Tray Dryer
ANGGOTA KELOMPOK:
DAFTAR ISI 2
DAFTAR GAMBAR 3
DAFTAR TABEL 4
BAB 1 PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan 6
1.4 Manfaat Penulisan 6
BAB 2 TEORI DASAR 6
2.1 Teori Pengeringan 7
2.2 Tray Drying 8
2.3 Persamaan Tray Drying 9
2.4 Kurva Pengeringan 10
BAB 3 PERCOBAAN 15
3.1 Alat dan Bahan 15
3.2 Variabel – variabel dalam Percobaan 15
3.3 Prosedur Percobaan 15
BAB 4 DATA DAN PENGOLAHAN DATA 18
4.1 Percobaan I: Pengaruh Ukuran Partikel 18
4.2 Percobaan II: Pengaruh Laju Alir Udara 25
4.3 Percobaan III: Pengaruh Suhu Pengeringan 32
BAB 5 ANALISIS 38
5.1 Analisis Percobaan 38
5.2 Analisis Hasil Percobaan I 38
5.3 Analisis Hasil Percobaan II 40
5.4 Analisis Hasil Percobaan III 41
5.5 Analisis Kesalahan 42
BAB 6 KESIMPULAN 43
DAFTAR PUSTAKA 44
ii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
iv Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
5 Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
BAB 2
TEORI DASAR
Universitas Indonesia
8
Alat tersebut juga digunakan untuk mengeringkan hasil pertanian berupa biji-
bijian. Bahan diletakkan pada suatu bak yang dasarnya berlubang-lubang untuk
melewatkan udara panas. Bentuk bak yang digunakan ada yang persegi panjang dan
ada juga yang bulat. Bak yang bulat biasanya digunakan apabila alat pengering
menggunakan pengaduk, karena pengaduk berputar mengelilingi bak. Kecepatan
pengadukan berputar disesuaikan dengan bentuk bahan yang dikeringkan,
ketebalan bahan, serta suhu pengeringan. Biasanya putaran pengaduk sangat lambat
karena hanya berfungsi untuk menyeragamkan pengeringan. Keuntungan dari alat
pengering jenis tray ini adalah: laju pengeringan lebih cepat, kemungkinan
terjadinya over drying lebih kecil, dan tekanan udara pengering yang rendah dapat
melalui lapisan bahan yang dikeringkan.
Alat pengering tipe bak terdiri atas beberapa komponen sebagai berikut:
1. Bak pengering yang lantainya berlubang-lubang serta memisahkan bak
pengering dengan ruang tempat penyebaran udara panas (plenum chamber).
2. Kipas, digunakan untuk mendorong udara pengering dari sumbernya ke
plenum chamber dan melewati tumpukan bahan di atasnya.
3. Unit pemanas, digunakan untuk memanaskan udara pengering agar
kelembapan nisbi udara pengering menjadi turun sedangkan suhunya naik.
2.3 Persamaan Tray Drying
Persamaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
Menghitung kandungan air:
𝑊𝑖 − 𝑊𝑠𝑡
𝑋𝑖 =
𝑊𝑠
Dengan:
Xi = kandungan air dalam pasir (gram air/gr padatan kering)
Wst = berat pasir kering dengan tray (g)
Wi = berat pasir dalam tray selama pengamatan (g)
Ws = padatan kering (g)
Universitas Indonesia
10
∆𝑊 1 |𝑊𝑖 − 𝑊𝑖−1 | 1
𝑅𝑖 = =
∆𝑡 𝐴𝑠 |𝑡𝑖 − 𝑡𝑖−1 | 𝐴𝑠
Dengan:
Universitas Indonesia
11
Laju pengeringan suatu bahan yang dikeringkan antara lain ditentukan oleh
sifat bahan tersebut seperti bulk density, kadar air awal, serta hubungannya dengan
kadar air kesetimbangan pada kondisi pengeringan. Laju pengeringan maksimum
biasanya tidak dipakai. Hal ini untuk mengurangi dan mencegah terjadinya
pengkerutan, pengerasan permukaan, retak permukaan bahan serta akibat lain yang
tidak diinginkan terjadi pada pengeringan produk pangan padat.
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
BAB 3
PERCOBAAN
15 Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
BAB 4
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
18 Universitas Indonesia
19
Tabel 4.4. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Diameter Partikel 0.3 mm
t Wst Ws Wi Xi
(menit) (gram) (gram) (gram) (g H2O/g pasir kering)
0 605 452 609 0,008850
3 607 0,004425
6 607 0,004425
9 606 0,002212
12 606 0,002212
Tabel 4.5. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Diameter Partikel 0.5 mm
t Wst Ws Wi Xi
(menit) (gram) (gram) (gram) (g H2O/g pasir kering)
0 472 319 610 0,012539
3 609 0,009404
6 609 0,009404
9 609 0,009404
12 608 0,006270
Tabel 4.6. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Diameter Partikel 0.8 mm
t Wst Ws Wi Xi
(menit) (gram) (gram) (gram) (g H2O/g pasir kering)
0 694 541 697 0,005545
3 696 0,003697
6 696 0,003697
9 696 0,003697
12 695 0,001848
3. Laju Pengeringan
Laju pengeringan menyatakan nilai pengurangan massa air per waktu
pengamatan.
∆𝑊 1 |𝑊𝑖 − 𝑊𝑖−1 | 1
𝑅𝑖 = =
∆𝑡 𝐴𝑠 |𝑡𝑖 − 𝑡𝑖−1 | 𝐴𝑠
Di mana
Ri = laju pengeringan (g H2O/menit.cm2)
As = luas permukaan pengeringan (cm2)
t = waktu pengamatan (menit)
Universitas Indonesia
21
Tabel 4.7. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Diameter Partikel 0.3 mm
t Wi ∆t As Ri
(menit) (gram) (menit) (cm2) (g/menit.cm2)
0 609 - -
3 607 3 0,001434
6 607 3 465 0,000000
9 606 3 0,000717
12 606 3 0,000000
Tabel 4.8. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Diameter Partikel 0.5 mm
t Wi ∆t As Ri
(menit) (gram) (menit) (cm2) (g/menit.cm2)
0 610 - -
3 609 3 0,000718
6 609 3 464 0,000000
9 609 3 0,000000
12 608 3 0,000718
Tabel 4.9. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Diameter Partikel 0.8 mm
t Wi ∆t As Ri
(menit) (gram) (menit) (cm2) (g/menit.cm2)
0 697 - -
3 696 3 0,000717
6 696 3 465 0,000000
9 696 3 0,000000
12 695 3 0,000717
Tabel 4.10. Data Perhitungan Kecepatan Udara Pada Diameter Partikel 0.3 mm
v (cm/s)
1 2 3 4 5 Average
0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
0,6 0,4 0,4 0,3 0,3 0,4
0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
0,2 0,6 0,6 0,4 0,1 0,38
0,1 0,6 0,6 0 0 0,26
Universitas Indonesia
22
Tabel 4.11. Data Perhitungan Kecepatan Udara Pada Diameter Partikel 0.5 mm
v (cm/s)
1 2 3 4 5 Average
0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
0,3 0,5 0,6 0,6 0,6 0,52
0,5 0,5 0,6 0,7 0,6 0,58
0,4 0,5 0,6 0,7 0,7 0,58
0,4 0,5 0,6 0,7 0,7 0,58
Tabel 4.12. Data Perhitungan Kecepatan Udara Pada Diameter Partikel 0.8 mm
v (cm/s)
1 2 3 4 5 Average
0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
0,4 0,5 0,6 0,6 0,7 0,56
0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 0,52
0,5 0,5 0,6 0,6 0,7 0,58
0,8 0,8 0,9 0,9 0,9 0,86
Universitas Indonesia
23
T downstream T Upstream
Hdown Hups
dry wet dry wet
29 26 29,5 25,5 0,02007 0,02090
29 25 29 25 0,01838 0,02010
33 26 33 26,5 0,01837 0,01880
33 26 33,5 26 0,01837 0,01840
33 26,5 34 26,5 0,01924 0,01920
3. Laju Penguapan
Laju penguapan merepresentasikan kecepatan perpindahan massa air
ke udara.
𝑚 = 𝑣𝑎𝑣𝑔 𝜌 𝐴 (∆𝐻)
Di mana
m = laju penguapan (g H2O/s)
vavg = kecepatan rata-rata udara pengering (cm udara/s)
ρ = densitas udara (g udara/cm3) = 1,2 kg/m3 atau 0,0012 g/cm3
A = luas permukaan (cm2)
ΔH = selisih kelembaban downstream – upstream (g H2O/udara
kering)
Universitas Indonesia
24
Tabel 4.16. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Diameter Partikel 0.3 mm
t vavg As m
Hdown Hups
(menit) (cm/s) (cm2) (g/s)
0 0,6 0,02007 0,02090 0,0002779
3 0,4 0,01838 0,02010 0,0003839
6 0,4 465 0,01837 0,01880 0,0000953
9 0,38 0,01837 0,01840 0,0000057
12 0,26 0,01924 0,01920 0,0000058
Tabel 4.17. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Diameter Partikel 0.5 mm
t vavg As m
Hdown Hups
(menit) (cm/s) (cm2) (g/s)
0 0,6 0,02056 0,02013 0,0001231
3 0,52 0,02013 0,02013 0,0000000
6 0,58 464 0,01971 0,01971 0,0000000
9 0,58 0,01928 0,01928 0,0000000
12 0,58 0,02019 0,02019 0,0000000
Tabel 4.18. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Diameter Partikel 0.8 mm
t vavg As m
Hdown Hups
(menit) (cm/s) (cm2) (g/s)
0 0,2 0,02062 0,02040 0,0000240
3 0,56 0,02040 0,02019 0,0000656
6 0,52 465 0,02062 0,02111 0,0001436
9 0,58 0,02083 0,02040 0,0001392
12 0,86 0,02154 0,02111 0,0002083
0,01
0,005
0
0 2 4 6 8 10 12 14
t (menit)
Universitas Indonesia
25
0,3 mm
0,0002
0,5 mm
0,00015
0,8 mm
0,0001
0,00005
0
-0,00005 0 0,005 0,01 0,015
Xi (g H2O/g pasir kering)
Universitas Indonesia
26
𝑊𝑖 − 𝑊𝑠𝑡
𝑋𝑖 =
𝑊𝑠
Di mana
Xi = kandungan air dalam pasir (g air/g pasir kering)
Wst = berat pasir kering dengan tray (g)
Wi = berat pasir dalam tray selama pengamatan (g)
Ws = padatan kering (g)
Tabel 4.21. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Laju Alir Udara Skala 4
Laju Alir = Skala 4
t Wst Ws Wi
Xi
(menit) (gram) (gram) (gram)
0 677 0,005758
3 676 0,003839
6 674 521 676 0,003839
9 676 0,003839
12 676 0,003839
Tabel 4.22. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Laju Alir Udara Skala 7
Laju Alir = Skala 7
t Wst Ws Wi
Xi
(menit) (gram) (gram) (gram)
0 572 0,007212
3 571 0,004808
6 569 416 571 0,004808
9 571 0,004808
12 571 0,004808
3. Laju Pengeringan
Laju pengeringan menyatakan nilai pengurangan massa air per waktu
pengamatan.
∆𝑊 1 |𝑊𝑖 − 𝑊𝑖−1 | 1
𝑅𝑖 = =
∆𝑡 𝐴𝑠 |𝑡𝑖 − 𝑡𝑖−1 | 𝐴𝑠
Di mana:
Ri = laju pengeringan (g H2O/min.cm2)
As = luas permukaan pengeringan (cm2)
t = waktu pengamatan (min)
Universitas Indonesia
28
Tabel 4.23. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Laju Alir Udara Skala 4
Laju Alir = Skala 4
t Wi ∆W ∆t As Ri
(menit) (gram) (gram) (s) (cm2) (gr/mnt.cm2)
0 677 - - -
3 676 1 3 0,000717
6 676 0 3 465 0,000000
9 676 0 3 0,000000
12 676 0 3 0,000000
Tabel 4.24. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Laju Alir Udara Skala 7
Laju Alir = Skala 7
t Wi ∆W ∆t As Ri
(menit) (gram) (gram) (s) (cm2) (gr/mnt.cm2)
0 572 - - -
3 571 1 3 0,000717
6 571 0 3 465 0,000000
9 571 0 3 0,000000
12 571 0 3 0,000000
Tabel 4.25. Data Perhitungan Kecepatan Udara Pada Laju Alir Udara Skala 4
Laju Alir = Skala 4
t v1 v2 v3 v4 v5 vavg
(menit) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s)
0 0,2 0,2 0,1 0,1 0,1 0,14
3 0,5 0,6 0,6 0,5 0,5 0,54
6 0,5 0,6 0,6 0,5 0,5 0,54
9 0,5 0,6 0,7 0,6 0,5 0,58
12 0,5 0,6 0,6 0,6 0,5 0,56
Universitas Indonesia
29
Tabel 4.26. Data Perhitungan Kecepatan Udara Pada Laju Alir Udara Skala 7
Laju Alir = Skala 7
t v1 v2 v3 v4 v5 vavg
(menit) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s)
0 1,5 1,5 1,3 1,2 1,2 1,34
3 1,4 1,5 1,4 1,2 1,1 1,32
6 1,4 1,5 1,4 1,5 1,2 1,4
9 1,4 1,5 0,9 1 1 1,16
12 1,5 1,6 1,1 1 1 1,24
Tabel 4.27. Data Perhitungan Kelembaban Pada Laju Alir Udara Skala 4
Laju Alir = Skala 4
t Tup Tdown
(menit) Dry Wet Dry Wet Hup Hdown
(oC) (oC) (oC) (oC)
0 35 28 33 28 0,0211 0,0220
3 36 28,5 36 28,5 0,0216 0,0216
6 36,5 29 37 29 0,0224 0,0222
9 35,5 29 35 29 0,0228 0,0230
12 35 29,5 34,5 29,5 0,0240 0,0242
Universitas Indonesia
30
Tabel 4.28. Data Perhitungan Kelembaban Pada Laju Alir Udara Skala 7
Laju Alir = Skala 7
t Tup Tdown
(menit) Dry Wet Dry Wet Hup Hdown
(oC) (oC) (oC) (oC)
0 34 30 34 30 0,0255 0,0255
3 33,5 30,5 33 29 0,0267 0,0239
6 33 31,5 33 31,5 0,0291 0,0291
9 34 32 33 32,5 0,0298 0,0314
12 33,5 32,5 32,5 32,5 0,0311 0,0316
3. Laju Penguapan
Laju penguapan merepresentasikan kecepatan perpindahan massa air
ke udara.
m vi AH
Di mana
m = laju penguapan (g H2O/s)
vi = kecepatan rata-rata udara pengering (cm udara/s)
ρ = densitas udara (g udara/cm3) = 1,2 kg/m3 atau 0,0012 g/cm3
A = luas permukaan (cm2)
ΔH = selisih kelembaban downstream – upstream (g H2O/g
udara kering)
Tabel 4.29. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Laju Alir Udara Skala 4
Laju Alir = Skala 4
t vavg As m
Hup Hdown ∆H
(menit) (cm/s) (cm2) (gr/s)
0 0,14 0,0211 0,0220 0,0009 0,00007
3 0,54 0,0216 0,0216 0 0,00000
6 0,54 465 0,0224 0,0222 0,0002 0,00006
9 0,58 0,0228 0,0230 0,0002 0,00006
12 0,56 0,0240 0,0242 0,0002 0,00006
Tabel 4.30. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Laju Alir Udara Skala 7
Laju Alir = Skala 7
t vavg As m
Hup Hdown ∆H
(menit) (cm/s) (cm2) (gr/s)
0 1,34 0,0255 0,0255 0 0,00000
3 1,32 0,0267 0,0239 0,0028 0,00198
6 1,40 465 0,0291 0,0291 0 0,00000
9 1,16 0,0298 0,0314 0,0016 0,00099
12 1,24 0,0311 0,0316 0,0005 0,00033
Universitas Indonesia
31
0,006000
0,004000
Xi
0,0006
0,0004
Laju alir skala 4
Ri
0,0002
Laju alir skala 7
0
0,0000000,0020000,0040000,0060000,008000
-0,0002
Xi
-0,00100
Laju alir skala 7
-0,00200
-0,00300
Xi
Universitas Indonesia
32
𝑊𝑠 = 𝑊𝑠𝑡 − 𝑊𝑡𝑟𝑎𝑦
𝑊𝑠 = 544 − 153
𝑊𝑠 = 391 𝑔𝑟𝑎𝑚
Universitas Indonesia
33
Temperatur Skala 6
𝑊𝑠 = 𝑊𝑠𝑡 − 𝑊𝑡𝑟𝑎𝑦
𝑊𝑠 = 830 − 153
𝑊𝑠 = 677 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. Nilai Kandungan Air
Nilai kandungan air merepresentasikan jumlah air yang disemprotkan
ke pasir kering.
𝑊𝑖 − 𝑊𝑠𝑡
𝑋𝑖 =
𝑊𝑠
Di mana
Xi = kandungan air dalam pasir (g air/g pasir kering)
Wst = berat pasir kering dengan tray (g)
Wi = berat pasir dalam tray selama pengamatan (g)
Ws = padatan kering (g)
4. Laju Pengeringan
Laju pengeringan menyatakan nilai pengurangan massa air per waktu
pengamatan.
∆𝑊 1 |𝑊𝑖 − 𝑊𝑖−1 | 1
𝑅𝑖 = =
∆𝑡 𝐴𝑠 |𝑡𝑖 − 𝑡𝑖−1 | 𝐴𝑠
Universitas Indonesia
34
Di mana
Ri = laju pengeringan (g H2O/min.cm2)
As = luas permukaan pengeringan (cm2)
t = waktu pengamatan (min)
Tabel 4.37. Data Perhitungan Kecepatan Udara Rata-Rata Pada Skala Suhu 3
Temperatur Skala = 3
t v1 v2 v3 v4 v5
vavg
(menit) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s)
0 0,9 1 1 1 0,9 0,96
3 0,7 0,8 0,9 0,8 0,8 0,8
6 0,7 0,8 0,8 0,8 0,7 0,76
9 0,7 0,8 0,8 0,8 0,8 0,78
12 0,7 0,8 0,9 0,8 0,7 0,78
Universitas Indonesia
35
Tabel 4.38. Data Perhitungan Kecepatan Udara Rata-Rata Pada Skala Suhu 6
Temperatur Skala = 6
t v1 v2 v3 v4 v5
vavg
(menit) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s)
0 0,4 1 1 0 0 0,48
3 0,5 1 1 0 0 0,5
6 0,4 1,1 1,1 0 0 0,52
9 0,3 1 1 0 0 0,46
12 0,3 1 1 0 0 0,46
Universitas Indonesia
36
3. Laju Penguapan
Laju penguapan merepresentasikan kecepatan perpindahan massa air
ke udara.
m vi AH
Di mana
m = laju penguapan (g H2O/s)
vi = kecepatan rata-rata udara pengering (cm udara/s)
ρ = densitas udara (g udara/cm3) = 1,2 kg/m3 atau 0,0012 g/cm3
A = luas permukaan (cm2)
ΔH = selisih kelembaban downstream – upstream (g H2O/g
udara kering)
Temperatur skala 3
0,004000
Temperatur skala 6
0,002000
0,000000
0 5 10 15
t (menit)
0,0015
0,001
Temperatur skala 3
Ri
0,0005
Temperatur skala 6
0
0,0000000,0050000,0100000,015000
-0,0005
Xi
0,000500
0,000000
Temperatur skala 3
m
-0,000500
Temperatur skala 6
-0,001000
-0,001500
Xi
Universitas Indonesia
BAB 5
ANALISIS
berkurang. Hal ini dikarekan terjadi kesalahan pada saat pengambilan data
percobaan dan akan dibahas pada analisis kesalahan.
skala 7 didapatkan hasil yang cukup janggal, seharunya semakin besar laju alir yang
digunakan akan semakin cepat terjadinya proses penguapan sehingga dapat
disimpulkan bahwa terjadi kesalahan pada saat pengambilan data karena pada
grafik terlihat laju alir udara skala 7 menghasilkan laju penguapan yang lebih
rendah dibandingkan laju alir udara skala 4, hal ini disebabkan karena pengambilan
data yang tidak akurat.
5.4 Analisis Hasil Percobaan III
Pada percobaan ketiga dilakukan proses pengeringan dengan variasi nilai
skala temperature. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai skala
temperature terhadap laju pengeringan partikel. Nilai skala temperature yang
digunakan adalah 3 dan 6. Langkah dilakukan pada percobaan ini sama seperti pada
percobaan kedua, yaitu hanya digunakan pada partikel dengan 0,5 mm dengan nilai
skala laju alir udara 5.
Pada percobaan variasi skala temperature, hasil yang diperoleh adalah untuk
grafik kandungan air versus waktu dapat dilihat bahwa semakin lamanya waktu
maka kandungan air akan semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena terjadinya
perpindahan massa air dari dalam partikel ke udara. Dari grafik menunjukkan
semakin besar skala temperature maka penurunan kandungan air semakin banyak
karena semakin besar nilai skala suhu maka akan mempercepat terjadinya proses
perpindahan kalor, hal ini mengakibatkan air pada partikel lebih lebih cepat
menguap dibandingkan skala temperature yang lebih kecil. Data temperature skala
6 menunjukkan aktivitas pengurangan kandungan air yang lebih baik dibandingkan
temperature skala 3. Pada temperature skala 3, terlihat bahwa hanya mampu
mengurangi kandungan air sampai menit ke 6, setelah lewat dari menit ke 6,
kandungan air dalam partikel tidak mengalami penurunan lagi disebabkan karena
suhu partikel dan udara sudah seragam, sehingga tidak memungkinkan terjadinya
perpindahan panas lagi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar suhu udara
yang diberikan, semakin banyak kandungan air yang diuapkan. Pada grafik
kandungan air terhadap laju pengeringan dapat terlihat bahwa temperatur skala 6,
memliki nilai laju pengeringan yang lebih besar dibandingkan temperature skala 3
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
41 Universitas Indonesia
42
Pada grafik kandungan air terhadap laju penguapan, semakin besar suhu yang
diberikan maka laju penguapan akan semakin cepat. Suhu yang besar membawa
kalor yang besar pula, sehingga laju penguapan menjadi lebih besar karena
kandungan air yang teruapkan akan lebih banyak. Saat suhu udara meningkat,
kelembaban akan berkurang sehingga proses penguapan air dapat lebih mudah
terjadi. Namun, dari grafik yang didapat laju penguapan dengan suhu tinggi
menghasilkan laju penguapan yang lebih rendah, hal ini disebabkan oleh kesalahan
dalam pengambilan data yang akan dijelaskan dalam analisis kesalahan.
5.5 Analisis Kesalahan
Pada percobaan ini terdapat berbagai kesalah yang mungkin dilakukan
praktikan, yaitu:
1. Tidak meratanya pasir yang diletakkan di tray, sehingga proses
pengeringan yang terjadi tidak merata di seluruh tempat.
2. Ketidaktelitian dalam membaca termometer untuk mendapatkan nilai
dry bulb temperature dan wet bulb temperature sehingga data yang
dihasilkan tidak akurat. Selain itu pengukuran suhu yang dilakukan tidak
tepat dalam rentang waktu 3 menit, karena alat pengukur suhu yang
hanya terdapat 1 buah, sedangkan terdapat 2 tempat yang harus diukur
suhunya, yaitu upstream dan downstream, dimana praktikan harus
menunggu perubahan suhu pada termometer sampai titik yang sesuai.
3. Kesalahan pengambilan nilai berat partikel. Hal ini disebabkan karena
penimbangan dilakukan dengan neraca digita yang berada pada alat
utama, dimana data yang dihasilkan berupa bilangan bulat dan tidak ada
bilangan desimal. Sehingga data dari beratnya partikel yang didapat tidak
akurat dan menyebabkan perhitungan berat air yang teruapka menjadi
berbeda dengan kondisi yang sebenarnya.
4. Kesalahan pada pengukuran laju alir udara, dimana ketika dilakukan
pengukuran laju udara dengan menggunakan anemometer nilainya
fluktuatif, sehingga akan mempengaruhi terhadap nilai hasil perhitungan.
42 Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN
43 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
44 Universitas Indonesia