Bab-22-Pj-1998-Cek 20090203095346 1781 22
Bab-22-Pj-1998-Cek 20090203095346 1781 22
A. PENDAHULUAN
XXII/3
Sesuai amanat GBHN 1993 pembangunan politik dalam
Repelita VI sebagai tahap awal PJP 11 diarahkan pada terwujudnya
tatanan kehidupan politik berdasarkan demokrasi Pancasila yang
makin mampu menjamin berfungsinya lembaga politik dan
lembaga kemasyarakatan , mantapnya proses komunikasi politik,
baik antara supra dan infrastruktur politik maupun antar sesama
supra dan infrastruktur politik dan dengan masyarakat, serta
mengembangkan suasana dan sikap keterbukaan yang bertanggung
jawab. Pembangunan politik dalam Repelita VI berupaya
meningkatkan kualitas pendidikan politik, keteladanan dan
kaderisasi politik, memantapkan etika, moral, dan budaya politik
yang berdasarkan Pancasila, meningkatkan peran serta politik
masyarakat, dan membangun suasana kekeluargaan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
XXII/5
Indonesia dalam posisi dan peranan yang makin mantap dan
dipercaya dalam percaturan politik regional dan global. Di samping
itu telah berhasil pula ditingkatkan kerjasama bilateral dan
multilateral dengan berbagai negara sahabat dan berbagai lembaga
internasional untuk mendukung kepentingan pembangunan
nasional.
XXII/9
antara kegiatan yang diprakarsai pemerintah dan kegiatan
masyarakat sendiri untuk membangun kehidupan politik yang
demokratis, konstitusional, dan berlandaskan hukum.
XXII/10
sudah ada sebelumnya dengan mengembangkan berbagai metode
yang lebih mudah diterima oleh berbagai lapisan masyarakat
dengan pendekatan kontekstual, sehingga bukan saja dapat
menjangkau seluruh kelompok masyarakat tetapi juga lebih dapat
dipahami secara rasional dan bernilai praksis.
XXII/11
Dengan Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1994 pemasyarakatan
dan. pembudayaan P4 menggunakan pendekatan kontekstual.
Dengan pendekatan kontekstual pelaksanaan penataran dan upaya
pemasyarakatan dan pembudayaan P4 tidak terbatas pada rumusan
yang bersifat normatif, akan tetapi dibakukan pula dalam bentuk-
bentuk penjabaran operasional. Metode dan materi penataran
dikembangkan dan diselaraskan sedemikian rupa sehingga
disesuaikan dengan konteks, bidang, fungsi, dan kelompok
masyarakat.
XXlv1z
XXII-3). Dalam periode yang sama telah ditatar sebanyak 1.696
orang bagi para pelaku ekonomi, lektor, dan pelaku komunikasi
nasional (Tabel XXII-4).
XXII/13
2) Penyiapan Sumber Daya Manusia
XXII/14
penataran P4 Calon Penatar P4 Pola 144 Jam. Sedangkan tenaga
penatar sektoral yang disiapkan melalui TOT adalah para pejabat
eselon I dan II di lingkungan masing-masing dan diharapkan lebih
mampu menatar pegawai di lingkungannya.
XXII/15
b. Program Peningkatan Fungsi Suprastruktur Politik
XXII/17
dalam Badan Penyelenggara/Pelaksana Pemilu, telah diadakan
perubahan terhadap PP No. 35 Tahun 1985 tentang pelaksanaan
UU No. 15 Tahun 1969 tentang Pemilu (sebagaimana telah
beberapa kali dirubah), tertuang dalam PP No. 10 Tahun 1995 dan PP
No. 74 Tahun 1996. Pelaksanaan kampanye pemilihan umum 1997
untuk wilayah Indonesia dibagi enam wilayah kampanye. Hari-
hari kampanye telah diatur untuk mencegah terjadinya benturan
antar OPP yang berkampanye. Kampanye pemilu tahun 1997 telah
berlangsung semarak, yang menunjukkan bahwa kesadaran politik
rakyat telah meningkat. Diberbagai daerah telah terjadi ekses yang
menimbulkan kerusuhan, tetapi pada umumnya kampanye berjalan
lancar. Bentuk kampanye diatur dalam bentuk kampanye monologis
dan dialogis, yang pengaturannya tertuang dalam KEPPRES No. 99
Tahun 1996 Yo KEPMENDAGRI/Ketua LPU No. 7 Tahun 1997.
Perubahan lainnya menyangkut perubahan UU No. 16 Tahun 1969
tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR dan DPRD yaitu dengan
UU No. 5 Tahun 1995. Perubahan tersebut hanya menyangkut 1 pasal
yaitu Pasal 10 ayat (3) dan ayat (4) mengenai perubahan jumlah
anggota Fraksi ABRI di DPR yang diangkat dari 100 orang menjadi
75 orang, diikuti perubahan dengan PP No. 20 Tahun 1995.
XXII/18
Program ini mengupayakan untuk meningkatkan peran dan
fungsi organisasi kemasyarakatan; menumbuhkembangkan kreatifi -
tas, pemanfaatan potensi, dan menyalurkan minat masyarakat untuk
ikut berkiprah dalam pembangunan. Juga diupayakan untuk mem -
berikan dorongan serta bimbingan kepada organisasi
kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan untuk meningkatkan
kemampuan, kualitas dan kemandirian dalam menjalankan fungsi
dan perannya serta mendorong terselenggaranya forum konsultasi
dan komunikasi antar LSM secara periodik. Program ini
melanjutkan inventarisasi perkembangan data keberadaan
organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan baik di
pusat maupun di daerah, serta mengevaluasi keberadaannya dalam
rangka peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
nasional.
XXII/19
f. Program Pemantapan Integrasi Bangsa
XXII/21
Tarakan. Disamping itu telah dilaksanakan perluasan wilayah
Kotamadya dati II Bogor dan Sukabumi serta pemindahan Ibukota
Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang, Tapanuli Tengah dan
Kabupaten Dati II Agam.
2) Penataan Kewenangan
XXII/23
Dengan berbagai upaya tersebut dalam Repelita VI pengelo-
laan pemungutan restribusi daerah telah semakin tertib dan
kemampuan aparat pengelola restribusi daerah serta penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) semakin meningkat.
XXII/25
b) Pengembangan dan perluasan jaringan usaha organisasi
perusahaan daerah pada kawasan padat pembangunan serta
pelayanan jasa pemerintahan dan keikutsertaan swasta dalam
peningkatan ekonomi daerah, dan
a. Program Pokok
XXII/27
di Asia Tenggara dengan terus meningkatkan peranan konstruktifnya
dalam meningkatkan keserasian hubungan antarnegara,
memperkukuh perdamaian, dan meningkatkan kesejahteraan
bersama.
XXII/29
mengupayakan agar negara-negara pemilik senjata nuklir mengakui
traktat tersebut tidak hanya bermanfaat bagi peningkatan stabilitas
keamanaan di kawasan Asia Tenggara, tetapi juga memberikan
perlindungan hukum terhadap kemungkinan pencemaran
lingkungan hidup akibat pembuangan limbah nuklir.
XXIU30
XXII/30
Sebagai wakil ketua dari Council of International Seabed
Authority (ISBA), Indonesia terus mengupayakan pengembangan
ketentuan-ketentuan hukum untuk mengelola kekayaan alam di
dasar laut internasional dan berperan aktif dalam mendirikan
Mahkamah Hukum Laut Internasional dan Komisi Landas
Kontinen Internasional.
XXII/31
Banyak pihak di dunia internasional mengkaitkan masalah
HAM dengan penyelesaian internasional masalah Timor Timur.
XXII/33
Seiring dengan meningkatnya kerjasama regional di kawasan
Asia Tenggara, hubungan bilateral Indonesia dengan masing-
masing negara anggota ASEAN semakin erat.
XXII/35
Surabaya atau Bali. Sementara itu, Indonesia telah membuka
Konsulat baru di Sonkhla, Thailand Selatan pada bulan Maret 1997.
Demikian pula hubungan Indonesia dengan Myanmar juga
meningkat ditandai dengan kunjungan Presiden RI ke negara
tersebut pada bulan Februari 1997.
XXII/37
Gerakan Non Blok, antara lain melalui perluasan program
Kerjasama Teknik Negara Berkembang. Citra Indonesia sebagai
pemrakarsa Konferensi Asia Afrika di Bandung tetap dihargai di
Afrika, demikian juga kedudukan Indonesia sebagai Ketua Gerakan
Non Blok sampai tahun 1995 merupakan faktor positif bagi upaya
peningkatan hubungan dan kerjasama dengan negara-negara di
Afrika. Indonesia terus meningkatkan pemeterian bantuan teknik
sebagai salah satu sarana untuk membina persahabatan dengan
bangsa-bangsa Afrika.
XXII/39
menghadapi permasalahan di tingkat regional dan global terutama
untuk menghadapi liberalisasi pasar.
XXII/41
mengupayakan misi perdamaian GNB dalam penyelesaian krisis
Irak-Kuwait dan mendorong pembahasan masalah kependudukan
dalam kerangka GNB, yang akhirnya menjadi sumbangan yang
konstruktif bagi Konferensi Internasional Mengenai Kependudukan
dan Pembangunan di Kairo. Indonesia mengarahkan peran GNB
yang semakin intensif di bidang perlucutan senjata nuklir dan
melalui GNB, Indonesia secara konsisten terus meminta perhatian
dan kesungguhan negara maju, khususnya Kelompok G7 dan
lembaga keuangan internasional untuk membantu menyelesaikan
hutang luar negeri, terutama hutang negara-negara berkembang
yang terbelakang.
XXII/42
Sementara itu, Cote d'Ivoire, Guyana dan Mozambique juga mulai
dipertimbangkan sebagai negara-negara yang memenuhi syarat
untuk memperoleh fasilitas pengurangan hutang.
XXII/43
upaya negara maju untuk memasukkan isu baru lainnya ke dalam
agenda KTM I WTO di Singapura tahun 1996.
XXII/45
Sementara itu, berbagai kerjasama ekonomi sub-regional
antara daerah-daerah perbatasan telah berjalan dan terus meningkat
kegiatannya.
b. Program Penunjang
XXII/48
ketrampilan diplomatik, terutama keterampilan negosiasi dan
penguasaan bahasa-bahasa asing.
XXII/49
2) Program Penelitian dan Pengembangan Hubungan
Luar Negeri
XXII/50
permasalahan tenaga kerja Indonesia di luar negeri; pengkajian
antisipasi Indonesia terhadap kecenderungan perda-gangan dan
kerjasama komoditi internasional dan pengkajian mengenai
keadaan perdagangan internasional setelah terbentuknya WTO;
studi kebijaksanaan lingkungan hidup mengenai . implementasi
kesepakatan internasional di bidang lingkungan hidup dan dam -
paknya bagi Indonesia; studi kebijaksanaan bantuan negara-negara
donor dalam rangka Consultative Group on Indonesia (CGI); serta
studi prospek peningkatan kerjasama Selatan-Selatan melalui
kerjasama ekonomi/perdagangan inter-regional antar negara
berkembang dan pengkajian hasil studi mengenai upaya penarikan
investasi portofolio ke dalam negeri.
XXII/51
berkembang lainnya serta negara-negara yang terkena musibah dan
memerlukan bantuan.
D. PENUTUP
XXII/52
Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan politik merupakan upaya
untuk mengembangkan kesempatan dan kemampuan masyarakat
dalam mengutarakan dan memperjuangkan aspirasi dan
kepentingannya, meningkatkan kualitas dan kemandirian
ORSOSPOL, ORMAS dan lembaga kemasyarakatan lainnya serta
membangun suasana kehidupan politik yang makin terbuka dalam
sistem demokrasi yang dikehendaki UUD 1945.
XXII/53
memilih. Tingkat keikutsertaan adalah termasuk yang tertinggi di
dunia dan menunjukkan tingkat kesadaran politik rakyat Indonesia
dan dukungan rakyat pada sistem demokrasi yang ditempuh.
Pengalaman pemilu 1997 memberikan berbagai pelajaran yang
dapat digunakan untuk lebih menyempurnakan lagi
penyelenggaraan pemilu di waktu-waktu yang akan datang.
XXII/54
ancaman senjata nuklir. Di kelompok negara berkembang,
Indonesia telah membangun kepercayaan dan rasa solidaritas yang
mendalam antara negara yang tergabung dalam Gerakan Non Blok
(GNB) dan dalam Forum D-8 Indonesia mendapat kepercayaan
menjadi koordinator dalam pelaksanaan proyek pengentasan
kemiskinan. Di Kelompok-77 Indonesia terpilih menjadi ketua
untuk periode 1998 dan baru-baru ini dipercaya sebagai ketua KTM
OKI.
XXII/55
dunia internasional, sebagai bangsa yang sedang membangun, yang
cinta perdamaian dan berjuang untuk keadilan sosiat bagi rakyatnya
dan bagi umat manusia.
XXII/56
TABEL XXII - 1
PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (P4)
BAGI CALON PENATAR
1992/93,1993/94,1994I95 - 1997/98
(frekuensi penataran)
Akhir Repelita VI
Repelita V
No Tingkat Penataran 1992/93 1993/94 1994/95 1995/96 1996/97 1997/98¹)
20 201
Jumlah 25 21 21 4
1) Angka sementara sampai dengan Desember 97
XXII/57
TABEL XXII - 1.A
PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (P4)
BAGI CALON PENATAR
1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89
(frekuensi penataran)
Akhir Akhir Akhir Akhir
No Tingkat Penataran 1968 Repelita I Repelita II Repelita III Repelita IV
1973/74 1978/19 1983/84 1988/89
XXII/58
TABEL XXII - 2
PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (P4)
BAGI CALON PENATAR
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
(jumlah petatar/peserta)
Akhir Repelita VI
Repelita V
No Tingkat Penataran 1992/93 1993/94 1994/95 1995/96 1996/97 1997/98
¹)
1. Penataran Tingkat Nasional 796 665 631 285
2. (Manggala)
Calon Penatar (Pusat) 3.688
3. Calon Penatar - Ormas (Pusat) 1.480 22.482 1.097 1.393 1.335
4. Calon Penatar - Ormas (Daerah) 1.324 986 1.023 504
5. Calon Penatar Kontekstual - 402
(Pusat)
6. Calon1)Penatar
Angka Kontekstual
sementara dengan Desember 97 103
(Daerah)
Jumlah 2.804 26.966 2.748 3.047 2.124 505
XXII/59
TABEL XXII - 2.A
PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (P4)
BAGI CALON PENATAR
1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89
(jnmlah petatar/peserta)
XXII/60
TABEL XXII - 3
PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (P4)
BAGI ORGANISASI KEMASYARAKATAN
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
(jumlah petatar/peserta)
Akhir Repelita VI
Repelita
No. Jenis Penataran 1992/93 1993/ V 1994/95 1995/96 1996/97 1997/98
94
1. Pola 120/144jam 79.940 2.083 1.986 1,839
26.510
2. Pola 45 jam 202.753 106.80 196.006
89.998 0
3. Pola 25 jam 10.927.12 2.508.9 2508.407
3.364.25 7 21
4. Pola 17 jam 6.337.279
2.876.43
1
Jumlah 17.547.09 2.617.8 2.706.399 1.839
6357.195 9 04
XXII/61
TABEL XXII - 3.A
PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (P4)
BAGI ORGANISASI KEMASYARAKATAN
1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89
(jnmlah petatar/peserta)
XXII/62
TABEL XXII - 4
PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (P4)
KONTEKSTUAL BAGI PELAKU EKONOMI DAN LEKTOR
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
(jumlah petatar)
Akhir Repelita VI
Repelita V
No Tingkat Penataran 1992/93 1993/94 1994/95 1995/96 1996/97 1997/98 ¹)
1. Pelaku Komuntkasi Nasional 217
2. Pelaku Ekonomi
Nasional/Konglomerat
4. Pengusaha REI
5. Lektor, Lektor
Kepala, dan Lektor
Kepala
Jumlah
Belum dilaksanakan
XXII/64
TABEL XXII - 5
PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA P(4)
BAGI PEGAWAI NEGERI
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
(jumlah petatar/peserta)
Akhir Repelita VI
Repelita V
No. Jenis Penataran 1992/93 1993194 1994/95 1995/96 1996/97 1997/98 ¹)
1 . Pejabat Eselon II 3.005 1.624 468
Catatan :
- Tidak dilaksanakan lagi
‘ Data belum terhimpun
XXII/67
TABEL XXII – 6.A
PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (P4)
BAGAI MAHASISWA DAN PELAJAR
1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89
(jumlah petatar/peserta)
XXII/68