Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan program, prosedur
kerja dan instruksi kerja K3
 Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis K3
konstruksi
 Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika
diperlukan
 Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan
darurat.
BAB. II. METODE PENYELESAIAN PEKERJAAN
Metode penyelesaian pekerjaan dapat digambar dengan bagan alir pelaksanaan pekerjaan
sebagai berikut :
BAGAN ALIR PELAKSANAAN PEKERJAAN

MULAI

REKAYASA
LAPANGAN

Tidak
Q
1
Ya

MUTUAL CEK

Tidak
Q AMANDEMEN
1
Ya

Manajemen dan Manajemen Mutu Galaian Biasa Penyiapan Badan Jalan Timbunan Pilihan
Keselamatan Lalu Keselamatan dan dari Galian
Lintas Kesehatan Kerja
Tidak
Tidak Tidak Tidak Tidak
Q
Q Q Q Q
1
1
Ya
1 1 Ya 1

Ya Ya Ya
1 2 3

Pasangan Batu
Agregat Kelas A Saluran berbentuk U
Tipe DS 4
TDK Tidak

Q Q Tidak
13 Q
Ya 3
YA 1
Ya
Lapis Pondasi Bawah
Baja tulangan
Beton Kurus
TDK

TDK Q1
Q
YA
YA

Betun fc ’20 MPa Baja Tulangan


Polos

TDK
TDK
Q
Q
YA
YA
Baja Tulangan
Sirip
Timbunan
Pilihan
TDK
TDK
Q
Q
YA
YA
Perkerasan
Beton Semen
Beton Fc’ 15
MPa TDK

Q
TDK
Q
YA
YA
Perbaikan CAP

TDK
Q

YA

Patok Pengarah

YA

TDK Q
Pemeliharaan
YA

TDK
Marka Jalan

Q
TDK
YA
Q

YA

SELESAI
BAB. III. URAIAN PEKERJAAN UTAMA
Dalam Peningkatan Jalan Kutoarjo – Ketawang (DAK) ini yang termasuk dalam Item
Pekerjaan Utama antara lain :

Dibawah ini akan dijabarkan lebih luas pengertian tentang item pekerjaan utama diatas
serta digambarkan bagaiman cara pengerjaan serta penggunaam alat dan lama waktu
pelaksanaan pada paket tersebut.

I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Penyusunan Rencana Mutu Kontrak (RMK)
Penyedia Jasa mempersiapkan RMK yang merupakan salah satu dokumen pelaporan memuat
diantaranya informasi kegiatan, sasaran mutu kegiatan, tugas dan wewenang, pembagian
personil, dan struktur organisasi, untuk menyelesaikan pekerjaan agar dicapai hasil yang tepat
mutu, tepat waktu dan tepat guna tanpa adanya dampak lingkungan selama proses
penyelesaian pekerjaan.

2. Pemberitahuan Mulai Pelaksanaan Pekerjaan


Setelah Penyedia Jasa menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dilanjutkan dengan
menyampaikan Surat Pemberitahuan akan dimulainya pelaksanaan pekerjaan kepada Kuasa
Pengguna Anggaran, Staf Teknik / Pengawas dan Instansi yang terkait, serta Kepala Desa
setempat, Camat, Sektor Kepolisian dan Polres.

3. Sosialisasi Rencana Pelaksanaan Pekerjaan


Sebelum memulai kegiatan di lapangan sebaiknya dilaksanakan sosialisasi dengan
mengundang tokoh masyarakat, Muspika, Instansi terkait, Direksi, Pengawas dan Kepala desa,
dengan tujuan antara lain :
a. Agar masyarakat mengetahui akan adanya kegiatan pelaksanaan pekerjaan tersebut.
b. Ijin Lokasi kepada Instansi yang terkait dengan terganggunya lalu lintas selama pekerjaan
berlangsung dan masyarakat pengguna jalan dapat memakluminya serta kesanggupan untuk
mengembalikan sesuai kondisi semula.
c. Menampung saran – saran dari masyarakat dan Kepala desa setempat baik mengenai
letak/lokasi pekerjaan dan batas tanah yang kena bangunan tersebut terutama mengenai
kelancaran dan keamanan selama pekerjaan berlangsung agar bisa selesai tepat waktu.

4. Pre Construction Meeting


Rapat Persiapan Pelaksanaan Kegiatan ini dilakukan untuk menyamakan pemahaman dan
persepsi tentang dokumen kontrak dan Syarat-Syarat Khusus Kontrak serta Spesifikasi yang
ada , dalam PCM hal – hal yang dibahas antara lain : Program Mutu, Organisasi Kerja, Tata
Cara Pengaturan Kerja, Jadwal Pelaksanaan dan lainya.
5. Pengukuran dan MC – 0 % serta Dokumentasi
Pengukuran Ulang Lapangan di awal suatu pekerjaan untuk memastikan berapa besar
perubahan yang terjadi akibat pelaksanaan dari perencanaan yang ada. Suatu perencanaan
masih mengandung galat. Pelaksana Pekerjaan, Direksi Lapangan, dan Konsultan Pengawas
harus memastikan lagi legalitas kepastian pekerjaan. Pengukuran ulang ini menghasilkan
Laporan MC-0 yang dilampiri Gambar Rencana Pelaksanaan Kerja, Kurva S, Foto Pekerjaan
0%, dan Lampiran-lampiran yang diperlukan. Semua dokumen yang dihasilkan dalam
Pengukuran Ulang ini wajib disetujui oleh para pihak.
Besarnya perubahan yang ditemukan dibuatkan Dokumen Perubahan. Dokumen perubahan
bisa berbentuk Dokumen Tambah Kurang (Change Contract Order) atau Dokumen Tambahan
(Addendum). Hal ini tergantung mazab yang digunakan di suatu satuan kerja. Selain itu,
terkadang Dokumen Perubahan ini bisa berbentuk serial sepanjang pekerjaan dilaksanakan,
sehingga tim yang diusulkan dalam Dokumen Perubahan ini pun disesuaikan dengan tingkat
perubahan yang dialami. Semakin berat tingkat perubahan, maka Tim yang diusulkan (dibentuk)
semakin lengkap dan lintas sektoral. Jika perubahan hanya kecil, maka Tim yang dibentuk
cukup sesuai dengan yang ada di Dokumen Kontrak. Jika perubahan yang ditemukan besar
bahkan berpengaruh terhadap pasal-pasal dalam Kontrak, maka harus melibatkan Bidang
Hukum, Perencanaan, dan lain-lain. Selain itu, dokumen perubahan yang besar, diperlukan
Justifikasi Teknis dan Tim Negosiasi Harga. Dokumen Perubahan tidak akan dibahas pada
kesempatan ini, karena terdapat berbagai pendapat tentang dokumen perubahan (tambah-
kurang) sesuai jenis kontrak, tingkat perubahan, dan kepentingan pekerjaan.

6. Pembuatan Kantor Lapangan dan Barak Kerja


Pembangunan Kantor Lapangan dibuat sedekat mungkin dengan lokasi pekerjaan yang
strategis dan dalam posisi yang aman dari lokasi pekerjaan atau sesuai petunjuk PPTK dan
Direksi Lapangan/Pengawas lapangan guna mempermudah komunikasi serta pengawasan
jalannya pelaksanaan pekerjaan.
Fasilitas yang tersedia dalam Kantor Lapangan/Direksi keet antara lain :
- 1 Stel Meja Kursi
- 1 Meja tulis, kursi dan 1 almari
- Buku Tamu
- Buku Direksi
- Buku Harian
- Buku Ijin Pasang
- Jadwal waktu pelaksanaan (Time Schedulle)
- Gambar Rencana
- Gambar Kerja
- Perhitungan MC 0 %
- Foto 0 %
- Kotak Obat
- Papan Nama Proyek / Papan Informasi.
Dan untuk Barak Kerja dibuat dapat dimanfaatkan untuk menyimpan matrial, Alat – Alat Kerja.

7. Mobilisasi Personil, Peralatan dan Bahan


 Mobilitas Sumber daya Personil Inti :

Pengadaan tenaga kerja sebisa mungkin menggunakan tenaga kerja setempat dengan
harapan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat. khusus untuk
tukang dan kepala tukang inti dan tenaga ahli mendatangkan yang telah berpengalaman dalam
bidangnya agar pekerjaan berjalan sesuai dengan sasaran mutu, tepat waktu dengan kuantitas
sesuai dengan spesifikasi teknis yang ada,

 Mobilitas Sumber daya Peralatan Utama :


 Concrete Batching Plant : 50 M3/jam Jumlah : 1
 Truck Mixer Agilator : 6 M3 Jumlah : 7
 Dump Truck : 5 ton Jumlah : 5
 Mobilitas Sumber daya Bahan / Material :
Pada mobilisasi bahan material, Kontraktor harus menyediakan bahan atau material
sesuai dengan kebutuhan di lapangan tanpa mengalami keterlambatan. Kontraktor juga
harus memperhitungkan dan merencanakan akses jalan masuk, serta tetap menjaga
kelancaran lalu lintas sekitar proyek, dan keamanan proyek.Dropping material ditempatkan
pada lokasi yang mudah dijangkau dalam pelaksanaanpekerjaan, dalam pekerjaan ini
material juga dilangsir menuju masing- masing itempekerjaan.

8. Manajemen Dan Keselamatan Lalu Lintas


Dalam melaksanakan pekerjaan Peningkatan Jalan setiap tahapan pekerjaan yang akan
dilaksanakan mulai dari awal. Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan akhir kegiatan di
lapangan diusahakan tidak mengganggu arus lalu lintas. Aktifitas arus lalu lintas yang terhambat
akibat adanya kegiatan proyek akan merugikan pengguna jalan raya.
a) Menyiapkan perlengkapan keselamatan jalan selama periode kontruksi sesuai ketentuan.
b) Membuat rencana kerja manajemen lalu lintas sesuai schedule pekerjaan dan koordinasikan
dengan seluruh personil yang terkait.
c) Mengatur secara tepat jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan di lapangan.
d) Memasang rambu-rambu di sekitar lokasi pekerjaan, dan menempatkannya secara tepat dan
benar.
e) Menempatkan petugas pengatur lalu lintas untuk mengatur dan mengarahkan arus lalu
lintas.
Peralatan Keselamatan Lalu Lintas
a) Rambu penghalang lalu lintas jenis plastic
b) Rambu peringatan
c) Peralatan komunikasi dan lainnya
Tenaga yang terdiri dari:
a) Pekerja
b) Koordinator
Pada saat pekerjaan, rambu-rambu diletakkan sepanjang daerah galian, tujuannya agar lalu
lintas tidak masuk atau terperosok ke dalam daerah galian. Rambu-rambu yang dipasang
haruslah mempunyai cat dengan pantulan cahaya, guna menghindari kecelakaan di malam hari.

9. Manjemen Mutu

Dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi di Indonesia, ditemui banyak kegagalan


konstruksi (failure constructions) dengan penyebabnya salah satunya akibat pelaksanaan
konstruksi yang tidak sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan. Kejadian runtuhnya
jembatan kukar (samarinda) baru-baru ini, rusak dan runtuhya beberapa bangunan sekolah yang
baru di bangun, dan lain sebagainya menunjukan masih rendahnya kepedulian terhadap
pelaksanaan konstruksi yang memenuhi kualitas yang diharapkan. Dan dari hasil penyelidikan,
kegagalan konstruksi banyak disebabkan karena tidak diterapkannya standar kualitas
pelaksanaan konstruksi dan tidak sesuainya mutu hasil pekerjaan yang mana secara umum
tidak mengikuti arahan mutu sebagaimana diatur dalam dokumen spesifikasi teknis masing-
masing pekerjaan.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, sasaran pengelolaan proyek (project management)
disamping biaya dan jadwal adalah pemenuhan persyaratan mutu. Dalam hubungan ini, suatu
peralatan, material dan cara kerja diangap memenuhi persyaratan mutu apabila dipenuhi semua
persyaratan yang ditentukan dalam kriteriadan spesifikasi. Dengan demikian, instalasi/bangunan
yang dibangun atau produk yang dihasilkan, yang terdiri dari komponen peralatan dan material
yang memenuhi persyaratan mutu, dapat diharapkan berfungsi secara memuaskan selama
kurun waktu tertentu atau dengan kata lain siap untuk dipakai (fitness for use). Dan untuk
mencapai tujuan tersebut secara efektif dan ekonomis tidak hanya diperlukan pemeriksaan di
tahap akhir sebelum diserahterimakan (FHO) kepada pemilik proyek/konsumen, tetapi juga
diperlukan serangkaian tindakan sepanjang siklus proyek mulai dari penyusunan program,
perencanaan, pengawasan, pemeriksanaan dan pengendalian mutu. Kegiatan tersebut dikenal
dengan penjaminan mutu (Quality Assurance-QA).
Dan paper ini dimaksudkan untuk memberi gambaran bagaimana pelaksanaan manajemen
kualitas dalam proyek konstruksi dan aplikasi penjaminan mutu (Quality Assurance-QA) agar
hasil pelaksanaan konstruksi dapat memenuhi tujuan secara efektif dan ekonomis dan
memenuhi persyaratan mutu, dapat diharapkan berfungsi secara memuaskan selama kurun
waktu tertentu atau dengan kata lain fitness for use.

TINJAUAN MUTU (QUALITY) DAN PENGELOLAAN MUTU (QUALITY MANAGEMENT)


Dalam arti yang luas “mutu” atau “kualitas” bersifat subyektif. Suatu barang yang amat
bermutu bagi seseorang belum tentu bermutu bagi orang lain. Oleh karena itu, dunia usaha dan
industri mencoba memberikan batasan yang dapat diterima oleh kalangan yang berkepentingan,
misalnya ISO 8402 (1986)
“Mutu adalah sifat dan karakterisk produk atau jasa yang membuatnya memenuhi
kebutuhan pelanggan atau pemakai (customers).”
Sementara definisi lain untuk mutu yang sering diasosiasian dengan proyek adalah fitness for
use. Istilah ini disamping mempunyai arti seperti yang diuraikan diatas, juga memperhatikan
masalah tersediaya produk, kehandalan dan masalah pemeliharaan.
Definisi diatas tentunya akan sangat bervariasi tergantung pada masing-masing bidang
usaha maupun industri. Akan tetapi secara umum ada 4 (empat) spektrum mutu/kualitas yakni
kualitas perencanaan (quality planning), pemantauan kualitas (quality control), jaminan kualitas
(quality assurance) dan pengembangan kualitas (quality improvement).
Manajemen mutu/kualitas mengadopsi beberapa prinsip-prinsip manajemen, yang dapat
diterapkan pada puncak manajemen perusahaan untuk menjadi pedoman bagi organisasi dalam
mengembangkan kinerja organisasi. Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fokus pada keinginan konsumen (customer focus)

Suatu perusahaan dapat menjaga dan mengembangkan konsumennya, bilamana perusahaan


dapat mengerti dan memahami tuntutan dan kebutuhan konsumen saat ini dan mendatang,
sehingga berusaha memenuhi kebutuhan dan mencoba memenuhi ekspetasi konsumen adalah
kuncinya.

2. Kepemimpinan (Leadership)

Para pemimpin dalam setiap unit dalam suatu organisasi perusahaan (penyedia jasa konstruksi)
menyiapkan dan diarahkan untuk mengembangkan budaya kualitas. Mereka harus dapat
mengkreasikan dan memelihara budaya kualitas dalam setiap lingkungan internal yang
dipimpinnya, mendorong setiap anggota timnya untuk mencapai tujuan perusahaan yakni
pencapaian target kualitas/mutu pekerjaan, dan dalam hal ini mencapai mutu/kualitas pekerjaan
konstruksi.

3. Pengembangan Individu (Involvement of people)

Setiap individu baik karyawan maupun pemimpin pada setiap level perusahaan jasa konstruksi
harus memahami budaya manajemen kualitas. Setiap individu harus berusaha mengembangkan
segala kemampuan dan kemungkinan yang dapat digunakan bagi keuntungan perusahaan.

4. Pendekatan proses (Process approach)

Hasil yang buruk dapat dikurangi bila setiap aktivitas dan kebutuhan sumber daya (manusia,
material/bahan/alat, waktu) dikelola dalam suatu organisasi perusahaan sebagai suatu proses.

5. Pendekatan Sistem Pada Manajemen (System approach to management)

Suatu organisasi perusahaan dapat efektif dan efisien dalam mengembangkan target dan tujuan
mutu/kualitas yang merupakan kontribusi dari tahap identifikasi, pemahaman dan pengelolaan
semua proses yang saling terkait sebagai suatu sistem.

6. Terus Berkembang (Continual improvement)

Salah satu target tujuan kualitas/mutu secara permanen dari suatu organisasi adalah terus
mengembangkan kinerja pencampaian mutu semua aktivitasnya.

7. Perumusan Keputusan Berdasarkan Pendekatan Fakta (Factual approach to decision


making)

Keputusan-keputusan yang efektif adalah beranjak dari dari analisis data dan informasi yang
benar.

8. Membangun Hubungan yang Saling Menguntungkan dengan Suplier (Mutually beneficial


supplier relationships)

Sejak hubungan antara suatu perusahaan (penyedia jasa konstruksi) dan supliernya
adalah interdependent, maka perlu dikembangkan hubungan yang saling menguntungkan
diantara keduanya untuk memungkinkan pengembangan meningkatkan value keduanya.
8 (delapan) prinsip dasar ini berbasis pada Quality Management System (QMS)
standard dalam ISO 9001:2008.
Pengelolaan mutu (Quality Management) bertujuan mencapai persyaratan mutu proyek pada
pekerjaan pertama tanpa adanya pengulangan (to do right things right the first time) dengan
cara-cara yang efektif dan ekonomis. Pengelolaan mutu proyek konstruksi merupakan unsur dari
pengelolaan proyeks secara keseluruhan, yang antara lain adalah sebagai berikut:
1. Meletakan dasar filosofi dan kebijakan mutu proyek
2. Memberikan keputusan strategis mengenai hubungan antara mutu, biaya dan jadwal
3. Membuat program penjaminan dan pengendalian mutu proyek (QA/QC)
4. Implementasi Program QA/QC.

Gambar 1 memperlihatkan hubungan dan pembentukan program QA perusahaan, program QA


Proyek, dan QC proyek yang merupakan unsur-unsur pengelolaan mutu proyek.

Perlu juga dipahami bahwa penanganan masalah mutu dimulai sejak awal sampai
proyek dinyatakan selesai. Pada priode tersebut penyelenggaraan proyek dibagi menjadi
pekerjaan spesifik, yang kemudian diserahkan kepada masing-masing bidang/unit sesuai
keahlian. Jadi semua pihak memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga kualitas/mutu,
bila melaksanakan tugasnya dengan benar dan tepat dari segi mutu. Atau dengan kata lain
harus selalu berorientasi kepada mutu.
Penjaminan mutu (QA) adalah semua perencanaan dan langkah sistematis yang
diperlukan untuk memberikan keyaknian bahwa instalasi atau sistem yang akan diwujudkan
dapat beroperasi secara memuaskan. Sedangkan pengendalian mutu (QC) adalah bagian dari
penjaminan mutu yang memberikan petunjuk dan cara-cara untuk mengendalikan mutu material,
struktur, komponen atau sistem agar memenuhi keperluan yang telah ditentukan.
Jadi Pengendalian Mutu (QC) meliputi tindakan-tindakan yang berupa: pengetesan,
pengukuran dan pemeriksaan apakah kegiatan-kegiatan engineering/konstruksi dan kegiatan
lainnya telah memenuhi dan sesuai dengan kriteria yang digariskan. Dalam konstruksi kriteria ini
berupa SNI, maupun standar internasional yang berlaku untuk setiap bahan dan pekerjaan
konstruksi, misalnya acuan-acuan dalam pelaksanaan konstruksi meliputi sebagai berikut:

NI-2 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1997.


NI-3 Peraturan umum untuk Bahan Bangunan Indonesia
NI-5 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI)
NI-8 Semen Potland
SNI 03-1750-1990 Mutu dan Cara Uji Agregat Beton.
SNI 15-2049-1990 Mutu dan Cara Uji Semen Portland.
SNI 03-2052-1990 Baja Tulangan Beton.
SNI 03-6861.1-2002 Spesifikasi air sebagai Bahan Bangunan.
SNI 03-6883-2002 Spesifikasi Toleransi untuk Konstruksi dan Bahan Beton.
Inspeksi dan pengetesan dilakukan secara konfrehensif, dan dalam konteks ini dimaksudkan
dengan inspeksi adalah mengkaji karakteristik obyek dalam aspek mutu, dalam hubungannya
dengan suatu standar yang ditentukan, misalnya standar SNI diatas. Dengan tahapan sebagai
berikut:

PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI


Masalah mutu/kualitas dalam proyek konstruksi erat hubungannya dengan masalah-masalah
berikut:
 Material konstruksi, yang umumnya tersedia ataupun dapat dibeli di lokasi atau sekitar lokasi
proyek.
 Peralatan (equipment), yang dibuat di pabrik atas dasar pesanan, seperti kompresor,
generator mesin-mesin, dlsb. Peralatan demikian umumnya diangkut dari jarak jauh untuk
sampai ke lokasi proyek.
 Pelatihan dan sertifikasi tenaga konstruksi, misalnya melatih ahli mengelas, pertukangan,
mandor dlsb.

Pengendalian proyek konstruksi mencakup dan tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
 Membuat kerangka kerja secara total;
 Pengisian tenaga kerja termasuk penunjukan konsultan;
 Menjamin bahwa semua informasi yang ada telah dikomunikasikan ke semua pihak terkait;
 Adanya jaminan bahwa semua rencana yang dibuat akan dapat dilaksanakan;
 Monitoring hasil pelaksanaan dan membandingkannya dengan rencana, dan
 Mengadakan langkah perbaikan (corrective action) pada saat yang paling awal.

Hubungan antara fungsi-fungsi manajemen dan faktor-faktor yang menjadi ukuran suksesnya
perencanaan dan pengendalian termasuk pengendalian mutu dapat dilihat pada gambar 2.
Merupakan kewajiban penyedia jasa konstruksi untuk menyiapkan rencana pengawasan kualitas
dan kepastian kualitas. Rencana pengawasan kualitas dan kepastian kualitas/Quality
Control dan Quality Assurance/QA-QC meliputi kegiatan berikut:

1. Rencana penggawasan kualitas


Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus mendapatkan persetujuan dari wakil pemberi kerja
mengenai QA-QC untuk seluruh pekerjaan yang menjelaskan seluruh prosedur, instruksi,
rekaman-rekaman, dan personil yang digunakan untuk memastikan dan mengontrol kualitas
pekerjaan.
Rencana QA/QC harus diajukan penyedia jasa konstruksi (kontraktor) kepada wakil pemberi
kerja sebelum rapt mulainya proyek. Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus menyajikan
kepada wakil pemberi kerja rencana pengawasan kualitas yang akan dilaksanakannya. Rencana
QA/QC tersebut harus disetujui oleh wakil pemberi kerja agar sesuai dengan yang diharapkan.

2. QA/QC manajer
Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus menunjuk seorang QA/QC manajer sebelum
pekerjaan konstruksi dilaksanakan. QA/QC manajer akan bertaggung jawab terhadap
pelaksanaan dan keberlangsungan rencana pengawasan kualitas. Orang yang ditunjuk oleh
penyedia jasa konstruksi (kontraktor) sebagai QA/QC manajer harus disetujui oleh wakil pemberi
kerja. QA/QC manajer akan melaporkan pekerjaannya langsung kepada Manajer proyek dari
penyedia jasa konstruksi (kontraktor).

3. Perubahan pada rencana pengawasan kualitas


Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus memberi tahukan kepada wakil pemberi kerja
secara tertulis segala usulan perubahan pada rencana pengawasan kuaitas. Perubahan yang
dibuat pada rencana pengawasan kuaitas tidak boleh dilaksanakan sebelum persetujuan tertulis
dari wakil pemberi kerja.

3. Hal-hal yang melekat pada rencana pengawasan kualitas :


Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus memastikan bahwa rencana pengawasan kualitas
yang telah disetujui telah diikuti dan dilaksanakan selama pelaksanaan pekerjaan. Seluruh hasil
pengawasan, record dan seluruh operasi pengawasan kualitas harus dilaporkan secara berkala
kepada wakil pemberi kerja.
Dalam pengendalian kualitas/mutu terdapat 2 (dua) komponen kegiatan utama dalam
pelaksanaan konstruksi yakni pengendalian kualitas (QA) dan pengendalian kuantitas (QC).
Urain masing-masing kegiatan sebagai berikut:

Pengendalian Kualitas
Pekerjaan pelaksanaan konstruksi dimulai dari pekerjaan tanah sampai pada konstruksi akan
dikendalikan dengan memberikan pengawasan, arahan, bimbingan dan instruksi yang
diperlukan kepada penyedia jasa konstruksi (kontraktor) guna menjamin bahwa semua
pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas. Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi antara lain meliputi :

 Peralatan yang digunakan


 Cara pengangkutan material/campuran ke lokasi kerja.
 Penyimpanan bahan/material
 Pengujian material yang akan digunakan termasuk peralatan laboratorium.
 Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan
 Test lapangan
 Administrasi dan formulir-formulir.

Pengendalian Kuantitas
Pengawasan kuantitas (Quantity Control), dilakukan dengan mengecek bahan-bahan/campuran
yang ditempatkan atau yang dipindahkan oleh penyedia jasa konstruksi (kontraktor) atau yang
terpasang. Konsultan akan memproses bahan-bahan/campuran berdasarkan atas :
 Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.
 Metoda perhitungan
 Lokasi kerja
 Jenis pekerjaan
 Tanggal diselesaikannya pekerjaan.

Setelah pekerjaan memenuhi persyaratan baik secara kualitas maupun persyaratan lainnya,
maka pengukuran kuantitas dapat dilakukan agar volume pekerjaan dengan teliti/akurat yang
disetujui oleh konsultan sehingga kuantitas dalam kontrak adalah benar diukur dan mendapat
persetujuan dari konsultan

10. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Pengertian K3 merupakan singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Untuk lebih
memahami tentang K3 berikut ini kita akan membahas pengertian, maksud dan tujuan dari K3 (di
rangkum dari berbagai sumber).

1. a Filosofis

K3 merupakan suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
terhadap hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.

2. Pengertian secara Keilmuan

Dalam ilmu pengetahuan dan penerapannya, K3 adalah usaha mencegah kemungkinan


terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.
3. Pengertian secara OHSAS 18001:2007 (Occupational Health and Safety Assessment Series)

K3 adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan
kerja dari tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di
tempat kerja.
Tujuan K3
K3 bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan dengan memelihara dan melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan tenaga
kerja sehingga dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
dan pada akhirnya dapat meningkatkan sistem efisiensi dan produktivitas kerja.
Sasaran K3

1. Menjamin keselamatan pekerja dan orang lain


2. Menjamin keamanan peralatan yang digunakan
3. Menjamin proses produksi yang aman dan lancar

Norma K3
Norma yang harus dipahami dalam K3:

1. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja


2. Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja
3. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja

Dasar Hukum K3
K3 ditentukan berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja:

 UU No.1 tahun 1970


 UU No.21 tahun 2003
 UU No.13 tahun 2003
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.PER-5/MEN/1996

Jenis Bahaya Dalam K3

 Bahaya Jenis Kimia

Bahaya akibat terhirupnya atau terjadinya kontak antara manusia dengan bahan kimia
berbahaya. Contoh jenis kimia: abu sisa pembakaran bahan kimia, uap bahan kimia dan gas
bahan kimia.

 Bahaya Jenis Fisika

Bahaya akibat suatu temperatur udara yang terlalu panas maupun terlalu dingin serta keadaan
udara yang tidak normal yang menyebabkan terjadinya perubahan atau mengalami suhu tubuh
yang tidak normal.
Bahaya akibat keadaan yang sangat bising yang menyebabkan terjadi kerusakan pendengaran.

 Bahaya Jenis Proyek/Pekerjaan

Bahaya akibat pencahayaan atau penerangan yang kurang menyebabkan kerusakan


penglihatan.

Bahaya dari pengangkutan barang serta penggunaan peralatan yang kurang lengkap dan aman
yang mengakibatkan cedera pada pekerja dan orang lain.

Istilah Bahaya dalam Lingkungan Kerja

 Hazard adalah suatu keadaan yang memungkinkan / dapat menimbulkan kecelakaan,


penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan pekerja yang ada
 Danger adalah tingkat bahaya akan suatu kondisi yang sudah menunjukkan peluang bahaya
sehingga mengakibatkan suatu tindakan pencegahan.
 Risk adalah prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.
 Incident adalah munculnya kejadian bahaya yang dapat atau telah mengadakan kontak dengan
sumber energi yang melebihi ambang batas normal.
 Accident adalah kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan/atau kerugian baik
manusian maupun benda.

Standar Keselamatan Kerja


Standar keselamatan kerja merupakan pengamanan sebagai tindakan keselamatan kerja seperti:

1. Perlindungan badan yang meliputi seluruh badan


2. Perlindungan mesin
3. Pengamanan listrik yang harus dicek secara berkala
4. Pengamanan ruangan, meliputi sistem alarm, alat pemadam kebakaran, penerangan yang
cukup, ventilasi yang baik dan jalur evakuasi khusus yang memadai

Alat Pelindung Diri (APD)


APD merupakan perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja
untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang disekitarnya. Alat pelindung diri meliputi:

1. Alat Pelindung Kepala

 Safety Helmet atau helm pelindung untuk melindungi kepala dari benda-benda yang dapat
melukai kepala.
 Safety Goggles atau kacamata pengamanan untuk melindungi mata dari paparan partikel yang
melayang di udara, percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas.
 Hearing Protection atau penutup telinga untuk melindungi dari kebisingan ataupun tekanan.
 Safety Mask atau masker yang berfungsi sebagai alat pelindung pernafasan saat berada di area
yang kualitas udaranya tidak baik.
 Face Shield atau pelindung wajah untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia,
percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas, benturan atau pukulan benda keras dan
tajam.
2. Alat Pelindung Tubuh

 Apron atau celemek untuk melindungi tubuh dari percikan bahan kimia dan suhu panas.
 Safety Vest atau rompi keselamatan kerja yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kontak
atau kecelakaan.
 Safety Clothing atau alat pelindung tubuh untuk melindungi dari hal-hal yang membahayakan
saat bekerja, mengurangi resiko terluka dan juga digunakan sebagai identitas pekerja.

3. Alat Pelindung Anggota Tubuh

 Safety Gloves atau sarung tangan yang berfungsi melindungi jari-jari dan tangan dari api,
suhu panas, suhu dingin, radiasi, bahan kimia, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan,
dan goresan benda tajam.
 Safety Belt atau sabuk pengaman yang dipakai saat menggunakan alat transportasi serta untuk
membatasi ruang gerak pekerja agar tidak terjatuh.

Safety Boot/Shoes adalah sepatu boot atau sepatu pelindung untuk melindungi kaki dari benturan,
tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, bahan
kimia berbahaya ataupun permukaan licin.
II. PEKERJAAN UTAMA DAN LAINNYA
A. DEVISI 2. DRAINASE

1. Saluran berbentuk U Tipe DS 4

1.Pekerjaan saluran dilaksanakandalam beberapa tahap / segmenpanjang (sesuai gambar


kerja),sehingga sebagian lokasi masihbisa dimanfaatkan untuk jalankerja.

2.Lokasi Subgrade / tanah dasardisiapkan dengan melaksanakanpekerjaan clearing dan


grubbingdan apabila tanah dasar tidakbaik (unsuitable material) harusdigali dahulu lalu
ditimbundengan material borrow dandipadatkan layer per layer sesuaispesifikasi.

3.Pelaksanakan galianmenggunakan excavator denganlereng tegak (sesuai gambarkerja)


sampai dasar Lantai kerja ,selanjutnya di finishing dengantenaga manual sampai denganelevasi
yang diharapkan laludipadatkan dengan hand stamper+ vibro roller + baby roller.

4.Disiram air pada permukaantanah. Setelah agak keringdipasang lembaran plastik.

5.Setelah stake out, disiapkan formwork untuk pengecoran lantaikerja. Pengecoran lantai
kerja(beton klas E) dilaksanakandengan memperhatikan elevasidan kerataan permukaannya
.(dimonitor oleh team surveyor).

6.Pengecoran Stage 1 (Bottom Slab):


-Pasang besi tulangan bottomslab dan stek besi dinding(sesuai gambar keja)
-Pasang bekisting bottom slab
-Pengecoran bottom slabmenggunakan truck mixer danconcrete vibrator, sekaligussampai
selesai (dimonitor slumptest dan pembuatan benda ujioleh team laboran).
7.Pengecoran stage 2 (Dinding ) :
-Pasang besi dinding
-Pasang bekisting dinding (sesuaigambar detail pemasangan formwork & false work)
-Cor dinding , sekaligus sampaiselesai (dimonitor slump testdan pembuatan benda uji olehteam
laboran)

8.Pembukaan bekisting dindingsetelah beton berumur 14 hariatau hasil test kuat tekan
bendaujui 70 % dan sudah mendapatpersetujuan Konsultan supervisi.

9.Timbunan Backfill denganmaterial granular,di laksanakanperlayer 15 cm, dipadatkandengan


hand stamper.Penimbunan akan dilaksanakansetelah dilakukan uji samplebeton dan disetujui.

10.Dilaksanakan test kepadatan(sand cone test) terhadapgranular back fill per layer tebal15 cm.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Dump Truck
 Water Tanker
 Concrete Vibrator
 Excavator
 Truck Mixer Agilator
 Peralatan Lain yang diperlukan
Material yang dikerahkan :
 Semen
 Pasir Beton
 Aggregat Kasar
 Formworks
 Paku
 Besi Beton
 Kawat Beton
 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terkena Alat Berat, terkena campuran beton
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Mutu yang diharapkan :


Saluran Berbentuk U Tipe DS 4 mampu memenuhi syarat sesuai spesifikasi pekerjaan.

B. DEVISI 3. PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK


1. Galian Biasa
Meliputi pekerjaan galian yang mana setelah dilakukan bowplank tanah digali sesuai
dengan gambar kerja. Area penggalian sebelumnya dipetakan terlebih dahulu sesuai dengan
perhitungan rekayasa lapangan dan diberi tanda agar tidak terjadi kesalahan area pada saat
melaksanakan pekerjaan serta telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan galian untuk pelebaran badan jalan tidak hanya mencakup pekerjaan penggalian,
namun juga harus mencakup pekerjaan penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah
atau batu atau bahan lain dari jalan dan sekitarnya, dan pekerjaan lain yang diperlukan
untuk penyelesaian pekerjaan galian pelebaran ini.

Uraian Kerja :
1) Tanah yang dipotong umumnya berada disisi jalan
2) Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator
3) Selanjutnya Excavator menuangkan material hasil galian kedalam Dump Truck
4) Dump truck membuang material hasil galian keluar lokasi perkerjaan
5) Material hasil galian tanah termasuk hasil pembersihan dan pengupasan top soils ini
akan dibuang ke lokasi pembuangan yang telah disiapkan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
a. Persiapan Pekerjaan
 Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja,
schedule, perlatan, personil kerja dan gambar kerja yang akan digunakan, untuk
memperoleh persetujuan dari Konsultan dan Direksi sebelum pekerjaan dimulai.
2) Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal
dilakukannya pelaksanaan pekerjaan (Request For Work)
b. Uraian Pekerjaan
 Permukaan galian digali dengan menggunakan alat Excavator, Jack Hammer
Compressor dan dibantu dengan alat bantu berupa cangkul, singkup, belincong dan lain
sebagainya.
 Cadas Muda/Batu Lunak digali menggunakan alat, lalu dimuat kedalam truk untuk
diangkut ke lokasi yang telah ditentuka.
 Sisa hasi galian dibersihkan dengan menggunakan Air Compressor.
 Hasil galian dirapihkan oleh sekelompok pekerja sesuai dengan ukuran gambar rencana.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Dump Truck
 Excavator
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 -

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terkena Alat Berat, tertimpa material galian
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Mutu yang diharapkan :


Galian Biasa yang dikerjakan mampu memenuhi syarat sesuai spesifikasi pekerjaan
Galian Biasa.
2. Timbunana Pilihan dari Sumber Galian

Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan dari sumber galian harus terdiri
dari bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas level timbunan
biasadan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung dari maksud
penggunaannya, seperti diperintahkan atau distujui oleh Direksi pekerjaan.Dalam segala hal,
seluruh timbunan pilihan harus, bila di uji sesuai dan memiliki CBR paling sedikit 10%
setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum.

Pekerjaan Urugan pilihan dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut :


1. Pengangkutan Material
Pengangkutan Material Urugan pilihan kelokasi pekerjaan menggunakan dump
truck dan loadingnya dilakukan dengan menggunakan wheel loader. Pengecekan dan
pencatatan volume material dilakukan pada saat penghamparan agar tidak terjadi kelebihan
material disatu tempat dan kekurangan material ditempat lain.
2. Penghamparan Material
Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan motor grader dalam tahap
penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal berikut :
a. Kondisi cuaca yang memungkinkan
b. Panjang hamparan pada saat setiap section yang didapatkan sesuai dengan kondisi
lapangan. Lebar penghamparan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan tebal
penghamparan sesuai dengan spesifikasi, semua tahapan pekerjaan hamparan dan tebal
hamparan berdasarkan petunjuk dan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
c. Material yang tidak dipakai dipisahkan dan ditempatkan pada lokasi yang ditetapkan.
3. Pemadatan Material
Pemadatan dilakukan dengan menggunakan Vibro Roller, dimulai dari bagian tepi
ke bagian tengah.Pemadatan dilakukan berulang jika dimungkinkan untuk mendapat hasil
yang maksimal dengan dibantu alat water tank untuk membasahi material timbunan pilihan
dan diselingi dengan pemadatan dengan menggunakan Vibro Roller.imbunan pilihan
dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupa
yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi harus terus menerus
divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.

Dasar perhitungan analisis adalah :


 Asumsi :
1. Pekerjaan dilakukan secara mekanis
2. lokasi pekerjaan sepanjang jalan yang dikerjakan
 Urutan Kerja/Metode kerja :
1. Material urungan biasanya dimuat ke Dump Truck dengan menggunakan whell
Loader
2. Pengankutan material urungan biasanya dilakukan dengan Dump Truck dari
quarry /borrow pit dengan jarak quarry kelapangan pekerjaan 6 km
3. Material urungan biasa dihampar dengan menggunakan Motor Grader
4. Hamparan material disisram air dengan Water Tank truck (sebelum pelaksanaan
pemadatan) dan dipadatkan dengan menggunakan Vibro Roller.
5. Selama pemadatan sekelompok pekerjaan akan merapikan tepi hamparan dan
level permukaan dengan menggunakan alat bantu.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Wheel Loader
 Dump Truck
 Motor Grader
 Tandem
 Water Tanker
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Bahan Timbunan Pilihan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terkena Alat Berat, tertimbun bahan timbunan, tergilas tandem.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Mutu yang diharapkan :


Timbunan Pilihan dari sumber galian yg di gunakan mampu memenuhi syarat sesuai
spesifikasi pekerjaan Timbunan Pilihan.

3. Timbunan Pilihan dari Galian


Untuk mendapatkan hasil Pekerjaan Timbunan Pilihan dari galian yang baik yang memenuhi
syarat standar mutu sebagai berikut :
a. Permukaan bidang timbunan dipadatkan terlebih dahulu dengan nilai kepadatan yang sudah
ditentukan (sesuai spesifikasi)
b. Bahan Timbunan (hasil galian) memenuhi syarat (misalnya bebas dari material organis
kotoran, akar, rumput top soil)
c. Bahan Timbunan yang dipergunakan telah disetujui (Approval) oleh Klien ataupun project
manager
d. Dilakukan test kepadatan dari bahan timbunan di laboratorium mekanika tanah untuk
diadakan acuan test kepadatan di lapangan.
e. Dilakukan trial embankment, sehingga didapatkan hasil dengan peralatan yang
dipergunakan nilai kepadatan dari timbunan tersebut (misalnya jumlah lintasan untuk
pemadatan dengan compactor yang dipergunakan).

URAIAN PROSEDUR
Persiapan:
 Meyiapkan peralatan berat (Excavator, Bulldozer, Compactor, Dump Truck) yang cukup,
dan dalam kondisi baik.
 Meyiapkan peralatan pembantu (Linggis, Cangkul, dll) yang cukup
 Meyiapkan lokasi pekerjaan yang akan ditimbun dengan urutan sebagai berikut:
 Mengupas/stripping permukaan tanah yang akan ditimbun dengan ketebalan
sesuaispesifikasi (± 20 cm)
 Memadatkan tanah sesudah dikupas/stripping sehingga diperoleh permukaan dengan
kepadatan sesuai spesifikasi.

Pelaksanaan Pekerjaan:
 Pekerjaan Pengukuran
- Mengukur elevasi permukaan tanah sebelum dilakukan pekerjaan kupasan (kondisi 0%)
- Mengukur elevasi permukaan tanah setelah dilakukan kupasan.
- Mengukur elevasi top permukaan tanah setelah pekerjaan timbunan selesai kondisi
100%
- Melakukan monitoring pekerjaan timbunan layer demi layer (Max 30 cm)
 Melaksanaan Pekerjaan Timbunan
 Bahan timbunan dihampar dengan Bulldozer sesuai dengan patok pembatas / koridor
rencana kontruksi bangunan (misalnya Bahu badan jalan dan lain-lain) sesuai
dengan Design Drawing(Gambar Desain).
 Maximum tebalnya hamparan sesuai dengan ketentuan (misalnya tebal timbunan per
layer = 30 cm / kondisi loose)
 Memadatkan hamparan timbunan yang sudah rata dengan compactor (apabila
diperlukan permukaan tanah disiram dengan air)
 Apabila diperlukan selama hamparan, dilakukan pembersihan kotoran (misalnya akar
dan lain-lain), dari bahan timbunan dengan tenaga kerja khusus.
 Mengadakan test kepadatan timbunan di lapangan dengan acuan data dari test
kepadatan laboratorium
 Melakukan penimbunan kembali (setelah tes kepadatan memenuhi syarat) layer demi
layer, sampai didapat top elevasi permukaan tanah yang ditentukan
 Hasil Trial Embankment merupakan ketentuan untuk patokan pelaksanaan pekerjaan
timbunan tersebut
 Kombinasi dan spesifikasi peralatan yang dipakai (Bulldozer, Excavator, Dump Truck,
Compactor) berpengaruh pada kecepatan penyelesaian pekerjaan
tersebut. Pengecekan/Pengukuran selama pelaksanaan pekerjaan mutlak diperlukan.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Wheel Loader
 Dump Truck
 Motor Grader
 Tandem
 Water Tanker
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Bahan Timbunan Pilihan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terkena Alat Berat, tertimbun bahan timbunan, tergilas tandem.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Mutu yang diharapkan :


Timbunan Pilihan dari galian yg di gunakan mampu memenuhi syarat sesuai spesifikasi
pekerjaan Timbunan Pilihan.

4. Penyiapan Badan Jalan

Penyiapan badan jalan pada pekerjaan pelebaran jalan dan badan jalan perkerasan beton
semen meliputi pekerjaan pembersihan, pembentukan tanah dasar agar elevasinya sesuai
degan yang ditunjukkan gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan, dan
termasuk pekerjaan pemadatan tanah dasar.

Tahapan pekerjaan penyiapan badan jalan yaitu:

 Pembersihan lokasi pekerjaan dari material yang dapat menggangu pekerjaan seperti
semak-semak, pepohonan, batu besar, dan material lainnya.
 Pekerjaan galian yang diperlukan baik dengan menggunakan alat berat maupun dengan
cara manual untuk membentuk tanah dasar sesuai Gambar atau sesuai dengan petunjuk
Direksi Pekerjaan.
 Pemadatan Tanah dasar dilakukan dengan menggunakan alat vibratory roleer atau
menggunakan COMBINATION VIBRATORY ROLLER pada daerah pelebaran yg tidak
terlalu luas atau tidak memungkinkan pengunaan vibratory roller.

Pemadatan Tanah Dasar

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemadatan adalah:

1. Pemadatan dilakukan segera setelah dilakukan penggalian.


2. Apabila diperlukan lakukan penyiraman terhadap material tanah dasar Untuk mencapai
kadar air optimum sehingga didapatkan kepadatan yang sesuai dengan spesifikasi.
3. Kecepatan alat harus diperhatikan agar tidak membahayakan pengguna jalan eksisting.
ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL
Alat yang dikerahkan :
 Motor Grader
 Vibro Roller
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 -

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terkena Alat Berat, tergilas Vibro Roller.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Mutu yang diharapkan :


Penyiapan Badan Jalan mampu memenuhi syarat sesuai spesifikasi pekerjaan.

C. DEVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN

1. Lapis Pondasi Agregat Kelas A

Lapisan pondasi Agregat Klas A, biasa kita kenal dengan LPA, digunakan sebagai lapis pondasi
atas, dilaksanakan menyebar sepanjang jalan yang dilebarkan dan di atas permukaan lapis
pondasi bawah (apabila ada) yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Persiapan :
 Pembuatan DMF (Design Mix Formula) dilaksanakan Laboratorium atau di UMPKL Dinas
Pekerjaan Umum setempat, bila dianjurkan oleh Direksi pengawas, contoh semua jenis
material diambil dari sumber quarry dengan lokasi sketsa terlampir, pengambilan contoh
material (batu, abu batu, pasir) dilaksanakan bersama-sama dengan Pengawas
Lapangan dan konsultan Pengawas.
 Setelah DMF selesai kontraktor akan membuat JMF (Job Mix Formula) di Laboratorium
Kontraktor itu sendiri, didampingi konsultan dan Direksi teknis.
 Penyediaan material di stock pile atau lokasi pengadukan khususnya pemecahan batu
dilaksanakan segera setelah hasil uji kekerasan memenuhi syarat, termasuk penyediaan
pasir.
 Percobaan pelaksanaan : menyangkut komposisi masing-masing jenis material
(mengacu JMF), tebal hamparan gembur sehingga dihasilkan tebal padat yang
disyaratkan (diketahui faktor gembur), kadar air optimal, jumlah lintasan pemadatan
sehingga dihasilkan kepadatan maksimal sesuai spesifikasi teknis. Hasil percobaan
pelaksanaan dilakukan pengujian : ketebalan (pengukuran manual), uji kepadatan (Sand
Cone), uji gradasi lapangan (analisa saringan) dan PI lapangan (atterberg) dan uji CBR
Lapangan (DCP).
 Staking-out, menentukan lebar dan tebal hamparan sebagai gambar rencana.

Pelaksanaan :
 Pengadukkan material LPA : dilaksanakan di stock pile (lokasi pengadukan) dengan
komposisi berdasarkan JMF dan hasil percobaan lapangan, pengadukan dilaksanakan
setiap maksimal ≤ 50 m3 agar menghasilkan campuran yang homogen, digunakan
peralatan excavator dan Wheel Loader.
 Material LPA diangkut dengan menggunakan dump truk, pemuatan menggunakan wheel
Loader, jarak hauling diatur sedemikian rupa (memeprhatikan faktor gembur dari hasil
percobaan pelaksanaan) sehingga penghamparan dapat dilaksanakan efektif dan efisien.
 Penghamparan menggunakan Motor Grader, tebal hamparan sesuai hasil percobaan
pelaksanaan, dilaksanakan selebar rencana, perapian hamparan dilaksanakan dengan
tenaga manusia dengan peralatan sesuai keperluan lapangan. Selama proses
penghamparan dilakukan control kadar air, sehingga akan dihasilkan kadar air optimal
pada saat pemadatan dilaksanakan. Dimensi dan kelandaian permukaan dilaksanakan
sesuai dengan gambar rencana.
 Pemadatan menggunakan Vibrator Roller (berat 8-12 ton), dilaksanakan mulai dari
bagian yang rendah berangsur-angsur menuju bagian yang lebih tinggi, jumlah lintasan
sesuai dengan hasil percobaan pelaksanaan. Pemadatan dihentikan jika diyakini tercapai
kepadatan yang disyaratkan.

Pengujian dan pengukuran :


 Pengujian mutu : uji gradasi dan PI (di laboratorium), uji kepadatan (sand cone di
lapangan), uji CBR Lapangan (DCP).
 Pengukuran : dimensi (panjang, lebar dan tebal dilaksanakan secara manual),
kelandaian (menggunakan pesawat waterpass atau theodolit) dan kerataan permukaan
(menggunakan mistar ukur).

Pemeliharaan :
 Pemeliharaan menyangkut kerataan permukaan, keutuhan dan kekokohan dilaksanakan
sampai pekerjaan tahap selanjutnya (perkerasan dengan aspal) akan dilaksanakan,
sedemikian rupa sehingga dimensi, permukaan dan mutu LPA tetap sesuai spesifikasi
teknis.
ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL
Alat yang dikerahkan :
 Wheel Loader
 Dump Truck
 Motor Grader
 Tandem Roller
 Water Tanker
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Aggregat A

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terkena Alat Berat, tertimbun Aggregat, tergilas tandem.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Mutu yang diharapkan :


Lapis Pondasi Agregat kelas A yg di gunakan mampu memenuhi syarat sesuai
spesifikasi pekerjaan.

2. Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus


Uraian Kerja :

 Proses pelaksanaan diawali denganmelakukan penentuan/penyesuaian elevasi rencana


ketinggian lantai kerja berdasarkan hasil pengukuran dan pematokan. Setelah itu,
permukaan badan jalan dibersihkan dan dibasahi/disiram dengan air terlebih dahulu agar
tidak terjadi penyerapan air semen dari beton B0 yang akan digelar. Lalu pemasangan
bekesting melintang dengan ukuran selebar jalur lalu-lintas dilakukan serta
memperhatikan panjang lahan pengecoran yang disesuaikan dengan kemampuan kerja
per hari berdasarkan kapasitas TRUCK MIXER AGILATOR. Bentuk akhir atau bagian
atas lantai kerja (B0) harus rata karena diperuntukkan sebagai landasan untuk
meletakkan pelat beton.
 Kegiatan pengecoran dilakukan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi
yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai. Untuk pemadatan
campuran digunakan concrete vibrator, dengan ketentuan penggunaan mengikuti
spesifikasi teknik. Sekelompok pekerja dengan menggunkan alat bantu akan merapihkan
pengecoran setelah pengecoran dilaksanakan.
 Setelah pengecoran lantai kerja selesai dikerjakan maka dilakukanlah proses curing
dengan menebarkan karung goni yang dibasahi selama seminggu (tiga kali sehari
disiram air) guna mencegah terjadinya retakan-retakan sebagai akibat proses
pengerasan/pengeringan beton.
 Pekerjaan lantai kerja / Lapis Pondasi bawah Beton Kurus ini dilaksanakan untuk seluruh
badan jalan dengan ketebalan lantai kerja pada pekerjaan ini 5 cm secara merata.
 Acuan tidak dibongkar dari bidang vertical, dinding, kolom yang tipis struktur yang sejenis
lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah
dibawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak dibongkar hingga pengujian
menunjukan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah dicapai.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Truck Mixer Agilator
 Batching Plant
 Water Tanker
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Semen
 Pasir Beton
 Agregat Kasar
 Kayu Perancah
 Paku
 Bahan lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terkena Alat Truck mixer, tertimpa adukan beton,
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Mutu yang diharapkan :

Lapis Pondasi bawah Beton Kurus yg di gunakan mampu memenuhi syarat sesuai
spesifikasi pekerjaan.

3. Beton untuk Perkerasan Beton Semen dengan Tulangan Ganda


Pasang Bekisting

Bila pekerjaan persiapan telah selesai dilaksanakan dengan segera akan dilakukan pekerjaan
pabrikasi bekisting (form work plate), dimana ukuran dan bentuk bekisting tersebut akan
disesuaikan dengan gambar kerja. Bila bekisting tersebut telah selesai dipabrikasi kemudian
akan dipasang pada lokasi pengecoran badan jalan.

Pekerjaan Polytene (plastik cor) / Bond Breaker


Sebelum melakukan pemasangan besi tulangan untuk dudukan tie bar dan dowel terlebih
dahulu dilakukan pemasangan Polytene (plastik cor) yang akan dihamparkan memanjang sejajar
bekisting dimana sebagian dari plastik tersebut akan menutup bekisting sehingga celah-celah
pada bagian bawah bekisting tertutup. Sehingga pada waktu pelaksanaan pengecoran air
semen tidak akan keluar dari adukan beton yang baru dicor.

Pasang Tulangan Untuk Dudukan :

Bila Polytene (plastic cor) telah terpasang kemudian akan dilanjutkan dengan pekerjaan
pemasangan tulangan untuk dudukan dowel dan tie bar. Pemasangan ini akan dilakukan sesuai
dengan bentuk dan jarak yang tertera dalam gambar kerja. Dimana tulangan untuk dudukan
dowel dan tie bar tersebut telah dipabrikasi sebelumnya sesuai dengan bentuk dan diameter
tulangan yang tertera dalam gambar kerja.

Pasang Dowel
Bila tulangan dowel tersebut telah dimeni kemudian akan dipasang dengan cara terlebih dahulu
memasukkan batang besi / tulangan dowel tersebut kedalam selongsong pipa PVC yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Kemudian tulangan dowel tersebut akan dirakit dan diikat pada besi
dudukan tulangan dowel dengan menggunakan kawat beton sesuai dengan jarak yang tertera
dalam gambar kerja. Kemudian ujung pipa PVC akan dipasang dop penutup lubang untuk
menjaga agar adukan beton tidak akan masuk kedalam selongsong pipa PVC. Jika dowel
tersebut telah terpasang kemudian akan diangkut kelokasi pekerjaan untuk dipasang pada titik-
titik lokasi pemasangan.

Pekerjaan Beton Semen

Setelah tulangan dudukan, tie bar dan dowel telah terpasang kemudian akan dilanjutkan dengan
pengececoran. Sebelum melakukan pengecoran akan diajukan Surat Pemberitahuan
Pengececoran / membuat Request Pekerjaan kepada pengawas/direksi untuk mendapatkan izin
untuk melakukan pengecoran. Bila telah mendapat izin pengecoran dari pengawas/direksi maka
dengan segera akan dilakukan pengecoran, dengan beton readymix yang akan didatangkan dari
supplier. Sebelum melakukan pengecoran terlebih dahulu akan dipersiapkan segala peralatan
dan perlengkapan yang dibutuhkan pada saat pengecoran antara lain genenator set, concrete
vibrator, garukan, jidar dan kabel-kabel serta lampu-lampu penerangan. Beton ready mix yang
berasal dari truk mixer dituang ke dalam kotak (mal) yang telah disiapkan lalu diratakan secara
manual kemudian selanjutnya diratakan dan diadakan dengan menggunakan vibrating screed
yang sistem operasinya bergerak di atas mal memanjang (sepanjang mal memanjang) yang
ditarik dengan tenaga manusia bolak balik sebanyak 4 lintasan. Proses perataan dan
pemadatan terjadi karena alat vibrating screed tersebut selain meratakan juga bergetar sehingga
terjadi pemadatan sedangkan pada bagian ujung (dekat) mal, pemadatan dibantu dengan
menggunakan vibrator beton. Pada saat pengecoran truk mixer akan dipandu untuk mundur
hingga mencapai awal dari pengecoran/opritan dan jika telah mencapai lokasi pengecoran
kemudian adukan beton tersebut dituang dari truk mixer secara berlahan-lahan kemudian bahan
adukan coran tersebut akan diambil sebagian untuk melakukan pengujian slump beton
kemudian dan sampel benda uji silinder/kubus beton. Kemudian dilanjutkan dengan pengecoran
dimana adukan beton tersebut akan dituang dari truk mixer dan kemudian ditarik dengan
mengunakan alat bantu sambil dipadatkan dengan menggunakan concrete vibrator kemudian
diratakan dengan menggunakan jidar hingga mendapatkan permukaan yang rata.
Pekerjaan Cutter Joint Beton + Joint Sealent
Bila beton coran tersebut telah mengering dan sudah mengeras maka akan dilakukan
pemotongan beton pada lokasi pemasangan tie bar dan dowel sesuai jarak yang telah
ditentukan. Pemotongan ini akan dilakukan dengan menggunakan alat mesin pemotong beton
hingga mencapai kedalaman yang telah ditentukan dimana terlebih dahulu telah dilakukan
penggarisan pada permukaan beton sebagai acuan untuk melakukan pemotongan. Bila
pemotongan beton ini telah selesai dikerjakan kemudian dilanjutkan dengan pemasangan joint
sealent pada lubang bekas pemotongan beton hingga lubang tersebut tertutup rata dengan
permukaan beton.

Memperbaiki Permukaan
Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih lembek, bagian-
bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru, ditempa, dikonsolidasi dan di
finishing lagi.Daerah yang menonjol / berlebih harus dipotong dan di-finishing lagi. Sambungan
harus diperiksa kerataannya. Permukaan harus terus diperiksa dan dibetuikan sampai tak ada
lagi perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan
tampang melintang yang ditentukan.
Perbedaan tinggi permukaan menurut pengujian mal datar (straight edge) tidak boleh melebihi
toleransi yang ditentukan.

Finishing

Setelah sambungan dan tepian selesai, dan sebelum bahan perawatan (curing)dilakukan,
permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat melintang garis sumbu (centre line) jalan,
atau dengan cara pembuatan alur (grooving) pada arah melintang atau memanjang jalan.
Pengkasaran yang dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang dari 45 cm,
dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 10 cm dengan masing-masing untaian
terdiri dari 32 kawat. Sikat hams terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling
sehingga jarak masing-masing pusat untaian maksimum 1 cm. Sikat harus diganti bila bulu
terpendek panjangnya sampai 9 cm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 0,75
mm.

Pengujian Kerataan Permukaan


Begitu beton mengeras, permukaan jalan harus diuji memakai mal datar (straight edge) 3 m.
Daerah yang menunjukkan ketinggian lebih dari 3 mm tapi tidak lebih dari 12,5 mm sepanjang 3
m itu harus ditandai dan segera diturunkan dengan alat gerinda yang telah disetujui sampai bila
diuji lagi, ketidakrataannya tidak lebih dari 3 mm. Bila penyimpangan dari penampang melintang
yang sebenarnya lebih dari 12,5 mm, lapisan jalan harus dibongkar dan diganti. Bagian yang
dibongkar tidak boleh kurang dari 3 m ataupun kurang dari lebar lajur yang kena bongkaran.
Bagian yang tersisa dari pembongkaran pada perkerasan beton dekat sambungan yang
panjangnya kurang dari 3 m, harus ikut dibongkar dan diganti.

Perawatan dan Perlindungan Beton

- Perawatan
Setelah penyelesaian akhir selesai dan lapisan air menguap dari permukaan atau segera
setelah pelekatan dengan beton tidak terjadi maka seluruh permukaan beton harus segera
ditutup dan dirawat sesuai dengan metode yang disetujui. Dalam semua hal, dimana perawatan
memerlukan penggunaan air, maka operasi perawatan harus dititik beratkan pada penyediaan
air. Biasanya masa perawatan dilakukan selama 7 hari, tetapi waktu tersebut dapat diperpendek
bila 70 % kekuatan tekan atau lentur beton dapat dicapai lebih awal.

- Perawatan dengan Lembar Goni atau Terpal


Permukaan dan bidang tegak beton harus seluruhnya ditutup dengan lembar goni / terpal.
Sebelum ditutup, lembar penutup harus dibuat jenuh air. Lembar penutup harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga menempel dengan permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan
sebelum beton cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Selama masa perawatan, lembar
penutup harus tetap dalam keadaan basah dan tetap pada tempatnya.

- Perawatan Celah Gergajian


Selama perawatan celah gergajian perkerasan harus dilindungi dari pengeringan yang cepat.Hal
ini seringkali dilakukan dengan kertas pilihan atau bahan lainnya yang sesuai.

- Perlindungan Perkerasan Yang Sudah Selesai


Perkerasan yang sudah selesai dan perlengkapannya harus dilindungi dari lalu-lintas umum dan
lalu-lintas pelaksanaan. Perlindungan ini termasuk penyediaan petugas untuk mengatur lalu-
lintas, memasang dan memelihara rambu peringatan, lampu-lampu, rintangan, dan jembatan
penyeberangan. Setiap kerusakan yang terjadi pada perkerasan sebelum dibuka untuk lalu-
lintas umum harus diperbaiki atau diganti.

- Perlindungan terhadap hujan


Untuk melindungi beton yang belum cukup keras terhadap pengaruh hujan, maka setiap saat
harus tersedia bahan untuk melindungi beton tersebut, seperti lembar goni, terpal, kertas
perawat atau lembar plastik. Disamping itu apabila digunakan metoda acuan gelincir maka harus
direncanakan penanggulangan darurat untuk melindungi permukaan dan tepi. Apabila
diperkirakan akan segera turun hujan maka semua petugas harus mengambil tindakan yang
perlu guna memberikan perlindungan menyeluruh kepada beton yang belum keras.

- Toleransi Tebal
Semua lapisan permukaan dan lapis pondasi harus dibuat dengan tebal sesuai dengan Gambar
Rencana.Pemeriksaan yang teliti terhadap elevasi acuan dan pengukuran ketebalan terhadap
permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah dengan menggunakan benang dipandang
cukup memadai. Apabila dipandang perlu memeriksa tebal perkerasan setelah penghamparan,
maka tebal perkerasan dapat ditentukan dengan cara pemboran (core drill). Pemboran harus
dilakukan pada interval yang disyaratkan.

- Pembukaan dan Pembatarasan Lali-lintas


Perkerasan yang sudah jadi harus dilindungi terhadap kerusakan akibat operasi dan lalu-lintas
pelaksanaan sampai saat penyerahan hasil pekerjaan. Perkerasan yang dilewati peralatan
pelaksanaan harus tetap bersih, dan ceceran beton atau bahan lainnya harus segera
disingkirkan. Lalu-lintas umum harus dicegah masuk dengan memasang rintangan dan rambu-
rambu sampai beton berumur paling sedikit 14 hari atau lebih lama bila diperlukan untuk
memperoleh kekuatan cukup. Lalu-lintas tidak diijinkan masuk selama sambungan belum
ditutup.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Wheel Loader
 Batching Plant
 Truck Mixer
 Concrete Vibrator
 Water Tanker
 Concrete Paver
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Semen
 Pasir Beton
 Aggregat Kasar
 Bahan Penutup sambungan Beton
 Expansion Cap
 Polytene 125 mikron
 Curing Compound
 Formwork Plate
 Kayu Pengarah retak
 Paku/Angkur
 Additive
 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terkena Truck Mixer, terkena campuran beton, Terpeleset.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Mutu yang diharapkan :


Perkerasan Beton Semen yang digunakan mampu memenuhi syarat sesuai spesifikasi
pekerjaan Beton untuk Perkerasan Beton Semen dengan Tulangan Ganda.

4. Baja Tulangan Polos BjTP 280

Merupakan baja tulangan polos (bukan ulir) dengan baja mutu sedang yang memiliki
tegangan leleh karekteristik 2.400 kg/cm2. Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan
pemasangan baja tulangan pada acuan cetakan sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar.
Pekerjaan dilakukan secara manual dengan urutan pekerjaan sebagai berikut :
1. Besi dipotong dan dibengkokan sesuai dengan kebutuhan, kemudian disusun sedemikian
rupa sesuai dengan gambar kerja, dan setiap pertulangan diikat dengan menggunakan kawat
beton.
2. Peralatan yang digunakan adalah : alat bantu
Pekerjaan Baja Tulangan ini dilaksanakan setelah terlebih dahulu besi didatangkan
kelokasi pekerjaan dan dilakukan pemotongan dan pembengkokkan sesuai dengan ukuran dan
bentuk yang telah ditentukan dalam gambar teknik (rencana). Pekerjaan pembesian dimulai
sebelum pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan.

Persiapan:
1. Pekerjaan dilakukan secara manual (tenaga manusia) dan alat bantu berupa bar bender
dan bar cutter.
2. Lokasi pekerjaan : Struktur pondasi, dinding dan lantai jembatan.
3. Sarung tangan, helm dan sepatu safety harus dikenakan oleh para pekerja guna
menghindari cedera serius saat melaksanakan pekerjaan pembesian dilapangan.

Uraian pelaksanaan :
1. Material baja tulangan didatangkan dari pabrik/supplier ke lokasi pekerjaan.
2. Material diletakkan pada stock area material baja tulangan atau dalam gudang proyek.
3. Selanjutnya dilakukan perakitan tulangan/pabrikasi, yaitu berupa pengukuran panjang yang
diperlukan, pemotongan dengan bar cutter dan pembengkokan dengan bar bender dan
dikerjakan pada saat suhu dingin.
4. Batang tulangan kemudian disusun/dipasang sesuai dengan Gambar pelaksanaan dan
persilangannya diikat kuat dengan kawat bendrat.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Baja Tulangan Polos BjTP 280
 Kawat Beton
 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terkena Baja Tulangan, Terluka alat potong baja.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Mutu yang diharapkan :


Baja Tulangan yang digunakan mampu memenuhi syarat sesuai spesifikasi pekerjaan
Baja Tulangan Polos BjTP 280

5. Baja Tulangan Sirip BjTP 280

Merupakan baja tulangan Bentuk Ulir dengan baja mutu sedang yang memiliki tegangan
leleh karekteristik 3.200 kg/cm2. Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja
tulangan pada acuan cetakan sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar.

Pekerjaan dilakukan secara manual dengan urutan pekerjaan sebagai berikut :


1. Besi dipotong dan dibengkokan sesuai dengan kebutuhan, kemudian disusun sedemikian rupa
sesuai dengan gambar kerja, dan setiap pertulangan diikat dengan menggunakan kawat beton.
2. Peralatan yang digunakan adalah : alat bantu

Penjelasan Tahapan Pekerjaan Baja Tulangan

Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan
Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian
luar baja tulangan adalah sebagai berikut :
 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau terhadap air tanah
atau terhadap bahaya kebakaran.
 Untuk beton yang terendam/ tertanam atau terekspos langsung dengan cuaca atau
timbunan tanah tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan tebal selimut beton antara lain :
1. - Untuk besi diameter 16 mm dan lebih kecil 3,5 cm
2. - Untuk besi diameter 19 mm dan 22 mm 5,0 cm
3. - Untuk besi diameter 25 mm dan lebih besar 6,0 cm
 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bisa dicapai, atau untuk
beton yang tak dapat dicapai yang bila keruntuhan akibat karat pada baja tulangan dapat
menyebabkan berkurangnya umur atau struktur, atau untuk beton yang ditempatkan langsung di
atas tanah atau batu, atau untuk beton yang berhubungan langsung dengan kotoran pada
selokan atau cairan korosif lainnya. Besi dipotong dan dibengkokan sesuai dengan
kebutuhan, kemudian disusun sedemikian rupa sesuai dengan gambar kerja, dan setiap
pertulangan diikat dengan Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang
memenuhi SNI 07-6401-2000.
 Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur SNI 03-6816-2002, menggunakan
batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau
kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu
berubah banyak.
 Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkok-kan
dengan mesin pembengkok.
 Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran,
lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau
merusak pelekatan dengan beton.
 Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebu-tuhan
selimut beton minimum yang disyaratkan.
 Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup)
terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
 Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada
Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak
akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap penyambungan yang
dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap batang tidak terjadi pada
penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum.
 Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih
minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.
 Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga
tidak akan terekspos.
 Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama,
maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian (semen
dan air saja).
 Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk
memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau beban
konstruksi lainnya.
 Setelah selesai pekerjaan tersebut kemudian diadakan pengukuran mutual check
bersama.

Hasil pengukuran mutual check bersama dituangkan dalam gambar dan ditanda tangani
bersama.
Perhitungan volume dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas,
diperhitungkan dalam satuan Kg.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Baja Tulangan Sirip BjTP 280
 Kawat Beton
 Material lain yang diperlukan
ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3
Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terkena Baja Tulangan, Terluka alat potong baja.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Mutu yang diharapkan :


Baja Tulangan yang digunakan mampu memenuhi syarat sesuai spesifikasi pekerjaan
Baja Tulangan Sirip BjTP 280

D. DEVISI 7. STRUKTUR

1. Beton Struktur, fc ’20 MPa dan Beton fc ’15 MPa

Pekerjaan ini untuk Struktur Saluran dan Bahu Pelebaran Jalan. Pelaksanaannya adalah
sebagai berikut : Agregat Kasar dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak
lebih dari ¾ dari jarak minimum antara baja tulangan dengan kayu acuan.

1. Beton ini dilaksanakan untuk Struktur Saluran dan Bahu Pelebaran Jalan.
2. Bahan material yang digunakan adalah agregat kasar, agregat halus dan air.
3. Lokasi pekerjaan disesuiakan dengan gambar rencana.
4. Prosedur pekerjaan :

a. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dahulu request dan diserahkan kepada direksi
untuk disetujui.
b. Menyerhakan hasil pengujian material (mix design) Beton yang akan digunakan dan harus
sesuai dengan Spesifikasi Teknik yang disyaratkan.
c. Menyerahkan daftar peralatan yang akan digunakan.
5. Tahapan Pekerjaan :
 Bahan material yang akan digunakan Agregat Kasar, Agregta Halus dan Semen.
 Material tersebut dicampur dengan menggunakan concrete mixer dan diberi air yang
telah disediakan dengan alat water tank truck.
 Komposisi campuran sesuai dengan spesifikasi teknik
 Sebelum pemasangan harus dibuatkan bekisting dengan menggunakan kayu perancah
dan profil terlebih dahulu untuk memudahkan pemasangan sesuai dengan gambar.
 Setelah bekisting dan tulangan ssudah dipasang, maka pengecoran dilaksanakan dan
pemadatannya menggunakan alat concrete vibrator agar beton padat dan karakteristik
(kuat tekan) beton tercapai.
 Dalam proses pengecoran harus dibuatkan benda uji kubus beton untuk dilakukan
pengetesan
Penyelesaian pekerjaan ini dengan menggunakan material semen, pasir, krikil dan
airdicampur dan diaduk menjadi beton dengan menggunakan concrete mixer, Beton di cordalam
bekisting yang telah disiapkan. Untuk menjaga mutu beton maka dilakukan curingagar kuat
tekan beton di dapatkan sesuai dengan rencana.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini mencakup pengadaan material, pencampuran
antara semen portland, agregathalus, agregat kasar dan air pembentuk massa padat. Mutu
beton yang digunakan seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana dan spesifikasi pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi pembuatan perkerasan beton semen ( perkerasan kaku ) dan lapis
pondasi bawah yang di laksanakan dengan ketebalan dan bentuk penampang melintang seperti
yang di tunjukan dalam gambar atau sebagaimana di perintahkan pengawas dan atau staff
teknis.
Toleransi dimensi
a) ketentuan yang di isyratkan dalam pasal 5.3.5. harus digunakan
b) ketentuan yang di isyaratkan dalam pasal 5.3.9. harus digunakan
Standar Rujukan
Ketentuan yang di isyaratkan dalam spesifikasi ini harus di gunakan Standar Nasional
Indonesia (SNI)
SNI 1972 : 2008 : cara uji slump beton
SNI 1974 : 2011 : cara uji kuat tekan beton
SNI 03-443-1997 : spesifikasi beton siap pakai.
SNI 03-4810-1998 : metode pembuatan dan perawatan benda uji beton dan lapangan.
SNI 03-6820-2002 : spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan plelesteran
dengan bahan dasar semen.
SNI 03-6969-203 : metode pengujian untuk pengukuran panjang beton inti
hasilpengeboran.
pengajuan kesiapan kerja
Penyedia jasa harus mengajukan rincian proposal rencana pengendalian mutu
Untuk aspek pekerjaan ini.
jadwal kerja dan pengendalian lalu lintas
ketentuan yang disyaratkan dalam pasal 5.5.8 harus di gunakan

Pemasokan beton campuran siap pakai ( ready mix)


Beton yang dipasok sebagai campuran siap pakai (ready mix) oleh pemasok yang
berada di luar proyek harus memenuhi ketentuan SNI 03-4433-1997. Kecuali disebutkan lain
dalam kontrak, maka “pembeli” dalam SNI 03-4433-1997 haruslah penyedia jasa. Syarat-syarat
umum dari kontrak dan ketentuan-ketentuan dari spesifikasi seksi 5.3 akan didahulukan dari
pada SNI 03-4433-1997.Penerapan SNI 03-4433-1997 tidak membebaskan penyedia jasa dari
setiap kewajibannya dalam kontrak ini.
5.2 BAHAN
mutu perkerasan beton semen
Bahan pokok untuk mutu perkerasan beton semen harus sesuai dengan gambar rencana
dan atau Dokumen Pengadaan.
Ageregat halus harus memenuhi AASHTO M6 dan pasal 7.1.2.(3)dari spesifikasi selain
yang di sebabkan di bawah ini. Ageregat halus harus terjadi dari bahan yang bersih, butiran
yang dilapisi oleh apapun dengan mutu yang seragam, dan harus :
a) Mempunyai ukuran yang lebih kecil dari ayakan ASTM No.4(4,75mm)
b) Sekurang-kurangnya terdiri dari 50% (terhadap berat) pasir alam
c) Jika duajenis agregat halus atau lebih di campur, maka setiap sumber harus
memenuhi ketentuan-ketentuanyang disetujui pengawas / staff teknis.
d) Setiap fariasi agregat harus buatan halus terdiri dari batu pecah yang memenuhi pasal

Table 5.3.2.(2) sifat Ketentuan Metode pengajuan


sifat agregat kasar Sifat
Kehilangan akibat Tidak melampuhi SNI 2417 : 2008
abrasi los angles 40% untuk 500 putaran
Berat isi lepas Minimum 1.200 SNI 03-4804-1998
kg/m
Berat jenis Minimum 2,1 SNI 19970 :2008

Penyerapan oleh iar Ampas besi : maks SNI 1970 :2008


6%
Lainnya : maks 2,5
%
Bentuk partikel pipih Masing masing ASTM D-4791
dan lonjong dengan rasio 3:1 maks 25%
Bidang pecah (2 atau Minimum 80% ASTM D-5821
lebih)

4) Semen
Semen adalah bahan ikat hidrolis yang digunakan dalam pekerjaan struktur beton dan
pasangan beton;
Agar daya ikat semen tidak mengalami penurunan, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

disusun diatas balok-balok kayu minimum 20 cm diatas lantai;


pengerasan semen akibat berat diatas tumpukan semen tersebut;

butiran semen memakai tangan, jika semen telah menggumpal atau mengeras tidak boleh
dipakai;
engawas berhak menolak dan atau menghentikan pekerjaan apabila dalam
pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa menggunakan semen yang tidak memenuhi persyaratan;

perdagangan dan yang dalam segala hal memenuhi persyaratan beton tersebut di atas;

5) Air
Penyedia Jasa harus menyampaikan kepada Pengawas tentang air kerja yang akan
dipergunakan untuk mendapatkan persetujuan;

alkali, garam, bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan atau baja
tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum;

contoh air ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui atau yang direkomendasi oleh
Pengawas dan staff teknis untuk diselidiki sampai seberapa banyak air itu mengandung zat-zat
yang dapat merusak beton dan atau baja tulangan. Dalam hal yang demikian pekerjaan beton
harus dihentikan sampai di dapat keputusan yang pasti mengenai air yang dapat dipakai untuk
konstruksi beton dan penghentian pekerjaan ini tidak membebaskan rekanan dari waktu
pelaksanaan seluruh pekerjaan yang telah ditetapkan;

atau ukuran berat setepat-tepatnya;

6) Beton
a) Bahan Pokok Campuran
persetujuan untuk proporsi bahan pokok campuran harus di dasarkan pada hasil
percobaan campuran (trial mix) yang di buat oleh penyedia jasa. Agregat kasar dan halus harus
sesuai dengan spesifikasi ini. Untuk menentukan rasio ageregat kasar dan agregat halus,
proporsi agregat halus harus di pertahankan seminimum mungkin. Akan tetap, sekurang-kurang
40% agregat dalam campuran beton terhadap berat haruslah agregat halus yang di definisikan
sebagai agregat yang lolos ayakan 4,75 mm., Agregat gabungan tidak boleh mengandung
bahan yang lebih halus dari 0,075 mm sebesar 2 % kecuali bahan pozolan. Penyedia jasa boleh
memilih agregat kasar sampai ukuran maksimum 38 mm, asalkan : campuran tidak mengalami
segregasi; kelecakan yang memadai untuk instalasi yang digunakan dapat dicapai dan kerataan
permukaan yang di isyaratkan tetap dapat di pertahankan. Menurut pendapatnya, staff teknis
dapat meminta penyedia jasa untuk mengubah ukuran agregat kasar yang telah dipilih oleh
penyedia jasa.
Tidakan-tindakan tambahan,termasuk penurunanukuran maksimum agregat,dapat
dilakukan untuk mengendalikan segregasi dari beton dalam acuan gelincir ( slip form ) yang
berasal oleh truck terakhir.
Ketika proporsi takaran yang sesuai telah di putuskan dan disetujui, proporsi-proporsi
tersebut hanya dapat diubah dengan persetujuan staff teknis.
b) kadar bahan pengikat untuk perkerasan beton semen
Berat semen yang disertakan dalam setiap meter kubik beton yang terpadatkan untuk
perkerasan beton semen tidak boleh kurang dari jumlah semen untuk keperluaan pencapaian
durabiitas beton dan tidak lebih dari jumlah semen yang akan mengakibatkan suhu beton yang
tinggi. Ketentuan jumlah semen minimum dan jumlah semen maksimum harus tercantum dalam
dokumen rancangan campuran beton sesuai dengan kondisi lingkungan pekerjaan dan disetujui
oleh pengguna jasa.

c) kekuatan
Kekuatan minimum untuk kuat tekan pada umur 28 hari untuk perkerasan beton semen
di berikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 5.3.2.(3) kuat tekan minimum untuk perkerasan beton semen

Uraian Syarat kuat tekan


(kg /cm2)
Beton percobaan campuran K.350 s/d K500 untuk 28 hari

Perkerasan beton semen K.350 s/d K500 untuk 28 hari


( pengendalian produksi )

Metode pengujian SNI 1974 : 2011


Ukuran benda uji Kubus150 x 150 x 150 mm
Silinder 150 x 300 mm

Catatan :
beton untuk perkerasan beton semen dalam pekerjaan permanen harus memenuhi
ketentuan kuat tekan minimum untuk beton perkerasan yang di berikan dalam tabel 5.3.2(3).
Nilai kuat tekan minimum untuk produksi dapat di
sesuaikan berdasarkan perbandingan kuat tekan yang di capai untuk serangkaian
pengujian yang tidak kurang dari 16 penguji kuat rancangan yang di setujui. Penyusuaian kuat
tekan minimum untuk pengendalian produk yang di berikan dalam tabel 5.3.2.(3) akan mengikuti
perintah atau persetujuan dari staff teknis.
Untuk kekuatan yang terjadi pada 7 hari, sementara disyaratkan70% dari kuat tekan
lapangan yang terjadi.

d) konsistensi untuk perkerasan beton semen


Konsistensi beton harus di tentukan dengan mengukur slump sesuai dengan SNI 1972 :
2008. Penyedia jasa harus melakukan ujislump untuk setiap campuran beton dengan nilai slump
12 cm +- 2 cm.
e) pengambilan benda uji (sampling)
Sebelum Pengecoran
Penyedia Jasa harus melakukan Tes Mix Design Beton untuk jenis-jenis material yang
akan dipakai untuk pengecoran ;
Sertifikat mix design sebagai syarat ijin untuk pelaksanaan pengecoran di lapangan dan
harus diserahkan kepada pengawas dan Staff Teknis.
Pada saat Pengecoran
Satuan lot akan di definisikan sebagai tiap 50 m.
Untuk setiap lot, satu pasang (2 buah) benda uji kubus/ silinder harus di cetak untuk
pengujian kuat tekan,satu benda uji, di test kuat tekan pada umur 7 hari, satu benda uji di test
kuat tekan pada umur 28 hari.
Bila hasil pengujian kuat tekanpertama (beton umur 7 hari) tidak mencapai 70 % dari
kuat tekan yang diisyaratkan. maka dilakukan pengambilan benda uji inti ( core ) di lapangan,
minimum 1 benda uji tiap lot, untuk dilakukan pengujian kuat tekan. Jika kuat tekan benda uji inti
(core) yang di peroleh ini mencapai kuat tekan yang disyaratkan, maka produk beton ini dapat
diterima untuk pembayaran.
Sertifikat tes kuat tekan beton menjadi persyaratan pembayaran.
5.3 PERALATAN
1) Umum
Peralatan harus memenuhi ketentuan spesifikasi ini. Penghamparan dapat dilakukan
baik di gunakan dengan menggunakan acuan tetap ( fixed form ).
2) kendaran pengangkut (Truck Mixer Agitator)
Penghantar jenis agitator ( penggoyang bolak-balik ) atau pencampur harus mampu
menuangkan beton dengan konsistensi adukan yang di isyaratkan. Dengan kapasitas angkut
minimal 5 ton.
3) Stamper
Stamper adalah alat mesin yang dipergunakan untuk pemadatan tanah. Alat ini
merupakan alat yang sangat membantu untuk mempercepat proses pemadatan tanah timbun
maupun pemadatan tanah asli kohesif. Disamping sebagai alat untuk pemadatan untuk
bangunan gedung alat ini juga sering dipergunakan dalam pekerjaan pemadatan jalan , halaman
dan juga untuk pekerjaan pemadatan timbunan lainnya.
4) vibrator ( penggetar )
Vibrator, untuk menggetarkan saluran lebar perkerasan beton, dapat berupa jenis
“surface pan” atau jenis “internal” dengan tabung celup ( immersed tube ) atau“multiple spuds”.
Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau mesin pembentuk, atau dapat juga
dipasang pada kendaraan (peralatan) khusus. Vibrator tidak boleh menyentuh sambungan,
perlengkapan untuk memindahkan beban (lood trasfer devices), tanah dasar dan acuan (form)
samping.
5) Gergaji Beton
Bilamana sambungan yang di bentuk dengan penggergajian (saw joints) disyaratkan,
penyedia jasa harus menyediakan peralatan gergaji dalam jumlah yang berkapasitas memadai
dan mampu menyelesaikan penggergajian ,atau dengan gerinda (abrasive wheel) sesuai ukuran
yang ditentukan. Penyedia jasa harus menyediakan paling sedikit 1 gergaji yang siap pakai
(standby). Sebuah gergaji cadangan harus di sediakan di tempat kerja setiap saat selama
operasi pengergajian. Penyedia jasa harus menyediakan penerangan yang memadai untuk
penggergajian di malam hari. Seluruh peralatan ini harus berada ditempat kerja sebelum dan
selama pekerjaan perkerasan beton.
6) Garu / Garpu
Untuk membuat alur (grooves) pada permukaan jalan beton, diperlukan alat berupa garu
/ garpu yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan membuat alur beton sesuai
dengan ketentuan pada gambar rencana.
Sehingga didapatkan alur yang rapih, rata dan tidak merusak permukaan jalan beton.
7) Acuan
Acuan samping yang lurus harus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari
5 mm dan harus disediakan dalam ruas-ruas dengan panjang tidak kurang dari 3m. Acuan ini
sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan perkerasan jalan tanpa
adanya sambungan horisontal, dan lebar dasar acuan tidak kurang dari kedalamnya. Acuan
yang dapat disesuaikan (Fleksibel) atau lengkung dengan radiusyang sesuai harus digunakan
untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang. Acuan yang dapat disesuaikan (Fleksibel)
atau lengkung harus dirangcang sedemikian hingga dapat diterima oleh staff teknis. Acuan
harus dilengkapi dengan sarana yangmemadai untuk keperluan pemasangan, sehingga bila
telah terpasang acuan tersebut dapat menahan, tanpa adanya lentingan atau penurunan, segala
benturan dan getaran dari alat pemadat dan pembentuk. Batang flens (flangebraces) harus
dilebihkan keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Acuan yang permukaan atasnya
miring,bengkok,terpuntir atau patah harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Acuan bekas yang
diperbaiki tidak boleh digunakan sebelum diperiksa dan disetujui oleh direksipekerjan.
Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm dalam 3 meter dan pada kaki
tegaknya tidak boleh lebih dari 6 mm. Acuan ini harus dilengkapi juga dengan pengunci ujung-
ujung bagian yang bersambungan.
5.4 SAMBUNGAN ( JOINTS)
sambungan susut melintang (tranverse contraction joint)
sambungan ini terdiri dari bidang yang diperlemah dengan membentuk dan membuat
alur dengan pemotong pada permukaan perkerasan, disamping itu bilamana dilanjutkan dalam
gambar juga harus mencakup perlengkapan untuk memindahkan beban (lood tranfer
assembiles).
a) Sambungan susut lajur melintang (transverse contraction joint)
Sambungan ini harus dibentuk dengan memasang bagian lajur melintang (strip)
sebagaimana di tunjukan gambar.
b) Alur yang di bentuk (formed grooves)
Alur ini harus dibuat untuk menekankan perlengkapan yang di setujui ke dalam beton
yang masih plastis. Perlengkapan tersebut harus tetap ditempat sekurang-kurangnya sampai
beton mencapai tahap pengesahan awal, dan kemudian harus dilepas tanpa merusak beton
didekatnya, kecuali bilamana perlengkapan tersebut memang merancang untuk tetap terpasang
pada sambungan.
c) Sambungan susut gergajian (sawn contraction joint)
Sambungan ini harus dibentuk dengan membuat alur dengan gergajian beton pada
permukan perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai dengan
yang ditunjukan dalam gambar. Setelah setiap sambungan digergaji, bekas gergajian
dan permukaan beton yang bersebelahan harus dibersihkan. Penggergajian untuk membentuk
sambungan harus dilakukan segera mungkin setelah beton cukup mengeras agar pengergajian
dapat dilakukan dengan hasil yang rapi tanpa menimbulkan keretakan, dan umumnya tidak
kurang dari 4 jam tetapi dalam segala hal tidak lebih dari 10 jam setelah pemadatan akhir beton,
diambilmana yang lebih pendek waktunya. Semua sambungan harus dibentuk dengan
pemotongan sebelum terjadi retak susut yang tidak terkendali. Bila perlu, operasi penggergajian
harus dilakukan siang dan malam dalam cuaca apapun. Penggergajian untuk membentuk
sambungan harus dilakukan bilamana keretakan terjadi pada atau dekat lokasi gergajian pada
saat sebelum digergaji. Penggergajian untuk membentuk sambungan tidak boleh dilanjutkan
bilamana keretakan meluas didepan gergajian. bilamana terjadi kondisi estrim sedimikian hingga
tindaklah praktis untuk mencegah keretakan dengan penggergajian yang lebih dini, alur
sambungan kontraksi harus di buat sebelum beton mencapai pengerasan bertahap. Awal
sebagaimana di sebutkan diatas. Secara umum, setiap sambunganharus dibentuk dengan
penggergajian yang berurutan dan teratur.

5.5 PELAKSANAAN
1) umum
Sebelum mulai pekerjaan beton, semua pekerjaan lapis pondasi bawah dan yang
berdekatan harus sudah selesai atau disetujui pengawas / staff teknis.
Servis elevasi harus dilakukan pada lapis pondasi bawah dan setiap lokasi yang lebih
tinggi 5 mm dari elevasi rancangan harus diperbaiki sebelum dilakukannya setiap pekerjaan
berikutnya.
2) acuan dan alat pengendali elevasi
Acuan dan alat pengendali elevasi (jenis kawat atau lainnya) harus dipasang secukupnya
di muka bagian pengerasan yang sedang dilakukan agar diperoleh kinerja dan persatuan atas
semua operasi yang sedang diperlukan pada atau berdekatan dengan garis garis acuan. Acuan
harus dipasang pada tempatnya dengan menggunakan sekurang-kurangnya 3 paku untuk ruas
sepanjang 3 m. Paku harus diletakkan pada setiap ujung sambungan. Bagian bagian acuan
harus kokoh dan tidak goyah. Perbedan permukaan acuan dari garis yang sebenarnya tidak
boleh lebih dari 5 mm. Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tahan, tanpa terlihat
adanya lentingan atau penurunan, terhadap benturan dan tehadap benturan dan getaran dari
peralatan pemadat dan penyelesaian. Acuan harus bersih dan dilapisi pelumas sebelum beton
dihamparkan, ceceran beton yang tertumpah pada permukaan beton yang telah selesai
dihampar halus disingkirkan dengan cara yang disetujui.
Alinyemen dan elevasi kelandaian acuan harus di periksa dan bila perlu diperbaiki oleh
penyedia jasa segera sebelum beton dicor. Bilamana acuan berubah posisinya atau
kelandaiannya tidak stabil, maka harus diperbaiki dan diperiksa ulang.
Bagian atas acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang dengan toleransi elevasi
tidak melampaui -10 mm sampai + 10 mm relatif terhadap rancangan elevasi permukan yang
telah selesai. Lagipula, acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang sedemikian hingga
tidak ada satu titikpun pada ketebalan plat beton yang setelah pengecoran dan pemadatan akan
kurang dari tebal rancangan.
3) Pemasangan Plastik Cor
Sebelum pengecoran dimulai, pada lapisan bawah dan samping sebelum cor beton
dipasang plastik cor (lapisan kedap air) sehingga Air semen tidak turun dan meresap kebawah.
4) pengecoran beton
Beton harus dicor dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga pekerjaan pemindahan
sedapat mungkin dihindari. Kecuali truck pencampur, truck pengaduk, atau alat angkutan lainya
yang dilengkapi dengan alat penumpah beton tanpa menimbulkan segregasi bahan , beton
dihamparkan secara manual sedemikian rupa untuk mencegah segregasi. Penghamparan
harusdilakukan secara menerus diantara sambungan melintang tanpa sekatan sementara.
penghamparan secaramanual harus dilakukan dengan memakai sekop bukan perlengkapan
perata (rakes) pekerja tidak boleh menginjak hamparan beton yang masih baru dengan
memakai sepatu yang dilekati oleh tanah maupun kotoran lainya.
Beton harus di padatkan merata pada tepi dan sepanjang acuan, sepanjang dan pada
kedua sisi setiap sambungan, dengan menggunakan vibrator yang dimasukan kedalam beton.
Vibrator tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi acuan. Vibrator
tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap tempat.
Cairan beton yang tertumpah pada permukaan beton yang telah selesai dihampar harus
disingkirkan dengan cara yang disetujui.
5) penyelesain dengan tangan
Bila perkerasan beton relatif kecil atau bentuknya tidak beraturan, atau dengan
persetujuan staff teknis jika tempat kerja sangat terbatas untuk dilaksanakan dengan metode
yang disyaratkan, beton harus didistribusikan dan dihampar dengan tangan tanpa segregasi
atau prapemadatan.
Penghamparan perkerasan beton bertulang harus di laksanakan dalam dua lapis,
lapispertama harus di hamparkan, dibentuk dan dipadatkan sampai level tertentu sehinggabaja
tulangan setelah terpasang mempunyai tebal pelindung yang cukup. Segera
setelahpemasangan baja tulangan maka lapis atas beton harus dituangkan dan diselesaikan.

6) Penyetrikaan Permukaan Beton


Beton yang diratakan dengan alat perata (penyetrika) beton manual harus dilaksanakan
minimal 2 kali lintasan.
7) memperbaiki permukaan
Setelah penyetrikaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih plastis,
bagian yang ambles harus segera diisi dengan beton baru, dibentuk, dipadatkan dan
diselesaikan (finishing) lagi. Lokasi yang memonjol harus di potong dandiselesaikan (finishing)
lagi. Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwapermukaan sambungan
memenuhi kerataan yang disyaratkan. Perbaikan permukaan harus dilanjutkan sampai seluruh
permukaan didapati bebas dari perbedaan tinggi pada permukaaan dan perkerasan beton
memenuhi kelandaian dan penampang melintang yang diperlukan. Perbedaan tinggal
permukaan menurut pengujian mistar lurus (strainghtedge) tidak boleh melebihi toleransi yang
disyaratkan.
8) membentuk tepian
Segera setelah beton di bentuk dan dipadatkan, tepi perkerasan beton di samping acuan
dan pada sambungan harus di selesaikan dengan perkerasan (edging tool) untuk membentuk
permukaan seperempat lingkaran yang halus dengan radius tertentu, bilamana tidak ditentukan
lain pada gambar, adalah 12 mm.
9) penyelesaian pekerjaan
Setelah sambungan dan tepian selesai dikerjakan, dan sebelum bahan perawatan pada
permukaan beton digunakan, permukaan beton harus dikasar dengan disikat tegak lurus dengan
garis sumbu (centreline) jalan. Jarak dan dimensi alur sesuai dengan gambar rencana.
10) perawatan ( curing )
Permukaan perkerasan beton semen yang terekspos harus segera dirawati dengan
penyemprotan air segera setelah permukaan tersebut selesai dikasarkan dengan sikat sesuai
dengan kondisi berikut ini :
Bahan perawatan dapat berupa geotextile , karung kain (ghoni) , lapisan tanah lempung
atau potongan rumput/padi dan di semprotkan air dengan merata dalam 2 kali penyemprotan
i) Pertama tama dalam waktu 15 menit setelah kondisi air permukaan “tidak begitu
mengkilap “, dan
ii) Yang ke dua 10 sampai 30 menit setelah itu atau sebagaimana di sarankan pengawas
/ staff teknis.
iii) Penyemprotan dilakukan sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran.

Sebagai tambahan, apabila melakukan penghamparan pada segmen baru baik arah
melintang atau arah memanjang, maka pada perkerasan beton yang telah di cor
sebelumnya dalam umur kurang dari 7 hari harus di lakukan penyemprotan ulang
minimum 2 m pada sisi yang bersebelahan baik melintang atau memanjang, dan dapat
diperluas pada lokasi yang sering di lalui orang selama pengecoran.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Batching Plant
 Truck Mixer
 Water Tanker
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Semen
 Pasir Beton
 Aggregat Kasar
 Kayu Perancah
 Paku
 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat
Aspek K3 :
 Resiko: Terkena Truck Mixer, terkena campuran beton, Terpeleset.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Mutu yang diharapkan :


Beton Struktur fc’ 20 Mpa dan Beton fc’ 15 Mpa yang digunakan mampu memenuhi
syarat sesuai spesifikasi pekerjaan Beton untuk Pekerjaan Struktur Saluran dan Bahu
Pelebaran Jalan.

2. Baja Tulangan Sirip BjTP 280

Merupakan baja tulangan Bentuk Ulir dengan baja mutu sedang yang memiliki tegangan
leleh karekteristik 3.200 kg/cm2. Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja
tulangan pada acuan cetakan sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar.

Pekerjaan dilakukan secara manual dengan urutan pekerjaan sebagai berikut :


1. Besi dipotong dan dibengkokan sesuai dengan kebutuhan, kemudian disusun sedemikian rupa
sesuai dengan gambar kerja, dan setiap pertulangan diikat dengan menggunakan kawat beton.
2. Peralatan yang digunakan adalah : alat bantu

Penjelasan Tahapan Pekerjaan Baja Tulangan

Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan
Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian
luar baja tulangan adalah sebagai berikut :
 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau terhadap air tanah
atau terhadap bahaya kebakaran.
 Untuk beton yang terendam/ tertanam atau terekspos langsung dengan cuaca atau
timbunan tanah tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan tebal selimut beton antara lain :
4. - Untuk besi diameter 16 mm dan lebih kecil 3,5 cm
5. - Untuk besi diameter 19 mm dan 22 mm 5,0 cm
6. - Untuk besi diameter 25 mm dan lebih besar 6,0 cm
 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bisa dicapai, atau untuk
beton yang tak dapat dicapai yang bila keruntuhan akibat karat pada baja tulangan dapat
menyebabkan berkurangnya umur atau struktur, atau untuk beton yang ditempatkan langsung di
atas tanah atau batu, atau untuk beton yang berhubungan langsung dengan kotoran pada
selokan atau cairan korosif lainnya. Besi dipotong dan dibengkokan sesuai dengan
kebutuhan, kemudian disusun sedemikian rupa sesuai dengan gambar kerja, dan setiap
pertulangan diikat dengan Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang
memenuhi SNI 07-6401-2000.
 Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur SNI 03-6816-2002, menggunakan
batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau
kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu
berubah banyak.
 Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkok-kan
dengan mesin pembengkok.
 Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran,
lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau
merusak pelekatan dengan beton.
 Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebu-tuhan
selimut beton minimum yang disyaratkan.
 Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup)
terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
 Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada
Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak
akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap penyambungan yang
dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap batang tidak terjadi pada
penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum.
 Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih
minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.
 Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga
tidak akan terekspos.
 Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama,
maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian (semen
dan air saja).
 Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk
memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau beban
konstruksi lainnya.
 Setelah selesai pekerjaan tersebut kemudian diadakan pengukuran mutual check
bersama.

Hasil pengukuran mutual check bersama dituangkan dalam gambar dan ditanda tangani
bersama.
Perhitungan volume dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas,
diperhitungkan dalam satuan Kg.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Baja Tulangan Sirip BjTP 280
 Kawat Beton
 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terkena Baja Tulangan, Terluka alat potong baja.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Mutu yang diharapkan :


Baja Tulangan yang digunakan mampu memenuhi syarat sesuai spesifikasi pekerjaan
Baja Tulangan Sirip BjTP 280

3. Pasangan Batu

 Penyiapan Formasi atau Pondasi


 Formasi untuk pelapisan pasangan batu disiapkan.
 Penyiapan batu
 Batu dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat mengurangi kelekatan
dengan adukan.
 Sebelum pemasangan, batu dibasahi seluruh permukaannya dan diberikan waktu
yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.
 Pemasangan Lapisan Batu
 Suatu landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3 cm harus dipasang pada
formasi yang telah disiapkan. Landasan adukan ini dikerjakan sedikit demi sedikit
sedemikian rupa sehingga permukaan batu akan tertanam pada adukan sebelum
mengeras.
 Batu ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen sedemikian rupa
sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya sampai mendapatkan tebal pelapisan
yang diperlukan dimana tebal ini akan diukur tegak lurus terhadap lereng. Rongga
yang terdapat diantara satu batu dengan lainnya diisi adukan dan adukan ini harus
dikerjakan sampai hampir sama rata dengan permukaan lapisan tetapi tidak smpai
menutupi permukaan lapisan.
 Pekerjaan dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan permukaan segera
diselesaikan setelah pengerasan awal (initial setting) dari adukan dengan cara
menyapunya dengan sapu yang kaku.
 Permukaan yang telah selesai dikerjakan dirawat seperti yang disyaratkan untuk
pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan.
 Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan dirapikan untuk
memperoleh bidang antar muka yang rapat dan halus dengan pasangan batu dan
mortar sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan
pada tepi pekerjaan pasangan batu dengan mortar.
 Pelaksanaan Pasangan Batu Dengan Mortar Untuk Pekerjaan Struktur
 Tumit (cut off wall) dan struktur lainnya yang dibuat dalam galian parit dimana
terdapat kestabilan akibat daya daya lekat tanah atau akibat disediakannya cetakan,
dilaksanakan dengan mengisi galian atau cetakan dengan adukan setebal 60% dari
ukuran maksimum batu yang digunakan dan kemudian dengan segera memasang
batu di atas adukan yang belum mengeras. Selanjutnya adukan segera ditambah dan
proses tersebut diulangi sampai cetakan tersebut terisi penuh. Adukan berikutnya
segera ditambah lagi sampai ke bagian puncak sehingga memperoleh permukaan
atas yang rata.
 Bilamana bentuk batu sedemikian rupa sehingga dapat saling mengunci dengan
kuat, dan bilamana digunakan adukan yang liat, pekerjaan pasangan baru dengan
mortar untuk struktur dapat pula dibuat tanpa cetakan, sebagaimana yang diuraikan
untuk pasangan batu.
 Permukaan pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk struktur yang terekspos
diselesaikan dan dirawat seperti yang disyaratkan di atas untuk pelapisan batu.
Penimbunan kembali di sekeliling struktur yang telah selesai dirawat ditimbun sesuai dengan
ketentuan.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Concrete Mixer
 Water Tanker
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Batu Belah
 Semen
 Pasir
 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Tertimpa Batu Belah, Terluka alat kerja.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Mutu yang diharapkan :


Pasangan Batu yang digunakan mampu memenuhi syarat sesuai spesifikasi pekerjaan.
E. DEVISI 9. PEKERJAAN HARIAN DAN PEKERJAAN LAIN-LAIN

1. Marka Jalan Termoplastik

Permukaan jalan dibersihkan dari debu/kotoran, Cat disemprotkan dengan Compressor


diatas maal tripleks yang dipasang di permukaan jalan, Glass Bit diberikan segera setelah
catmarka selesai disemprotkan.

Pekerjaan ini dilaksanakan pada akhir seluruh pekerjaan dari paket ini berupa
pengecatan Marka Jalan dengan Termoplastik. Pekerjan ini dilaksanakan diatas permukaan
jalan Latasir yang telah selesai dilaksanakan.
Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
 Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi
untuki untuk disetujui
 Permukaan jalan dibersihkan dari debu/kotoran.
 Cat disemprotkan dengan Compressor diatas permukaan perkerasan jalan.
 Peralatan beserta bahan dibawa oleh Dump Truck.
 Glass Bit diberikan / ditebarkan dengan tenaga manusia segera setelah cat marka di
semprotkan.
 Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Mesin Aplikator Marka Thermoplastik
 Flat Bed Truck 3-4 m3
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Cat Marka
 Gas LPG
 Glas Bit
 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terluka Mesin Aplikator, Terkena Cat Marka.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety
Mutu yang diharapkan :
Marka Jalan Termoplastik yang digunakan mampu memenuhi syarat sesuai spesifikasi
pekerjaan Marka Jalan Termoplastik.

2. Patok Pengarah

Pekerjaan ini dilaksanakan setelah pekerjaan bahu jalan selesai dilaksanakan.


Patok pengarah terbuat dari beton dengan mutu K-175.
Metode kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
•Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuk
disetujui.
•Areal patok pengarah di gali sampai kedalaman tertentu sesuai dengan rencana kedalaman
patok.
•Patok yang telah jadi dan diterima dilokasi pekerjaan, untuk pemasangannya dilakukan
dengan menggali tanah lalu memasang patok dan menimbunkan kembali tanah agar patok
dapat berdiri dengan benar.
•Pengecatan patok dapat dilakukan sebelum atau sesudah patok pengarah dipasang
•Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Dump Truck
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Beton K-175
 Baja Tulangan
 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terluka Peralatan Kejra, Tertimpa Patok pengarah Jadi
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Mutu yang diharapkan :


Patok Pengarah yang digunakan mampu memenuhi syarat sesuai spesifikasi pekerjaan
Patok pengarah.
F. DEVISI 10. PEKERJAAN PEMELIHARAAN KINERJA

Pemeliharaan Kinerja Jalan :


1. Perbaikan Campuran Aspal Panas
Pengembalian kondisi terhadap lubang yang lebih besar dari 40 cm x 40 cm, tepi yang
rusak, retak halus yang mencakup lebih dari 10 % dari setiap 100 m panjang, retak-retak
lebar yang memerlukan pengisian celah retak satu per satu, retak buaya yang dianggap
oleh Direksi Pekerjaan bersifat struktural sehingga perlu digali dan ditambal, dan
pekerjaan yang bertujuan untuk memperbaiki lereng melintang jalan, bentuk atau
kekuatan struktural perkerasan yang tidak dipandang sebagai bagian dari pekerjaan
pemeliharaan rutin dan harus diukur dan dibayar menurut Seksi-seksi yang berkaitan dari
Spesifikasi ini untuk bahan yang digunakan, seperti Campuran Aspal Panas, dan
sebagainya.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Wheel Loader
 Genset
 Dump Truck
 Pedestrian Roller
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Aggregat Kasar
 Aggregat Halus
 Filter
 Aspal
 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terluka alat kerja.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Mutu yang diharapkan :


Perbaikan Campuran Aspal Panas yang digunakan mampu memenuhi syarat sesuai
spesifikasi pekerjaan.

2. Pembersihan Patok
Pekerjaan pemeliharaan ini harus mencakup operasi seperti pembersihan dan perbaikan
patok pengaman dan patok kilometer yang rusak dan pengecatan kembali huruf yang tak
terbaca pada Patok. Tidak menimbulkan goresan atau garutan pada Patok dalam proses
pembersihan dan perbaikan Patok. Penyediaan patok pengarah, patok kilometer atau
patok hectometer yang baru, baik pada lokasi baru atau mengganti bagian-bagian yang
rusak harus dianggap sebagai pekerjaan perlengkapan jalan dan pengatur lalu lintas dan
harus dibayar secara terpisah menurut dari Spesifikasi ini.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terluka alat kerja.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

3. Pembersihan Rambu
Pekerjaan pemeliharaan ini harus mencakup operasi seperti pembersihan dan perbaikan
rambu jalan yang rusak, perbaikan rel pengaman dan pengecatan kembali huruf yang tak
terbaca pada rambu jalan. Tidak menimbulkan goresan atau garutan pada rambu jalan
dalam proses pembersihan dan perbaikan rambu jalan. Penyediaan rambu jalan atau rel
pengaman yang baru, baik pada lokasi baru atau mengganti bagian-bagian yang rusak
atau pengecatan marka jalan harus dianggap sebagai pekerjaan perlengkapan jalan dan
pengatur lalu lintas dan harus dibayar secara terpisah menurut Spesifikasi ini.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terluka alat kerja.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

4. Pembersihan Drainase
Pekerjaan pemeliharaan ini harus mencakup operasi seperti pembuangan lanau, daun,
kotoran, tanah sedimen atau endapan, semak dan bahan-bahan lain yang mengganggu
saluran samping, gorong-gorong dan sistem drainase yang ada. Pengembalian kondisi
Pasangan Batu dengan Mortar atau drainase yang dilapisi lainnya atau gorong-gorong
dan pekerjaan perbaikan seperti galian untuk selokan baru, perluasan, peninggian,
realinyemen atau pelapisan pada drainase dan selokan yang ada, atau penggantian atau
perpanjangan atau pembuatan struktur drainase baru seperti gorong-gorong, lubang
penangkap (catch pits), dsb. tidak boleh dimasukkan ke dalam pekerjaan pemeliharaan
rutin. Pekerjaan perbaikan semacam ini harus dibayar menurut Seksi lain yang berkaitan
dari Spesifikasi ini seperti Pasangan Batu Dengan Mortar, Gorong-gorong Pipa Beton
Bertulang, Pekerjaan Beton, dan lain - lain.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terluka alat kerja.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

5. Pembersihan Tanaman
Semua tanaman yang berjuntai harus dipotong secukupnya dan sampahnya dibuang
dengan rapi;
Pekerjaan pemeliharaan rutin ini harus mencakup pemotongan rumput, semak-semak,
dan pohon-pohon kecil yang tingginya sudah lebih dari 5 cm dan/atau sudah berumur 2
minggu sejak pemotongan terakhir, mana yang lebih dulu tercapai, untuk memperbaiki
penampilan di dalam atau di samping jalan yang dibangun atau memperbaiki jarak
pandang atau tikungan selama Periode Pelaksanaan fisik. Pekerjaan memotong tersebut
harus tersisakan tidak lebih tinggi dari 5 cm. Pekerjaan lain yang mencakup perbaikan
lereng yang tidak stabil, pekerjaan pengembalian kondisi atau perbaikan drainase yang
bersangkutan dan stabilitas dengan tanaman harus dilaksanakan dan dibayar menurut
ketentuan dalam Spesifikasi ini.
ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL
Alat yang dikerahkan :
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terluka alat kerja.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

Pemeliharaan Kinerja Jembatan :


1. Pembersihan Jembatan
Pekerjaan pemeliharaan ini harus mencakup operasi seperti pemeriksaan secara teratur
dan pelaporan semua kondisi komponen utama dari struktur maupun pembersihan
saluran dan lubang drainase, pembersihan kotoran dan sampah pada sambungan
ekspansi, perletakan dan komponen logam lain yang peka terhadap karat dan
pembuangan akumulasi sampah dan/atau tanah sedimen atau endapan yang
diakibatkan oleh banjir pada saluran air.
Perbaikan, pengembalian kondisi dan penggantian beton, komponen baja atau kayu
yang rusak pada struktur jembatan, pengecatan kembali fbaja struktur atau baja lainnya
atau struktur kayu, penggantian bahan pada lantai struktur, dan perbaikan dan
pengembalian kondisi setiap lapisan aspal di atas lantai struktur yang rusak tidak boleh
dimasukkan ke dalam pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan. Pekerjaan pengembalian
kondisi dan perbaikan seperti itu harus dibayar menurut Seksi lain yang berkaitan dari
Spesifikasi ini.

Di daerah bangunan atas jembatan dan bangunan bawah jembatan, operasi


pembersihan dan pembabatan yang berikut harus dilaksanakan sampai diterima oleh
Direksi Pekerjaan;
 Semua tanaman yang berjuntai harus dipotong secukupnya dan sampahnya
dibuang dengan rapi;
 Semua lubang sulingan yang disediakan pada abutment dan tembok sayap harus
bebas dari sampah-sampah yang menyumbatnya.
 Semua dudukan jembatan dan kepala pier harus dijaga supaya bebas dari
sampah, kotoran dan air.
 Semua sambungan pada permukaan kayu harus dijaga agar bebas dari sampah
dan kotoran sedemikian hingga tidak menyimpan air yang akan mempercepat
proses pelapukan;
 Semua permukaan baja harus dijaga agar bebas dari sampah dan kotoran
sedemikian hingga tidak menyimpan air yang akan mempercepat proses korosi.
 Semua lubang pembuangan air, pipa buangan air, saluran drainase dan lubang
keluaran harus dijaga bersih dari sampah supaya air dapat mengalir bebas,
sehingga terhindar dari limpahan air pada perletakan, dudukan perletakan dan
rembesan melalui sambungan atau retak-retak.
 Paku, baut jembatan atau pecahan kayu tidak boleh menonjol di atas permukaan
lantai jembatan sehingga dapat menusuk ban kendaraan yang lewat.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terluka alat kerja.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

2. Pengecatan Elemen Baja


Perbaikan, pengembalian kondisi dan penggantian komponen baja atau kayu yang rusak
pada struktur jembatan, pengecatan kembali baja struktur atau baja lainnya atau struktur
kayu, penggantian bahan pada lantai struktur, dan perbaikan dan pengembalian kondisi
setiap lapisan aspal di atas lantai struktur yang rusak tidak boleh dimasukkan ke dalam
pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan. Pekerjaan pengembalian kondisi dan perbaikan
seperti itu harus dibayar menurut Seksi lain yang berkaitan dari Spesifikasi ini.

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat
Aspek K3 :
 Resiko: Terluka alat kerja.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety

3. Pengecatan Sederhana / Elemen Beton


Perbaikan, pengembalian kondisi dan penggantian komponen beton yang rusak pada
struktur jembatan, pengecatan kembali Beton struktur atau beton lainnya, penggantian
bahan pada lantai struktur, dan perbaikan dan pengembalian kondisi setiap lapisan aspal
di atas lantai struktur yang rusak tidak boleh dimasukkan ke dalam pekerjaan
pemeliharaan rutin jembatan. Pekerjaan pengembalian kondisi dan perbaikan seperti itu
harus dibayar menurut Seksi lain yang berkaitan dari Spesifikasi ini

ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL


Alat yang dikerahkan :
 Peralatan Lain yang diperlukan

Material yang dikerahkan :


 Material lain yang diperlukan

ANALISA PENGERAHAN PERSONIL & K3


Personil yang dikerahkan adalah :
 Pelaksana
 Petugas K3L
 Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat

Aspek K3 :
 Resiko: Terluka alat kerja.
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
 Sarung tangan
 Helm
 Sepatu safety
G. PEKERJAAN AKHIR
a. Demobilisasi
Demobilisasi dilaksanakan diakhir pekerjaan. Mengembalikan kondisi tempat kerja
menjadi kondisi saat pekerjaan belum dimulai termasuk sumber daya yang untuk mobilisasi
seperti pemindahan instalasi alat, peratalan, perlengkapan, personil dan lain-lain.
Pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia Jasa pada saat akhir periode Pelaksanaan,
termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik Pemerintah
dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum pekerjaan
dimulai.
Jika pekerjaan fisik telah selesai dilaksanakan maka dilanjutkan dengan pekerjaan
demobilisasi sisa-sisa material, bongkaran, sebagian tenaga kerja dan peralatan. Lokasi pekerjaan
harus dibersihkan dari berbagai sisa material pekerjaan.

b. Pekerjaan Pembersihan Lapangan


Waktu Pelaksanaan selama 1 minggu (7 HK), Pembersihan akhir dilakukan pada puing -
puing atau bekas bowplank dan bekas kertas semen yang telah dipakai, ini dibersihkan dari
lokasi pekerjaan dengan membuangnya di tempat pembuangan sampah akhir, dengan
menggunakan mobil pickup atau L 300.
Setelah semua pekerjaan selesai dikerjakan dilakukan serah terima pekerjaan, adapun
hal yang harus dipersiapkan untuk kebutuhan serah terima pertama pekerjaan, kontraktor harus
mempersiapkan segala kebutuhan seperti pembersihan lapangan, mengadakan core terhadap
ketebalan pengecoran dan kelengkapan administrasi lainnya.
c. Pemeriksaan Pekerjaan dan Serah Terima Pekerjaan Pertama (PHO)
Untuk persiapan Serah Terima Pekerjaan, kontraktor wajib menyerahkan pekerjaan pada KPA
ebelum pencairan, maka kontraktor wajib meyelasaikan semua administrasi proyek yang di
tangani oleh TIM administrasi proyek.

Sebelum pelaksanaan pekerjaan berakhir,dilaksanakan persiapan untuk serah terima pekerjaan


yang pertama (PHO)
Pelaksanaan pekerjaan untuk MC 100% :
a. Pengukuran dan penghitungan volume pekerjaan yang dilaksanakanb.
b. Penggambaran untuk dibuat gambar purna laksana (Asbuilt Drawing) bilamana di dalam
pelaksanaan pekerjaan terdapat perubahan/Addendum dari Rencana Kontrak atau MC 0%.
c. Perhitungan MC100% untuk mengetahui nilai pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan
pada saat serah terima pertama pekerjaan.
d. Pemeriksaan pekerjaan bersama dengan Tim penerima akhir pekerjaan untuk mendapatkan
persetujuan serah terima pekerjaan.
e. Pihak penyedia jasa masih harus melakukan pemeliharaan selama waktu yang ditentukan,
selanjutnya dilaksanakan Serah Terima Pekerjaan Kedua (FHO) pada akhir masa
pemeliharaan yang ditandatangani oleh Pihak Pertama dan Pihak Kedua.

Setelah seluruh item pekerjaan telah selesai dilaksanakan, dimana tidak ada lagi
kekurangan volume lapangan (Progress fisik sudah 100 %) dan seluruh administrasi sampai
proses fisik lapangangan telah dilengkapi, maka bersama surat pengajuan ke PPHP, seluruh
administrasi tersebut dilampirkan seperti kontrak, addendum (jika ada), Back Up data final, As
built drawing, photo dokumentasi dan dakumen lain yang diperlukan oleh PPHP)

Administrasi lapangan progress fisik 100 % didalamnya Penandatangan yaitu Penyedia Jasa
(Direktur/Wakil Direktur) dan Pengguna Jasa (PPK/KPA/PA), secara tidak langsung telah
menyetujui pekerjaan tersebut melalui administrasi yang telah ditanda tangani, ketika pihak yang
terkait belum ditandatanganinya Administrasi Proyek misal :
Pada Laporan bulanan atau Back Up Data Proyek, belum di teken oleh PPK atau Unsur
Pendukungnya dan oleh Direktur atau Unsur dibawahnya, maka sebaiknya jangan dilakukan
dulu pengajuan serah terima , jadi masalah terima dan tidak diterima antara Penyedia Jasa Dan
Pengguna Jasa (PPK/KPA/PA) pada lingkup yang berjanji/berkontrak terjadi pada saat
administrasi proyek menjelang Pengajuan Serah terima Pekerjaan.

Syarat pengajuan Serah Terima dalam pekerjaan adalah diterimanya oleh PPK/KPA/PA
pekerjaan tersebut dalam bentuk ditanda tangani seluruh admistrasi proyek terutama admistrasi
lapangan, jika seperti contoh diatas tadi, belum ditanda tangani berarti pihak PPK/KPA/PA
belum menerima pekerjaan tersebut, sehingga pengajuan Serah Terima kepada PPHP belum
bisa di ajukan.

d. Pemeriksaan Pekerjaan dan Serah Terima Pekerjaan Kedua (FHO)

Setelah atau menjelang berakhirnya masa pemeliharaan, jika ada yang rusak lakukan
perbaikan, maka bersama surat pengajuan ke PPHP, disampaikan admistrasi berupa Kontrak,
addendum (jika ada), BA Serah terima Pertama (PHO), Photo Dokumentasi lapangan dan sekali
gus jika ada perbaikan dan administrasi lain yang diperlukan

Pengajuan serah terima terakhir (FHO) kepada PPHP dilakanakan oleh yang berkontrak adalah
setelah administrasi tersebut sudah dilengkapi oleh pihak Penyedia Jasa dan di setujui oleh
wakil Pengguna Jasa (PPK/KPA/PA)

Serah Terima Pekerjaan (PHO dan FHO) memiliki proses masing-masing dalam rentang waktu
dan jarak yang berbeda, sehingga proses kedua hal dimaksud terpisah tidak bersamaan, dan
dalam pengajuannya ada sedikit perbedaan administrasi, tapi pada prinsipnya FHO baru bisa
dilaksanakan apabila PHO sudah dilaksanakan.

Pengajuan Serah Terima (PHO dan FHO) dilakukan apabila PPK/KPA/PA (unsur berkontrak
dengan Penyedia) telah menerima dan menyetujui Hasil Pekerjaan tersebut, bukti diterima dan
disetujuinya pekerjaan yang dilaksanakan bersama-sama adalah disampaikan permintaan Serah
terima pekerjaan oleh (PPK/KPA/PA) kepada PPHP.
BAB. IV. URAIAN PEKERJAAN PENUNJANG
Pekerjaan penunjang adalah pekerjaan-pekerjaan yang mempengaruhi kelancaran dalam
pelaksanaan pekerjaan tersebut. Termasuk pengaturan rambu lalu lintas, antisipasi cuaca,
jembatan sementara (apabila diperlukan).

1. Pengaturan Rambu Lalu-lintas.


Demi kelancaran dan keamanan serta kenyamanan bagi pengguna jalan maka untuk itu
kami akan buat rambu-rambu lalu-lintas yang akan di pasang pada minimal 200m’ sebelum dan
sesudah lokasi pekerjaan, dan sepanjang lokasi pekerjaan.
Demi kelancaran pekerjaan dan kelancaran arus lalu lintas kami juga akan melaksanakan
penutupan dengan sistim penutupan setengah lajur jalan/setengah badan jalan dan apabila
sangat mendesak, maka akan kami gunakan dengan sistim buka-tutp jalur yang akan dijaga
oleh penjaga rambu pada awal dan akhir pekerjaan dengan dilengkapi alat komunikasi dan
lampu penerangan serta lampu rambu yang memadai. Apabila diperlukan kami akan meminta
bantuan satlantas dalam pengaturan arus lalu-lintas.

2. Penempatan Material.
Dalam hal penempatan materil pada lokasi pekerjaan, diusahakan untuk penempatan
material dilakukan ditepi/bahu jalan (tidak mengganggu badan jalan). Apabila tidak ada lokasi /
sampai mengganggu pengguna jalan maka akan kami pasang rambu.
Dan dalam droping material kami usahakan kalu material tersebut akan segera
digunakan, sehingga diusahan material yang dating sekali habis. Agar tidak mengganggu
pengguna jalan.

3. Penerangan.
Apabila dilaksanakan pekerjaan pada malam hari maka kami akan menyediakan
penerangan yang cukup dengan mengadakan alat genset, serta lampu-lampu yang terang
sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan sesaui dengan spek.
Untuk kelancaran lalu-lintas penerangan juga kami pasang pada awal dan akhir pekerjaan
dan pada beberapa sepanjang lokasi pekerjaan sehingga pengguna jalan dapat melihat bahwa
di daerah tersebut sedang ada pekerjaan jalan.

4. Antisipasi Cuaca.
Untuk antisipasi cuaca, pada setiap dump truck kami lengkapi dengan terpal, sehingga
apabila pada saat bermuatan terjadi hujan material langsung ditutup dengan terpal. Dan pada
saat dump truck bermuatan hotmix, maka bak dump truck selalu ditutup terpal agar suhu tetap
terjaga.
Selain terpal kami juga menyediakan plastik untuk penutupan agregat apabila sebelum
tergelar padat sudah terjadi hujan.
BAB. V. PENCAPAIAN INDIKATOR KERJA
a). Metode pengopersian pemeliharaan perbulan.
Dalam pengopersian pemeliharaan kami pantau selalu melalu penempatan personil inti
dan penempatan peralatan utama untuk masa pemeliharaan. Dan apabila ditemukan kerusakan
pada hasil pekerjaan maka kami akan segera memperbaikinya.

b. Pengelolaan peralatan perbulan.


Peralatan yang kami sediakan adalah peralatan milik sendiri dan sewa jangka panjang
(sampai masa pemelliharaan berakhir. Dan peralatan tersebut kami letakkan di lokasi pekerjaan
dan kami rawat setiap saat sehingga apabila sewaktu-waktu diperlukan bisa dimanfaatkan
dengan baik.
c. Penempatan personil perbulan.
Untuk personil yang kami gunakan adalah personil tetap dan personil free line tetapi
sampai dengan serah terima kedua (FHO), sehingga untuk personil tersebut apabila belum
selesai pekerjaannya masih bertanggung jawab atas hasil pekerjaan tersebut. dan personil
sebelum masa waktu pemeliharaan selesai di tempatkan dilokasi pekerjaan.
BAB. VI. PENUTUP
Pekerjaan Penunjang untuk pekerjaan ini antara lain : Pengaturan lalu-lintas, Penempatan
material, Penerangan, dan antisipasi cuaca.
Pencapaian indicator kerja dengan cara kami control/survey dan penempatan personil inti
serta peralatan untuk pemeliharaan, agar apabila terdapat kerusakan bisa langsung/segera
diatasi.
Demikian Metode pelaksanaan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya
untuk kelancaran paket pekerjaan tersebut.

Sleman, 02 Mei 2019


Penawar ;
PT HIDAYAH DUTA SARANA PUTRA

DRA. NOOR HIDAYATI


Direktur Utama

Anda mungkin juga menyukai