Anda di halaman 1dari 44

UNIVERSITAS INDONESIA

Laporan Akhir Praktikum


Unit Operasi Proses 2

Tray Dryer

GROUP 02 – Senin Siang

ANGGOTA KELOMPOK:

JESSICA MEDIASRI (1606832681)


KANTIA SIDIQ PERMANA (1606905361)
MIRANDA MEIDISTIRA (1606889585)
SYARFINA FARISAH (1606830606)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
MARET 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
DAFTAR GAMBAR 3
DAFTAR TABEL 4
BAB 1 PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan 6
1.4 Manfaat Penulisan 6
BAB 2 TEORI DASAR 6
2.1 Teori Pengeringan 7
2.2 Tray Drying 8
2.3 Persamaan Tray Drying 9
2.4 Kurva Pengeringan 10
BAB 3 PERCOBAAN 15
3.1 Alat dan Bahan 15
3.2 Variabel – variabel dalam Percobaan 15
3.3 Prosedur Percobaan 15
BAB 4 DATA DAN PENGOLAHAN DATA 18
4.1 Percobaan I: Pengaruh Ukuran Partikel 18
4.2 Percobaan II: Pengaruh Laju Alir Udara 25
4.3 Percobaan III: Pengaruh Suhu Pengeringan 32
BAB 5 ANALISIS 38
5.1 Analisis Percobaan 38
5.2 Analisis Hasil Percobaan I 38
5.3 Analisis Hasil Percobaan II 40
5.4 Analisis Hasil Percobaan III 41
5.5 Analisis Kesalahan 42
BAB 6 KESIMPULAN 43
DAFTAR PUSTAKA 44

ii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kurva Pengeringan ......................................................................... 11


Gambar 2.2. Kurva Kadar Pengeringan .............................................................. 12
Gambar 2.3. Kurva Laju Pengeringan ................................................................. 13
Gambar 4.1. Psychometric Chart ......................................................................... 22
Gambar 4.2. Grafik Kandungan Air Terhadap Waktu ........................................ 24
Gambar 4.3. Grafik Kandungan Air Terhadap Laju Pengeringan ....................... 25
Gambar 4.4. Grafik Kandungan Air Terhadap Laju Penguapan ......................... 25
Gambar 4.5. Psychometric Chart ......................................................................... 29
Gambar 4.6. Grafik Kandungan Air Terhadap Waktu ........................................ 31
Gambar 4.7. Grafik Kandungan Air Terhadap Laju Pengeringan ....................... 31
Gambar 4.8. Grafik Kandungan Air Terhadap Laju Penguapan ......................... 31
Gambar 4.9. Psychometric Chart ......................................................................... 35
Gambar 4.10. Grafik Kandungan Air Terhadap Waktu ...................................... 37
Gambar 4.11. Grafik Kandungan Air Terhadap Laju Pengeringan ..................... 37
Gambar 4.12. Grafik Kandungan Air Terhadap Laju Penguapan ....................... 37

iii Universitas Indonesia


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Data Percobaan Pada Diameter Partikel 0.3 mm ................................ 18


Tabel 4.2. Data Percobaan Pada Diameter Partikel 0.5 mm ................................ 18
Tabel 4.3. Data Percobaan Pada Diameter Partikel 0.8 mm ................................ 19
Tabel 4.4. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Diameter Partikel 0.3 mm .... 20
Tabel 4.5. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Diameter Partikel 0.5 mm .... 20
Tabel 4.6. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Diameter Partikel 0.8 mm .... 20
Tabel 4.7. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Diameter Partikel 0.3 mm 21
Tabel 4.8. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Diameter Partikel 0.5 mm 21
Tabel 4.9. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Diameter Partikel 0.8 mm 21
Tabel 4.10. Data Perhitungan Kecepatan Udara Pada Diameter Partikel 0.3 mm 21
Tabel 4.11. Data Perhitungan Kecepatan Udara Pada Diameter Partikel 0.5 mm 22
Tabel 4.12. Data Perhitungan Kecepatan Udara Pada Diameter Partikel 0.8 mm 22
Tabel 4.13. Data Perhitungan Kelembapan Pada Diameter Partikel 0.3 mm....... 23
Tabel 4.14. Data Perhitungan Kelembapan Pada Diameter Partikel 0.5 mm....... 23
Tabel 4.15. Data Perhitungan Kelembapan Pada Diameter Partikel 0.8 mm....... 23
Tabel 4.16. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Diameter Partikel 0.3 mm . 24
Tabel 4.17. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Diameter Partikel 0.5 mm . 24
Tabel 4.18. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Diameter Partikel 0.8 mm . 24
Tabel 4.19. Data Pada Laju Alir Udara Skala 4 ................................................... 26
Tabel 4.20. Data Pada Laju Alir Udara Skala 7 ................................................... 26
Tabel 4.21. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Laju Alir Udara Skala 4 ..... 27
Tabel 4.22. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Laju Alir Udara Skala 7 ..... 27
Tabel 4.23. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Laju Alir Udara Skala 4.. 28
Tabel 4.24. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Laju Alir Udara Skala 7.. 28
Tabel 4.25. Data Perhitungan Kecepatan Udara Pada Laju Alir Udara Skala 4 .. 28
Tabel 4.26. Data Perhitungan Kecepatan Udara Pada Laju Alir Udara Skala 7 .. 29
Tabel 4.27. Data Perhitungan Kelembaban Pada Laju Alir Udara Skala 4 .......... 29
Tabel 4.28. Data Perhitungan Kelembaban Pada Laju Alir Udara Skala 7 .......... 30
Tabel 4.29. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Laju Alir Udara Skala 4 .... 30
Tabel 4.30. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Laju Alir Udara Skala 7 .... 30
Tabel 4.31. Data Percobaan Pada Skala Temperatur 3 ........................................ 32
Tabel 4.32. Data Percobaan Pada Skala Temperatur 6 ........................................ 32
Tabel 4.33. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Skala Temperatur 3 ............ 33
Tabel 4.34. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Skala Temperatur 6 ............ 33
Tabel 4.35. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Skala Temperatur 3 ........ 34
Tabel 4.36. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Skala Temperatur 6 ........ 34
Tabel 4.37. Data Perhitungan Kecepatan Udara Rata-Rata Pada Skala Suhu 3... 34
Tabel 4.38. Data Perhitungan Kecepatan Udara Rata-Rata Pada Skala Suhu 6... 35
Tabel 4.39. Data Perhitungan Kelembaban Pada Skala Temperatur 3................. 35
Tabel 4.40. Data Perhitungan Kelembaban Pada Skala Temperatur 6................. 36
Tabel 4.41. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Skala Temperatur 3 ........... 36
Tabel 4.42. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Skala Temperatur 6 ........... 36

iv Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Percobaan ini berkaitan dengan teknik pengeringan dengan judul ‘Tray
Drying’. Pengeringan adalah proses untuk menghilangkan sejumlah cairan yang
terdapat dalam padatan dengan cara evaporasi. Di Industri kimia proses
pengeringan adalah salah satu proses yang penting. Proses pengeringan ini
dilakukan biasanya sebagai tahap akhir sebelum dilakukan pengemasan suatu
produk ataupun proses pendahuluan agar proses selanjutnya lebih mudah. Proses
ini juga digunakan untuk mengurangi biaya pengemasan dan transportasi suatu
produk dan dapat menambah nilai guna dari suatu bahan.
Dalam industri makanan, proses pengeringan ini digunakan untuk
pengawetan suatu produk makanan. Mikroorganisme yang dapat mengakibatkan
pembusukan makanan tidak dapat dapat tumbuh pada bahan yang tidak
mengandung air, maka dari itu untuk mempertahankan aroma dan nutrisi dari
makanan agar dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama, kandungan air dalam
bahan makanan harus dikurangi dengan cara pengeringan. Contoh industri yang
mengaplikasikan proses ini, yaitu industri semen, farmasi, dan susu. Pada proses ini
terjadi perpindahan massa (mass transfer) dan perpindahan kalor (heat transfer)
antara udara pengering dengan bahan padat yang akan dikeringkan.
Konsep perpindahan massa dapat diterapkan dalam pengeringan (drying).
Dalam percobaan ini, pengeringan akan dilakukan untuk mengeringkan suatu
umpan solid/butiran padat berupa pasir dengan berbagai ukuran menggunakan unit
operasi yang dinamakan tray dryer. Tray dryer adalah alat pengering yang
dirancang untuk pengeringan bahan yang membutuhkan wadah. Pada alat ini
terdapat tray yang digunakan sebagai tempat umpan yang dikeringkan. Proses
pengeringan dilakukan pada tray kedua dari atas. Pengeringan dilakukan dengan
mengalirkan udara yang dipanaskan dengan heater dan kemudian mengalir ke arah
tray-tray umpan. Udara panas inilah yang akan menguapkan air yang terkandung
dalam umpan yang berupa pasir hingga kering.

5 Universitas Indonesia
6

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai
pengaruh ukuran partikel pada laju pengeringan, pengaruh laju alir udara kering
terhadap laju pengeringan, dan pengaruh suhu udara terhadap laju pengeringan.
Sehingga, variable-variabel yang digunakan adalah ukuran partikel, laju alir udara,
suhu, dan juga waktu.
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan tray dryer yang dilakukan adalah:
1. Menentukan kondisi varibel-variabel proses operasi pengeringan yang
diperlukan untuk melakukan operasi pengeringan optimum pada proses
pengeringan menggunakan tray dryer.
2. Mahasiswa mampu menggunakan psychometric chart.
3. Mahasiswa mampu memprediksi laju pengeringan suaru padatan basah dalam
suatu persamaan empiris.
4. Untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel, variasi temperatur, dan variasi
laju alir udara terhadap laju pengeringan.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mendalami pemahaman
terhadap proses pengeringan menggunakan tray dryer. Selain itu penulisan ini juga
bisa memberikan informasi mengenai pengaruh ukuran partikel, variasi temperatur,
dan variasi laju alir udara terhadap laju pengeringan pada tray dryer.

Universitas Indonesia
BAB 2
TEORI DASAR

2.1 Teori Pengeringan


Pengeringan adalah suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang
terjadi dalam pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas
kandungan air yang ditentukan dengan menggunakan gas sebagai fluida sumber
panas dan penerima uap cairan (Treybal, 1980). Dasar proses pengeringan adalah
terjadi penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara
dan bahan yang dikeringkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua golongan, yaitu
faktor yang berhubungan dengan udara pengering seperti suhu, kecepatan udara,
kelembaban, dimana makin tinggi udara pengering makin cepat pula proses
pengeringan berlangsung dan faktor yang berhubungan dengan bahan yang
dikeringkan seperti ukuran bahan, kadar air awal bahan.
Pengeringan secara mekanis dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:
1. Continuous drying
Suatu pengeringan bahan dimana pemasukan dan pengeluaran bahan
dilakukan terus menerus.
2. Batch drying
Suatu pengeringan dimana bahan masuk ke alat pengering sampai
pengeluaran hasil kering, kemudian baru dimasukkan bahan yang berikutnya.
Berdasarkan sistem, proses pengeringan dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Direct drying
Pada sistem ini bahan dikeringkan dengan cara mengalirkan udara
pengering melewati bahan sehingga panas yang diserap diperoleh dari
sentuhan langsung antara bahan dengan udara pengering, biasanya disebut
dengan pengeringan konveksi.
2. Indirect drying
Pada system ini panas pengeringan di dapat dari dinding pemanas yang
bersentuhan dengan bahan yang dikeringkan secara konduksi.

Universitas Indonesia
8

Pengeringan biasanya merupakan langkah terakhir dari sederetan operasi dan


hasil pengeringan biasanya siap dikemas. Kandungan zat cair dalam bahan yang
dikeringkan berbeda dari satu bahan ke bahan lain. Ada bahan yang tidak
mempunyai kandungan zat cair sama sekali (bone dry). Pada umumnya zat padat
selalu mengandung sedikit fraksi air sebagai air terikat. Zat padat yang akan
dikeringkan biasanya terdapat dalam bentuk serpih, bijian, kristal, serbuk, lempeng,
atau lembaran sinambung dengan sifat-sifat yang berbeda satu sama lain. Zat cair
yang akan diuapkan bisa terdapat pada permukaan zat padat seperti pada kristal,
dapat pula seluruh zat cair terdapat di dalam zat padat seperti pada pemisahan
pelarut dari lembaran polimer, atau dapat pula sebagian zat cair di luar dan sebagian
di dalam. Jika ditarik garis besarnya, tujuan pengeringan antara lain:
1. Agar produk dapat disimpan lebih lama
2. Mempertahankan daya fisiologik bahan
3. Mendapatkan kualitas yang lebih baik
4. Menghemat biaya pengangkutan
2.2 Tray Drying
Dalam percobaan ini pengeringan akan dilakukan untuk mengeringkan suatu
umpan solid/butiran padat berupa pasir dengan berbagai ukuran menggunakan unit
operasi yang dinamakan tray dryer. Tray dryer adalah alat pengering yang
dirancang untuk pengeringan bahan yang membutuhkan wadah/pan. Pada alat ini
terdapat tray-tray yang digunakan sebagai tempat umpan yang dikeringkan. Proses
pengeringan dilakukan pada tray kedua dari atas. Pengeringan dilakukan dengan
mengalirkan udara yang dipanaskan dengan heater dan kemudian mengalir ke arah
tray-tray umpan. Udara panas inilah yang akan menguapkan air yang terkandung
dalam umpan hingga kering.
Alat pengering tipe rak (tray dryer) mempunyai bentuk persegi dan di
dalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan
dikeringkan. Pada umumnya rak tidak dapat dikeluarkan. Beberapa alat pengering
jenis itu rak-raknya mempunyai roda sehingga dapat dikeluarkan dari alat
pengering. Ikan-ikan diletakkan di atas rak yang terbuat dari logam dengan alas
yang berlubang-lubang. Kegunaan dari lubang tersebut untuk mengalirkan udara
panas dan uap air.
Universitas Indonesia
9

Alat tersebut juga digunakan untuk mengeringkan hasil pertanian berupa biji-
bijian. Bahan diletakkan pada suatu bak yang dasarnya berlubang-lubang untuk
melewatkan udara panas. Bentuk bak yang digunakan ada yang persegi panjang dan
ada juga yang bulat. Bak yang bulat biasanya digunakan apabila alat pengering
menggunakan pengaduk, karena pengaduk berputar mengelilingi bak. Kecepatan
pengadukan berputar disesuaikan dengan bentuk bahan yang dikeringkan,
ketebalan bahan, serta suhu pengeringan. Biasanya putaran pengaduk sangat lambat
karena hanya berfungsi untuk menyeragamkan pengeringan. Keuntungan dari alat
pengering jenis tray ini adalah: laju pengeringan lebih cepat, kemungkinan
terjadinya over drying lebih kecil, dan tekanan udara pengering yang rendah dapat
melalui lapisan bahan yang dikeringkan.
Alat pengering tipe bak terdiri atas beberapa komponen sebagai berikut:
1. Bak pengering yang lantainya berlubang-lubang serta memisahkan bak
pengering dengan ruang tempat penyebaran udara panas (plenum chamber).
2. Kipas, digunakan untuk mendorong udara pengering dari sumbernya ke
plenum chamber dan melewati tumpukan bahan di atasnya.
3. Unit pemanas, digunakan untuk memanaskan udara pengering agar
kelembapan nisbi udara pengering menjadi turun sedangkan suhunya naik.
2.3 Persamaan Tray Drying
Persamaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
 Menghitung kandungan air:

𝑊𝑖 − 𝑊𝑠𝑡
𝑋𝑖 =
𝑊𝑠
Dengan:
Xi = kandungan air dalam pasir (gram air/gr padatan kering)
Wst = berat pasir kering dengan tray (g)
Wi = berat pasir dalam tray selama pengamatan (g)
Ws = padatan kering (g)

 Menghitung laju pengeringan air:

Universitas Indonesia
10

∆𝑊 1 |𝑊𝑖 − 𝑊𝑖−1 | 1
𝑅𝑖 = =
∆𝑡 𝐴𝑠 |𝑡𝑖 − 𝑡𝑖−1 | 𝐴𝑠
Dengan:

R = laju pengeringan (g H2O/menit.cm2)

A = luas permukaan pengeringan (cm2)


t = waktu pengamatan (menit)

A = 20,3 cm x 30 cm =609 cm2


 Menghitung laju penguapan:
𝑚 = 𝑣𝑖 𝜌 𝐴 (∆𝐻)
Dengan:
m = laju penguapan (g/s)
vi = kecepatan rata-rata udara pengering (cm/s)

ρ = densitas udara (g/cm3)

A = luas permukaan (cm2)


H = selisih kelembaban downstream – upstream
 Menghitung nilai densitas Udara:
𝑃𝑉 =𝑛𝑅𝑇
𝑚 𝑚
𝑃 = 𝑅𝑇
𝜌 𝑀
2.4 Kurva Pengeringan
Karakteristik proses pengeringan suatu bahan bergantung pada waktu yang
diperlukan, sehingga kurva kandungan air bahan terhadap waktu yang diperlukan
untuk mengeluarkan air dari bahan tersebut dapat digambarkan seperti dalam
Gambar 1, yang dinamakan kurva pengeringan. Pada proses pengeringan berlaku
dua proses, yaitu pada permulaan proses air dipermukaan bahan akan diuapkan,
seperti yang digambarkan pada kurva pengeringan yang berkemiringan rendah,
kemudian barulah berlaku proses pemindahan air dari bahagian dalam bahan ke
permukaaannya. Semakin lama semakin sedikit air yang diuapkan. Proses ini
berlangsung sampai air yang terikat saja yang tinggal di dalam bahan tersebut,
seperti digambarkan oleh kurva asimptot di sebelah kanan grafik.

Universitas Indonesia
11

Gambar 2.1. Kurva Pengeringan

Kurva penting lainnya yang dapat menjelaskan mekanisme pengeringan


dengan lebih baik adalah kurva kadar pengeringan, seperti ditunjukkan pada
Gambar 1, yang menggambarkan kadar perubahan kandungan air bahan terhadap
kandungan air bahan mula-mula.
Untuk semua bahan, seperti yang disebutkan di atas, tahap awal pengeringan
merupakan tahap kadar pengeringan konstan. Pada keadaan ini air pada permukaan
bahan diuapkan pada kadar yang ditentukan oleh kualitas udara yang ditempatinya
yaitu suhu, kelembaban relatif, tekanan, dan kadar aliran udara seperti yang telah
dibicarakan sebelumnya, oleh sebab itu kadar pengeringan tetap. Tahap berikutnya
pemindahan air dari bahan ke permukaan luar, air dipermukaan bahan diuapkan dan
air yang dikandung bahan dialirkan keluar melalui proses resapan. Semakin jauh
air dipindahkan dari permukaan bahan, kadar resapan semakin berkurang sehingga
mengakibatkan kadar pengeringan berkurang.
Gambar 2.1 menunjukkan kadar pengeringan bahan bukan higroskopik
berkurang pada peringkat kedua pengeringan dan seterusnya sehingga semua air
yang dikandungnya habis keluar. Untuk bahan higroskopik pula, pada awal
pengeringan mempunyai bentuk yang sama dengan bahan bukan higroskopik jika
kualitas udara sama. Kadar pengurangannya juga akan sama sampai semua air yang
tak terikat menguap. Setelah itu kadar pengeringan akan berkurang lagi apabila air
yang terikat menguap, sampai tahap air tidak dapat lagi dikeluarkan dari bahan
tersebut. Pada tahap ini terjadi kesetimbangan antara uap air yang dikandung oleh
bahan dengan medium udara. Pada Gambar 2 keadaan ini ditunjukkan dengan kadar
Universitas Indonesia
12

pengeringannya menjadi nol. Untuk bahan higroskopik, kadar pengeringan pada


tahap ketiga ini harus dikurangi, hal ini penting agar permukaan bahan tidak pecah
atau retak akibat resapan air ke permukaan yang terlalu perlahan. Dimana
permukaan bahan kering sedangkan air masih ada di dalam bahan. Seandainya hal
ini terjadi dalam proses pengeringan hasil pertanian, maka mutu bahan yang
dihasilkan akan merosot.

Gambar 2.2. Kurva Kadar Pengeringan

Laju pengeringan suatu bahan yang dikeringkan antara lain ditentukan oleh
sifat bahan tersebut seperti bulk density, kadar air awal, serta hubungannya dengan
kadar air kesetimbangan pada kondisi pengeringan. Laju pengeringan maksimum
biasanya tidak dipakai. Hal ini untuk mengurangi dan mencegah terjadinya
pengkerutan, pengerasan permukaan, retak permukaan bahan serta akibat lain yang
tidak diinginkan terjadi pada pengeringan produk pangan padat.

Universitas Indonesia
13

Gambar 2.3. Kurva Laju Pengeringan

 Laju pengeringan tetap


Periode laju pengeringan tetap dicirikan dengan penguapan air dari suatu
permukaan yang jenuh basah suatu produk atau permukaan air di dalam produk
yang dikeringkan. Laju pengeringan tetap ini akan berlangsung terus selama
migrasi air ke permukaan (ke tempat penguapan berlangsung) lebih besar dari pada
air yang menguap dari permukaan. Suhu permukaan bahan yang dikeringkan pada
kondisi ini relatif tetap, mendekati suhu bola basah udara pengering, dan laju
pengeringan tetap ini tidak bergantung kepada produk yang dikeringkan.
 Laju pengeringan menurun
Bila proses pengeringan diteruskan, air di dalam produk akan berkurang,
migrasi air ke permukaan tidak mampu mengimbangi cepatnya air menguap dari
permukaan ke udara sekitar. Dimulainya fase ini merupakan akhir dari periode
pengeringan dengan laju tetap dan disebut kadar air kritis (critical moisture
content), tanda dimulainya periode laju pengeringan menurun pertama. Pada
keadaan tersebut, permukaan bahan yang dikeringkan sudah tidak jenuh dan mulai
kelihatan ada bagian yang mengering. Faktor yang mengendalikan laju pengeringan
pada periode ini adalah hal-hal yang mempengaruhi perpindahan air di dalam bahan
padat yang dikeringkan. Bergantung dari produk yang dikeringkan, produk pangan
yang tidak higroskopis biasanya hanya memiliki satu periode laju pengeringan

Universitas Indonesia
14

menurun, sedangkan produk pangan higroskopis memiliki dua periode laju


pengeringan menurun. Periode laju pengeringan menurun biasanya merupakan
periode operasional pengeringan terpanjang. Pada pengeringan biji-bijian, kadar air
awal biji yang dikeringkan biasanya sudah berada di bawah kadar air kritisnya,
sehingga hanya periode laju pengeringan menurun yang bisa teramati. Pada periode
laju pengeringan menurun, laju pengeringan terutama bergantung kepada suhu
udara pengering dan ketebalan tumpukan bahan yang dikeringkan. Pada periode
laju pengeringan menurun kedua, laju pengeringan dikendalikan oleh perpindahan
air didalam bahan padat produk, tidak dipengaruhi oleh kondisi diluar bahan padat
tersebut. Bermacam mekanisme perpindahan air dalam produk bisa terjadi karena
kombinasi berbagai faktor seperti difusi cairan, perpindahan cairan karena tenaga
kapiler dan difusi uap air.

Universitas Indonesia
BAB 3
PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam percobaan ini di antaranya:
 Mesin Tray Driyer
 Tray
 Timbangan
 Psychometer
 Anemometer
 Stopwatch
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya:
 Pasir dengan 3 ukuran (0.3, 0.5, dan 0.8 mm)
 Air
3.2 Variabel – variabel dalam Percobaan
Berikut merupakan variabel-variabel yang digunakan dalam percobaan:
 Diameter Partikel (pasir)
 Temperatur
 Laju alir udara
 Waktu
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1. Percobaan I: Pengaruh Ukuran Partikel
1. Menyediakan pasir dengan 3 ukuran partikel yang berbeda, 0.3 mm, 0.5
mm, dan 0.8 mm sesuai screen analysis.
2. Menimbang tray yang masih kosong dan mengukur luas permukaan
tray.
3. Mengisi tray (satu) dengan pasir berukuran 0.3 mm (bahan non porous
granular solid), dan mengukur ketebalan pasir, kemudian
menimbangnya.

15 Universitas Indonesia
16

4. Membasahi pasir kering yang telah ditimbang dengan menyemprotkan


air ke seluruh permukaan tray, catat jumlah semprotan, lalu menimbang
kembali tray yang terdapat pasir basah tersebut.
5. Mengatur pengontrol kecepatan udara pengering pada level 5 dan
pemanas pada level 5.
6. Mencatat berat pasir, kecepatan udara dan temperatur wet dan dry pada
upstream dan downstream pada tiap interval waktu 0, 3, 6, 9, 12 selama
operasi pengeringan.
7. Mengulangi tahap-tahap percobaan seperti prosedur 2-6 untuk pasir
berukuran 0.5 mm.
8. Mengulangi tahap-tahap percobaan seperti prosedur 2-6 untuk pasir
berukuran 0.8 mm.
9. Membuat tabel dan kurva hasil percobaan.
3.3.2. Percobaan II: Pengaruh Laju Alir Udara
1. Menyediakan pasir dengan ukuran partikel 0.3 mm sesuai screen
analysis.
2. Menimbang tray yang masih kosong dan mengukur luas permukaan
tray.
3. Mengisi tray (satu) dengan pasir berukuran 0.3 mm (bahan non porous
granular solid), dan mengukur ketebalan pasir, kemudian
menimbangnya.
4. Membasahi pasir kering yang telah ditimbang dengan menyemprotkan
air ke seluruh permukaan tray, catat jumlah semprotan, lalu menimbang
kembali tray yang terdapat pasir basah tersebut.
5. Mengatur pengontrol kecepatan udara pengering pada level 4 dan
pemanas pada level
6. Mencatat berat pasir, kecepatan udara dan temperatur wet dan dry pada
upstream dan downstream pada tiap interval waktu 0, 3, 6, 9, 12, selama
operasi pengeringan.
7. Mengulangi tahap-tahap percobaan seperti prosedur 2-6 untuk
kecepatan udara pengering pada level 7 dan pemanas pada level 5.

Universitas Indonesia
17

8. Membuat tabel dan kurva hasil percobaan.


3.3.3. Percobaan III: Pengaruh Suhu Pengeringan
1. Menyediakan pasir dengan ukuran partikel 0.3 mm sesuai screen analysis.
2. Menimbang tray yang masih kosong dan mengukur luas permukaan tray.
3. Mengisi tray (satu) dengan pasir berukuran 0.3 mm (bahan non porous
granular solid), dan mengukur ketebalan pasir, kemudian menimbangnya.
4. Membasahi pasir kering yang telah ditimbang dengan menyemprotkan air
ke seluruh permukaan tray, catat jumlah semprotan, lalu menimbang
kembali tray yang terdapat pasir basah tersebut.
5. Mengatur pengontrol kecepatan udara pengering pada level 5 dan pemanas
pada level 3.
6. Mencatat berat pasir, kecepatan udara dan temperatur wet dan dry pada
upstream dan downstream pada tiap interval waktu 0, 3, 6, 9, 12 selama
operasi pengeringan.
7. Mengulangi tahap-tahap percobaan seperti prosedur 2-6 untuk kecepatan
udara pengering pada level 5 dan pemanas pada level 6.
8. Membuat tabel dan kurva hasil percobaan.

Universitas Indonesia
BAB 4
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Percobaan I: Pengaruh Ukuran Partikel


4.1.1 Data Percobaan
Skala Laju Alir = 5
Skala Suhu = 5
Densitas Udara = 0.0012 g/cm3

Tabel 4.1. Data Percobaan Pada Diameter Partikel 0.3 mm

Diameter partikel = 0.3 mm


t Wi v1 v2 v3 v4 v5 Tupstream Tdownstream
(menit) (g) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s) Dry Wet Dry Wet
o
( C) (oC) (oC) (oC)
0 609 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 29,5 25,5 29 26
3 607 0,6 0,4 0,4 0,3 0,3 29 25 29 25
6 607 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 33 26,5 33 26
9 606 0,2 0,6 0,6 0,4 0,1 33,5 26 33 26
12 606 0,1 0,6 0,6 0 0 34 26,5 33 26,5
Berat tray = 153 gram
Berat tray + pasir = 605 gram
Luas penampang tray = 465 cm2

Tabel 4.2. Data Percobaan Pada Diameter Partikel 0.5 mm

Diameter partikel = 0.5 mm


t Wi v1 v2 v3 v4 v5 Tupstream Tdownstream
(menit) (g) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s) Dry Wet Dry Wet
o
( C) (oC) (oC) (oC)
0 476 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 33 27 32 27
3 475 0,3 0,5 0,6 0,6 0,6 33 27 33 27
6 475 0,5 0,5 0,6 0,7 0,6 34 27 34 27
9 475 0,4 0,5 0,6 0,7 0,7 35 27 35 27
12 474 0,4 0,5 0,6 0,7 0,7 35 27,5 35 27,5
Berat tray = 153 gram
Berat tray + pasir = 472 gram
Luas penampang tray = 464 cm2

18 Universitas Indonesia
19

Tabel 4.3. Data Percobaan Pada Diameter Partikel 0.8 mm

Diameter partikel = 0.8 mm


t Wi v1 v2 v3 v4 v5 Tupstream Tdownstream
(menit) (g) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s) Dry Wet Dry Wet
o
( C) (oC) (oC) (oC)

0 697 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 34,5 27,5 34 27,5


3 696 0,4 0,5 0,6 0,6 0,7 35 27,5 34,5 27,5
6 696 0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 35 28 34 27,5
9 696 0,5 0,5 0,6 0,6 0,7 34,5 27,5 33,5 27,5
12 695 0,8 0,8 0,9 0,9 0,9 35 28 34 28
Berat tray = 153 gram
Berat tray + pasir = 694 gram
Luas penampang tray = 465 cm2

4.1.2 Pengolahan Data


Perhitungan Metode Penurunan Berat
1. Berat Pasir
Diameter Partikel 0.3 mm
𝑊𝑠 = 𝑊𝑠𝑡 − 𝑊𝑡𝑟𝑎𝑦
𝑊𝑠 = 605 − 153
𝑊𝑠 = 452 𝑔𝑟𝑎𝑚
Diameter Partikel 0.5 mm
𝑊𝑠 = 𝑊𝑠𝑡 − 𝑊𝑡𝑟𝑎𝑦
𝑊𝑠 = 472 − 153
𝑊𝑠 = 319 𝑔𝑟𝑎𝑚
Diameter Partikel 0.8 mm
𝑊𝑠 = 𝑊𝑠𝑡 − 𝑊𝑡𝑟𝑎𝑦
𝑊𝑠 = 694 − 153
𝑊𝑠 = 541 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. Nilai Kandungan Air
Nilai kandungan air merepresentasikan jumlah air yang disemprotkan
ke pasir kering.
𝑊𝑖 − 𝑊𝑠𝑡
𝑋𝑖 =
𝑊𝑠
Di mana
Xi = kandungan air dalam pasir (g H2O/g pasir kering)
Wst = berat pasir kering dengan tray (g)
Wi = berat pasir dalam tray selama pengamatan (g)
Ws = padatan kering (g)
Universitas Indonesia
20

Tabel 4.4. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Diameter Partikel 0.3 mm

t Wst Ws Wi Xi
(menit) (gram) (gram) (gram) (g H2O/g pasir kering)
0 605 452 609 0,008850
3 607 0,004425
6 607 0,004425
9 606 0,002212
12 606 0,002212

Tabel 4.5. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Diameter Partikel 0.5 mm

t Wst Ws Wi Xi
(menit) (gram) (gram) (gram) (g H2O/g pasir kering)
0 472 319 610 0,012539
3 609 0,009404
6 609 0,009404
9 609 0,009404
12 608 0,006270

Tabel 4.6. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Diameter Partikel 0.8 mm

t Wst Ws Wi Xi
(menit) (gram) (gram) (gram) (g H2O/g pasir kering)
0 694 541 697 0,005545
3 696 0,003697
6 696 0,003697
9 696 0,003697
12 695 0,001848

3. Laju Pengeringan
Laju pengeringan menyatakan nilai pengurangan massa air per waktu
pengamatan.
∆𝑊 1 |𝑊𝑖 − 𝑊𝑖−1 | 1
𝑅𝑖 = =
∆𝑡 𝐴𝑠 |𝑡𝑖 − 𝑡𝑖−1 | 𝐴𝑠
Di mana
Ri = laju pengeringan (g H2O/menit.cm2)
As = luas permukaan pengeringan (cm2)
t = waktu pengamatan (menit)

Universitas Indonesia
21

Tabel 4.7. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Diameter Partikel 0.3 mm

t Wi ∆t As Ri
(menit) (gram) (menit) (cm2) (g/menit.cm2)
0 609 - -
3 607 3 0,001434
6 607 3 465 0,000000
9 606 3 0,000717
12 606 3 0,000000

Tabel 4.8. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Diameter Partikel 0.5 mm

t Wi ∆t As Ri
(menit) (gram) (menit) (cm2) (g/menit.cm2)
0 610 - -
3 609 3 0,000718
6 609 3 464 0,000000
9 609 3 0,000000
12 608 3 0,000718

Tabel 4.9. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Diameter Partikel 0.8 mm

t Wi ∆t As Ri
(menit) (gram) (menit) (cm2) (g/menit.cm2)
0 697 - -
3 696 3 0,000717
6 696 3 465 0,000000
9 696 3 0,000000
12 695 3 0,000717

Perhitungan Metode Penurunan Kelembapan


1. Kecepatan Udara Rata-rata
𝑣1 + 𝑣2 + 𝑣3 +𝑣4
𝑣𝑎𝑣𝑔 =
4

Tabel 4.10. Data Perhitungan Kecepatan Udara Pada Diameter Partikel 0.3 mm

v (cm/s)
1 2 3 4 5 Average
0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
0,6 0,4 0,4 0,3 0,3 0,4
0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
0,2 0,6 0,6 0,4 0,1 0,38
0,1 0,6 0,6 0 0 0,26
Universitas Indonesia
22

Tabel 4.11. Data Perhitungan Kecepatan Udara Pada Diameter Partikel 0.5 mm

v (cm/s)
1 2 3 4 5 Average
0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
0,3 0,5 0,6 0,6 0,6 0,52
0,5 0,5 0,6 0,7 0,6 0,58
0,4 0,5 0,6 0,7 0,7 0,58
0,4 0,5 0,6 0,7 0,7 0,58

Tabel 4.12. Data Perhitungan Kecepatan Udara Pada Diameter Partikel 0.8 mm

v (cm/s)
1 2 3 4 5 Average
0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
0,4 0,5 0,6 0,6 0,7 0,56
0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 0,52
0,5 0,5 0,6 0,6 0,7 0,58
0,8 0,8 0,9 0,9 0,9 0,86

2. Kelembapan Pada upstream dan downstream


Perhitungan kelembapan pada upstream dan downstream menggunakan
psychometric chart

Gambar 4.1. Psychometric Chart

Universitas Indonesia
23

Tabel 4.13. Data Perhitungan Kelembapan Pada Diameter Partikel 0.3 mm

T downstream T Upstream
Hdown Hups
dry wet dry wet
29 26 29,5 25,5 0,02007 0,02090
29 25 29 25 0,01838 0,02010
33 26 33 26,5 0,01837 0,01880
33 26 33,5 26 0,01837 0,01840
33 26,5 34 26,5 0,01924 0,01920

Tabel 4.14. Data Perhitungan Kelembapan Pada Diameter Partikel 0.5 mm


T downstream T Upstream
Hdown Hups
dry wet dry wet
29 26 29,5 25,5 0,02007 0,02090
29 25 29 25 0,01838 0,02010
33 26 33 26,5 0,01837 0,01880
33 26 33,5 26 0,01837 0,01840
33 26,5 34 26,5 0,01924 0,01920

Tabel 4.15. Data Perhitungan Kelembapan Pada Diameter Partikel 0.8 mm


T downstream T Upstream
Hdown Hups
dry wet dry wet
34 27,5 34,5 27,5 0,02062 0,02040
34,5 27,5 35 27,5 0,02040 0,02019
34 27,5 35 28 0,02062 0,02111
33,5 27,5 34,5 27,5 0,02083 0,02040
34 28 35 28 0,02154 0,02111

3. Laju Penguapan
Laju penguapan merepresentasikan kecepatan perpindahan massa air
ke udara.
𝑚 = 𝑣𝑎𝑣𝑔 𝜌 𝐴 (∆𝐻)
Di mana
m = laju penguapan (g H2O/s)
vavg = kecepatan rata-rata udara pengering (cm udara/s)
ρ = densitas udara (g udara/cm3) = 1,2 kg/m3 atau 0,0012 g/cm3
A = luas permukaan (cm2)
ΔH = selisih kelembaban downstream – upstream (g H2O/udara
kering)

Universitas Indonesia
24

Tabel 4.16. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Diameter Partikel 0.3 mm
t vavg As m
Hdown Hups
(menit) (cm/s) (cm2) (g/s)
0 0,6 0,02007 0,02090 0,0002779
3 0,4 0,01838 0,02010 0,0003839
6 0,4 465 0,01837 0,01880 0,0000953
9 0,38 0,01837 0,01840 0,0000057
12 0,26 0,01924 0,01920 0,0000058

Tabel 4.17. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Diameter Partikel 0.5 mm
t vavg As m
Hdown Hups
(menit) (cm/s) (cm2) (g/s)
0 0,6 0,02056 0,02013 0,0001231
3 0,52 0,02013 0,02013 0,0000000
6 0,58 464 0,01971 0,01971 0,0000000
9 0,58 0,01928 0,01928 0,0000000
12 0,58 0,02019 0,02019 0,0000000

Tabel 4.18. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Diameter Partikel 0.8 mm
t vavg As m
Hdown Hups
(menit) (cm/s) (cm2) (g/s)
0 0,2 0,02062 0,02040 0,0000240
3 0,56 0,02040 0,02019 0,0000656
6 0,52 465 0,02062 0,02111 0,0001436
9 0,58 0,02083 0,02040 0,0001392
12 0,86 0,02154 0,02111 0,0002083

4.1.3 Hasil Grafik Percobaan

Hubungan Kandungan Air vs waktu


0,015
Xi ((g H2O/g pasir kering))

0,01

0,005

0
0 2 4 6 8 10 12 14
t (menit)

0,3 mm 0,5 mm 0,8 mm

Gambar 4.2. Grafik Kandungan Air Terhadap Waktu

Universitas Indonesia
25

Hubungan Kandungan Air vs Laju Pengeringan


0,0008
0,0007
Ri ((gr/menit.cm2) 0,0006
0,0005
0,0004
0,0003
0,0002
0,0001
0
-0,0001 0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 0,014
-0,0002
Xi ((g H2O/g pasir kering))

0,3 mm 0,5 mm 0,8 mm

Gambar 4.3. Grafik Kandungan Air Terhadap Laju Pengeringan

Hubungan Kandungan Air vs Laju Penguapan


0,00045
0,0004
0,00035
0,0003
0,00025
mi (g/s)

0,3 mm
0,0002
0,5 mm
0,00015
0,8 mm
0,0001
0,00005
0
-0,00005 0 0,005 0,01 0,015
Xi (g H2O/g pasir kering)

Gambar 4.4. Grafik Kandungan Air Terhadap Laju Penguapan

4.2 Percobaan II: Pengaruh Laju Alir Udara


4.2.1. Data Percobaan
Luas penampang tray = 465 cm2
Diameter partikel= 0,3 mm
Densitas Udara = 0.0012 g/cm3
Skala Suhu = 5

Universitas Indonesia
26

Tabel 4.19. Data Pada Laju Alir Udara Skala 4


Laju Alir = Skala 4
t Wi v1 v2 v3 v4 v5 Tup Tdown
(menit) (g) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s) Dry Wet Dry Wet
(oC) (oC) (oC) (oC)
0 677 0,2 0,2 0,1 0,1 0,1 35 28 33 28
3 676 0,5 0,6 0,6 0,5 0,5 36 28,5 36 28,5
6 676 0,5 0,6 0,6 0,5 0,5 36,5 29 37 29
9 676 0,5 0,6 0,7 0,6 0,5 35,5 29 35 29
12 676 0,5 0,6 0,6 0,6 0,5 35 29,5 34,5 29,5
Berat tray = 153 gram
Berat tray + pasir = 674 gram

Tabel 4.20. Data Pada Laju Alir Udara Skala 7


Laju Alir = Skala 7
t Wi v1 v2 v3 v4 v5 Tup Tdown
(menit) (g) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s) Dry Wet Dry Wet
(oC) (oC) (oC) (oC)
0 572 1,5 1,5 1,3 1,2 1,2 34 30 34 30
3 571 1,4 1,5 1,4 1,2 1,1 33,5 30,5 33 29,
6 571 1,4 1,5 1,4 1,5 1,2 33 31,5 33 31,5
9 571 1,4 1,5 0,9 1 1 34 32 33 32,5
12 571 1,5 1,6 1,1 1 1 33,5 32,5 32,5 32,5
Berat tray = 153 gram
Berat tray + pasir = 569 gram

4.2.2. Pengolahan Data


Perhitungan Metode Penurunan Berat
1. Berat Pasir
 Laju Alir Skala 4
𝑊𝑠 = 𝑊𝑠𝑡 − 𝑊𝑡𝑟𝑎𝑦
𝑊𝑠 = 674 − 153
𝑊𝑠 = 521 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Laju Alir Skala 7
𝑊𝑠 = 𝑊𝑠𝑡 − 𝑊𝑡𝑟𝑎𝑦
𝑊𝑠 = 569 − 153
𝑊𝑠 = 416 𝑔𝑟𝑎𝑚

2. Nilai Kandungan Air


Nilai kandungan air merepresentasikan jumlah air yang disemprotkan
ke pasir kering.
Universitas Indonesia
27

𝑊𝑖 − 𝑊𝑠𝑡
𝑋𝑖 =
𝑊𝑠
Di mana
Xi = kandungan air dalam pasir (g air/g pasir kering)
Wst = berat pasir kering dengan tray (g)
Wi = berat pasir dalam tray selama pengamatan (g)
Ws = padatan kering (g)

Tabel 4.21. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Laju Alir Udara Skala 4
Laju Alir = Skala 4
t Wst Ws Wi
Xi
(menit) (gram) (gram) (gram)
0 677 0,005758
3 676 0,003839
6 674 521 676 0,003839
9 676 0,003839
12 676 0,003839

Tabel 4.22. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Laju Alir Udara Skala 7
Laju Alir = Skala 7
t Wst Ws Wi
Xi
(menit) (gram) (gram) (gram)
0 572 0,007212
3 571 0,004808
6 569 416 571 0,004808
9 571 0,004808
12 571 0,004808

3. Laju Pengeringan
Laju pengeringan menyatakan nilai pengurangan massa air per waktu
pengamatan.
∆𝑊 1 |𝑊𝑖 − 𝑊𝑖−1 | 1
𝑅𝑖 = =
∆𝑡 𝐴𝑠 |𝑡𝑖 − 𝑡𝑖−1 | 𝐴𝑠
Di mana:
Ri = laju pengeringan (g H2O/min.cm2)
As = luas permukaan pengeringan (cm2)
t = waktu pengamatan (min)

Universitas Indonesia
28

Tabel 4.23. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Laju Alir Udara Skala 4
Laju Alir = Skala 4
t Wi ∆W ∆t As Ri
(menit) (gram) (gram) (s) (cm2) (gr/mnt.cm2)
0 677 - - -
3 676 1 3 0,000717
6 676 0 3 465 0,000000
9 676 0 3 0,000000
12 676 0 3 0,000000

Tabel 4.24. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Laju Alir Udara Skala 7
Laju Alir = Skala 7
t Wi ∆W ∆t As Ri
(menit) (gram) (gram) (s) (cm2) (gr/mnt.cm2)
0 572 - - -
3 571 1 3 0,000717
6 571 0 3 465 0,000000
9 571 0 3 0,000000
12 571 0 3 0,000000

Perhitungan Metode Penurunan Kelembapan


1. Kecepatan Udara Rata-rata
𝑣1 + 𝑣2 + 𝑣3 +𝑣4
𝑣𝑎𝑣𝑔 =
4

Tabel 4.25. Data Perhitungan Kecepatan Udara Pada Laju Alir Udara Skala 4
Laju Alir = Skala 4
t v1 v2 v3 v4 v5 vavg
(menit) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s)
0 0,2 0,2 0,1 0,1 0,1 0,14
3 0,5 0,6 0,6 0,5 0,5 0,54
6 0,5 0,6 0,6 0,5 0,5 0,54
9 0,5 0,6 0,7 0,6 0,5 0,58
12 0,5 0,6 0,6 0,6 0,5 0,56

Universitas Indonesia
29

Tabel 4.26. Data Perhitungan Kecepatan Udara Pada Laju Alir Udara Skala 7
Laju Alir = Skala 7
t v1 v2 v3 v4 v5 vavg
(menit) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s) (cm/s)
0 1,5 1,5 1,3 1,2 1,2 1,34
3 1,4 1,5 1,4 1,2 1,1 1,32
6 1,4 1,5 1,4 1,5 1,2 1,4
9 1,4 1,5 0,9 1 1 1,16
12 1,5 1,6 1,1 1 1 1,24

2. Kelembapan Pada upstream dan downstream


Perhitungan kelembapan pada upstream dan downstream menggunakan
psychrometric chart

Gambar 4.5. Psychometric Chart

Tabel 4.27. Data Perhitungan Kelembaban Pada Laju Alir Udara Skala 4
Laju Alir = Skala 4
t Tup Tdown
(menit) Dry Wet Dry Wet Hup Hdown
(oC) (oC) (oC) (oC)
0 35 28 33 28 0,0211 0,0220
3 36 28,5 36 28,5 0,0216 0,0216
6 36,5 29 37 29 0,0224 0,0222
9 35,5 29 35 29 0,0228 0,0230
12 35 29,5 34,5 29,5 0,0240 0,0242

Universitas Indonesia
30

Tabel 4.28. Data Perhitungan Kelembaban Pada Laju Alir Udara Skala 7
Laju Alir = Skala 7
t Tup Tdown
(menit) Dry Wet Dry Wet Hup Hdown
(oC) (oC) (oC) (oC)
0 34 30 34 30 0,0255 0,0255
3 33,5 30,5 33 29 0,0267 0,0239
6 33 31,5 33 31,5 0,0291 0,0291
9 34 32 33 32,5 0,0298 0,0314
12 33,5 32,5 32,5 32,5 0,0311 0,0316

3. Laju Penguapan
Laju penguapan merepresentasikan kecepatan perpindahan massa air
ke udara.
m  vi AH 
Di mana
m = laju penguapan (g H2O/s)
vi = kecepatan rata-rata udara pengering (cm udara/s)
ρ = densitas udara (g udara/cm3) = 1,2 kg/m3 atau 0,0012 g/cm3
A = luas permukaan (cm2)
ΔH = selisih kelembaban downstream – upstream (g H2O/g
udara kering)

Tabel 4.29. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Laju Alir Udara Skala 4
Laju Alir = Skala 4
t vavg As m
Hup Hdown ∆H
(menit) (cm/s) (cm2) (gr/s)
0 0,14 0,0211 0,0220 0,0009 0,00007
3 0,54 0,0216 0,0216 0 0,00000
6 0,54 465 0,0224 0,0222 0,0002 0,00006
9 0,58 0,0228 0,0230 0,0002 0,00006
12 0,56 0,0240 0,0242 0,0002 0,00006

Tabel 4.30. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Laju Alir Udara Skala 7
Laju Alir = Skala 7
t vavg As m
Hup Hdown ∆H
(menit) (cm/s) (cm2) (gr/s)
0 1,34 0,0255 0,0255 0 0,00000
3 1,32 0,0267 0,0239 0,0028 0,00198
6 1,40 465 0,0291 0,0291 0 0,00000
9 1,16 0,0298 0,0314 0,0016 0,00099
12 1,24 0,0311 0,0316 0,0005 0,00033

Universitas Indonesia
31

4.2.3. Grafik Hasil Pengolahan Data

Kandungan Air terhadap Waktu


0,008000

0,006000

0,004000
Xi

Laju alir skala 4


0,002000
Laju alir skala 7
0,000000
0 5 10 15
t (menit)

Gambar 4.6. Grafik Kandungan Air Terhadap Waktu

Kandungan Air terhadap Laju Pengeringan


0,0008

0,0006

0,0004
Laju alir skala 4
Ri

0,0002
Laju alir skala 7
0
0,0000000,0020000,0040000,0060000,008000
-0,0002
Xi

Gambar 4.7. Grafik Kandungan Air Terhadap Laju Pengeringan

Hubungan Kandungan Air terhadap Laju


Penguapan
0,00200
0,00100
0,00000
Laju alir skala 4
m

-0,00100
Laju alir skala 7
-0,00200
-0,00300
Xi

Gambar 4.8. Grafik Kandungan Air Terhadap Laju Penguapan

Universitas Indonesia
32

4.3 Percobaan III: Pengaruh Suhu Pengeringan


4.3.1. Data Percobaan
Luas penampang tray = 465 cm2
Diameter partikel= 0,3 mm
Densitas Udara = 0.0012 g/cm3
Skala Laju Alir = 5

Tabel 4.31. Data Percobaan Pada Skala Temperatur 3


Tup Tdown
t Wi v1 v2 v3 v4 v5
Dry Wet Dry Wet
(menit) (g) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s)
(oC) (oC) o
( C) (oC)
0 548 0,9 1 1 1 0,9 32,5 32 32,5 32
3 547 0,7 0,8 0,9 0,8 0,8 32 31 32 31
6 547 0,7 0,8 0,8 0,8 0,7 32 30,5 32 31
9 547 0,7 0,8 0,8 0,8 0,8 31,5 30,5 31,5 31
12 547 0,7 0,8 0,9 0,8 0,7 31 30 31 30,5
Berat tray = 153 gram
Berat tray + pasir = 544 gram

Tabel 4.32. Data Percobaan Pada Skala Temperatur 6


Tup Tdown
t Wi v1 v2 v3 v4 v5
Dry Wet Dry Wet
(menit) (g) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s)
(oC) (oC) (oC) (oC)
0 835 0,4 1 1 0 0 60 34,5 56 32
3 833 0,5 1 1 0 0 60 34,5 58 32
6 832 0,4 1,1 1,1 0 0 60 34 58 32
9 831 0,3 1 1 0 0 60 34 59 32
12 830,5 0,3 1 1 0 0 60,5 33,5 59 32,5
Berat tray = 153 gram
Berat tray + pasir = 830 gram

4.3.2. Pengolahan Data


Perhitungan Metode Penurunan Berat
1. Berat Pasir
 Temperatur Skala 3

𝑊𝑠 = 𝑊𝑠𝑡 − 𝑊𝑡𝑟𝑎𝑦
𝑊𝑠 = 544 − 153
𝑊𝑠 = 391 𝑔𝑟𝑎𝑚

Universitas Indonesia
33

 Temperatur Skala 6
𝑊𝑠 = 𝑊𝑠𝑡 − 𝑊𝑡𝑟𝑎𝑦
𝑊𝑠 = 830 − 153
𝑊𝑠 = 677 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. Nilai Kandungan Air
Nilai kandungan air merepresentasikan jumlah air yang disemprotkan
ke pasir kering.
𝑊𝑖 − 𝑊𝑠𝑡
𝑋𝑖 =
𝑊𝑠
Di mana
Xi = kandungan air dalam pasir (g air/g pasir kering)
Wst = berat pasir kering dengan tray (g)
Wi = berat pasir dalam tray selama pengamatan (g)
Ws = padatan kering (g)

Tabel 4.33. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Skala Temperatur 3


Temperatur Skala = 3
t Wst Ws Wi Xi
(menit) (gram) (gram) (gram)
0 548 0,010230
3 547 0,007673
6 544 391 547 0,007673
9 547 0,007673
12 547 0,007673

Tabel 4.34. Data Perhitungan Kandungan Air Pada Skala Temperatur 6


Temperatur Skala = 6
t Wst Ws Wi
Xi
(menit) (gram) (gram) (gram)
0 835 0,007386
3 833 0,004431
6 830 677 832 0,002954
9 831 0,001477
12 830,5 0,000739

4. Laju Pengeringan
Laju pengeringan menyatakan nilai pengurangan massa air per waktu
pengamatan.
∆𝑊 1 |𝑊𝑖 − 𝑊𝑖−1 | 1
𝑅𝑖 = =
∆𝑡 𝐴𝑠 |𝑡𝑖 − 𝑡𝑖−1 | 𝐴𝑠

Universitas Indonesia
34

Di mana
Ri = laju pengeringan (g H2O/min.cm2)
As = luas permukaan pengeringan (cm2)
t = waktu pengamatan (min)

Tabel 4.35. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Skala Temperatur 3


Temperatur Skala = 3
t Wi ∆W ∆t As Ri
(menit) (gram) (gram) (s) (cm2) (gr/mnt.cm2)
0 548 - - -
3 547 1 3 0,000717
6 547 0 3 465 0,000000
9 547 0 3 0,000000
12 547 0 3 0,000000

Tabel 4.36. Data Perhitungan Laju Pengeringan Pada Skala Temperatur 6


Temperatur Skala = 6
t Wi ∆W ∆t As Ri
(menit) (gram) (gram) (s) (cm2) (gr/mnt.cm2)
0 835 - - -
3 833 2 3 0,001434
6 832 1 3 465 0,000717
9 831 1 3 0,000717
12 830,5 0,5 3 0,000358

Perhitungan Metode Penurunan Kelembapan


1. Kecepatan Udara Rata-rata
𝑣1 + 𝑣2 + 𝑣3 +𝑣4
𝑣𝑎𝑣𝑔 =
4

Tabel 4.37. Data Perhitungan Kecepatan Udara Rata-Rata Pada Skala Suhu 3
Temperatur Skala = 3
t v1 v2 v3 v4 v5
vavg
(menit) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s)
0 0,9 1 1 1 0,9 0,96
3 0,7 0,8 0,9 0,8 0,8 0,8
6 0,7 0,8 0,8 0,8 0,7 0,76
9 0,7 0,8 0,8 0,8 0,8 0,78
12 0,7 0,8 0,9 0,8 0,7 0,78

Universitas Indonesia
35

Tabel 4.38. Data Perhitungan Kecepatan Udara Rata-Rata Pada Skala Suhu 6
Temperatur Skala = 6
t v1 v2 v3 v4 v5
vavg
(menit) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s) (m/s)
0 0,4 1 1 0 0 0,48
3 0,5 1 1 0 0 0,5
6 0,4 1,1 1,1 0 0 0,52
9 0,3 1 1 0 0 0,46
12 0,3 1 1 0 0 0,46

2. Kelembapan Pada upstream dan downstream


Perhitungan kelembapan pada upstream dan downstream menggunakan
psychometric chart

Gambar 4.9. Psychometric Chart

Tabel 4.39. Data Perhitungan Kelembaban Pada Skala Temperatur 3


Temperatur Skala = 3
Tup Tdown
t
Dry Wet Dry Wet Hup Hdown
(menit) o o o o
( C) ( C) ( C) ( C)
0 32,5 32 32,5 32 0,0304 0,0304
3 32 31 32 31 0,0284 0,0284
6 32 30,5 32 31 0,0274 0,0284
9 31,5 30,5 31,5 31 0,0276 0,0287
12 31 30 31 30,5 0,0268 0,0278

Universitas Indonesia
36

Tabel 4.40. Data Perhitungan Kelembaban Pada Skala Temperatur 6


Temperatur Skala = 6
Tup Tdown
t
Dry Wet Dry Wet Hup Hdown
(menit) o o o o
( C) ( C) ( C) ( C)
0 60 34,5 56 32 0,0245 0,0203
3 60 34,5 58 32 0,0245 0,0195
6 60 34 58 32 0,0232 0,0195
9 60 34 59 32 0,0232 0,0195
12 60,5 33,5 59 32,5 0,0218 0,0206

3. Laju Penguapan
Laju penguapan merepresentasikan kecepatan perpindahan massa air
ke udara.
m  vi AH 
Di mana
m = laju penguapan (g H2O/s)
vi = kecepatan rata-rata udara pengering (cm udara/s)
ρ = densitas udara (g udara/cm3) = 1,2 kg/m3 atau 0,0012 g/cm3
A = luas permukaan (cm2)
ΔH = selisih kelembaban downstream – upstream (g H2O/g
udara kering)

Tabel 4.41. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Skala Temperatur 3


Temperatur Skala = 3
t vavg As m
Hup Hdown ∆H
(menit) (cm/s) (cm2) (gr/s)
0 0,96 0,0304 0,0304 0,0000 0,000000
3 0,8 0,0284 0,0284 0,0000 0,000000
6 0,76 465 0,0274 0,0284 0,0010 0,000412
9 0,78 0,0276 0,0287 0,0011 0,000465
12 0,78 0,0268 0,0278 0,0010 0,000423

Tabel 4.42. Data Perhitungan Laju Penguapan Pada Skala Temperatur 6


Temperatur Skala = 6
t vavg As m
Hup Hdown ∆H
(menit) (cm/s) (cm2) (gr/s)
0 0,48 0,0245 0,0203 0,0042 0,001007
3 0,5 0,0245 0,0195 0,0050 0,001242
6 0,52 465 0,0232 0,0195 0,0037 0,000955
9 0,46 0,0232 0,0195 0,0037 0,000843
12 0,46 0,0218 0,0206 0,0012 0,000273
Universitas Indonesia
37

4.3.3. Grafik Hasil Pengolahan Data

Kandungan Air terhadap Waktu


0,012000
0,010000
0,008000
0,006000
Xi

Temperatur skala 3
0,004000
Temperatur skala 6
0,002000
0,000000
0 5 10 15
t (menit)

Gambar 4.10. Grafik Kandungan Air Terhadap Waktu

Kandungan Air terhadap Laju


Pengeringan
0,002

0,0015

0,001
Temperatur skala 3
Ri

0,0005
Temperatur skala 6
0
0,0000000,0050000,0100000,015000
-0,0005
Xi

Gambar 4.11. Grafik Kandungan Air Terhadap Laju Pengeringan

Kandungan Air terhadap Laju Penguapan


0,001000

0,000500

0,000000
Temperatur skala 3
m

-0,000500
Temperatur skala 6
-0,001000

-0,001500
Xi

Gambar 4.12. Grafik Kandungan Air Terhadap Laju Penguapan

Universitas Indonesia
BAB 5
ANALISIS

5.1 Analisis Percobaan


Percobaan tray dryer (pengeringan) dilakukan untuk menentukan variabel-
variabel dalam proses pengeringan sehingga operasi pengeringan dapat terjadi
secara optimum. Tujuan lain dari percobaan ini adalah agar praktikan mengetahui
penggunaan psychometric chart, mengetahui tahapan-tahapan pengeringan dalam
suatu kurva pengeringan, mampu memprediksi laju pengeringan suatu partikel
basah, dan untuk mengetahui dasar-dasar mekanisme pengeringan. Percobaan
dilakukan dengan 3 variasi variabel yang berbeda, yaitu diameter, suhu, dan laju
alir udara. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel
tersebut terhadap laju pengeringan.
5.2 Analisis Hasil Percobaan I
Pada percobaan pertama variabel yang divariasikan adalah diameter partikel.
Variasi diameter partikel yang digunakan 0,3 mm, 0,5 mm, dan 0,8 mm. Tujuan
dari variasi diameter partikel ini adalah untuk mengetahui pengaruh diameter
partikel terhadap laju pengeringan. Langkah awal yang dilakukan adalah
menimbang tray kosong dan tray yang telah diisi dengan partikel kering dengan
timbangan digital yang pada alat utama. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berat
bersih dari partikel kering. Setelah itu, menyemprotkan air secara merata ke seluruh
permukaan partikel dan menimbang kembali tray untuk mendapatkan berat partikel
basah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berat kandungan air pada partikel. Lalu
mengatur skala temperature dan skala laju alir udara pada alat pada nilai 5. Sebelum
mengoperasikan alat, dilakukan pengambilan data pada waktu ke-0. Data yang
diambil adalah wet bulb tempertaure, dry bulb temperature pada posisi upstream
dan downstream, serta laju alir udara di daerah keluaran udara. Pengambilan data
pada waktu ke-0 dilakukan untuk mengetahui kondisi awal percobaan. Selanjutnya,
percobaan dilakukan selama 12 menit dengan pengambilan data dilakukan setiap
rentang waktu 3 menit. Hal ini bertujuan untuk mengamati perubahan data yang
terjadi dari kondisi awal percobaan, dengan variabel data yang diambil sama seperti
pada kondisi awal percobaan.
38 Universitas Indonesia
39

Pada percobaan dengan penggunaan partikel yang memiliki diameter yang


bervariasi, hasil yang diperoleh adalah untuk hubungan kandungan air terhadap
waktu, partikel dengan diameter 0,3 mm menghasilkan grafik dengan penurunan
kandungan terbesar dibandingkan dengan partikel dengan diameter 0,5 mm dan 0,8
mm. Hal ini disebabkan oleh luas permukaan yang ada pada partikel dengan
diameter 0,3 mm lebih besar, sehingga menyebabkan transfer panas yang lebih
baik. Semakin lama proses pengeringan dilakukan maka kandungan air pada
partikel basah akan semakin berkurang karena waktu kontak antara partikel basah
dengan udara semakin lama sehingga jumlah air yang teruapkan semakin banyak.
Dari data yang diperoleh terjadi suatu kesalahan dimana seharusnya seiring
berjalannya waktu kandungan air terus menurun karena terjadi proses perpindahan
massa dan perpindahan kalor yang terjadi sehingga air berpindah dari partikel ke
udara, namun dalam rentang waktu tertentu kandungan air meningkat. Hal ini
disebabkan karena data berat partikel yang didapat pada saat percobaan berupa
bilangan bulat, sehingga perhiutngan yang dihasilkan tidak akurat.
Pada grafik kandungan air versus laju pengeringan yang didapat dengan
metode penurunan berat, grafik yang didapat tidak beraturan dan tidak dapat
ditentukannya constant rate period dan falling rate period. Hal ini disebabkan oleh
kondisi-kondisi pada sistem yang tidak dapat terpenuhi, diantaranya partikel yang
tidak tersebar merata pada tray sehingga perpindahan panas yang terjadi tidak sama
di semua titik dan mengakibatkan hasil yang fluktuatif sehingga ketika di plot tidak
dapat ditentukan daerah constant rate period dan falling rate period. Seharusnya
partikel dengan diameter lebih kecil akan terjadi pengurangan berat air yang lebih
banyak dibandingkan partikel dengan diameter lebih besar. Hal ini disebabkan
ruang interaksi antara udara pengering dengan partikel lebih banyak sehingga
pengeringan lebih cepat terjadi. Partikel dengan diameter lebih kecil untuk total
massa yang sama dengan partikel dengan diameter lebih besar akan memliki luas
permukaan lebih besar sehingga laju pengeringannya besar. Pada grafik kandungan
air versus laju penguapan didapatkan hasil yang fluktuatif juga. Hanya partikel
dengan ukutan diameter 0,3 mm saja yang memiliki grafik yang beraturan, dimana
pada awal pengoperasion laju penguapan akan naik lalu turun kembali diakibatkan
sistem yang telah berada dalam keadaan setimbang, sehingga laju penguapan akan
39 Universitas Indonesia
40

berkurang. Hal ini dikarekan terjadi kesalahan pada saat pengambilan data
percobaan dan akan dibahas pada analisis kesalahan.

5.3 Analisis Hasil Percobaan II


Pada percobaan kedua dilakukan proses pengeringan dengan variasi nilai
skala laju alir udara. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai skala laju
alir udara terhadap laju pengeringan partikel. Nilai skala laju alir udara yang
digunakan adalah 4 dan 7. Langkah yang dilakukan pada percobaan ini sama seperti
pada percobaan pertama, tetapi pada percobaan ini hanya digunakan pada partikel
dengan diameter 0,5 mm dengan nilai skala temperature 5.
Pada percobaan variasi laju alir, hasil yang didapat adalah untuk grafik
kandungan air versus waktu, dapat dilihat bahwa kadar air dalam partikel akan
menurun seiring dengan berjalannya waktu. Pengurangan berat ini disebabkan oleh
adanya perpindahan massa air dari partikel ke udara akibat adanya perbedaan
konsentrasi antara partikel dan udara. Peningkatan laju alir udara akan mengubah
aliran laminar menjadi turbulen sehingga pertukaran panas dapat teradi lebih baik
akibat boundary layer yang semakin tipis. Dari grafik dapat disimpulkan bahwa
penurunan kandungan air terbesar terjadi pada nilai laju alir udara skala 7
dibandingkan dengan nilai laju alir udara skala 4, hal ini disebabkan karena semakin
besar laju alir udara akan menurunkan kelembaban udara disekitar partikel sehingga
perpindahan air dari partikel ke udara lebih mudah terjadi dan menyebabkan
penurunan kandungan air yang lebih banyak bila.
Pada grafik kandungan air terhadap laju pengeringan, terdapat kejanggalan
berupa tidak dapat ditentukannya constant rate period. Seperti pada percobaan
dengan variasi diameter, hal ini disebabkan tidak meratanya padatan yang tersebar
pada tray, sehingga menyebabkan perpindahan kalor yang tidak merata dan
menyebabkan hasil yang fluktuatif ketika di plot. Seharusya semakin bertambahnya
kecepatan udara maka akan meningkatkan difusi panas udara ke dalam partikel
sehingga meningkatkan jumlah air yang diuapkan. Untuk grafik kandungan air
versus penguapan, pada laju alir udara skala 4 terlihat bahwa semakin banyak
kandungan air semakin besar laju penguapan namun tidak mengalami penurunan.
Seharunya setelah mengalami kenaikan, laju penguapan akan kembali turun karena
sistem yang telah berada dalam kesetimbangan. Sedangkan untuk laju alir udara
40 Universitas Indonesia
41

skala 7 didapatkan hasil yang cukup janggal, seharunya semakin besar laju alir yang
digunakan akan semakin cepat terjadinya proses penguapan sehingga dapat
disimpulkan bahwa terjadi kesalahan pada saat pengambilan data karena pada
grafik terlihat laju alir udara skala 7 menghasilkan laju penguapan yang lebih
rendah dibandingkan laju alir udara skala 4, hal ini disebabkan karena pengambilan
data yang tidak akurat.
5.4 Analisis Hasil Percobaan III
Pada percobaan ketiga dilakukan proses pengeringan dengan variasi nilai
skala temperature. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai skala
temperature terhadap laju pengeringan partikel. Nilai skala temperature yang
digunakan adalah 3 dan 6. Langkah dilakukan pada percobaan ini sama seperti pada
percobaan kedua, yaitu hanya digunakan pada partikel dengan 0,5 mm dengan nilai
skala laju alir udara 5.
Pada percobaan variasi skala temperature, hasil yang diperoleh adalah untuk
grafik kandungan air versus waktu dapat dilihat bahwa semakin lamanya waktu
maka kandungan air akan semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena terjadinya
perpindahan massa air dari dalam partikel ke udara. Dari grafik menunjukkan
semakin besar skala temperature maka penurunan kandungan air semakin banyak
karena semakin besar nilai skala suhu maka akan mempercepat terjadinya proses
perpindahan kalor, hal ini mengakibatkan air pada partikel lebih lebih cepat
menguap dibandingkan skala temperature yang lebih kecil. Data temperature skala
6 menunjukkan aktivitas pengurangan kandungan air yang lebih baik dibandingkan
temperature skala 3. Pada temperature skala 3, terlihat bahwa hanya mampu
mengurangi kandungan air sampai menit ke 6, setelah lewat dari menit ke 6,
kandungan air dalam partikel tidak mengalami penurunan lagi disebabkan karena
suhu partikel dan udara sudah seragam, sehingga tidak memungkinkan terjadinya
perpindahan panas lagi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar suhu udara
yang diberikan, semakin banyak kandungan air yang diuapkan. Pada grafik
kandungan air terhadap laju pengeringan dapat terlihat bahwa temperatur skala 6,
memliki nilai laju pengeringan yang lebih besar dibandingkan temperature skala 3
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

41 Universitas Indonesia
42

Pada grafik kandungan air terhadap laju penguapan, semakin besar suhu yang
diberikan maka laju penguapan akan semakin cepat. Suhu yang besar membawa
kalor yang besar pula, sehingga laju penguapan menjadi lebih besar karena
kandungan air yang teruapkan akan lebih banyak. Saat suhu udara meningkat,
kelembaban akan berkurang sehingga proses penguapan air dapat lebih mudah
terjadi. Namun, dari grafik yang didapat laju penguapan dengan suhu tinggi
menghasilkan laju penguapan yang lebih rendah, hal ini disebabkan oleh kesalahan
dalam pengambilan data yang akan dijelaskan dalam analisis kesalahan.
5.5 Analisis Kesalahan
Pada percobaan ini terdapat berbagai kesalah yang mungkin dilakukan
praktikan, yaitu:
1. Tidak meratanya pasir yang diletakkan di tray, sehingga proses
pengeringan yang terjadi tidak merata di seluruh tempat.
2. Ketidaktelitian dalam membaca termometer untuk mendapatkan nilai
dry bulb temperature dan wet bulb temperature sehingga data yang
dihasilkan tidak akurat. Selain itu pengukuran suhu yang dilakukan tidak
tepat dalam rentang waktu 3 menit, karena alat pengukur suhu yang
hanya terdapat 1 buah, sedangkan terdapat 2 tempat yang harus diukur
suhunya, yaitu upstream dan downstream, dimana praktikan harus
menunggu perubahan suhu pada termometer sampai titik yang sesuai.
3. Kesalahan pengambilan nilai berat partikel. Hal ini disebabkan karena
penimbangan dilakukan dengan neraca digita yang berada pada alat
utama, dimana data yang dihasilkan berupa bilangan bulat dan tidak ada
bilangan desimal. Sehingga data dari beratnya partikel yang didapat tidak
akurat dan menyebabkan perhitungan berat air yang teruapka menjadi
berbeda dengan kondisi yang sebenarnya.
4. Kesalahan pada pengukuran laju alir udara, dimana ketika dilakukan
pengukuran laju udara dengan menggunakan anemometer nilainya
fluktuatif, sehingga akan mempengaruhi terhadap nilai hasil perhitungan.

42 Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN

1. Pada percobaan pengaruh diameter partikel terhadap laju pengeringan


didapatkan bahwa kandungan air akan semakin besar seiring dengan
semakin besarnya diameter partikel dan semakin besar partikel maka
penurunan kandungan air akan semakin banyak.
2. Pada percobaan pengaruh perubahan laju alir terhadap laju pengeringan
didapatkan bahwa kandungan air yang berada dalam partikel akan menurun
seiring dengan berjalannya waktu dan semakin besar laju alir maka
penurunan kandungan air akan semakin banyak.
3. Pada percobaan pengaruh perubahan temperatur udara pengering
didapatkan bahwa kandungan air akan semakin berkurang dengan
berjalannya waktu dan semakin besar skala temperatur maka penurunan
kandungan air akan semakin banyak.

43 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

B. Peters, M. Mohseni. (2016) Effect of particle size distribution on drying


characteristics in a drum by XDEM: A case study. Luxembourg.
Geankoplis, J. 1983. Mass Transfer Operation. 2nd Edition. Tokyo: Allyn and Bacon
Inc.
Hasibuan, Rosdanelli. 2004. Mekanisme Pengeringan. USU Digital Library.
McCabe, Warren L. 1985. Unit Operation of Chemical Engineering. 4th Edition.
Singapore: McGraw-Hill International Book Company.
Mukhopadhyay and Terry J. (2017) Effect of airflow rate on drying air and moisture
content profiles inside a crossflow drying column. USA.
Opanknle W.O., Bhutani B.R., Bhatia V.N. (n.d.) Drying rates of tablet granulations
II: Effect of particle size and granular densities. MEDLINE.
Perry, Robert H. 1999. Chemical Engineer’s Handbook. 7th Edition. New York:
McGraw-Hill, Inc.
Raka Noveriyan Putra, Tri Ayodha Ajiwiguna (2016) Influence of Air Temperature
and Velocity for Drying Process. Elsevier.
TIM PENYUSUN. 1995. Buku Petunjuk Praktikum Proses & Operasi Teknik II.
Fakultas Teknik: Teknik Gas & Petrokimia.

44 Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai