Tugas Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Metodologi Pendidikan Fisika yang
di Ampu oleh Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd
Disusun Oleh :
Yushinta Amalia
S081808010
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang fundamental dalam kehidupan
manusia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah
usaha agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan
proses pembelajaran baik yang dilakukan secara formal maupun nonformal.
Menurut W.J.S Poewardaminta, pendidikan adalah proses perubahan
sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan (Tatang, 2012:
13)
Pendidikan bertujuan menciptakan seseorang yang berkualitas dan
berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk menapai
suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi seara cepat dan tepat
di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi
untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.
Sebagai suatu tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa
adalah penentu terjadi atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar ini
terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar.
Menurut Gagne, setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan,
sikap dan nilai (Damyati dan Mudjiono, 2010:7)
Dalam suatu proses pembelajaran terdapat masalah-masalah dalam
belajar yang dialami oleh siswa, yaitu masalah intern dan ekstern belajar
(Damyati dan Mudjiono, 2010:235). Salah satu masalah intern dalam belajar
yaitu sikap siswa dalam belajar. Sikap adalah suatu kemampuan yang
memberikan penilaian, peerimaan, tanggapan seseorang terhadap suatu objek,
situasi, konsep, orang lain maupun dirinya sendiri akibat hasil dari proses
belajar maupun pengalaman lapangan yang menyebabkan perasaan senang
(positif) atau tidak senang (negatif)
Salah satu yang dipelajari oleh siswa dalam proses pembelajaran
adalah Fisika. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu sains, dimana tujuan
dari pembelajarannya tidak hanya untuk memenuhi ranah kognitif, akan tetapi
juga aspek afektif dan juga psikomotorik. Dalam pembelajaran Fisika, guru
dituntut untuk memiliki kemampuan dalam memilih model serta metode yang
tepat, sehingga dapat mengajar dengan baik serta peserta didik dapat
memahami pelajaran yang sedang diajarkan. Seperti yang tertulis dalam
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang
menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Misalnya saja sikap siswa terhadap pembelajaran fisika. Siswa yang
memiliki sikap positif merasa senang, suka, rasa ingin tahu tinggi, serta
tertarik dan berminat terhadap pembelajaran fisika. sedangkan siswa yang
memiliki sikap negatif merasa bosan, jenuh, malas, selalu beranggapan fisika
itu suit , menakutkan dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai sikap siswa terhadap fisika dengan judul “Survei Sikap Belajar
Siswa Kelas X IPA SMA Muhammadiyah Terhadap Mata Pelajaran Fisika”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas, dapat
dirumuskan permasalan sebagai berikut:
1. Bagiaman sikap siswa kelas X IPA SMA Muhammadiyah 4 Andog
terhadap mata pelajaran Fisika?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi sikap belajar siswa kelas X IPA
SMA Muhammadiyah 4 Andong terhadap mata pelajaran Fisika?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang disusun, penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui sikap siswa kelas X IPA SMA Muhammadiyah 4 Andong
terhadap mata pelajaran Fisika
2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi sikap siswa kelas X
SMA Muhammadiyah 4 Andong terhadap mata pelajaran Fisika
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak diapai, maka penelitian ini
diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik seara langsung maupun tidak
langsung bagi berbagai pihak antara lain:
1. Bagi Siswa
Untuk siswa dapat lebih meningkatkan sikap belajar terutama pada mata
pelajaran Fisika.
2. Bagi Guru
Untuk guru dapat dijadikan refleksi bahwa dalam memberikan
pembelajaran bukan hanya sebatas memberikan materi saja, tetapi juga
harus memberikan motivasi dan dorongan agar sikap siswa terhadap
pelajaran fisika menjadi positif.
3. Bagi Sekolah
Untuk pihak sekolah diharapkan mampu memperbaiki sarana dan
prasarana dalam menunjang proses pembelajaran, sehingga akan timbul
sikap positif siswa dalam belajar Fisika
4. Bagi Orang Tua
Untuk orang tua sebagai bahan acuan dalam memberikan arahan kepada
anaknya agar anaknya terus meningkatkan sikap positif dalam belajar.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Sikap
a. Pengertian Sikap
Kata "sikap" yang diambil dari Aptus Latin didefinisikan dalam
kerangka kerja Psikologi Sosial sebagai persiapan subjek atau mental
tindakan. Mendefinisikan lahiriah dan terlihat postur dan keyakinan
manusia. Sikap menentukan apa yang masing-masing individu akan
melihat, mendengar, berpikir dan melakukan. Mereka tertanam dalam
pengetahuan dan tidak menjadi cara yang sehari-hari diulang.
Selanjutnya menggambarkan sikap berarti kecenderungan yang
berlaku individu untuk merespon positif atau tidak baik untuk sebuah
objek (Person, sekelompok orang, lembaga atau peristiwa).
Sikap merupakan salah satu bagian yang tidak terlepas dari
kehidupan sehari-hari. Seseorang akan dinilai kepribadiannya oleh
orang lain saat orang tersebut menunjukkan sikapnya terhadap suatu
objek. Menurut Thrustne (walgito, 10:109) mengatakan bahwa “An
attitude as the degree of positive or negative affect assoiated with sme
psychological object. By psychological object Thrustone menas any
symbol, phrase, slogan, person, institution, ideal or idea toward wich
peoplr can differ with respect to positive or negative affet”.
Berdasarkan batasan tersebut, Thrustone memandang sikap sebagai
suatu tindakan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam
hubugannya dengan objek-objek psikologis.
Menurut Walgito 1990:111) sikap mengandung tiga komponen
yang membentuk strukturnya, yaitu:
1) Kompoen kognitif yaitu komponen yag berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan bagaiamana orang memperepsi terhadap
objek sikap
2) Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa
senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang
merupakan hal positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal
negative.
3) Komponen konaktif yaitu komponen yang berhubungan denga
kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini
menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau
berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
Menurut Eagly & Chaiken (1993) dalam Widoyoko (2016) Respon
seseorang menghadapai sebuah objek dapat dibedaklan menjadi tiga,
yaitu : Cognitive responses, affective responses, dan Behavioral
responses. Cognitive responses berkaitan dengan apa yang diketahui
orang tersebut tenteng object sikap, Affective responses Berkaitan
dengan perasaan atau emosi seseorang yang berkaitan dengan objek
sikap,dan Behavioral responses berkaitan dengan tindakan yang
muncul dari sesorang ketika menghadapi objek sikap. Dengan kata
lain, respons kognitif merupakan representasi apa yang diketahui,
dipahami dan dipercayai oleh induvidu pemilik sikap.
b. Ciri-ciri Sikap dan Terbentuknya sikap
1) Ciri-ciri sikap
Sikap merupakan factor yang ada dalam diri manusia yang dapat
mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Oleh karena itu,
dipaparkan beberapa ciri-ciri sikap yang dapat digunakan untuk
membedakan sikap dengan pendorong-pendorong lain yang ada
dalam diri manusia antara lain:
a) Sikap itu tidak dibawa sejak lahir
Ini berarti manusia ada waktu dilahirkan belum membawa
sikap tertentu terhadap suatu objek, melainkan sikap terbentuk
dalam perkembangan individu yang bersangkutan
b) Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap
Hubungan yang positif atau negative antara individu dengan
objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu dari individu
terhadapobjek tersebut
c) Sikap dapat tertuju pada suatu objek saja, tetapi juadapat tertuju
pada sekumpulan objek-objek
Misalnya, seseorang mempunyai sikap negative pada orang
lain. Maka orang tersebut cenderung menunjukkan sikap
negatif pula pada kelompok dimana seseorang tersebut
tegabung didalamnya.
d) Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar
Sikap telah terbentuk dan merupakan nilai kehidupan
seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada diri
orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah,
dan kalaupum dapat berubah akan memakan waktu yang
relative lama. Tetapi sebaliknya bila sikap itu belum begitu
mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap tesebut secara
relative tidak bertahan lama dan mudah berubah.
e) Sikap itu mengandung perasaan dan motivasi
Hal ini berarti bahwa sikap terhadap suatu objek tertentu akan
selalu diikuti oleh perasaan yang bersifat positif terhadap
objek, tetapi juga dapat bersifat negatif. Sikap juga
mengandung motivasi, sikap mempunyai gaya dorong bagi
individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang
dihadapinya.
2) Terbentunya sikap
Berdasarkan ciri-ciri yang telah dipaparkan sikap tidak
dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk sepanjang perkembangan
individu yang bersangkutan. Adapun bagan terbentuknya sikap
yakni:
Faktor Internal
Fisiologis Objek sikap
Psikologis
sikap
Faktor Eksternal :
Pengalaman
Norma-norma
PendorongGambar 2.1 Bagan Terbentuknya Sikap Reaksi
Situasi
Berdasarkan bagan tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap yang
Hambatan
ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu
faktor fisiologis dan psikologis. Selain itu juga dipengaruhi oleh factor
eksternal yang berupa situasi yang dihadapi oleh individu, norma-
norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-hambatan atau
pendorong-pendorong yng ada dalam masyarakat. Semua hal tersebut
berpengaruh pada sikap yang ada pada diri seseorang. Rekasi yang
akan diberikan individu terhadao objek sikap dapat bersifat positif,
tetapi dapat juga bersifat negatif
2. Hakikat Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan bagian paling fundamental dalam
penyelenggaraan proses pendidikan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Menurut Rusman (2014:134) “belajar adalah proses
perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar
menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri
seseorang”. Pengertian belajar yang lain diungkapkan oleh Bell-
Gredler dalam Winataputra, dkk. (2008: 15), “Belajar adalah proses
yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam
competencies, skills,and attitudes”. Jadi belajar dalam hal ini
diharapkan untuk memperoleh kemampuan (competencies),
keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) yang diperoleh secara
bertahap dan berkelanjutan.
Gagne dalam Subini, dkk (2012: 84) mengemukakan
bahwa,“belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam
perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum
individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan
yang serupa itu”.
Dari beberapa pengertian belajar tersebut dapat disimpulkan,
belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang
melibatkan interaksi antar individu maupun dengan lingkungan
sehingga diperoleh perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotor serta aspek lainnya secara bertahap dan berkelanjutan
(terus-menerus).
2. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran dilakukan dalam suatu kegiatan belajar
mengajar (KBM). Pembelajaran menurut Subini, dkk. (2012: 6)
berasal dari kata ajar, belajar yang artinya perubahan tingkah laku.
Belajar dan pembelajaran sangat erat kaitannya dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Pembelajaran merupakan suatu suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan keadaan (proses belajar).
Hal tersebut sesuai dengan definisi dari Sudjana (Subini, dkk.
2012:6) bahwa “pembelajaran merupakan semua upaya yang dilakukan
dengan sengaja oleh pendidik (guru/dosen) kepada peserta didik
(siswa/mahasiswa) untuk melakukan kegiatan belajar”.Senada dengan
yang diungkapkan Trianto (2009: 17) “pembelajaran merupakan aspek
kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat
dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk
interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup”.
Hal lain senada juga diungkapkan oleh Sutikno (2013: 14),
“pembelajaran merupakan upaya sadar dan disengaja oleh guru untuk
membuat peserta didik belajar melalui pengaktifan berbagai unsur
dinamis dalam proses belajar”.
Sebagai interaksi antara siswa dengan guru dan sumber
belajar untuk mengembangkan potensi diri siswa melalui berbagai
strategi, model dan metode pembelajaran ada beberapa ciri
pembelajaran. Menurut Sutikno (2013: 12-13) ciri-ciri pembelajaran
yaitu:
a. Mempunyai tujuan, yaitu membentuk siswa dalam satu
perkembangan tertentu
b. Terdapat mekanisme,langkah-langkah, metode, dan teknik yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
c. Fokus materi yang jelas, terarah, dan terencana dengan baik
d. Adanya aktivitas peserta didik merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya kegiatan pembelajaran
e. Tindakan guru yang cermat dan tepat
f. Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam porsi
masing-masing
g. Batas waktu untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran
h. Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk atau hasil
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan, pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam aktivitas mengajar, yang
memiliki tujuan untuk memberikan bimbingan, mentransfer ilmu dari
guru ke siswa, dimana baik siswa dan guru sama-sama aktif
melakukan kegiatan.
3. Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip belajar merupakan dasar-dasar dalam melakukan
proses belajar. Ada berbagai prinsip yang dikemukakan oleh para ahli
di bidang psikologi pendidikan yang diungkapkan oleh Sagala (2009:
53-54) dapat dirangkum, antara lain:
a. Law of Effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respon terjadi
dan diikuti dengan keadaan memuaskan, maka hubungan itu
diperkuat begitupun sebaliknya. Jadi, hasil belajar akan diperkuat
apabila menumbuhkan rasa senang atau puas.
b. Spread of Effect, yaitu reaksi emosional yang mengiringi kepuasan
itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan, tetapi
kepuasan mendapat pengetahuan baru.
c. Law of Exercise, yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi
diperkuat dengan latihan dan penguasaan dan sebaliknya. Jadi,
hasil belajar dapat lebih sempurna apabila sering diulang dan
sering dilatih.
d. Law of Readiness, yaitu bila satuan-satuan dalam sistem syaraf
telah siap berkonduksi, dan hubungan itu berlangsung, maka
terjadinya hubungan itu akan memuaskan. Dalam hal ini tingkah
laku baru akan terjadi apabila yang belajar telah siap belajar.
e. Law of Primacy, yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan
pertama, akan sulit digoyahkan.
f. Law of Intensity, yaitu belajar memberi makna yang dalam apabila
diupayakan melalui kegiatan yang dinamis.
g. Fenomena kejenuhan, yaitu ketika rentang waktu tertentu yang
dipakai untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil.
h. Belongliness, yaitu keterkaitan bahan yang dipelajari pada situasi
belajar, akan mempermudah berubahnya tingkah laku. Belajar
dialami oleh siswa yang sedang belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Siswa belajar untuk mencapai tujuan. Setiap siswa yang
belajar memiliki sifat yang unik, artinya berbeda atara satu individu
dengan individu yang lain. Perbedaan individual ini akan berpengaruh
pada cara belajar maupun hasil belajar siswa. Tidak semua siswa yang
belajar selalu mendapatkan hasil yang diharapkan, tetapi terkadang ada
hal-hal yang bisa mengganggu siswa sehingga mengakibatkan
kegagalan yang bisa menghambat kemajuan belajar. Kegagalan dan
keberhasilan belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab.
Menurut Subini, dkk. (2012: 85-102) ada tiga macam faktor
yang mempengaruhi belajar siswa seperti yang dirangkum sebagai
berikut:
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa)
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang melakukan proses belajar. Faktor internal meliputi faktor
fisiologis dan psikologis.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)
Faktor eksternal adalah yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
diskitar anak yang meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-
materi pelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil simpulan jika
proses belajar siswa dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor
internal, ekstrenal dan juga penekatan belajar.
3. Fisika
a. Hakikat Fisika
Fisika merupakan bagian dari pelajaran Sains. Menurut
Sumarsono (2009:2) Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“alam”. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat dan
gejala pada benda-benda di alam. Fisika adalah ilmu yang mempelajari
gejala alam secara keseluruhan. Fisika mempelajari materi, energi, dan
fenomena atau kejadian alam, baik yang bersifat makroskopis
(berukuran besar, seperti gerak Bumi mengelilingi Matahari) maupun
yang bersifat mikroskopis (berukuran kecil, seperti gerak elektron
mengelilingi inti) yang berkaitan dengan perubahan zat atau energi.
Menurut sejarah, Fisika adalah bidang ilmu yang tertua,
karena dimulai dengan pengamatan-pengamatan dari gerakan benda-
benda langit, bagaimana lintasannya, periodenya, usianya, dan lain-
lain. Bidang ilmu ini telah dimulai berabad-abad yang lalu, dan
berkembang pada zaman Galileo dan Newton. Galileo merumuskan
hukum-hukum mengenai benda yang jatuh, sedangkan Newton
mempelajari gerak pada umumnya, termasuk gerak planet-planet pada
sistem tata surya(Sumarsono, 2009: 2).
Menurut Nur (1997: 2) “Fisika merupakan salah satu cabang
dari Sains yang mempelajari dunia fisik. Fisika adalah kajian tentang
Materi dan Energi). Hal ini senada dengan yang dikutip Suparno dari
Piaget (2013: 13), “Fisika adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari
suatu objek atau kejadian seperti bentuk, dasar, kekasaran, berat, serta
bagaimana obyek-obyek itu berinteraksi satu dengan yang lain”
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli tersebut di atas
maka dapat disimpulkan pembelajaran fisika merupakan proses
interaksi antara guru fisika dan siswa yang didalamnya berisi suatu
rangkaian kegiatan dalam rangka membentuk pengetahuan siswa
berupa hasil belajar fisika yang maksimal. Secara sederhana dapat
dikatakan pembelajaran fisika itu baik jika hasil belajar fisika yang
diperoleh siswa mencapai standar ketuntasan.
b. Tujuan Mata Pelajaran Fisika
Menurut hakikatnya, fisika memiliki tiga aspek utama yaitu
aspek afektif, proses , dan ilmu. Sehingga pembelajaran fisika
hendaknya dilaksanakan dengan mempertimbangkan ketiga aspek
tersebut. Mata pelajaran fisika di SMA bertujuan agar siswa mampu
menguasai konsep – konsep fisika dan saling keterkaitannya serta
mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah
untuk memecahkan masalah - masalah yang dihadapinya sehingga
lebih menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa (Mundilarto, 2010:
5)
4. Sikap Terhadap Fisika
Fisika merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu
pengetahuan alam (IPA). Setiap manusia tanpa disadari telah mengenal
dan mempraktekkan ilmu pengetahuan alam (IPA) sejak dilahirkan,
peralatan berteknologi canggih yang digunakan manusia untuk
melangsungkan proses kehidupannya sebagian besar merupakan aplikasi
dari IPA. Menurut Santika (2009), ilmu pengetahuan alam (IPA)
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan
makhluk hidup (life science) dan alam semesta (physical sciences) dan
perlu dilakukan suatu eksperimen untuk penguatan secara konseptual.
Menurut Sumanji (Santika, 2009), IPA dalam arti sempit merupakan
disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences dan life science, dan ilmu
fisika adalah salah satu disiplin ilmu yang masuk ke dalam kelompok
physical sciences. (Imanudin & Utomo:2012)
Sikap Siswa terhadap fisika ada dua macam yaitu sikap Positif dan
Sikap Negatif. Sikap positif disini maksudnya adalah suka atau senang
mempelajari Fisika, sehingga dapat meningkat prestasi dibidang Fisika.
Hal ini sejalan dengan Arsaythamby, et al. (2015) yang menyatakan
bahwa, “Students with positive attitude towards Physics are able to
increase their achievements in Physics as well as in Aditional
Mathematics”. Arsaythamby et al mengatakan siswa dengan sikap positif
terhadap Fisika dapat meningkatkan prestasi mereka dalam fisika maupun
di Aditional Matematika.Sikap Negatif meksudnya kurang atau pun tidak
senang terhadap Fisika.
If students have negative attitudes towards science, they also do
not like physics courses and physics teachers. Based on this premise,
numerous studies have been conducted to determine the factors that affect
the students’ attitudes in science. There are basic factors including:
teaching-learning approaches, the use of the presentation graphics, the
type of science courses taken, methods of studying, intelligence, gender,
motivation, attitudes, science teachers and their attitudes, self adequacy,
previous learning, cognitive styles of students, career interest,
socioeconomic levels, influence of parents, social implications of science
and achievement (Craker, 2006 ).
Menurut pendapat Sugiyono (2016) yang menyatakan bahwa,
“Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab”. Kuesioner merupakan alat pengumpulan data
primer dengan metode survei untuk memperoleh opini responden.
Kuesioner dapat didistribusikan kepada responden dengan cara: (1)
Langsung oleh peneliti (mandiri); (2) Dikirim lewat pos (mail question
air); (3)Dikirim lewat komputer misalnya surat elektronik (e-mail).
Kuesioner dapat digunakan untuk memperoleh informasi pribadi
misalnya sikap, opini, harapan dan keinginan responden. Idealnya semua
responden mau mengisi atau lebih tepatnya memiliki motivasi untuk
menyelesaiakan pertanyaan ataupun pernyataan yang ada pada kuesioner
penelitian (Pujihastuti, 2010).
B. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan individu, sehingga
mengakibatkan adanya perubahan baik dari aspek afektif, kognitif maupun
psikomotorik. Proses pembelajaran identik dilakukan dalam ruangan kelas,
dimana guru sebagai fasilitator dan kegiatan berorientasi terhadap siswa atau
sering dikenal dengan istilah Student Center Learning, sehingga proses belajar
merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam usaha
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, hal ini ditandai
dengan adanya perubahan sikap, pengetahuan serta keterampilan siswa.
Dalam proses pembelajaran di kelas, sikap siswa dalam menerima
pembelajaran fisika berbeda-beda. Sikap belajar siswa memengaruhi proses
dan hasil belajar siswa. Sikap siswa berperan dalam pencapaian hasil belajar
salah satunya pada mata pelajaran Fisika. Sikap siswa terhadap mata pelajaran
dapat dikategorikan menjadi sangat positif, positif, netral, rendah dan sangat
rendah. Untuk mengetahui sikap siswa kelas X IPA SMA Muhammadiyah 4
Andong terhadap mata pelajaran Fisika, maka perlu adanya penelitian survei.
BAB III
METODOLOGI
Keterangan :
= koefisien korelasi skor butir dan skor total
= skor butir
= skor total
Keterangan :
= varians total
Seluruh skor yang ada pada setiap item pernyataan kuisoner dijumlahkan
untuk mendapatkan skor total masing-masing siswa. Skor tertinggi yang mungkin
dicapai 192 dan skor terendah nol. Dengan mengetahui hal tersebut, maka
dianalisis menggunakan perhitungan menurut likert (Seravina , 2014)
A B
C
5
Keterangan :
C = rentang skor sikap
A = sor tertinggi kuisoner sikap
B = Skor terndah kuisoner sikap
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi Kelima. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Edisi
Revisi). Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati. Mudjiono. 2010. Beljar dan Pembelajaran. Jakarta: rineka Cipta
Raved, Lena dan Assaraf, Orit Ben zvi. 2011.Attitudes towards science learning
among 10th grade student: A qualitative look. International journal of
science Eduation. Vol 33 No , 1 June 2011, pp 121-1243
Sagala, Syaiful. 2009. Konssep dan Makna Pembelajaran. Bandung Alfabeta
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2008. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES
Subini, Nini, dkk. 2012. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka.
LAMPIRAN
Isilah angket dibawah ini dengan mmemberi tanda centang di salah satu jawaban
yang tersedia!
SS : sangat setuju
S : setuju
N : Netral
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
No Pernyataan SS S N TS STS
1 Saya tertarik belajar Fisika
2 Saya senang belajar fisika karena mengetahui
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari
3 Saya merasa materi pelajaran sangat sulit
4 Saya tidak paham kegunaan pelajaran fisika,
karena hanya digunakan menghitung hal-hal yang
tidak penting
5 Jika saya tidak paham pelajaran fisika, saya tidak
akan berusaha mempelajarinya, karena hanya
akan membuang waktu
6 Saya merasa rugi ketika telat mengikuti pelajaran
fisika
7 Ketika guru saya menyemapaikan tujuan
pelajaran sebelumnya, maka saya akan semangat
belajar
8 Saya hanya mempelajari fisika di waktu luang
9 Guru fisika hanya menggunakan metode ceramah
saat engajar, maka saya merasa bosan
10 Guru selalu melibatkan semua murid, sehingga
semua memperhatikan
11 Jika saya bingung, maka guru akan menerangkan
kembali
12 Guru fisika selalu memberikan kesempatan untuk
muridnya bertanya
13 Guru fisika selalu memberi jawaban yang jelas
14 Guru selalu memeriksa dan mnilai tugas siswa
15 Saya merasa tugas yang diberikan guru sangat
mudah dan sesuai kemampuan saya
16 Saya tidak suka pelajaran fisika karena hanya
berisi rumus dan angka
17 Saya akan menjadi seorang ilmuwan jika
mempelajari fisika dengan sungguh-sungguh
18 Saya senang menerangkan apa yangsaya pahami
kepada teman saya
19 Saya merasa biasa saja jika teman saya
memperoleh nilai yang lebih tinggi
20 Saya selalu mengerjakan ulangan fisika dengan
tenang
21 Saya selalu berusaha untuk mendapat nilai lebih
tinggi pada ulangan fisika
22 Saya merasa takut terhadap nilai fisika yang saya
peroleh
23 Saya selalu bersaing dengan teman-teman untuk
memperoleh nilai fisika yang lebih baik
24 Saya merasa takut dan tidak nyaman mengikuti
pelajaran fisika
25 Jika pandai fisika, pasti dengan mudah menguasai
mata pelajaran yang lain
26 Saya merasa kurang mampu mempelajari fisika
29 Saya senang mengemukakan ide saat berdiskusi
topic fisika
30 Mempelajari fisika dapat menimbulka sikap
hemat
31 Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan
guru
32 Saya sangat senang belajar yang berhubungan
dengan fisika
33 Saya selalu punya alasan untuk tidak
mengerjakan tugas fisika
34 Saya paling takut menghadapi ujian fisika
35 Saya senang membantu teman mengerjakan soal-
soal fisika
36 Saya suka saat jam pelajaran fisika ditambah
37 Saya selalu tekun belajar fisika
38 Saya suka belajar fisika dengan eksperimen
39 Saya selalu senang bertanya pada orang yang
lebih pandai
40 Saya selalu mengerjakan tugas fisika dengan
sungguh-sungguh dan teliti
41 Saya tidak bisa berkonsentrasu saat pelajaran
fisika
42 Saya senang dengan guru fisika karena memiliki
kepribadian yang menyenangkan
43 Kemampuan fisika saya , menunjang saya dalam
mengerjakan soal-soal matematika
45 Guru fisika saya selalu memberikan pretes
sebelum pelajaran dimulai
46 Saat guru memberi penjelasan saya selalu
memperhatikan
47 Saya senang belajar fisika, karena saya akan
meneruskan kuliah di jurusan fisika
48 Saya lebih suka belajar fisika dengan lebih
variatif, daripada haya dengan ceramah