Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BAHASA INDONESIA

EJAAN BAHASA INDONESIA

oleh

Kelompok 2

ILLA RAMADHANI

Universitas Negeri Padang


2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Pada
pembahasan ini kami akan menyampaikan materi dari Bahasa Indonesia mengenai Ejaan
Bahasa Indonesia (EBI). Sebelumnya kami ucapan terimakasih kepada dosen yang telah
membimbing dalam penyusunan makalah ini pada mata kuliah Bahasa Indonesia dan tak lupa
pula ucapan terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah mendukung untuk
penyelesaian makalah ini.

Makalah ini menjelaskan tentang pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian
tanda baca yang merupakan salah satu materi yang akan dipelajari pada mata kuliah Bahasa
Indonesia.

Jika ada kesalahan dalam prosesnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena
sumber yang kami miliki sangatlah minim, oleh sebab itu kami mohon maaf bagi para
pembaca. Semoga makalah ini memberikan banyak manfaat kepada para pembacanya.
Selanjutnya, demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan segala masukan dan saran
yang sifatnya membangun.

Padang, Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat
B. Pemakaian Huruf
C. Penulisan Kata

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran,
dan bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang. Secara teknis,
ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan
penulisan tanda baca.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia, ejaan
Republik atau ejaan Soewandi, yang berlaku sejak tahun 1927. Tepatnya pada 16
agustus 1972, telah ditetapkan dan diberlakukan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Apabila pedoman ini dipelajari dan ditaati
maka tidak akan terjadi kesalahan pengejaan kata.
Pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Hingga kini telah banyak
dibicarakan berbagai bentuk kata dalam bahasa Indonesia beserta pengertian-
pengertian yang diwakilinya. Dengan kata lain telah diberikan tinjauan tentang ciri
bentuk kata beserta tugasnya dalam pemakaian bahasa. Pengetahuan tentang ciri-ciri
penting sekali, karena bahasa sesungguhnya tidak lain dari pada tanda bunyi bebas
yang selalu terikat pada suatu sistem, diketahui oleh masyarakat bahasa berdasarkan
perjanjian. Jadi pada hakikatnya bahasa adalah bunyi.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Sejarah Singkat.
b. Bagaimana Pemakaian Huruf.
c. Bagaimana Penulisan Kata.

C. Tujuan
a. Mengetahui Sejarah Singkat.
b. Mengetahui dan memahami Pemakaian Huruf.
c. Mengetahui dan memahami Penulisan Kata.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat
Sebelum 1900 di Indonesia,yang sebagian besar penduduknya masih
menggunakan bahasa Melayu ,belum ada sistem ejaan yang sama. Kemudian pada
1900,Ch. Van ophuysen mendapat perintah untuk menyusun ejaan Melayu dengan
mempergunakan aksara Latin. Dalam usahanya itu,ia sekadar mempersatukan
bermacam-macam sistem ejaan yang sudah ada dengan bertolak dari sistem ejaan
bahasa Belanda sebagai landasan pokok. Dengan bantuan Wngku Nawawi,gelar
Soetan Ma’moer,dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim,akhirnya ditetapkanlah ejaan
itu dalam bukunya Kitab Logat Melajoe,yang terkenal dengan nama Ejaan Van
Ophuysen atau ada juga yang menyebutnya Ejaan Balai Pustaka. Ejaan tersebut tidak
sekali jadi,tapi terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahun dan baru pada
1926,mendapat bentuk yang baku.

Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen adalah sebagai berikut :
a. Penggunaan huruf j untuk menuliskan kata-kata jang,pajah,sajang.
b. Penggunaan huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe,itoe,oemoer.
c. Penggunaan tanda diakritik,seperti koma ain,hamzah dan tanda trema,untuk
menuliskan kata-kata ma’moer,’akal,ta’,dinamai’.

Selama Kongres Bahasa Indonesia pada 1938,telah muncul usulan agar ejaan
itu lebih di internasionalisasikan. Dan memang dalam perkembangan
selanjutnya,terutama sesudah Indonesia merdeka,dirasakan bahwa ada beberapa hal
kurang praktis yang harus disempurnakan. Sebenarnya perubahan ejaan itu telah
direncanakan sewaktu pendudukan Jepang. Pada 19 Maret 1947,di keluarkan
penetapan baru oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, Suwandi
tentang perubahan Ejaan Bahasa Indonesia; sebab itu ejaan pengganti Ejaan Suwandi
atau Ejaan Republik. Sebagai dampak dari keputusan tersebut,bunyi oe tidak
semuanya diganti dengan u. baru pada 1949,berdasarkan pada surat edaran
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,tanda oe mulai 01 Januari 1949 diganti
dengan u.
Beberapa lambing yang tampak pada Ejaan Republik tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Huruf oe diganti dengan u,seperti pada guru,itu,umur.
b. Bunyi Hamzah dan bunyi sentak di tulis dengan k,seperti pada kata-kata
tak,pak,maklum,rakjat.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2,seperti anak2,ber-jalan2,ke-barat2-an.
d. Awalan di- dan kata depan di,kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya,seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan, dengan
imbuhan di-pada ditulis, dikarang.

Pada Kongres Bahasa Indonesia II pada 1954 di Medan, masalah ejaan


dipersoalkan lagi. Prof.Dr.Prijono mengajukan Prasaran Dasar-Dasar Ejaan Bahasa
Indonesia dengan Huruf Latin. Isi dasar-dasar tersebut adalah perlungya
penyempurnaan kembali Ejaan Republik yang sedang dipakai saat itu. Namun, hasil
penyempurnaan Ejaan Republik ini gagal diresmikan karena terbentur biaya yang
besar untuk perombakan mesin tik yang telah ada di Indonesia. Usaha penyempurnaan
ejaan terus dilakukan,termasuk bekerjasama dengan Malaysia yang menggunakan
rumpun bahasa Melayunya pada Desember 1959. Dari kerjasama ini,terbentuklah
Ejaan Melindo (Ejaan Melayu Indonesia) yang diharapkan pemakaiannya berlaku di
perkembangan hubungan politik yang kurang baik antardua Negara tersebut pada saat
itu, ejaan ini gagal lagi diberlakukan.

Pada awal Mei 1966, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK),yang sekarang
menjadi Pusat Bahasa,menyusun lagi Ejaan Baru Bahasa Indonesia. Namun,hasil
perubahan ini juga tetap mendapat banyak pertentangan dari berbagai pihak sehingga
gagal lagi diberlakukan.

Pada 16 Agustus 1972,Presiden Republik Indonesia meresmikan Ejaan baru,


yang lebih dikenal dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Ejaan baru ini tetap dipakai sampai saat ini, dan tentunya telah mengalami revisi agar
lebih sempurna.

Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia pengembangan Bahasa


Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku ”Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah
penggunaan yang labih luas. Setelah itu ,Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal
27 Agustus 1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan”.

Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan


Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penyemprnaan “Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan EYD edisi 1975. Pada tahun
2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikann
Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan. Dengan di keluarkannya Peraturan menteri ini, maka EYD edisi
1987 di ganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

B. Pemakaian Huruf
a. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang
berikut: A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, Z.
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a,
e, i, o, dan u.
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf :b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au,
dan oi.
e. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan konsonan yaitu kh, ng,
ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
f. Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :
 Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan
diantara kedua huruf vocal itu.
 Jika di tengah ada kata huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan,
diantara dua buah huruf vocal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf
konsonan.
 Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan
diantara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.
 Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua.
 Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan betuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
 Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain pemenggalan dapat dilakukan (1) diantara unsur-
unsur itu atau (2) pada gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di
atas.
g. Huruf Kapital Atau Huruf Besar

Pemakaian huruf yang lazim dalam bahasa Indonesia adalah huruf kapital atau
huruf besar dan huruf miring, sedangka huruf tebal tidak pernah diatur dalam pedoman
EYD.

Uraian secara rinci tentang penulisan huruf kapital akan dijelaskan sebagai
berikut :

 Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan, nama Nabi/Rasul, dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan yang diikuti nama orang.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
 Huruf kapital sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata termasuk semua unsur kata
ulang sempurna di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan udul karangan kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan
dan pengacuan.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti.

h. Huruf Miring
 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

C. Penulisan Kata
a. Kata Dasar
Kata Dasar adalah kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
b. Kata Turunan
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
 Jika bentuk kata dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
 Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu di tulis serangkai.
 Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata ditulis serangkai.
 Bentuk Ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
c. Gabungan Kata
 Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
 Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian unsur yang bersangkutan.
 Gabungan kata ditulis serangkai.
d. Kata Ganti -ku, -kau, -mu, dan -nya.
 Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya;
 Kata ganti ku,mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
e. Kata Depan di- ke-, dan dari.
 Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali, didalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata
seperti kepada dan daripada.
 Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
f. Partikel
 Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
 Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
 Partikel per yang berarti ‘mulai’,’demi’,dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.
g. Singkatan dan Akronim
 Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.
 Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.
 Singkatan nama resmi resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
 Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih satu tanda titik.
 Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
h. Akronim
 Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan
sebagai kata.
 Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
 Akronim nama diri yang berupa gaungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kaital.
 Akronim yang bukan nama diri gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
i. Angka dan Lambang Bilangan
 Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
 Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, (iv) kuantitas.
 Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah apartemen,
atau kamar pada alamat.
 Angka digunakan juga menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
 Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
o Bilangan utuh
Misalnya : dua belas (12)
dua puluh dua (22)
o Bilangan pecahan
Misalnya : setengah ( ½)
tiga perempat (¾)
 Penulisan lambang bilangan tingkat.
 Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran.
 Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang
bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dam pemaparan.
 Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
 Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
 Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuintasi.
 Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ejaan Yang Disempurnakan adalah kaidah cara menggambarkan/
melambangkan bunyi-bunyi ujaran (kata, kalimat dan sebagainya) dan bagaimana
hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu
bahasa).
Pembentukan kata itu adalah proses mengolah leksem atau huruf yang menjadi
kata. Dan ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata
dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda.

B. Saran
Apa yang kita mengerti dan pahami tentang ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan (EYD), sekiranya dapat kita praktekkan dalam penulisan karya ilmiah
agar bahasa kita ini tidak tercampur dengan kata-kata asing.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, Nurul. 2016. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:


Garudhawaca.

Kurniawan, Irwan. 2015. Ejaan Yang Disempurnakan. Bandung: Nuansa Cendekia.

Ngadiyo dan Widya Sudio. 2010. Pedoman Umum Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Bandung: Yrama Widya.

Setia, Pustaka. 2012. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Bandung: Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai