Anda di halaman 1dari 18

ABSTRAK

Pendahuluan: Fraktur merupakan pemecahan (patahnya) suatu bagian terutama tulang

atau dapat didefinisikan secara sederhana sebagai patah atau kerusakan pada tulang. Fraktur

intertrokhanter adalah fraktur yang terjadi pada ekstrakapsuler proksimal femur. Fraktur

intertrokhanter sering terjadi pada orang lanjut usia dan umumnya dapat bertaut dengan terapi

konservatif maupun operatif karena perdarahan di daerah ini sangat baik. Penatalaksanaannya

sebaiknya dengan reduksi terbuka dan pemasangan fiksasi internal.

Metode: Pasien perempuan umur 90 tahun MRS dengan keluhan bengkak dan nyeri di paha

kanan sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Bengkak dan nyeri di paha kanan akibat

terjatuh. Awalnya penderita berjalan, karena licin kemudian penderita terjatuh dilantai.

Riwayat pingsan (-), muntah (-). Kemudian penderita dibawa ke RSU GMIM Bethesda

Tomohon dan dirujuk ke RSU. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dengan infus dan skin traksi

terpasang.

Hasil: Proses penyembuhan dari pasien ini merupakan proses yang kompleks, umumnya

membutuhkan waktu 6 sampai 8 minggu untuk menyembuhkan ke tingkat yang signifikan.

Kecepatan dan keberhasilan berbeda antara individu dan waktu yang diperlukan untuk

penyembuhan tulang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk jenis fraktur, usia

pasien, kondisi medis yang mendasari, dan status gizi.

Kesimpulan: ORIF (Open Reduction Internal Fixation) atau fiksasi internal dengan

pembedahan terbuka akan mengimmobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan dengan

memasukan paku, sekrup atau pin ke dalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian

tulang yang fraktur secara bersamaan.

1
PENDAHULUAN

Fraktur merupakan pemecahan (patahnya) suatu bagian terutama tulang atau dapat

didefinisikan secara sederhana sebagai patah atau kerusakan pada tulang. Kesalahan

pergerakan dalam beraktivitas merupakan faktor resiko terbesar dari kejadian fraktur femur

termasuk di dalamnya peningkatan tiba-tiba dari kuantitas dan intensitas aktivitas serta

dimulainya aktivitas yang baru. Faktor lain mencakup rendahnya densitas tulang dan

komposisi tubuh yang abnormal.1

Faktor predisposisi seperti variasi anatomi,osteopenia relatif, kondisi fisik yang

kurang baik, kondisi medis yang mengganggu mineralisasi tulang dan inaktivitas dapat

menyebabkan tulang lebih mudah mengalami fraktur. 2

Wanita memiliki insiden fraktur yang lebih tinggi. Kejadian fraktur yang lebih tinggi

ini sebagian disebabkan oleh perbedaan mekanis dan variasi anatomi antara laki-laki dan

perempuan. Perbedaan pada perempuan mencakup panjang langkah, jumlah langkah per

jarak, pelvis yang lebih lebar dan lain sebagainya. Penurunan kandungan mineral tulang yang

dapat disebabkan oleh penurunan produksi estrogen menjadi salah satu penyebab fraktur pada

atlet wanita dengan kelainan endokrin akibat olahraga atau pada lansia.3

Fraktur intertrokhanter adalah fraktur yang terjadi pada ekstrakapsuler proksimal

femur. Patah tulang yang bersifat ekstra kapsuler dari femur, sering terjadi pada lansia

dengan kondisi osteoporosis. Fraktur ini memiliki risiko nekrotik avaskuler yang rendah

sehingga prognosanya baik. Penatalaksanaannya sebaiknya dengan reduksi terbuka dan

pemasangan fiksasi internal. Intervensi konservatif hanya dilakukan pada penderita yang

sangat tua dan tidak dapat dilakukan dengan anestesi general.4

Berikut akan dipaparkan sebuah laporan kasus mengenai fraktur intertrochanter femur

dextra tertutup.

2
TINJAUAN PUSTAKA

Fraktur intertrochanter adalah terputusnya kontinuitas tulang pada area di antara

trochanter mayor dan trochanter minor yang bersifat ekstrakapsuler. Fraktur terjadi jika

tulang dikena stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.1

Mekanisme Fraktur yaitu Trauma langsung, Trauma langsung menyebabkan tekanan

langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya

bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. Trauma tidak langsung,

Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari

daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan eksistensi dapat menyebabkan fraktur pada

klavikula. Kerusakan jaringan lunak tidak dapat dihindari.2

Tipe Fraktur yaitu Fraktur Komplit, Tulang terbagi menjadi dua atau lebih fragmen.

Pada fraktur transversal fragmen tetap pada tempatnya setelah reduksi, sedangkan pada oblik

atau spiral lebih cenderung memendek dan terjadi pergeseran meskipun tulang telah dibidai.

Fraktur segmental membagi tulang menjadi 3 bagian. Pada fraktur impaksi fragmen

menumpuk saling tumpang tindih dan garis fraktur tidak jelas. Pada fraktur kominutif

terdapat lebih dari dua fragmen, karena kurang menyatunya permukaan fraktur yang

membuat tidak stabil.3 Fraktur inkomplit, Pada fraktur ini, tulang tidak terbagi seutuhnya dan

terdapat kontinuitas periosteum. Pada fraktur buckle, bagian yang mengalami fraktur hampir

tidak terlihat. Pada fraktur greenstick, tulang melengkung atau bengkok seperti ranting yang

retak. Hal ini dapat terlihat pada anak‒anak, yang tulangnya lebih elastis daripada orang

dewasa. Pada fraktur kompresi terlihat tulang spongiosa tertekan kedalam.4

Klasifikasi Fraktur yaitu Secara klinis, fraktur dibagi menurut ada tidaknya hubungan

patahan tulang dengan dunia luar, yaitu fraktur terbuka dan fraktur tertutup.

3
1) Fraktur tertutup (simple fracture), Fraktur tertutup adalah fraktur yang

fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak

tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.

Tscherne mengklasifikasikan fraktur tertutup menjadi beberapa derajat,

yaitu:5

 Derajat 0 : fraktur sederhana tanpa/disertai dengan sedikit kerusakan

jaringan lunak, trauma tidak langsung pada tulang.

 Derajat 1 : fraktur ringan disertai dengan abrasi superficial atau luka

memar pada kulit dan jaringan subkutan.

 Derajat 2 : fraktur yang lebih berat dibanding derajat 1, abrasi dalam

yang disertai dengan kontusio kulit dan otot, dan pembengkakan

jaringan lunak, trauma langsung pada tulang.

 Derajat 3 : fraktur berat yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak

yang nyata dan terdapat ancaman terjadinya sindrom kompartemen,

avulsi jaringan subkutan.

2) Fraktur terbuka (compound fracture), fraktur terbuka merupakan suatu

fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit

sehingga terjadi kontaminasi berupa infeksi. Luka pada kulit dapat berupa

tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit (form within) atau dari

luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung

(from without).6

Klasifikasi fraktur tebuka menurut Gistilo-Anderson

 Grade I : Luka kecil kurang dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak

minimal, dasar luka bersih, Fraktur biasanya bersifat simpel dengan

4
kerusakan tulang minimal, dengan intamedullary nailing waktu

penyambungan tulang rata-rata 21-28 minggu.

 Grade II : Ukuran luka lebih dari 1 cm, terdapat kerusakan yang

sedang dari jaringan lunak dengan kontaminasi dan kerusakan tulang

sedang, dengan intramedullary nailing, waktu penyambungan tulang

rata-rata 26-28 minggu.

 Grade III

Tipe fraktur berikut secara langsung diklasifikasikan sebagai tipe III :

 Fraktur segmental dengan pergeseran

 Fraktur disertai kehilangan segmental diafisis

 Fraktur yang berkaitan dengan cedera vascular yang

membutuhkan perbaikan

 Luka dengan kontaminasi tinggi

 Fraktur yang disebabkan oleh trauma dengan kecepatan tinggi

- Grade III A

Ukuran luka kurang dari 10 cm dengan kerusakan hebat

jaringan lunak dan kontaminasi, jaringan lunak cukup menutup

tulang yang patah, dengan intramedullary nailing waktu

penyembuhan tulang rata-rata 30-35 minggu

- Grade IIIB

Ukuran luka lebih dari 10 cm dengan kerusakan hebat jaringan

lunak dan kontaminasi, jaringan lunak inadekuat dan membutukan

regional atau free flap, dengan intramedullary nailing waktu

penyembuhan tulang rata-rata 30-35 minggu

5
- Grade IIIC

Fraktur, dimana terdapat cedera vaskular (kerusakan arteri) yang

membutuhkan perbaikan tanpa memperhatikan tingkat kerusakan

jaringan luka.7

3) Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture), fraktur dengan

komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan adanya malunion, delayed

union, nonunion, infeksi tulang.8

Faktor predisposisi seperti variasi anatomi,osteopenia relatif, kondisi fisik yang

kurang baik, kondisi medis yang mengganggu mineralisasi tulang dan inaktivitas dapat

menyebabkan tulang lebih mudah mengalami fraktur.9

Wanita memiliki insiden fraktur yang lebih tinggi. Kejadian fraktur yang lebih tinggi

ini sebagian disebabkan oleh perbedaan mekanis dan variasi anatomi antara laki-laki dan

perempuan. Perbedaan pada perempuan mencakup panjang langkah, jumlah langkah per

jarak, pelvis yang lebih lebar dan lain sebagainya.Penurunan kandungan mineral tulang yang

dapat disebabkan oleh penurunan produksi estrogen menjadi salah satu penyebab fraktur pada

atlet wanita dengan kelainan endokrin akibat olahraga atau pada lansia.3

Untuk mendiagnosis fraktur perlu dilakukan Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan

Penunjang. Pada anamnesis biasanya didapatkan adanya riwayat trauma, baik yang hebat

maupun trauma ringan diikuti dengan rasa nyeri dan ketidakmampuan untuk menggunakan

ekstremitas bawah. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak

selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin terjadi di daerah lain. Anamnesis dilakukan

untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang

berhubungan dengan cedera tersebut. Riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial

ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat

6
osteoporosis serta penyakit lain. Bila tidak ada riwayat trauma, teliti apakah ada

kemungkinan fraktur patologis. 10

Pada pemeriksaan awal perlu diperhatikan adanya tanda syok, anemia atau

perdarahan, kerusakan organ lainnya dan faktor predisposisi seperti pada fraktur patologis.11

Pada pemeriksaan lokal, dilakukan tiga hal penting yakni:11

a. Look

o Bengkak timbul oleh karena pecahnya pembuluh darah arteri

disekitar fraktur

o Eritema, adanya warna kemerahan pada kulit daerah yang

terfiksasi, disebabkan pembengkakan jumlah cairan darah secara

berlebihan akibat kerusakan pembuluh darah.

o Deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi,

pemendekan) mungkin terlihat jelas, jika kulit robek dan luka

memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka. Pasien dengan

fraktur collum femur biasanya tidak bisa berdiri atau berjalan..

b. Feel

o Nyeri tekan setempat karena rangsangan respon sensorik

tubuh oleh karena kerusakan jaringan

o Peningkatan suhu lokal.

c. Move

o Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS) pada gerakan fleksi

panggul, ekstensi, abduksi, adduksi serta rotasi internal dan

7
eksternal dapat ditemukan. Juga ditemukan keterbatasan LGS

pada fleksi dan ekstensi lutut.

Penurunan kekuatan otot terjadi karena pembengkakan

sehingga timbul nyeri dan keterbatasan gerak serta aktivitas

terganggu dan tejadi penurunan kekuatan tungkai yang

fraktur.12

Pemeriksaan penunjang :

a. Pemeriksaan laboratorium : tidak ditemukan adanya penanda

laboratorium yang spesifik.13

b. Pemeriksaan radiologi :

- Pemeriksaan foto polos secara tradisional merupakan tahap

penting pada evaluasi fraktur panggul. Namun foto polos

memiliki sensitivitas yang kurang baik. Didapatkannya

gambaran formasi tulang periosteal, callus, sclerosis dan garis

fraktur dapat mengindikasikan adanya stress fraktur. Terkadang

dapat ditemukan gambaran normal pada pasien dengan stress

fraktur colum femur.

Radiograf dapat menunjukkan garis fraktur di aspek superior

dari colum femur yang menandakan lokasi dari fraktur tension.

Fraktur tension harus dibedakan dengan fraktur kompresi

dimana letak dari fraktur kompresi lebih sering berlokasi di

inferior dari collum femur.14

- Bone scanning dapat sangat membantu bila dicurigai ada stress

fraktur, tumor maupun infeksi. Bone scan adalah pemeriksaan

8
paling sensitive terhadap stress tulang namun kurang spesifik

untuk mendiagnosis.14

- MRI merupakan pemeriksaan yang 100% sensitive, spesifik dan

akurat untuk mengidentifikasi fraktur collum femur. Pada MRI,

stress fraktur muncul berupa gambaran garis fraktur pada

korteks yang dikelilingi oleh zona edema intens pada kavitas

medulla.14

Metode penanganan fraktur ada dua macam yaitu metode non operatif dan metode

operatif. Penanganan dengan metode non operatif maksudnya penanganan fraktur tanpa

dilakukan tindakan operasi misalnya dengan reduksi tertutup disebut juga dengan

reposisi. Dimana prinsip reposisi adalah berlawanan dengan arah fraktur. Setelah

dilakukan reposisi dilakukan pemasangan eksternal fiksasi yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya pergeseran kembali fragmen tulang. Salah satu contoh eksternal

fiksasi adalah pemasangan gips. Umumnya reduksi tertutup digunakan untuk semua

fraktur dengan pergeseran fragmen minimal. Penanganan dengan metode operatif adalah

suatu bentuk operasi dengan pemasangan open reduction internal fixatie (ORIF) maupun

open reduction external fixatie (OREF). Metode penanganan fraktur dengan internal

fiksasi harus dipilih atau disesuaikan dengan jenis frakturnya. Bentuk-bentuk internal

fiksasi antara lain plate and screw, intramedullary nail, oblique transfixion

screws,circumferential wire.15

KASUS

Pasien perempuan umur 90 tahun MRS dengan keluhan bengkak dan nyeri di paha

kanan sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Bengkak dan nyeri di paha kanan akibat

terjatuh. Awalnya penderita berjalan, karena licin kemudian penderita terjatuh dilantai
9
dengan posisi paha sebelah kanan atas terbentur telebih dahulu, setelah jatuh pasien merasa

nyeri jika menggerakkan tungkai sebelah kanan. Riwayat pingsan (-), muntah (-). Kemudian

penderita dibawa ke RSU GMIM Bethesda Tomohon dan dirujuk ke RSU. Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado dengan infus dan skin traksi terpasang.

1.Foto klinis

Pada pemeriksaan fisik Ekstremitas didapat, Ekstremitas superior : akral hangat,

capillary refilling time (CRT) <2 detik. Ekstremitas inferior :

o Look :

Edema -/+, skin traksi terpasang -/+, hematoma -/+, deformitas -/+,

shortening -+-, angulasi -/-, rotasi -/-.

o Feel :

Nyeri tekan regio proksimal femur dekstra, pulsasi arteri dorsalis pedis

++/++, pulsasi arteri tibialis posterior ++/++, CRT<2 detik, sensorik dalam

batas normal

o Movement :range of movement (ROM) terbatas pada ekstremitas dekstra

karena nyeri. True length : 75/73 Anatomical length : 50/48.

Pada pemeriksaan penunjang, pemeriksaan laboratorium : Leukosit 10,1 x 103

Eritrosit 2,86 x 106 Hemoglobin : 8,8 g/dL Hematokrit 26,5% Trombosit 173 x 103 /µL MCH

30,8 pg MCHC 33,2 g/dL MCV 92,6 fL SGOT 25 U/L SGPT 14 U/L Ureum 34 mg/dL

10
Kreatinin 0,6 mg/dL GDS 133 mg/dL Cl 104 mEq/L K 3,5 mEq/L Na 136 mEq/L PT

15,5 detik INR 1,32 detik APTT 27,9 detik.

Pemeriksaan radiologis :

2. X- Fotopelcvis AP
Kesan : frakturintertrokanterdekstra

3. X- foto femur AP/ lateral


Kesan : frakturintertrokanterdektra

Pasien didiagnosis dengan Fraktur intertrokanter femur dekstra tertutup dan diberikan

penanganan dengan IVFD NaCl 0,9% Ceftriaxone 2x 1gram Ketorolac injeksi 2x30 mg

Ranitidine injeksi 2x20 mgdan Transfusi Packed Red Cells (PRC) sampai Hb ≥ 10 mg/dL.

Pasien direncanakan untuk dilakukan Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) elektif.

11
HASIL

4.Hasil X- foto pelvis AP + femur AP (Post operasi)

Pasien dilakukan penangan operatif pada tanggal 4 Juli 2018 yaitu dengan Open

Reduction and Internal Fixation (ORIF). Post interlocking nail ec fraktur intertrokanter

femur dekstra. Pada tanggal 06 Juli 2018 pasien direncakan untuk pulang dengan edukasi

agar kontrol poli orthopedi dan rehab medik.

Proses penyembuhan dari pasien ini merupakan proses yang kompleks, umumnya

membutuhkan waktu 6 sampai 8 minggu untuk menyembuhkan ke tingkat yang signifikan.

12
Kecepatan dan keberhasilan berbeda antara individu dan waktu yang diperlukan untuk

penyembuhan tulang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk jenis fraktur, usia

pasien, kondisi medis yang mendasari, dan status gizi.

PEMBAHASAN

Pada kasus, pasien adalah seorang perempuan berusia 90 tahun. Hal ini sesuai dengan

kepustakan bahwa fraktur femur, khususnya fraktur proksimal sering terjadi pada usia lebih

dari 50 tahun dimana pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada

laki-laki hal ini berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan

hormone pada menopause, fraktur femur proksimal merupakan fraktur yang paling serius

yang ditimbulkan akibat osteoporosis. Fraktur proksimal femur juga merupakan penyebab

utama pasien rawat inap ortopedi pada usia lanjut.3

Diagnosa fraktur pada pasien ini didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, riwayat trauma harus

terperinci, kapan, dan dimana terjadinya, jenisnya, berat ringan trauma, arah dan mekanisme

trauma.

Dari anamnesis didapatkan perempuan, usia 90 tahun dengan riwayat jatuh. Awalnya

penderita berjalan, karena licin kemudian penderita terjatuh dilantai dengan posisi paha

sebelah kanan atas terbentur telebih dahulu, setelah jatuh pasien merasa nyeri jika

menggerakkan tungkai sebelah kanan Fraktur dapat disebabkan oleh 1) cedera; 2) stress

berulang; atau 3) kelemahan tulang akibat kelainan patologis (fraktur patologis).1,2 dari

kepustakaan didapatkan bahwa cedera adalah penyebab yang jelas pada patah tulang pinggul

dimana pada populasi lanjut usia, cedera merupakan hasil dari hilangnya keseimbangan dan

insiden jatuh.

Pemeriksaan fisik pada kasus ini didapatkan status generalis kepala konjungtiva tidak

anemis kiri dan kanan, leher tidak ditemukan adanya kelainan, thoraks tidak ditemukan

13
adanya kelainan, abdomen tidak ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan status lokalis

didapatkan Edema -/+, skin traksi terpasang -/+, hematoma -/+, deformitas -/+, shortening -

/+, angulasi -/-, rotasi -/- , Nyeri tekan regio proksimal femur dekstra, pulsasi arteri dorsalis

pedis ++/++, pulsasi arteri tibialis posterior ++/++, CRT <2 detik, sensorik dalam batas

normal, range of movement (ROM) terbatas pada ekstremitas dekstra karena nyeri.

Pada pasien ini juga melalui pemeriksaan penunjang radiologis X-Ray femur dekstra

anteroposterior dan pelvis anteroposterior tampak adanya fraktur intertrokanter femur

dekstra. Disesuaikan dengan teori berdasarkan definisi fraktur intertrokanter adalah

terputusnya kontinuitas jaringan tulang pada area di antara trokanter mayor dan trokanter

minor. Berdasarkan klasifikasi fraktur intertrokanter femur, pada pasien ini termasuk pada

tipe 1 yaitu fraktur melewati trokanter mayor dan minor tanpa ada pergeseran. Disesuaikan

dengan teori bahwa klasifikasi fraktur intertrokanter femur terbagi menjadi 4 tipe, yaitu, tipe

1 fraktur melewati trokanter mayor dan minor tanpa pergeseran, tipe 2 fraktur melewati

trokanter mayor disertai pergeseran trokanter minor, tipe 3 fraktur disertai fraktur komunitif,

tipe 4 fraktur disertai fraktur spiral.12

Tujuan utama dalam penanganan awal fraktur adalah untuk mempertahankan kehidupan

pasien dan yang kedua adalah mempertahankan baik anatomi maupun fungsi ekstremitas

seperti semula. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan fraktur yang

tepat adalah (1) survey primer meliputi Airway, Breathing, Circulation (2) meminimalisir

rasa nyeri (3) mencegah cedera iskemik-reperfusi, (4) menghilangkan dan mencegah sumber-

sumber potensial kontaminasi. Ketika semua hal diatas telah tercapai maka fraktur dapat

direduksi dan direposisi sehingga dapat mengoptimalisasi kondisi tulang untuk proses

persambungan tulang dan meminimalisasi komplikasi lebih lanjut.14

Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitif, prinsip

pengobatan ada empat (4R), yaitu :

14
a. Recognation; diagnosis dan penilaian fraktur

b. Reduction; reduksi fraktur apabila perlu

c. Retention; imobilisasi fraktur

d. Rehabilitation

Metode pelaksanaan fraktur dapat dilakukan secara konservatif (dengan menggunakan

traksi kulit), reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutaneus dengan K-

Wire,reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasi eksternal tulang, atau eksisi fragmen

tulang dan pergantian dengan protesis. Pada kasus ini dilakukan tidakan Open Reduction

and Internal Fixation (ORIF).

Indikasi ORIF15

 Fraktur yang tak bisa sembuh

 Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup

 Fraktur yang dapat direposisi tapi sulit dipertahankan

 Fraktur yang memberikan hasil baik dengan operasi

KESIMPULAN

Telah dilaporkan, seorang perempuan uisa 90 tahun, bengkak dan nyeri di paha kanan

akibat terjatuh. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,

pasien didiagnosa dengan fraktur intertrokanter dekstra tertutup.

Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu terapi operatif Open Reduction and Internal

Fixation (ORIF) sesuai dengan indikasi pada kasus ini. Dengan penanganan yang cepat, tepat

dan adekuat, diharapkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsionalnya baik.

DAFTAR PUSTAKA

15
1. Rasjad C. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Edisi ke-3. Makassar: Yayasan

Watampone; 2007. h. 318.

2. Nayagam S. Principles Of Fractures. In: Naish F, Jatmieson G, Walker J, Townson H,

editors. Appley’s system of orthopedics and fractures. 9th ed. Bristol: Hodder Arnold;

2010.p. 706 .

3. Yulistyaningsih NK, Aryana IGNW. Karakterisik fraktur femur proksimal pada

geriatik di rumah sakit umum pusat sanglah Denpasar tahun 2013. E-Jurnal Medika,

vol 5 (11). Denpasar: 2016

4. Parahita PS, Kurniyanta P. Penatalaksanaan kegawatdaruratan pada cedera fraktur

ekstremitas. 2013 Sep 02 [cited 2017 Sep 20]. Availabe from:

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/6300/4790

5. Carter MA.Fraktur dan dislokasi. In: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. 6th Ed.

Jakarta: EGC, 2013.p.1365-79.

6. Solomon L, Wakeley C. Principles Of Fractures. In: Naish F, Jatmieson G, Walker J,

Townson H, editors. Appley’s system of orthopedics and fractures. 9th ed. Bristol:

Hodder Arnold; 2010.p.22.

7. Lee C, Porter KM. Prehospital Management of Lower Limb Fracture. Emerg Med J

2005; p:660–3.

8. AAPC. Fracture classification in-ICD-10-CM. 2013 Dec 02 [cited 2017 Oct 04].

Available from: https://aapcmarketing.s3.amazonaws.com/.../Fracture-

Classification_ICD-10-CM.pdf

9. American College of Surgeons. Advances trauma life support. 9th Ed. ACS

Committee on Trauma;

16
10. Ropyanto CB. Analisis faktor- faktor yang berhubungan dengan status fungsional

pasien paska open reduction internal fixation (ORIF) fraktur ekstrimitas bawah di RS

ortopedi Prof. Soeharso Surakarta [thesis]. [Jakarta]: Universitas Indonesia; 2011.

11. Sjamsuhidajat, Wim DJ. Buku ajar ilmu bedah, Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2005.

12. Brunner, Suddarth. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC;2002

13. Philip M. Complication of Fractures an Dislocation. Chapman and Hall Medical,

London: PMC; 1990.

14. Moore KL, Dalley AF. Anatomi Berorientasi Klinis. Edisi Ke-5. Jakarta: Erlangga;

2013.

15. Universitas Sumatera Utara. Fraktur Femur. Medan : 2012. Available :

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12522/5.BAB%20I.pdf?sequ

ence=5&isAllowed=y

17
18

Anda mungkin juga menyukai