PENDAHULUAN
Sementara itu Sigmund Freud menyatakan bahwa kepribadian itu terdiri atas
tiga system yaitu id, ego dan super ego. Id merupakan kepribadian yang
berhubungan dangan prnsip kesenangan atau pemuasan biologis,
sedang ego merupakan bagian kepribadian yang berhubungan dengan lingkungan
dasarnya adalah kenyataan dan super ego merupakan bagian kepribadian yang
berhubungan dengan norma sosial, moral dan rohani.[2]
1
Psikologi Islam juga membahas tentang syakhsiyah atau personality atau
kepribadian. Dalam literature klasik seperti Al-Gazali telah membahas tentang
keajaiban hati[4] dan Ibnu Maskawaih ditemukan pembahasan tentang akhlak
yang maksudnya mirip dengan syakhsiyah. Bedanya syakhsiyah dalam psikologi
berkaitan dengan tingkah laku yang didevaluasi sedangkan akhlak adalah tingkah
laku yang dievaluasi. [5] Karena itu kepribadian muslim selain mendiskripsikan
tentang tingkah laku seseorang juga menilai baik buruknya.
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu mencakup tentang:
2
BAB II
PEMBAHASAN
KEPRIBADIAN ISLAM
Kepribadian berasal dari kata Personality (bahasa Latin) yang berarti kedok
atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain
panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi
seseorang. Hal itu dilakukan oleh karena terdapat ciri-ciri yang khas, yang hanya
dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik, ataupun
yang kurang baik. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pribadi adalah ”aku
yang sejati” dan kepribadian merupakan “penampakan sang aku” dalam bentuk
prilaku tertentu.
Disini muncul gagasan umum bahwa kepribadian adalah kesan yang diberikan
seseorang kepada orang lain yang diperoleh dari apa yang dipikir, dirasakan,
diperbuat yang terungkap mealui perilaku.
3
Para intelektual Muslim: mendefinisikan kepribadian yakni merupakan
bentuk integrasi antara system kalbu, akal dan nafsu manusia yang
menimbulkan tingkah laku.[9]
Menjadi diri sendiri harus dimulai dari nalar berpikir kearah mana tujuan hidup
individu selama dia hidup. Adapun tujuan yang diinginkan dalam membentuk
kepribadian yaitu:
Dalam islam, pendidikan mengacu pada tujuan hidup manusia itu sendiri. Dalam
hakikat tujuan hidup manusia adalah mengabdikan dirinya pada Tuhan, dengan
penyerahan mutlak. Dengan kata lain sorang muslim selalu mengaitkan segala
aktifitas kegiatannya dengan melihat dan menyesuaikannya di atas ketentuan
norma – norma yang ditetapkan Allah.
4
f. Mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh
melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pemikiran, kecerdasan, dan
pancaindra,
g. Pembentuk kepribadian yang akhlakul karimah,
h. Menopang keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia sesuai dengan
perintah syari’at islam.
i. Memiliki keterampilan yang serasi dengan bakat yang dimiliki.
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh
setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala maupun dengan makhluk-makhlukNya.Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam diutus untuk memperbaiki akhlaq dan beliau sendiri
telah mencontohkan kepada kita akhlaqnya yang agung sehingga
diabadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al Qur’an.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :
ََع ِظيم ُخلُق لَ َعلَى َو ِإنك
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlaq yang agung” (QS.
Al-Qalam : 4 )
Qawiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus
ada.Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
5
“Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah. (HR.
Muslim)
Mutsaqqaful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga
penting. Karena itu salah satu sifat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam adalah fatanah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat-
ayat yang menyemangati manusia untuk berfikir, Allah Subhanahu wa
Ta’ala Berfirman :
Di antaranya adalah Surah al-Baqarah [2] ayat 1-20. Rangkaian ayat ini
menggambarkan tiga model kepribadian manusia, yakni kepribadian orang
beriman, kepribadian orang kafir, dan kepribadian orang munafik.[40]
Berikut ini adalah sifat-sifat atau ciri-ciri dari masing-masing tipe kepribadian
berdasarkan apa yang dijelaskan dalam rangkaian ayat tersebut, adapun sesuai
dengan tema pada kali ini, fokus pada ciri atau sifat kepribadian muslim sesuai
Al-Qur'an dan Sunnah, yang merupakan dua pusaka Rasulullah Saw yang harus
selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian
aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan
pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki oleh Al- Qur'an dan sunnah
adalah pribadi yang shaleh, pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai
oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt. Ada sepuluh profil atau ciri khas
yang harus lekat pada pribadi muslim, yaitu:
1. Salimul Aqidah
6
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada
setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan
yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan
menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan
kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya
kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya:
'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan
semesta alam' (QS Al-An’am [6] :162). ‘
2. Shahihul ‘Ibadah
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw
yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: 'shalatlah kamu
sebagaimana kamu melihat aku shalat.' Dari ungkapan ini maka dapat
disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk
kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau
pengurangan.
3. Matinul Khuluq
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan
sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam
hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya.
4. Qowiyyul Jismi
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim
yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan
tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya
yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang
harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan
Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
5. Mutsaqaful Fikri
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi
muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas)
7
dan Al-Qur'an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk
berpikir, dalam firman Allah SWT:
6. Mujahadatun Linafsihi
Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan
tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya:“Tidak beriman
seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang
aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).”
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi
manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar
dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur'an
dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan
sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang
sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam.
Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit
manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: 'Lebih
baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu'. Waktu merupakan sesuatu yang
cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim
amat dituntut untuk memenuhi waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat
berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia.
8. Munazhzhamun fi Syu'unihi
8
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk
kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur'an maupun sunnah.
Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah
maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu
urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik
sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri
(qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini
merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan
berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki
kemandirian, terutama dari segi ekonomi.
HR. Bukhari Muslim: "Khoirunnas Anfa 'uhum linnas", yang artinya: sebaik-baik
manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.[41]
Gambaran manusia mukmin dengan segenap ciri yang terdapat dalam Al-
Qur’an ini merupakan gambaran manusia paripurna (insan kamil) dalam
kehidupan ini, dalam batas yang mungkin dicapai oleh manusia. Allah
menghendaki kita untuk dapat berusaha mewujudkannya dalam diri kita,
Rasulullah saw telah membina generasi pertama kaum mukminin atas dasar ciri-
ciri tersebut. Beliau berhasil mengubah kepribadian mereka kaum jahilin secara
total serta membentuk mereka sebagai mukmin sejati yang mampu mengubah
wajah sejarah dengan kekuatan pribadi dan kemuliaan akhlak
mereka.[42] Singkatnya, kepribadian orang beriman dapat menjadi teladan bagi
orang lain.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepribadian atau watak, ciri khas atau karakter seseorang yang secara
eksis dan terus menerus dipertahankan, meskipun demikian kepribadian bisa
berubah ubah sesuai dengan faktor yang mempengaruhi.
Dan ciri – ciri kepribadian muslim ada 10: Aqidah yang bersih, Ibadah yang
benar, Akhlak yang kokoh, Kekuatan jasmani, Intelek dalam berpikir, Berjuang
melawan hawa nafsu, Pandai menjaga waktu, Teratur dalam suatu urusan,
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri dan
Bermanfaat bagi orang lain.
10
DAFTAR PUSTAKA
Afifi, AE, Filsafat Mistik Ibnu Arabi, terj Syahrir Mawi dan Nandi Rahman,
judul: A Mystical Philosophy of Muhyidin Ibnu Arabi, Jakarta, Media Pratama,
1995
Al Gazali, Imam, Ihya Ulumuddin, Bab Keajaiban Hati, terj. H. Ismail Yakub,
Jakarta, Faisan, 1984
Al Gazali, Muhammad, Abu Hamid, Ihya Ulumu al Din, Beirut, Dar a Fikr, 1980
Asyim Muhammad, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi, Telaah atas Pemikiran
Psikologi Humanistik Abraham Maslaw, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002
De Bali Tj, The History of The Philosophy in Islam, New York, Dowh
Publication Inc, 1967
Ibn Abd Allah Muhammad Ibn Ismail Ibn al Mughirah Ibn Bardhahal al ya’fi al
11
Maslaw, Abraham, Motivasi dan Kepribadian, terj Nurul Iman jilid I, Bandung,
Pustaka Binaan Pressindo, 1993
12