Oleh:
Dosen :
Saat ini penggunaan teknologi informasi dan komunikasi tumbuh semakin pesat, baik di
Indonesia maupun di luar negeri. Menurut Pusat Kajian Komunikasi (PUSKAKOM) UI
Pengguna internet di indonesia sudah mencapai angka 88.1 juta. Jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk Indonesia yang ada saat ini yaitu 252,4 juta, maka dapat dikatakan bahawa
presentasi penguna internet di negara ini mencapai 34,9% sehingga dapat membentuk suatu
komunitas yang disebut dengan Internet Society. Internet Society adalah sebuah komunitas
besar di dunia dimana orang beraktivitas, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain
tanpa batas ruang dan waktu. Seperti halnya di dunia nyata, dalam dunia maya pun tak
terlepas dari tindak kejahatan yang terjadi dalam komunitas besar ini, Cyber Crime
kita menyebutnya untuk tindakan kejahatan yang dilakukan di dunia maya.
Menurut Gregory (2005) Cybercrime adalah suatu bentuk kejahatan virtual dengan
memanfaatkan media komputer yang terhubung ke internet, dan mengekploitasi komputer
lain yang terhubung dengan internet juga. Adanya lubang-lubang keamanan pada sistem
operasi menyebabkan kelemahan dan terbukanya lubang yang dapat digunakan para hacker,
cracker dan script kiddies untuk menyusup ke dalam komputer tersebut.
Hukum yang salah satu fungsinya menjamin kelancaran proses pembangunan nasional
sekaligus mengamankan hasil-hasil yang telah dicapai harus dapat melindungi hak para
pemakai jasa internet sekaligus menindak tegas para pelaku Cybercrime. Melihat dari
sifatnya Cybercrime termasuk dalam kategori borderless cryme (kejahatan tanpa batasan
ruang dan waktu), sehingga dalam memberantas tindak kejahatan Cybercrime, diperlukan
langkahlangkah yang kompleks, terintegrasi serta berkesinambungan dari banyak pihak, tidak
hanya tugas penegak hukum semata.
II. Tujuan
Unruk mengetahui etika dan tata cara dalam pemanfaatan teknologi informasi
hendaknya dibiasaka sejak dini, sehingga budaya yang positif sudah muali terpola
sejak dini dan untuk mencegah sedini mungkin penyalahgunaan teknologi informasi.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian yuridis
normatif dan dikaji dengan pendekatan perundang-undangan (the statute approach)
artinya suatu masalah akan dilihat dari aspek hukumnya dan dengan menelaah
peraturan perundang-undangan yang berlaku, kemudian dikaitkan dengan
permasalahan yang di bahas.
A. SQL Injection atau Injeksi SQL – Wildan menggunakan teknologi ini untuk
mendapatkanakses database dari situs www.jatirejanetwork.com dengan IP address
210.247.249.58.
B. Backdoor Tool – Dengan menggunakan software wso.php (web sell by orb),
Wildan berhasil menerobos sistem keamanan www.techscape.co.id dan membuat
backdoor akses.
C. Linux Command – Wildan menggunakan command
linux:cat/home/tech/www/my/configuration/.php, untuk mengambil data-data
username dan kata kuncidari basis data WHMCS.
D. WHMKiller – Dengan tool ini, Wildan berhasil mendapat username dan kata
kunci darisetiap domain name yang dimiliki oleh pihak hosting.
E. Domain registrar eNom – Dari situs inilah Wildan mendapatkan info Domain
Name Server (DNS) situs www.presidensby.info.
F. Data Administrative Domain/Nameserver – Wildan mendapatkan informasi
penting berupadata Administrative Domain/Nameserver tentang situs pribadi Presiden
SBY, yaituSahi7879.earth.orderbox-dns.com, Sahi7876.mars.orderbox-dns.com,
Sahi7879.venus.orderbox-dns.com, dan Sahi7876.mercuri.orderbox-dns.com.g) DNS
Redirection – Dengan cara inilah Wildan menyulap tampilan situs SBY
menjadiJember Hacker team.
Suatu halaman web diganti tampilan halaman webnya oleh pelaku defacing
pada dasarnya dilatarabelakangi oleh motif motif berikut:
1. Dendam, sakit hati atau perasaan tidak puas terhadap seseorang atau
instansi/lembaga/organisasi dapat menyebabkan seseorang melakukan defacing
terhadap situs orang lain atau situs instansi/lembaga/organisasi tersebut.
2. Intrik sosial, politik, ekonomi, budaya dan keamanan juga dapat menyebabkan
seseorang melakukan penyerangan deface terhadap lawan politiknya. Sebagai
contoh banyaknya situs-situs pemerintahan negara Malaysia ketika mereka
mengakui budaya Indonesia sebagai budayanya.
3. Penyampaian pesan, seorang hacker atau cracker yang melakukan proses defacing
terkadang juga ingin menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada orang lain.
Misalnya kasus peretasan situs www.polri.go.id yang terjadi pada tanggal 20 Mei
2013 dan menyampaikan pesan menuntut keadilan.
4. Prestise atau gengsi dalam golongan, biasanya pelaku yang tergabung dalam suatu
komunitas tertentu merasa gengsi atau merasa tertantang kalau belum dapat
menunjukkan keahliannya kepada teman-teman di komunitasnya.
5. Iseng, motif pelaku peretasan yang dilakukan dengan iseng biasanya dilakukan
secara coba-coba. Misalkan pelaku mencoba masuk kedalam sebuah sistem,
kemudian tanpa disengaja menemukan banyak informasi didalamnya, sehingga ia
bertindak lebih jauh dengan menanamkan backdoor atau malware untuk
memperoleh informasi-informasi lainnya atau menggunakkan informasi-informasi
tersebut untuk menyerang situs-situs lainnya. Dan hal inilah yang
melatarbelakangi pelaku peretasan situs presidensby.info.
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk
memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar,
menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara
apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak,
menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau
dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara
apa pun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik kepada Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak.
(3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan
terbukanya suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat
rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang tidak
sebagaimana mestinya.
Pasal 35 UU ITE
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik.
Adapun ketentuan pidana yang mengatur pasal 30, 32 dan 35 diatur di pasal 46, 48, 51
UU ITE.
Pasal 46
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Pasal 48
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 51
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
V. Kesimpulan
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk
memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik. Melakukan tindakan
penggantian tampilan halaman situs dapat dijerat dengan Undang-Undang No. 11
Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik pasal 30, 32 atau 35 dengan
ancaman hukuman seperti yang tertera dalam pasal 46, 48 dan 51.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
ITE). Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2008.
International Telecommunication Union. (2012). Understanding Cybercrime:
Phenomena, Challenges and Legal Response. Swittzerland: ITU Publication.
Azan, S. Tugas Etika and Profesionalisme SI Menemukan Jati Diri.
https://www.academia.edu/3817964/Tugas_Etika_and_Profesionalisme_SI_Menemuk
an_Jati_Diri_Disusun_oleh
http://tekno.liputan6.com/read/484324/hacker-situs-presidensbyinfo-bisa-terjerat-uu-
ite