PAKET :
PENINGKATAN JALAN KUTOARJO – KETAWANG (DAK)
I.3. LOKASI
Lokasi Peningkatan Jalan Kutoarjo – Ketawang (DAK) berada di Kabupaten Purworejo,
Provinsi Jawa Tengah.
I.4. LINGKUP PEKERJAAN
DIVISI 1. UMUM
1.19 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Direktur
Dra. Noor Hidayati
General Superintendent
Wawan Kurniawan, ST
Quantity Engineer
Didik Setyawan, ST
Kepala Tukang
Tukang
Pekerja
URAIAN TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
PERSONIL PENYEDIA JASA
Wewenang
Menilai dan mengevaluasi kemajuan kerja dari masing –masing sub Surat Perjanjian
Harga Satuan Pekerjaan Konstruksitor , atau masing-masing unit pekerja ( Kepala
Tukang ).
Memberikan laporan atas kemajuan kerja masing-masing sub Surat Perjanjian Harga
Satuan Pekerjaan Konstruksitor, atau masing-masing unit kerja ( Kepala Tukang ).
Mengeluarkan dana taktis sebatas kewenangan pekerjaan guna kelancaran pelaksanaan
pekerjaan .
MULAI
REKAYASA
LAPANGAN
Tidak
Q
1
Ya
MUTUAL CEK
Tidak
Q AMANDEMEN
1
Ya
Manajemen dan Manajemen Mutu Galaian Biasa Penyiapan Badan Jalan Timbunan Pilihan
Keselamatan Lalu Keselamatan dan dari Galian
Lintas Kesehatan Kerja
Tidak
Tidak Tidak Tidak Tidak
Q
Q Q Q Q
1
1
Ya
1 1 Ya 1
Ya Ya Ya
1 2 3
Pasangan Batu
Agregat Kelas A Saluran berbentuk U
Tipe DS 4
TDK Tidak
Q Q Tidak
13 Q
Ya 3
YA 1
Ya
Lapis Pondasi Bawah
Baja tulangan
Beton Kurus
TDK
TDK Q1
Q
YA
YA
TDK
TDK
Q
Q
YA
YA
Baja Tulangan
Sirip
Timbunan
Pilihan
TDK
TDK
Q
Q
YA
YA
Perkerasan
Beton Semen
Beton Fc’ 15
MPa TDK
Q
TDK
Q
YA
YA
Perbaikan CAP
TDK
Q
YA
Patok Pengarah
YA
TDK Q
Pemeliharaan
YA
TDK
Marka Jalan
Q
TDK
YA
Q
YA
SELESAI
BAB. III. URAIAN PEKERJAAN UTAMA
Dalam Peningkatan Jalan Kutoarjo – Ketawang (DAK) ini yang termasuk dalam Item
Pekerjaan Utama antara lain :
Dibawah ini akan dijabarkan lebih luas pengertian tentang item pekerjaan utama diatas
serta digambarkan bagaiman cara pengerjaan serta penggunaam alat dan lama waktu
pelaksanaan pada paket tersebut.
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Penyusunan Rencana Mutu Kontrak (RMK)
Penyedia Jasa mempersiapkan RMK yang merupakan salah satu dokumen pelaporan memuat
diantaranya informasi kegiatan, sasaran mutu kegiatan, tugas dan wewenang, pembagian
personil, dan struktur organisasi, untuk menyelesaikan pekerjaan agar dicapai hasil yang tepat
mutu, tepat waktu dan tepat guna tanpa adanya dampak lingkungan selama proses
penyelesaian pekerjaan.
Pengadaan tenaga kerja sebisa mungkin menggunakan tenaga kerja setempat dengan
harapan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat. khusus untuk
tukang dan kepala tukang inti dan tenaga ahli mendatangkan yang telah berpengalaman dalam
bidangnya agar pekerjaan berjalan sesuai dengan sasaran mutu, tepat waktu dengan kuantitas
sesuai dengan spesifikasi teknis yang ada,
9. Manjemen Mutu
2. Kepemimpinan (Leadership)
Para pemimpin dalam setiap unit dalam suatu organisasi perusahaan (penyedia jasa konstruksi)
menyiapkan dan diarahkan untuk mengembangkan budaya kualitas. Mereka harus dapat
mengkreasikan dan memelihara budaya kualitas dalam setiap lingkungan internal yang
dipimpinnya, mendorong setiap anggota timnya untuk mencapai tujuan perusahaan yakni
pencapaian target kualitas/mutu pekerjaan, dan dalam hal ini mencapai mutu/kualitas pekerjaan
konstruksi.
Setiap individu baik karyawan maupun pemimpin pada setiap level perusahaan jasa konstruksi
harus memahami budaya manajemen kualitas. Setiap individu harus berusaha mengembangkan
segala kemampuan dan kemungkinan yang dapat digunakan bagi keuntungan perusahaan.
Hasil yang buruk dapat dikurangi bila setiap aktivitas dan kebutuhan sumber daya (manusia,
material/bahan/alat, waktu) dikelola dalam suatu organisasi perusahaan sebagai suatu proses.
Suatu organisasi perusahaan dapat efektif dan efisien dalam mengembangkan target dan tujuan
mutu/kualitas yang merupakan kontribusi dari tahap identifikasi, pemahaman dan pengelolaan
semua proses yang saling terkait sebagai suatu sistem.
Salah satu target tujuan kualitas/mutu secara permanen dari suatu organisasi adalah terus
mengembangkan kinerja pencampaian mutu semua aktivitasnya.
Keputusan-keputusan yang efektif adalah beranjak dari dari analisis data dan informasi yang
benar.
Sejak hubungan antara suatu perusahaan (penyedia jasa konstruksi) dan supliernya
adalah interdependent, maka perlu dikembangkan hubungan yang saling menguntungkan
diantara keduanya untuk memungkinkan pengembangan meningkatkan value keduanya.
8 (delapan) prinsip dasar ini berbasis pada Quality Management System (QMS)
standard dalam ISO 9001:2008.
Pengelolaan mutu (Quality Management) bertujuan mencapai persyaratan mutu proyek pada
pekerjaan pertama tanpa adanya pengulangan (to do right things right the first time) dengan
cara-cara yang efektif dan ekonomis. Pengelolaan mutu proyek konstruksi merupakan unsur dari
pengelolaan proyeks secara keseluruhan, yang antara lain adalah sebagai berikut:
1. Meletakan dasar filosofi dan kebijakan mutu proyek
2. Memberikan keputusan strategis mengenai hubungan antara mutu, biaya dan jadwal
3. Membuat program penjaminan dan pengendalian mutu proyek (QA/QC)
4. Implementasi Program QA/QC.
Perlu juga dipahami bahwa penanganan masalah mutu dimulai sejak awal sampai
proyek dinyatakan selesai. Pada priode tersebut penyelenggaraan proyek dibagi menjadi
pekerjaan spesifik, yang kemudian diserahkan kepada masing-masing bidang/unit sesuai
keahlian. Jadi semua pihak memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga kualitas/mutu,
bila melaksanakan tugasnya dengan benar dan tepat dari segi mutu. Atau dengan kata lain
harus selalu berorientasi kepada mutu.
Penjaminan mutu (QA) adalah semua perencanaan dan langkah sistematis yang
diperlukan untuk memberikan keyaknian bahwa instalasi atau sistem yang akan diwujudkan
dapat beroperasi secara memuaskan. Sedangkan pengendalian mutu (QC) adalah bagian dari
penjaminan mutu yang memberikan petunjuk dan cara-cara untuk mengendalikan mutu material,
struktur, komponen atau sistem agar memenuhi keperluan yang telah ditentukan.
Jadi Pengendalian Mutu (QC) meliputi tindakan-tindakan yang berupa: pengetesan,
pengukuran dan pemeriksaan apakah kegiatan-kegiatan engineering/konstruksi dan kegiatan
lainnya telah memenuhi dan sesuai dengan kriteria yang digariskan. Dalam konstruksi kriteria ini
berupa SNI, maupun standar internasional yang berlaku untuk setiap bahan dan pekerjaan
konstruksi, misalnya acuan-acuan dalam pelaksanaan konstruksi meliputi sebagai berikut:
Pengendalian proyek konstruksi mencakup dan tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
Membuat kerangka kerja secara total;
Pengisian tenaga kerja termasuk penunjukan konsultan;
Menjamin bahwa semua informasi yang ada telah dikomunikasikan ke semua pihak terkait;
Adanya jaminan bahwa semua rencana yang dibuat akan dapat dilaksanakan;
Monitoring hasil pelaksanaan dan membandingkannya dengan rencana, dan
Mengadakan langkah perbaikan (corrective action) pada saat yang paling awal.
Hubungan antara fungsi-fungsi manajemen dan faktor-faktor yang menjadi ukuran suksesnya
perencanaan dan pengendalian termasuk pengendalian mutu dapat dilihat pada gambar 2.
Merupakan kewajiban penyedia jasa konstruksi untuk menyiapkan rencana pengawasan kualitas
dan kepastian kualitas. Rencana pengawasan kualitas dan kepastian kualitas/Quality
Control dan Quality Assurance/QA-QC meliputi kegiatan berikut:
2. QA/QC manajer
Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus menunjuk seorang QA/QC manajer sebelum
pekerjaan konstruksi dilaksanakan. QA/QC manajer akan bertaggung jawab terhadap
pelaksanaan dan keberlangsungan rencana pengawasan kualitas. Orang yang ditunjuk oleh
penyedia jasa konstruksi (kontraktor) sebagai QA/QC manajer harus disetujui oleh wakil pemberi
kerja. QA/QC manajer akan melaporkan pekerjaannya langsung kepada Manajer proyek dari
penyedia jasa konstruksi (kontraktor).
Pengendalian Kualitas
Pekerjaan pelaksanaan konstruksi dimulai dari pekerjaan tanah sampai pada konstruksi akan
dikendalikan dengan memberikan pengawasan, arahan, bimbingan dan instruksi yang
diperlukan kepada penyedia jasa konstruksi (kontraktor) guna menjamin bahwa semua
pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas. Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi antara lain meliputi :
Pengendalian Kuantitas
Pengawasan kuantitas (Quantity Control), dilakukan dengan mengecek bahan-bahan/campuran
yang ditempatkan atau yang dipindahkan oleh penyedia jasa konstruksi (kontraktor) atau yang
terpasang. Konsultan akan memproses bahan-bahan/campuran berdasarkan atas :
Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.
Metoda perhitungan
Lokasi kerja
Jenis pekerjaan
Tanggal diselesaikannya pekerjaan.
Setelah pekerjaan memenuhi persyaratan baik secara kualitas maupun persyaratan lainnya,
maka pengukuran kuantitas dapat dilakukan agar volume pekerjaan dengan teliti/akurat yang
disetujui oleh konsultan sehingga kuantitas dalam kontrak adalah benar diukur dan mendapat
persetujuan dari konsultan
1. a Filosofis
K3 merupakan suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
terhadap hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
K3 adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan
kerja dari tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di
tempat kerja.
Tujuan K3
K3 bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan dengan memelihara dan melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan tenaga
kerja sehingga dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
dan pada akhirnya dapat meningkatkan sistem efisiensi dan produktivitas kerja.
Sasaran K3
Norma K3
Norma yang harus dipahami dalam K3:
Dasar Hukum K3
K3 ditentukan berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja:
Bahaya akibat terhirupnya atau terjadinya kontak antara manusia dengan bahan kimia
berbahaya. Contoh jenis kimia: abu sisa pembakaran bahan kimia, uap bahan kimia dan gas
bahan kimia.
Bahaya akibat suatu temperatur udara yang terlalu panas maupun terlalu dingin serta keadaan
udara yang tidak normal yang menyebabkan terjadinya perubahan atau mengalami suhu tubuh
yang tidak normal.
Bahaya akibat keadaan yang sangat bising yang menyebabkan terjadi kerusakan pendengaran.
Bahaya dari pengangkutan barang serta penggunaan peralatan yang kurang lengkap dan aman
yang mengakibatkan cedera pada pekerja dan orang lain.
Safety Helmet atau helm pelindung untuk melindungi kepala dari benda-benda yang dapat
melukai kepala.
Safety Goggles atau kacamata pengamanan untuk melindungi mata dari paparan partikel yang
melayang di udara, percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas.
Hearing Protection atau penutup telinga untuk melindungi dari kebisingan ataupun tekanan.
Safety Mask atau masker yang berfungsi sebagai alat pelindung pernafasan saat berada di area
yang kualitas udaranya tidak baik.
Face Shield atau pelindung wajah untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia,
percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas, benturan atau pukulan benda keras dan
tajam.
2. Alat Pelindung Tubuh
Apron atau celemek untuk melindungi tubuh dari percikan bahan kimia dan suhu panas.
Safety Vest atau rompi keselamatan kerja yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kontak
atau kecelakaan.
Safety Clothing atau alat pelindung tubuh untuk melindungi dari hal-hal yang membahayakan
saat bekerja, mengurangi resiko terluka dan juga digunakan sebagai identitas pekerja.
Safety Gloves atau sarung tangan yang berfungsi melindungi jari-jari dan tangan dari api,
suhu panas, suhu dingin, radiasi, bahan kimia, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan,
dan goresan benda tajam.
Safety Belt atau sabuk pengaman yang dipakai saat menggunakan alat transportasi serta untuk
membatasi ruang gerak pekerja agar tidak terjatuh.
Safety Boot/Shoes adalah sepatu boot atau sepatu pelindung untuk melindungi kaki dari benturan,
tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, bahan
kimia berbahaya ataupun permukaan licin.
II. PEKERJAAN UTAMA DAN LAINNYA
A. DEVISI 2. DRAINASE
5.Setelah stake out, disiapkan formwork untuk pengecoran lantaikerja. Pengecoran lantai
kerja(beton klas E) dilaksanakandengan memperhatikan elevasidan kerataan permukaannya
.(dimonitor oleh team surveyor).
8.Pembukaan bekisting dindingsetelah beton berumur 14 hariatau hasil test kuat tekan
bendaujui 70 % dan sudah mendapatpersetujuan Konsultan supervisi.
10.Dilaksanakan test kepadatan(sand cone test) terhadapgranular back fill per layer tebal15 cm.
Aspek K3 :
Resiko: Terkena Alat Berat, terkena campuran beton
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
Uraian Kerja :
1) Tanah yang dipotong umumnya berada disisi jalan
2) Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator
3) Selanjutnya Excavator menuangkan material hasil galian kedalam Dump Truck
4) Dump truck membuang material hasil galian keluar lokasi perkerjaan
5) Material hasil galian tanah termasuk hasil pembersihan dan pengupasan top soils ini
akan dibuang ke lokasi pembuangan yang telah disiapkan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
a. Persiapan Pekerjaan
Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja,
schedule, perlatan, personil kerja dan gambar kerja yang akan digunakan, untuk
memperoleh persetujuan dari Konsultan dan Direksi sebelum pekerjaan dimulai.
2) Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal
dilakukannya pelaksanaan pekerjaan (Request For Work)
b. Uraian Pekerjaan
Permukaan galian digali dengan menggunakan alat Excavator, Jack Hammer
Compressor dan dibantu dengan alat bantu berupa cangkul, singkup, belincong dan lain
sebagainya.
Cadas Muda/Batu Lunak digali menggunakan alat, lalu dimuat kedalam truk untuk
diangkut ke lokasi yang telah ditentuka.
Sisa hasi galian dibersihkan dengan menggunakan Air Compressor.
Hasil galian dirapihkan oleh sekelompok pekerja sesuai dengan ukuran gambar rencana.
Aspek K3 :
Resiko: Terkena Alat Berat, tertimpa material galian
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan dari sumber galian harus terdiri
dari bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas level timbunan
biasadan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung dari maksud
penggunaannya, seperti diperintahkan atau distujui oleh Direksi pekerjaan.Dalam segala hal,
seluruh timbunan pilihan harus, bila di uji sesuai dan memiliki CBR paling sedikit 10%
setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum.
Aspek K3 :
Resiko: Terkena Alat Berat, tertimbun bahan timbunan, tergilas tandem.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
URAIAN PROSEDUR
Persiapan:
Meyiapkan peralatan berat (Excavator, Bulldozer, Compactor, Dump Truck) yang cukup,
dan dalam kondisi baik.
Meyiapkan peralatan pembantu (Linggis, Cangkul, dll) yang cukup
Meyiapkan lokasi pekerjaan yang akan ditimbun dengan urutan sebagai berikut:
Mengupas/stripping permukaan tanah yang akan ditimbun dengan ketebalan
sesuaispesifikasi (± 20 cm)
Memadatkan tanah sesudah dikupas/stripping sehingga diperoleh permukaan dengan
kepadatan sesuai spesifikasi.
Pelaksanaan Pekerjaan:
Pekerjaan Pengukuran
- Mengukur elevasi permukaan tanah sebelum dilakukan pekerjaan kupasan (kondisi 0%)
- Mengukur elevasi permukaan tanah setelah dilakukan kupasan.
- Mengukur elevasi top permukaan tanah setelah pekerjaan timbunan selesai kondisi
100%
- Melakukan monitoring pekerjaan timbunan layer demi layer (Max 30 cm)
Melaksanaan Pekerjaan Timbunan
Bahan timbunan dihampar dengan Bulldozer sesuai dengan patok pembatas / koridor
rencana kontruksi bangunan (misalnya Bahu badan jalan dan lain-lain) sesuai
dengan Design Drawing(Gambar Desain).
Maximum tebalnya hamparan sesuai dengan ketentuan (misalnya tebal timbunan per
layer = 30 cm / kondisi loose)
Memadatkan hamparan timbunan yang sudah rata dengan compactor (apabila
diperlukan permukaan tanah disiram dengan air)
Apabila diperlukan selama hamparan, dilakukan pembersihan kotoran (misalnya akar
dan lain-lain), dari bahan timbunan dengan tenaga kerja khusus.
Mengadakan test kepadatan timbunan di lapangan dengan acuan data dari test
kepadatan laboratorium
Melakukan penimbunan kembali (setelah tes kepadatan memenuhi syarat) layer demi
layer, sampai didapat top elevasi permukaan tanah yang ditentukan
Hasil Trial Embankment merupakan ketentuan untuk patokan pelaksanaan pekerjaan
timbunan tersebut
Kombinasi dan spesifikasi peralatan yang dipakai (Bulldozer, Excavator, Dump Truck,
Compactor) berpengaruh pada kecepatan penyelesaian pekerjaan
tersebut. Pengecekan/Pengukuran selama pelaksanaan pekerjaan mutlak diperlukan.
Aspek K3 :
Resiko: Terkena Alat Berat, tertimbun bahan timbunan, tergilas tandem.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
Penyiapan badan jalan pada pekerjaan pelebaran jalan dan badan jalan perkerasan beton
semen meliputi pekerjaan pembersihan, pembentukan tanah dasar agar elevasinya sesuai
degan yang ditunjukkan gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan, dan
termasuk pekerjaan pemadatan tanah dasar.
Pembersihan lokasi pekerjaan dari material yang dapat menggangu pekerjaan seperti
semak-semak, pepohonan, batu besar, dan material lainnya.
Pekerjaan galian yang diperlukan baik dengan menggunakan alat berat maupun dengan
cara manual untuk membentuk tanah dasar sesuai Gambar atau sesuai dengan petunjuk
Direksi Pekerjaan.
Pemadatan Tanah dasar dilakukan dengan menggunakan alat vibratory roleer atau
menggunakan COMBINATION VIBRATORY ROLLER pada daerah pelebaran yg tidak
terlalu luas atau tidak memungkinkan pengunaan vibratory roller.
Aspek K3 :
Resiko: Terkena Alat Berat, tergilas Vibro Roller.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
Lapisan pondasi Agregat Klas A, biasa kita kenal dengan LPA, digunakan sebagai lapis pondasi
atas, dilaksanakan menyebar sepanjang jalan yang dilebarkan dan di atas permukaan lapis
pondasi bawah (apabila ada) yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Persiapan :
Pembuatan DMF (Design Mix Formula) dilaksanakan Laboratorium atau di UMPKL Dinas
Pekerjaan Umum setempat, bila dianjurkan oleh Direksi pengawas, contoh semua jenis
material diambil dari sumber quarry dengan lokasi sketsa terlampir, pengambilan contoh
material (batu, abu batu, pasir) dilaksanakan bersama-sama dengan Pengawas
Lapangan dan konsultan Pengawas.
Setelah DMF selesai kontraktor akan membuat JMF (Job Mix Formula) di Laboratorium
Kontraktor itu sendiri, didampingi konsultan dan Direksi teknis.
Penyediaan material di stock pile atau lokasi pengadukan khususnya pemecahan batu
dilaksanakan segera setelah hasil uji kekerasan memenuhi syarat, termasuk penyediaan
pasir.
Percobaan pelaksanaan : menyangkut komposisi masing-masing jenis material
(mengacu JMF), tebal hamparan gembur sehingga dihasilkan tebal padat yang
disyaratkan (diketahui faktor gembur), kadar air optimal, jumlah lintasan pemadatan
sehingga dihasilkan kepadatan maksimal sesuai spesifikasi teknis. Hasil percobaan
pelaksanaan dilakukan pengujian : ketebalan (pengukuran manual), uji kepadatan (Sand
Cone), uji gradasi lapangan (analisa saringan) dan PI lapangan (atterberg) dan uji CBR
Lapangan (DCP).
Staking-out, menentukan lebar dan tebal hamparan sebagai gambar rencana.
Pelaksanaan :
Pengadukkan material LPA : dilaksanakan di stock pile (lokasi pengadukan) dengan
komposisi berdasarkan JMF dan hasil percobaan lapangan, pengadukan dilaksanakan
setiap maksimal ≤ 50 m3 agar menghasilkan campuran yang homogen, digunakan
peralatan excavator dan Wheel Loader.
Material LPA diangkut dengan menggunakan dump truk, pemuatan menggunakan wheel
Loader, jarak hauling diatur sedemikian rupa (memeprhatikan faktor gembur dari hasil
percobaan pelaksanaan) sehingga penghamparan dapat dilaksanakan efektif dan efisien.
Penghamparan menggunakan Motor Grader, tebal hamparan sesuai hasil percobaan
pelaksanaan, dilaksanakan selebar rencana, perapian hamparan dilaksanakan dengan
tenaga manusia dengan peralatan sesuai keperluan lapangan. Selama proses
penghamparan dilakukan control kadar air, sehingga akan dihasilkan kadar air optimal
pada saat pemadatan dilaksanakan. Dimensi dan kelandaian permukaan dilaksanakan
sesuai dengan gambar rencana.
Pemadatan menggunakan Vibrator Roller (berat 8-12 ton), dilaksanakan mulai dari
bagian yang rendah berangsur-angsur menuju bagian yang lebih tinggi, jumlah lintasan
sesuai dengan hasil percobaan pelaksanaan. Pemadatan dihentikan jika diyakini tercapai
kepadatan yang disyaratkan.
Pemeliharaan :
Pemeliharaan menyangkut kerataan permukaan, keutuhan dan kekokohan dilaksanakan
sampai pekerjaan tahap selanjutnya (perkerasan dengan aspal) akan dilaksanakan,
sedemikian rupa sehingga dimensi, permukaan dan mutu LPA tetap sesuai spesifikasi
teknis.
ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL
Alat yang dikerahkan :
Wheel Loader
Dump Truck
Motor Grader
Tandem Roller
Water Tanker
Peralatan Lain yang diperlukan
Aspek K3 :
Resiko: Terkena Alat Berat, tertimbun Aggregat, tergilas tandem.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
Aspek K3 :
Resiko: Terkena Alat Truck mixer, tertimpa adukan beton,
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
Lapis Pondasi bawah Beton Kurus yg di gunakan mampu memenuhi syarat sesuai
spesifikasi pekerjaan.
Bila pekerjaan persiapan telah selesai dilaksanakan dengan segera akan dilakukan pekerjaan
pabrikasi bekisting (form work plate), dimana ukuran dan bentuk bekisting tersebut akan
disesuaikan dengan gambar kerja. Bila bekisting tersebut telah selesai dipabrikasi kemudian
akan dipasang pada lokasi pengecoran badan jalan.
Bila Polytene (plastic cor) telah terpasang kemudian akan dilanjutkan dengan pekerjaan
pemasangan tulangan untuk dudukan dowel dan tie bar. Pemasangan ini akan dilakukan sesuai
dengan bentuk dan jarak yang tertera dalam gambar kerja. Dimana tulangan untuk dudukan
dowel dan tie bar tersebut telah dipabrikasi sebelumnya sesuai dengan bentuk dan diameter
tulangan yang tertera dalam gambar kerja.
Pasang Dowel
Bila tulangan dowel tersebut telah dimeni kemudian akan dipasang dengan cara terlebih dahulu
memasukkan batang besi / tulangan dowel tersebut kedalam selongsong pipa PVC yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Kemudian tulangan dowel tersebut akan dirakit dan diikat pada besi
dudukan tulangan dowel dengan menggunakan kawat beton sesuai dengan jarak yang tertera
dalam gambar kerja. Kemudian ujung pipa PVC akan dipasang dop penutup lubang untuk
menjaga agar adukan beton tidak akan masuk kedalam selongsong pipa PVC. Jika dowel
tersebut telah terpasang kemudian akan diangkut kelokasi pekerjaan untuk dipasang pada titik-
titik lokasi pemasangan.
Setelah tulangan dudukan, tie bar dan dowel telah terpasang kemudian akan dilanjutkan dengan
pengececoran. Sebelum melakukan pengecoran akan diajukan Surat Pemberitahuan
Pengececoran / membuat Request Pekerjaan kepada pengawas/direksi untuk mendapatkan izin
untuk melakukan pengecoran. Bila telah mendapat izin pengecoran dari pengawas/direksi maka
dengan segera akan dilakukan pengecoran, dengan beton readymix yang akan didatangkan dari
supplier. Sebelum melakukan pengecoran terlebih dahulu akan dipersiapkan segala peralatan
dan perlengkapan yang dibutuhkan pada saat pengecoran antara lain genenator set, concrete
vibrator, garukan, jidar dan kabel-kabel serta lampu-lampu penerangan. Beton ready mix yang
berasal dari truk mixer dituang ke dalam kotak (mal) yang telah disiapkan lalu diratakan secara
manual kemudian selanjutnya diratakan dan diadakan dengan menggunakan vibrating screed
yang sistem operasinya bergerak di atas mal memanjang (sepanjang mal memanjang) yang
ditarik dengan tenaga manusia bolak balik sebanyak 4 lintasan. Proses perataan dan
pemadatan terjadi karena alat vibrating screed tersebut selain meratakan juga bergetar sehingga
terjadi pemadatan sedangkan pada bagian ujung (dekat) mal, pemadatan dibantu dengan
menggunakan vibrator beton. Pada saat pengecoran truk mixer akan dipandu untuk mundur
hingga mencapai awal dari pengecoran/opritan dan jika telah mencapai lokasi pengecoran
kemudian adukan beton tersebut dituang dari truk mixer secara berlahan-lahan kemudian bahan
adukan coran tersebut akan diambil sebagian untuk melakukan pengujian slump beton
kemudian dan sampel benda uji silinder/kubus beton. Kemudian dilanjutkan dengan pengecoran
dimana adukan beton tersebut akan dituang dari truk mixer dan kemudian ditarik dengan
mengunakan alat bantu sambil dipadatkan dengan menggunakan concrete vibrator kemudian
diratakan dengan menggunakan jidar hingga mendapatkan permukaan yang rata.
Pekerjaan Cutter Joint Beton + Joint Sealent
Bila beton coran tersebut telah mengering dan sudah mengeras maka akan dilakukan
pemotongan beton pada lokasi pemasangan tie bar dan dowel sesuai jarak yang telah
ditentukan. Pemotongan ini akan dilakukan dengan menggunakan alat mesin pemotong beton
hingga mencapai kedalaman yang telah ditentukan dimana terlebih dahulu telah dilakukan
penggarisan pada permukaan beton sebagai acuan untuk melakukan pemotongan. Bila
pemotongan beton ini telah selesai dikerjakan kemudian dilanjutkan dengan pemasangan joint
sealent pada lubang bekas pemotongan beton hingga lubang tersebut tertutup rata dengan
permukaan beton.
Memperbaiki Permukaan
Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih lembek, bagian-
bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru, ditempa, dikonsolidasi dan di
finishing lagi.Daerah yang menonjol / berlebih harus dipotong dan di-finishing lagi. Sambungan
harus diperiksa kerataannya. Permukaan harus terus diperiksa dan dibetuikan sampai tak ada
lagi perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan
tampang melintang yang ditentukan.
Perbedaan tinggi permukaan menurut pengujian mal datar (straight edge) tidak boleh melebihi
toleransi yang ditentukan.
Finishing
Setelah sambungan dan tepian selesai, dan sebelum bahan perawatan (curing)dilakukan,
permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat melintang garis sumbu (centre line) jalan,
atau dengan cara pembuatan alur (grooving) pada arah melintang atau memanjang jalan.
Pengkasaran yang dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang dari 45 cm,
dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 10 cm dengan masing-masing untaian
terdiri dari 32 kawat. Sikat hams terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling
sehingga jarak masing-masing pusat untaian maksimum 1 cm. Sikat harus diganti bila bulu
terpendek panjangnya sampai 9 cm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 0,75
mm.
- Perawatan
Setelah penyelesaian akhir selesai dan lapisan air menguap dari permukaan atau segera
setelah pelekatan dengan beton tidak terjadi maka seluruh permukaan beton harus segera
ditutup dan dirawat sesuai dengan metode yang disetujui. Dalam semua hal, dimana perawatan
memerlukan penggunaan air, maka operasi perawatan harus dititik beratkan pada penyediaan
air. Biasanya masa perawatan dilakukan selama 7 hari, tetapi waktu tersebut dapat diperpendek
bila 70 % kekuatan tekan atau lentur beton dapat dicapai lebih awal.
- Toleransi Tebal
Semua lapisan permukaan dan lapis pondasi harus dibuat dengan tebal sesuai dengan Gambar
Rencana.Pemeriksaan yang teliti terhadap elevasi acuan dan pengukuran ketebalan terhadap
permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah dengan menggunakan benang dipandang
cukup memadai. Apabila dipandang perlu memeriksa tebal perkerasan setelah penghamparan,
maka tebal perkerasan dapat ditentukan dengan cara pemboran (core drill). Pemboran harus
dilakukan pada interval yang disyaratkan.
Aspek K3 :
Resiko: Terkena Truck Mixer, terkena campuran beton, Terpeleset.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
Merupakan baja tulangan polos (bukan ulir) dengan baja mutu sedang yang memiliki
tegangan leleh karekteristik 2.400 kg/cm2. Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan
pemasangan baja tulangan pada acuan cetakan sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar.
Pekerjaan dilakukan secara manual dengan urutan pekerjaan sebagai berikut :
1. Besi dipotong dan dibengkokan sesuai dengan kebutuhan, kemudian disusun sedemikian
rupa sesuai dengan gambar kerja, dan setiap pertulangan diikat dengan menggunakan kawat
beton.
2. Peralatan yang digunakan adalah : alat bantu
Pekerjaan Baja Tulangan ini dilaksanakan setelah terlebih dahulu besi didatangkan
kelokasi pekerjaan dan dilakukan pemotongan dan pembengkokkan sesuai dengan ukuran dan
bentuk yang telah ditentukan dalam gambar teknik (rencana). Pekerjaan pembesian dimulai
sebelum pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan.
Persiapan:
1. Pekerjaan dilakukan secara manual (tenaga manusia) dan alat bantu berupa bar bender
dan bar cutter.
2. Lokasi pekerjaan : Struktur pondasi, dinding dan lantai jembatan.
3. Sarung tangan, helm dan sepatu safety harus dikenakan oleh para pekerja guna
menghindari cedera serius saat melaksanakan pekerjaan pembesian dilapangan.
Uraian pelaksanaan :
1. Material baja tulangan didatangkan dari pabrik/supplier ke lokasi pekerjaan.
2. Material diletakkan pada stock area material baja tulangan atau dalam gudang proyek.
3. Selanjutnya dilakukan perakitan tulangan/pabrikasi, yaitu berupa pengukuran panjang yang
diperlukan, pemotongan dengan bar cutter dan pembengkokan dengan bar bender dan
dikerjakan pada saat suhu dingin.
4. Batang tulangan kemudian disusun/dipasang sesuai dengan Gambar pelaksanaan dan
persilangannya diikat kuat dengan kawat bendrat.
Aspek K3 :
Resiko: Terkena Baja Tulangan, Terluka alat potong baja.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
Merupakan baja tulangan Bentuk Ulir dengan baja mutu sedang yang memiliki tegangan
leleh karekteristik 3.200 kg/cm2. Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja
tulangan pada acuan cetakan sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar.
Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan
Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian
luar baja tulangan adalah sebagai berikut :
3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau terhadap air tanah
atau terhadap bahaya kebakaran.
Untuk beton yang terendam/ tertanam atau terekspos langsung dengan cuaca atau
timbunan tanah tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan tebal selimut beton antara lain :
1. - Untuk besi diameter 16 mm dan lebih kecil 3,5 cm
2. - Untuk besi diameter 19 mm dan 22 mm 5,0 cm
3. - Untuk besi diameter 25 mm dan lebih besar 6,0 cm
7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bisa dicapai, atau untuk
beton yang tak dapat dicapai yang bila keruntuhan akibat karat pada baja tulangan dapat
menyebabkan berkurangnya umur atau struktur, atau untuk beton yang ditempatkan langsung di
atas tanah atau batu, atau untuk beton yang berhubungan langsung dengan kotoran pada
selokan atau cairan korosif lainnya. Besi dipotong dan dibengkokan sesuai dengan
kebutuhan, kemudian disusun sedemikian rupa sesuai dengan gambar kerja, dan setiap
pertulangan diikat dengan Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang
memenuhi SNI 07-6401-2000.
Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur SNI 03-6816-2002, menggunakan
batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau
kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu
berubah banyak.
Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkok-kan
dengan mesin pembengkok.
Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran,
lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau
merusak pelekatan dengan beton.
Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebu-tuhan
selimut beton minimum yang disyaratkan.
Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup)
terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada
Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak
akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap penyambungan yang
dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap batang tidak terjadi pada
penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum.
Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih
minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.
Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga
tidak akan terekspos.
Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama,
maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian (semen
dan air saja).
Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk
memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau beban
konstruksi lainnya.
Setelah selesai pekerjaan tersebut kemudian diadakan pengukuran mutual check
bersama.
Hasil pengukuran mutual check bersama dituangkan dalam gambar dan ditanda tangani
bersama.
Perhitungan volume dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas,
diperhitungkan dalam satuan Kg.
Aspek K3 :
Resiko: Terkena Baja Tulangan, Terluka alat potong baja.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
D. DEVISI 7. STRUKTUR
Pekerjaan ini untuk Struktur Saluran dan Bahu Pelebaran Jalan. Pelaksanaannya adalah
sebagai berikut : Agregat Kasar dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak
lebih dari ¾ dari jarak minimum antara baja tulangan dengan kayu acuan.
1. Beton ini dilaksanakan untuk Struktur Saluran dan Bahu Pelebaran Jalan.
2. Bahan material yang digunakan adalah agregat kasar, agregat halus dan air.
3. Lokasi pekerjaan disesuiakan dengan gambar rencana.
4. Prosedur pekerjaan :
a. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dahulu request dan diserahkan kepada direksi
untuk disetujui.
b. Menyerhakan hasil pengujian material (mix design) Beton yang akan digunakan dan harus
sesuai dengan Spesifikasi Teknik yang disyaratkan.
c. Menyerahkan daftar peralatan yang akan digunakan.
5. Tahapan Pekerjaan :
Bahan material yang akan digunakan Agregat Kasar, Agregta Halus dan Semen.
Material tersebut dicampur dengan menggunakan concrete mixer dan diberi air yang
telah disediakan dengan alat water tank truck.
Komposisi campuran sesuai dengan spesifikasi teknik
Sebelum pemasangan harus dibuatkan bekisting dengan menggunakan kayu perancah
dan profil terlebih dahulu untuk memudahkan pemasangan sesuai dengan gambar.
Setelah bekisting dan tulangan ssudah dipasang, maka pengecoran dilaksanakan dan
pemadatannya menggunakan alat concrete vibrator agar beton padat dan karakteristik
(kuat tekan) beton tercapai.
Dalam proses pengecoran harus dibuatkan benda uji kubus beton untuk dilakukan
pengetesan
Penyelesaian pekerjaan ini dengan menggunakan material semen, pasir, krikil dan
airdicampur dan diaduk menjadi beton dengan menggunakan concrete mixer, Beton di cordalam
bekisting yang telah disiapkan. Untuk menjaga mutu beton maka dilakukan curingagar kuat
tekan beton di dapatkan sesuai dengan rencana.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini mencakup pengadaan material, pencampuran
antara semen portland, agregathalus, agregat kasar dan air pembentuk massa padat. Mutu
beton yang digunakan seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana dan spesifikasi pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi pembuatan perkerasan beton semen ( perkerasan kaku ) dan lapis
pondasi bawah yang di laksanakan dengan ketebalan dan bentuk penampang melintang seperti
yang di tunjukan dalam gambar atau sebagaimana di perintahkan pengawas dan atau staff
teknis.
Toleransi dimensi
a) ketentuan yang di isyratkan dalam pasal 5.3.5. harus digunakan
b) ketentuan yang di isyaratkan dalam pasal 5.3.9. harus digunakan
Standar Rujukan
Ketentuan yang di isyaratkan dalam spesifikasi ini harus di gunakan Standar Nasional
Indonesia (SNI)
SNI 1972 : 2008 : cara uji slump beton
SNI 1974 : 2011 : cara uji kuat tekan beton
SNI 03-443-1997 : spesifikasi beton siap pakai.
SNI 03-4810-1998 : metode pembuatan dan perawatan benda uji beton dan lapangan.
SNI 03-6820-2002 : spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan plelesteran
dengan bahan dasar semen.
SNI 03-6969-203 : metode pengujian untuk pengukuran panjang beton inti
hasilpengeboran.
pengajuan kesiapan kerja
Penyedia jasa harus mengajukan rincian proposal rencana pengendalian mutu
Untuk aspek pekerjaan ini.
jadwal kerja dan pengendalian lalu lintas
ketentuan yang disyaratkan dalam pasal 5.5.8 harus di gunakan
4) Semen
Semen adalah bahan ikat hidrolis yang digunakan dalam pekerjaan struktur beton dan
pasangan beton;
Agar daya ikat semen tidak mengalami penurunan, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
butiran semen memakai tangan, jika semen telah menggumpal atau mengeras tidak boleh
dipakai;
engawas berhak menolak dan atau menghentikan pekerjaan apabila dalam
pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa menggunakan semen yang tidak memenuhi persyaratan;
perdagangan dan yang dalam segala hal memenuhi persyaratan beton tersebut di atas;
5) Air
Penyedia Jasa harus menyampaikan kepada Pengawas tentang air kerja yang akan
dipergunakan untuk mendapatkan persetujuan;
alkali, garam, bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan atau baja
tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum;
contoh air ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui atau yang direkomendasi oleh
Pengawas dan staff teknis untuk diselidiki sampai seberapa banyak air itu mengandung zat-zat
yang dapat merusak beton dan atau baja tulangan. Dalam hal yang demikian pekerjaan beton
harus dihentikan sampai di dapat keputusan yang pasti mengenai air yang dapat dipakai untuk
konstruksi beton dan penghentian pekerjaan ini tidak membebaskan rekanan dari waktu
pelaksanaan seluruh pekerjaan yang telah ditetapkan;
6) Beton
a) Bahan Pokok Campuran
persetujuan untuk proporsi bahan pokok campuran harus di dasarkan pada hasil
percobaan campuran (trial mix) yang di buat oleh penyedia jasa. Agregat kasar dan halus harus
sesuai dengan spesifikasi ini. Untuk menentukan rasio ageregat kasar dan agregat halus,
proporsi agregat halus harus di pertahankan seminimum mungkin. Akan tetap, sekurang-kurang
40% agregat dalam campuran beton terhadap berat haruslah agregat halus yang di definisikan
sebagai agregat yang lolos ayakan 4,75 mm., Agregat gabungan tidak boleh mengandung
bahan yang lebih halus dari 0,075 mm sebesar 2 % kecuali bahan pozolan. Penyedia jasa boleh
memilih agregat kasar sampai ukuran maksimum 38 mm, asalkan : campuran tidak mengalami
segregasi; kelecakan yang memadai untuk instalasi yang digunakan dapat dicapai dan kerataan
permukaan yang di isyaratkan tetap dapat di pertahankan. Menurut pendapatnya, staff teknis
dapat meminta penyedia jasa untuk mengubah ukuran agregat kasar yang telah dipilih oleh
penyedia jasa.
Tidakan-tindakan tambahan,termasuk penurunanukuran maksimum agregat,dapat
dilakukan untuk mengendalikan segregasi dari beton dalam acuan gelincir ( slip form ) yang
berasal oleh truck terakhir.
Ketika proporsi takaran yang sesuai telah di putuskan dan disetujui, proporsi-proporsi
tersebut hanya dapat diubah dengan persetujuan staff teknis.
b) kadar bahan pengikat untuk perkerasan beton semen
Berat semen yang disertakan dalam setiap meter kubik beton yang terpadatkan untuk
perkerasan beton semen tidak boleh kurang dari jumlah semen untuk keperluaan pencapaian
durabiitas beton dan tidak lebih dari jumlah semen yang akan mengakibatkan suhu beton yang
tinggi. Ketentuan jumlah semen minimum dan jumlah semen maksimum harus tercantum dalam
dokumen rancangan campuran beton sesuai dengan kondisi lingkungan pekerjaan dan disetujui
oleh pengguna jasa.
c) kekuatan
Kekuatan minimum untuk kuat tekan pada umur 28 hari untuk perkerasan beton semen
di berikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 5.3.2.(3) kuat tekan minimum untuk perkerasan beton semen
Catatan :
beton untuk perkerasan beton semen dalam pekerjaan permanen harus memenuhi
ketentuan kuat tekan minimum untuk beton perkerasan yang di berikan dalam tabel 5.3.2(3).
Nilai kuat tekan minimum untuk produksi dapat di
sesuaikan berdasarkan perbandingan kuat tekan yang di capai untuk serangkaian
pengujian yang tidak kurang dari 16 penguji kuat rancangan yang di setujui. Penyusuaian kuat
tekan minimum untuk pengendalian produk yang di berikan dalam tabel 5.3.2.(3) akan mengikuti
perintah atau persetujuan dari staff teknis.
Untuk kekuatan yang terjadi pada 7 hari, sementara disyaratkan70% dari kuat tekan
lapangan yang terjadi.
5.5 PELAKSANAAN
1) umum
Sebelum mulai pekerjaan beton, semua pekerjaan lapis pondasi bawah dan yang
berdekatan harus sudah selesai atau disetujui pengawas / staff teknis.
Servis elevasi harus dilakukan pada lapis pondasi bawah dan setiap lokasi yang lebih
tinggi 5 mm dari elevasi rancangan harus diperbaiki sebelum dilakukannya setiap pekerjaan
berikutnya.
2) acuan dan alat pengendali elevasi
Acuan dan alat pengendali elevasi (jenis kawat atau lainnya) harus dipasang secukupnya
di muka bagian pengerasan yang sedang dilakukan agar diperoleh kinerja dan persatuan atas
semua operasi yang sedang diperlukan pada atau berdekatan dengan garis garis acuan. Acuan
harus dipasang pada tempatnya dengan menggunakan sekurang-kurangnya 3 paku untuk ruas
sepanjang 3 m. Paku harus diletakkan pada setiap ujung sambungan. Bagian bagian acuan
harus kokoh dan tidak goyah. Perbedan permukaan acuan dari garis yang sebenarnya tidak
boleh lebih dari 5 mm. Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tahan, tanpa terlihat
adanya lentingan atau penurunan, terhadap benturan dan tehadap benturan dan getaran dari
peralatan pemadat dan penyelesaian. Acuan harus bersih dan dilapisi pelumas sebelum beton
dihamparkan, ceceran beton yang tertumpah pada permukaan beton yang telah selesai
dihampar halus disingkirkan dengan cara yang disetujui.
Alinyemen dan elevasi kelandaian acuan harus di periksa dan bila perlu diperbaiki oleh
penyedia jasa segera sebelum beton dicor. Bilamana acuan berubah posisinya atau
kelandaiannya tidak stabil, maka harus diperbaiki dan diperiksa ulang.
Bagian atas acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang dengan toleransi elevasi
tidak melampaui -10 mm sampai + 10 mm relatif terhadap rancangan elevasi permukan yang
telah selesai. Lagipula, acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang sedemikian hingga
tidak ada satu titikpun pada ketebalan plat beton yang setelah pengecoran dan pemadatan akan
kurang dari tebal rancangan.
3) Pemasangan Plastik Cor
Sebelum pengecoran dimulai, pada lapisan bawah dan samping sebelum cor beton
dipasang plastik cor (lapisan kedap air) sehingga Air semen tidak turun dan meresap kebawah.
4) pengecoran beton
Beton harus dicor dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga pekerjaan pemindahan
sedapat mungkin dihindari. Kecuali truck pencampur, truck pengaduk, atau alat angkutan lainya
yang dilengkapi dengan alat penumpah beton tanpa menimbulkan segregasi bahan , beton
dihamparkan secara manual sedemikian rupa untuk mencegah segregasi. Penghamparan
harusdilakukan secara menerus diantara sambungan melintang tanpa sekatan sementara.
penghamparan secaramanual harus dilakukan dengan memakai sekop bukan perlengkapan
perata (rakes) pekerja tidak boleh menginjak hamparan beton yang masih baru dengan
memakai sepatu yang dilekati oleh tanah maupun kotoran lainya.
Beton harus di padatkan merata pada tepi dan sepanjang acuan, sepanjang dan pada
kedua sisi setiap sambungan, dengan menggunakan vibrator yang dimasukan kedalam beton.
Vibrator tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi acuan. Vibrator
tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap tempat.
Cairan beton yang tertumpah pada permukaan beton yang telah selesai dihampar harus
disingkirkan dengan cara yang disetujui.
5) penyelesain dengan tangan
Bila perkerasan beton relatif kecil atau bentuknya tidak beraturan, atau dengan
persetujuan staff teknis jika tempat kerja sangat terbatas untuk dilaksanakan dengan metode
yang disyaratkan, beton harus didistribusikan dan dihampar dengan tangan tanpa segregasi
atau prapemadatan.
Penghamparan perkerasan beton bertulang harus di laksanakan dalam dua lapis,
lapispertama harus di hamparkan, dibentuk dan dipadatkan sampai level tertentu sehinggabaja
tulangan setelah terpasang mempunyai tebal pelindung yang cukup. Segera
setelahpemasangan baja tulangan maka lapis atas beton harus dituangkan dan diselesaikan.
Sebagai tambahan, apabila melakukan penghamparan pada segmen baru baik arah
melintang atau arah memanjang, maka pada perkerasan beton yang telah di cor
sebelumnya dalam umur kurang dari 7 hari harus di lakukan penyemprotan ulang
minimum 2 m pada sisi yang bersebelahan baik melintang atau memanjang, dan dapat
diperluas pada lokasi yang sering di lalui orang selama pengecoran.
Merupakan baja tulangan Bentuk Ulir dengan baja mutu sedang yang memiliki tegangan
leleh karekteristik 3.200 kg/cm2. Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja
tulangan pada acuan cetakan sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar.
Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan
Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian
luar baja tulangan adalah sebagai berikut :
3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau terhadap air tanah
atau terhadap bahaya kebakaran.
Untuk beton yang terendam/ tertanam atau terekspos langsung dengan cuaca atau
timbunan tanah tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan tebal selimut beton antara lain :
4. - Untuk besi diameter 16 mm dan lebih kecil 3,5 cm
5. - Untuk besi diameter 19 mm dan 22 mm 5,0 cm
6. - Untuk besi diameter 25 mm dan lebih besar 6,0 cm
7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bisa dicapai, atau untuk
beton yang tak dapat dicapai yang bila keruntuhan akibat karat pada baja tulangan dapat
menyebabkan berkurangnya umur atau struktur, atau untuk beton yang ditempatkan langsung di
atas tanah atau batu, atau untuk beton yang berhubungan langsung dengan kotoran pada
selokan atau cairan korosif lainnya. Besi dipotong dan dibengkokan sesuai dengan
kebutuhan, kemudian disusun sedemikian rupa sesuai dengan gambar kerja, dan setiap
pertulangan diikat dengan Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang
memenuhi SNI 07-6401-2000.
Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur SNI 03-6816-2002, menggunakan
batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau
kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu
berubah banyak.
Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkok-kan
dengan mesin pembengkok.
Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran,
lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau
merusak pelekatan dengan beton.
Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebu-tuhan
selimut beton minimum yang disyaratkan.
Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup)
terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada
Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak
akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap penyambungan yang
dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap batang tidak terjadi pada
penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum.
Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih
minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.
Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga
tidak akan terekspos.
Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama,
maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian (semen
dan air saja).
Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk
memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau beban
konstruksi lainnya.
Setelah selesai pekerjaan tersebut kemudian diadakan pengukuran mutual check
bersama.
Hasil pengukuran mutual check bersama dituangkan dalam gambar dan ditanda tangani
bersama.
Perhitungan volume dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas,
diperhitungkan dalam satuan Kg.
Aspek K3 :
Resiko: Terkena Baja Tulangan, Terluka alat potong baja.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
3. Pasangan Batu
Aspek K3 :
Resiko: Tertimpa Batu Belah, Terluka alat kerja.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
Pekerjaan ini dilaksanakan pada akhir seluruh pekerjaan dari paket ini berupa
pengecatan Marka Jalan dengan Termoplastik. Pekerjan ini dilaksanakan diatas permukaan
jalan Latasir yang telah selesai dilaksanakan.
Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi
untuki untuk disetujui
Permukaan jalan dibersihkan dari debu/kotoran.
Cat disemprotkan dengan Compressor diatas permukaan perkerasan jalan.
Peralatan beserta bahan dibawa oleh Dump Truck.
Glass Bit diberikan / ditebarkan dengan tenaga manusia segera setelah cat marka di
semprotkan.
Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan.
Aspek K3 :
Resiko: Terluka Mesin Aplikator, Terkena Cat Marka.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
Mutu yang diharapkan :
Marka Jalan Termoplastik yang digunakan mampu memenuhi syarat sesuai spesifikasi
pekerjaan Marka Jalan Termoplastik.
2. Patok Pengarah
Aspek K3 :
Resiko: Terluka Peralatan Kejra, Tertimpa Patok pengarah Jadi
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
Aspek K3 :
Resiko: Terluka alat kerja.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
2. Pembersihan Patok
Pekerjaan pemeliharaan ini harus mencakup operasi seperti pembersihan dan perbaikan
patok pengaman dan patok kilometer yang rusak dan pengecatan kembali huruf yang tak
terbaca pada Patok. Tidak menimbulkan goresan atau garutan pada Patok dalam proses
pembersihan dan perbaikan Patok. Penyediaan patok pengarah, patok kilometer atau
patok hectometer yang baru, baik pada lokasi baru atau mengganti bagian-bagian yang
rusak harus dianggap sebagai pekerjaan perlengkapan jalan dan pengatur lalu lintas dan
harus dibayar secara terpisah menurut dari Spesifikasi ini.
Aspek K3 :
Resiko: Terluka alat kerja.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
3. Pembersihan Rambu
Pekerjaan pemeliharaan ini harus mencakup operasi seperti pembersihan dan perbaikan
rambu jalan yang rusak, perbaikan rel pengaman dan pengecatan kembali huruf yang tak
terbaca pada rambu jalan. Tidak menimbulkan goresan atau garutan pada rambu jalan
dalam proses pembersihan dan perbaikan rambu jalan. Penyediaan rambu jalan atau rel
pengaman yang baru, baik pada lokasi baru atau mengganti bagian-bagian yang rusak
atau pengecatan marka jalan harus dianggap sebagai pekerjaan perlengkapan jalan dan
pengatur lalu lintas dan harus dibayar secara terpisah menurut Spesifikasi ini.
Aspek K3 :
Resiko: Terluka alat kerja.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
4. Pembersihan Drainase
Pekerjaan pemeliharaan ini harus mencakup operasi seperti pembuangan lanau, daun,
kotoran, tanah sedimen atau endapan, semak dan bahan-bahan lain yang mengganggu
saluran samping, gorong-gorong dan sistem drainase yang ada. Pengembalian kondisi
Pasangan Batu dengan Mortar atau drainase yang dilapisi lainnya atau gorong-gorong
dan pekerjaan perbaikan seperti galian untuk selokan baru, perluasan, peninggian,
realinyemen atau pelapisan pada drainase dan selokan yang ada, atau penggantian atau
perpanjangan atau pembuatan struktur drainase baru seperti gorong-gorong, lubang
penangkap (catch pits), dsb. tidak boleh dimasukkan ke dalam pekerjaan pemeliharaan
rutin. Pekerjaan perbaikan semacam ini harus dibayar menurut Seksi lain yang berkaitan
dari Spesifikasi ini seperti Pasangan Batu Dengan Mortar, Gorong-gorong Pipa Beton
Bertulang, Pekerjaan Beton, dan lain - lain.
Aspek K3 :
Resiko: Terluka alat kerja.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
5. Pembersihan Tanaman
Semua tanaman yang berjuntai harus dipotong secukupnya dan sampahnya dibuang
dengan rapi;
Pekerjaan pemeliharaan rutin ini harus mencakup pemotongan rumput, semak-semak,
dan pohon-pohon kecil yang tingginya sudah lebih dari 5 cm dan/atau sudah berumur 2
minggu sejak pemotongan terakhir, mana yang lebih dulu tercapai, untuk memperbaiki
penampilan di dalam atau di samping jalan yang dibangun atau memperbaiki jarak
pandang atau tikungan selama Periode Pelaksanaan fisik. Pekerjaan memotong tersebut
harus tersisakan tidak lebih tinggi dari 5 cm. Pekerjaan lain yang mencakup perbaikan
lereng yang tidak stabil, pekerjaan pengembalian kondisi atau perbaikan drainase yang
bersangkutan dan stabilitas dengan tanaman harus dilaksanakan dan dibayar menurut
ketentuan dalam Spesifikasi ini.
ANALISA PENGERAHAN ALAT & MATERIAL
Alat yang dikerahkan :
Peralatan Lain yang diperlukan
Aspek K3 :
Resiko: Terluka alat kerja.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
Aspek K3 :
Resiko: Terluka alat kerja.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
Aspek K3 :
Resiko: Terluka alat kerja.
Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Sarung tangan
Helm
Sepatu safety
G. PEKERJAAN AKHIR
a. Demobilisasi
Demobilisasi dilaksanakan diakhir pekerjaan. Mengembalikan kondisi tempat kerja
menjadi kondisi saat pekerjaan belum dimulai termasuk sumber daya yang untuk mobilisasi
seperti pemindahan instalasi alat, peratalan, perlengkapan, personil dan lain-lain.
Pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia Jasa pada saat akhir periode Pelaksanaan,
termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik Pemerintah
dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum pekerjaan
dimulai.
Jika pekerjaan fisik telah selesai dilaksanakan maka dilanjutkan dengan pekerjaan
demobilisasi sisa-sisa material, bongkaran, sebagian tenaga kerja dan peralatan. Lokasi pekerjaan
harus dibersihkan dari berbagai sisa material pekerjaan.
Setelah seluruh item pekerjaan telah selesai dilaksanakan, dimana tidak ada lagi
kekurangan volume lapangan (Progress fisik sudah 100 %) dan seluruh administrasi sampai
proses fisik lapangangan telah dilengkapi, maka bersama surat pengajuan ke PPHP, seluruh
administrasi tersebut dilampirkan seperti kontrak, addendum (jika ada), Back Up data final, As
built drawing, photo dokumentasi dan dakumen lain yang diperlukan oleh PPHP)
Administrasi lapangan progress fisik 100 % didalamnya Penandatangan yaitu Penyedia Jasa
(Direktur/Wakil Direktur) dan Pengguna Jasa (PPK/KPA/PA), secara tidak langsung telah
menyetujui pekerjaan tersebut melalui administrasi yang telah ditanda tangani, ketika pihak yang
terkait belum ditandatanganinya Administrasi Proyek misal :
Pada Laporan bulanan atau Back Up Data Proyek, belum di teken oleh PPK atau Unsur
Pendukungnya dan oleh Direktur atau Unsur dibawahnya, maka sebaiknya jangan dilakukan
dulu pengajuan serah terima , jadi masalah terima dan tidak diterima antara Penyedia Jasa Dan
Pengguna Jasa (PPK/KPA/PA) pada lingkup yang berjanji/berkontrak terjadi pada saat
administrasi proyek menjelang Pengajuan Serah terima Pekerjaan.
Syarat pengajuan Serah Terima dalam pekerjaan adalah diterimanya oleh PPK/KPA/PA
pekerjaan tersebut dalam bentuk ditanda tangani seluruh admistrasi proyek terutama admistrasi
lapangan, jika seperti contoh diatas tadi, belum ditanda tangani berarti pihak PPK/KPA/PA
belum menerima pekerjaan tersebut, sehingga pengajuan Serah Terima kepada PPHP belum
bisa di ajukan.
Setelah atau menjelang berakhirnya masa pemeliharaan, jika ada yang rusak lakukan
perbaikan, maka bersama surat pengajuan ke PPHP, disampaikan admistrasi berupa Kontrak,
addendum (jika ada), BA Serah terima Pertama (PHO), Photo Dokumentasi lapangan dan sekali
gus jika ada perbaikan dan administrasi lain yang diperlukan
Pengajuan serah terima terakhir (FHO) kepada PPHP dilakanakan oleh yang berkontrak adalah
setelah administrasi tersebut sudah dilengkapi oleh pihak Penyedia Jasa dan di setujui oleh
wakil Pengguna Jasa (PPK/KPA/PA)
Serah Terima Pekerjaan (PHO dan FHO) memiliki proses masing-masing dalam rentang waktu
dan jarak yang berbeda, sehingga proses kedua hal dimaksud terpisah tidak bersamaan, dan
dalam pengajuannya ada sedikit perbedaan administrasi, tapi pada prinsipnya FHO baru bisa
dilaksanakan apabila PHO sudah dilaksanakan.
Pengajuan Serah Terima (PHO dan FHO) dilakukan apabila PPK/KPA/PA (unsur berkontrak
dengan Penyedia) telah menerima dan menyetujui Hasil Pekerjaan tersebut, bukti diterima dan
disetujuinya pekerjaan yang dilaksanakan bersama-sama adalah disampaikan permintaan Serah
terima pekerjaan oleh (PPK/KPA/PA) kepada PPHP.
BAB. IV. URAIAN PEKERJAAN PENUNJANG
Pekerjaan penunjang adalah pekerjaan-pekerjaan yang mempengaruhi kelancaran dalam
pelaksanaan pekerjaan tersebut. Termasuk pengaturan rambu lalu lintas, antisipasi cuaca,
jembatan sementara (apabila diperlukan).
2. Penempatan Material.
Dalam hal penempatan materil pada lokasi pekerjaan, diusahakan untuk penempatan
material dilakukan ditepi/bahu jalan (tidak mengganggu badan jalan). Apabila tidak ada lokasi /
sampai mengganggu pengguna jalan maka akan kami pasang rambu.
Dan dalam droping material kami usahakan kalu material tersebut akan segera
digunakan, sehingga diusahan material yang dating sekali habis. Agar tidak mengganggu
pengguna jalan.
3. Penerangan.
Apabila dilaksanakan pekerjaan pada malam hari maka kami akan menyediakan
penerangan yang cukup dengan mengadakan alat genset, serta lampu-lampu yang terang
sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan sesaui dengan spek.
Untuk kelancaran lalu-lintas penerangan juga kami pasang pada awal dan akhir pekerjaan
dan pada beberapa sepanjang lokasi pekerjaan sehingga pengguna jalan dapat melihat bahwa
di daerah tersebut sedang ada pekerjaan jalan.
4. Antisipasi Cuaca.
Untuk antisipasi cuaca, pada setiap dump truck kami lengkapi dengan terpal, sehingga
apabila pada saat bermuatan terjadi hujan material langsung ditutup dengan terpal. Dan pada
saat dump truck bermuatan hotmix, maka bak dump truck selalu ditutup terpal agar suhu tetap
terjaga.
Selain terpal kami juga menyediakan plastik untuk penutupan agregat apabila sebelum
tergelar padat sudah terjadi hujan.
BAB. V. PENCAPAIAN INDIKATOR KERJA
a). Metode pengopersian pemeliharaan perbulan.
Dalam pengopersian pemeliharaan kami pantau selalu melalu penempatan personil inti
dan penempatan peralatan utama untuk masa pemeliharaan. Dan apabila ditemukan kerusakan
pada hasil pekerjaan maka kami akan segera memperbaikinya.