Anda di halaman 1dari 6

5 Penyebab Kematian yang Paling Umum

Terjadi Pada Wanita di Seluruh Dunia


Oleh Andisa Shabrina Data medis direview oleh dr. Tania Savitri.

 2Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)2


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)

Menurut data himpunan Badan Pusat Statistik dari tahun 2010 sampai 2015, angka
harapan hidup di Indonesia rata-rata mencapai usia 70 tahun. Namun tidak ada yang bisa
memprediksi kematian, entah itu waktu maupun penyebabnya. Penyebab kematian setiap orang
pun beda-beda, baik pria maupun wanita. Penasarankah Anda, apa saja yang paling sering menjadi
penyebab kematian wanita di seluruh dunia? Simak faktanya berikut ini.

Penyebab kematian wanita yang paling umum terjadi di


seluruh dunia
1. Penyakit jantung

Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian wanita di hampir seluruh bagian dunia.
Penyakit jantung itu sendiri adalah istilah umum yang digunakan untuk sekelompok kondisi yang
berhubungan dengan penumpukan plak di dinding arteri.

Penumpukan plak menyebabkan pembuluh darah jantung menyempit sehingga darah sulit
mengalir lancar. Hal ini meningkatkan risiko Anda terhadap serangan jantung atau stroke. Masalah
jantung lainnya meliputi angina, aritmia, dan gagal jantung.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 milik Kementerian Kesehatan, total kasus penyakit
jantung koroner (PJK), gagal jantung, dan stroke di Indonesia diperkirakan lebih banyak
ditemukan pada perempuan dengan masing-masing kelompok umur 45-54 tahun, 55-64 tahun, dan
65-74 tahun.

Penyakit jantung dapat dicegah dengan melindungi kesehatan jantung dan mewaspadai gejala
serangan jantung yang khas hanya muncul pada wanita. Mengendalikan tekanan darah dan
kolesterol selalu dalam batas normal lewat gaya hidup sehat dan aktivitas fisik rutin dapat sangat
menekan risiko Anda terkena penyakit jantung.
2. Kanker

Kanker adalah penyebab utama kematian secara global. Terhitung, kanker telah menelan
8,8 juta nyawa sampai pada tahun 2015. Data WHO menyebutkan bahwa kanker payudara
membunuh kurang lebih 571 ribu wanita di seluruh dunia. Kanker payudara kemudian disusul oleh
kanker usus besar, kanker endometrium, kanker paru, dan kanker serviks sebagai penyebab
kematian wanita terkait kanker di seluruh dunia.

Sementara cerminan kasus kematian wanita Indonesia akibat kanker tak begitu jauh berbeda.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, kanker payudara berada di peringkat pertama sebagai
kanker pembunuh wanita, disusul oleh kanker paru dan kanker serviks. Setiap tahun tidak kurang
dari 15 ribu kasus kanker serviks terjadi di Indonesia. Tingginya kasus kanker serviks di Indonesia
membuat WHO menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita kanker serviks
terbanyak di dunia.

Sementara itu, jumlah kasus baru serta jumlah kematian karena ketiga kanker tersebut terus
meningkat. Kanker dapat dicegah dengan cara mengubah faktor risiko perilaku dan pola makan
buruk. Deteksi dini terhadap gejala kanker juga berperan besar dalam penanganan dan peluang
kesembuhan yang lebih baik.

3. Penyakit saluran pernapasan bawah kronis

Penyakit saluran pernapasan bawah kronis adalah kumpulan penyakit paru-paru yang
menyebabkan penyumbatan aliran udara dan masalah terkait pernapasan, terutama penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) juga bronkitis, emfisema, dan asma. Angka kasus asma secara
nasional diperkirakan lebih banyak ditemukan pada perempuan daripada laki-laki.

Sekitar 80 persen kematian akibat PPOK dapat dikaitkan dengan kebiasaan merokok. Risiko
penyakit paru kronis dapat ditekan dengan berhenti merokok, menghindari asap rokok, polusi
udara, asap bahan kimia dan debu.

4. Kecelakaan

Kecelakaan yang dimaksud adalah cedera yang tidak sengaja. Hal ini menjadi penyebab
kematian kedua pada wanita usia 35-44 tahun, berdasarkan data dari CDC tahun 2014.

Kecelakaan memang sifatnya tidak disengaja, namun Anda bisa mengurangi risiko kematian dan
cedera yang tidak disengaja. Salah satunya adalah dengan memastikan keselamatan diri saat
berkendara. Gunakan sabuk pengaman ketika berkendara dengan mobil, dan pakai atribut lengkap
(helm dan jaket) ketika berkendara dengan motor. Sadari bahayanya mengemudi sambil mabuk,
ketika ngantuk atau kelelahan, dan bahayanya mengemudi kendaraan sambil main hape.

5. Penyebab lainnya

 Alzheimer
 Diabetes
 Influenza dan pneumonia
 Penyakit ginjal
 Hipertensi

Dilansir dari Riskesdas tahun 2013, angka kasus diabetes, hipertiroid, dan hipertensi pada
perempuan scara nasional cenderung lebih tinggi daripada laki-laki.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Institute of Health Metrics and Evaluation in Seattle pada
tahun 2015 mengungkap bahwa wanita usia paruh baya lebih berisiko meninggal akibat infeksi
serius seperti HIV/ AIDS dan tuberkulosis, diare parah, serta penyakit pernapasan.
Dari Kanker Sedunia Di Indonesia, Kasus Kanker Payudara dan Serviks Tertinggi

Ilustrasi kampanye mencegah kanker. (xamthonenature.com)

Oleh: Dina Manafe | Rabu, 5 Februari 2014 | 08:17 WIB


AddThis Sharing Buttons
Share to FacebookFacebookShare to TwitterTwitterShare to EmailEmailShare to Google+Goo
gle+

Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemkes) mencatat dari sekian banyak kanker yang
menyerang penduduk Indonesia, kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks) tertingi
kasusnya di seluruh Rumah Sakit (RS).

Berdasarkan Sistem Informasi RS (SIRS), jumlah pasien rawat jalan maupun rawat inap pada
kanker payudara terbanyak yaitu 12.014 orang (28,7%) dan kanker serviks 5.349 orang (12,8%).

Baru disusul kanker leukimia sebanyak 4.342 orang (10,4%, lymphoma 3.486 orang (8,3%) dan
kanker paru 3.244 orang (7,8%). Sementara berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi
kanker di Indonesia sendiri sudah mencapai 1,4 per 1000 penduduk, dan merupakan penyebab
kematian nomor tujuh.

Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemkes, dr Ekowati Rahajeng, mengungkapkan


permasalahan kanker di Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu
sumber dan prioritas penanganannya terbatas. Penanganan penyakit kanker di Indonesia
menghadapi berbagai kendala yang menyebabkan hampir 70% penderita ditemukan dalam
keadaan sudah stadium lanjut.

Di antaranya masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker.
Ini terkait dengan umumnya orang mempercayai mitos. Misalnya, bahwa kanker tidak dapat
dideteksi, tidak bisa dicegah dan disembuhkan.

"Pada kenyataannya dengan perkembangan teknologi saat ini kanker bisa dideteksi dini. Kanker
juga bisa dikatakan sebagai penyakit gaya hidup karena dapat dicegah dengan melakukan gaya
hidup sehat dan menjauhkan faktor risiko terkena kanker," kata Ekowati dalam temu media tentang
Hari Kanker Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 4 Februari, di Jakarta, Selasa (4/2).

Secara nasional, tema Hari Kanker Sedunia tahun 2014 mengangkat soal mitos yang menjadi salah
satu kendala penanganan kanker di Indonesia.

Padahal, menurut Ekowati , lebih dari 40% dari semua kanker dapat dicegah. Bahkan beberapa
jenis yang paling umum, seperti kanker payudara, kolerektal, dan leher rahim dapat disembuhkan
jika terdeteksi dini.

Bahkan kanker tidak harus menjadi genetik murni karena bisa dicegah apabila menghindari faktor
risikonya, seperti terpapar asap rokok, diet rendah serat, paparan sinar ultraviolet, dan
berhubungan seksual yang tidak sehat.
Kendala lainnya, kata Ekowati, yaitu belum ada program deteksi dini massal yang terorganisir
secara maksimal. Saat ini capaian deteksi dini kanker, khusus leher rahim dan payudara mauh jauh
dari harapan.

Dari seluruh penduduk berusia 30 sampai 50 tahun yang berisiko tinggi sebanyak 36,7 juta lebih,
yang mendapatkan deteksi dini baru 1,75% atau 644.951 jiwa. Padahal target pemerintah adalah
80%.

"Kalau tidak bahu membahu susah tercapai. Karena banyak faktor kendala, meskipun Kemkes
sendiri sudah menyediakan deteksi dini baik itu melalui metode IVA, cryo, dan suspect leher rahim
di seluruh
puskesmas di daerah," katanya.

Di samping itu, keterbatasan masyarakat untuk memperoleh pengobatan yang berkualitas karena
masalah ekonomi dan transportasi juga menjadi kendala. Namun, kini masyarakat tidak perlu
khawatir kerena adanya
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) semua pemeriksaan dan pengobatan kanker di fasilitas
kesehatan dijamin oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

"Khusus deteksi dini payudara dan serviks sudah dijamin dalam program JKN. Bahkan Perpres
69/2013 menjamin bahwa pemeriksaan dan cryo terapi ditamggung dengan nilai sekitrar Rp150,
dan IVA sebesar Rp25.000 per orang," katanya.

Yang belum dikaver adalah perawatan paliatif untuk pasien yang hidup dengan kanker. Selain rasa
sakit luar biasa sebagai efek dar terapi, biaya yang dikeluarkan sangat mahal. Namun, Kemkes
sedang mengupayakan agar paliatif masuk dalam JKN.

Selain itu, faktor sosial kultur masyarakat yang tidak menunjang, seperti percaya pada pengobatan
alternatif, tradisional atau dukun juga menjadi kendala.

Sementara Ketua Umum Perhimpunan Onkolog Indonesia (POI), Drajat Suardi, mengatakan
penyakit kanker di Indonesia masih seperti fenomen gunung es. Hanya sedikit kasus yang
terungkap, tetapi kondisi riilnya
jauh lebih besar dan tidak terjangkau.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2005 memprediksikan kematian akibat kanker
sebanyak 7 juta jiwa di dunia. Sedangkan kasus baru sebanyak 11 juta, dan yang masih hidup
dengan kanker sebanyak 25
juta orang.

Tetapi pada tahun 2030, jumlah ini akan meningkat drastis. Kematian meningkat tiga kali lipat,
yaitu 17 juta orang, kasus baru menjadi 27 juta orang, dan yang hidup dengan kanker naik 75 juta
orang. Sementara
di Indonesia, orang yang meninggal karena kanker meningkat 200% dan yang hidup dengan
kanker 300%. Sementara 70% negara di dunia adalah negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Oleh karena itu kita perlu langkah antisipasi sekarang, supaya prediksi ini tidak terjadi. Salah satu
pijakan untuk kita bergerak adalah registrasi kanker," katanya.

Sayangnya, kata Drajat, data kanker di Indonesia masih sebatas di rumah sakit, belum pendataan
berbasis komunitas atau langsung di masyarakat. Meskipun butuh waktu panjang, registrasi
berbasis komunitas ini penting mengetahui kasus riil di masyarakat guna prediksi ke depan dan
bentuk penanganannya.

Untuk penanganan kanker di Indonesia, Ekowati menambahkan, diprioritaskan pada jenis yang
tertinggi. Kegiatan penemuan kasus kanker terutama dilakukan melalui deteksi dini pada stadium
awal, sehingga lebih cepat diobati dan peluang sembuh lebih besar.

Sedangkan skrining ditujukan kepada orang ytang asimptomatik (tidak bergejala), sehingga dapat
diobati sebelum menjadi kanker. Contohnya, kanker serviks dilakukan skrining dengan metode
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk menemukan lesi prakanker.

Program ini, lanjut Ekowati, disertai dengan penemuan dan tatalaksana kanker serta program
paliatif kanker guna meningkatkan kualitas hidup, juga memperpanjang umur harapan hidup
penderita stadium lanjut.

Untuk deteksi dini kanker serviks dan payudara dilakukan melalui pemeriksaan IVA dan Clinical
Breast Examination (CBE). Sampai saat ini sudah terlaksana di 32 provinsi, 207 kabupaten, dan
717 puskesmas.

Kemkes juga menciptakan pelatih yang akan melatih tenaga puskesmas untuk siap melakukan
deteksi dini. Saat ini sebanyak 184 pelatih yang disiapkan.

"Tahun ini kita akan mempercepat pelatihan, sehingga semua tenaga puskesmas terlatih dan siap
melakukan deteksi dini kanker serviks dan payudara secara massal. Karena wanita usia 30 sampai
50 tahun setidaknya dalam 5 tahun sekali perlu melakukan deteksi dini untuk kedua kanker
tersebut," katanya.

Sumber: Suara Pembaruan

Anda mungkin juga menyukai