Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kelompok

Mata Kuliah Strategic Manajamen dengan fasilitator:

Rusdi Akbar, PhD,CMA, CA, Akt.


.

Program Studi Strategic Management

“Conflict Palm Oil and PepsiCo’s Ethical Dilema”


.

Oleh :

Lisa Ayu Umami

Maria Lysa Yunita

Maria Sari Sekar Bali

FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS

UNIVERSITAS GADJAH MADA JAKARTA CAMPUS


2019
BAB I
LATAR BELAKANG & RUMUSAN MASALAH

1.1. Latar Belakang


Umumnya tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan adalah mencari
keuntungan atau laba semaksimal mungkin. Perusahaan harus menjalankan
operasionalnya dengan efisien dan sefektif mungkin guna penciptaan nilai bagi para
pemegang sahamnya. Meskipun demikian dalam menggerakkan aktifitas
kesehariannya perusahaan pun harus tetap berpedoman pada peraturan yang ditetapkan
oleh pemerintah dan juga pada standart etika yang berlaku, baik secara local maupun
universal. Menurut Thompson (2018), terdapat 3 hal yang harus menjadi fokus utama
perusahaan dalam beroperasi, diantaranya adalah memenuhi kebutuhan pelanggan,
menciptakan kinerja keuangan yang baik untuk mendapatkan tingkat return maksimal
bagi para pemegang saham, serta harus memperhatikan pemenuhan kewajibannya
untuk (1) bertindak secara etis; (2) menjadi warga korporat yang berkomitmen dan
mengalokasikan sebagian sumber dayanya untuk meningkatkan kesejahteraan
karyawan, komunitas tempat mereka bekerja beroperasi, dan masyarakat secara
keseluruhan; dan (3) mengadopsi praktik bisnis yang melestarikan sumber daya alam,
melindungi kepentingan generasi masa depan, dan menjaga kesejahteraan planet ini.
Dalam pembahasan ini, kami mengangkat kasus Konflik Minyak Kelapa Sawit
yang dihadapi oleh PepsiCo. Kasus ini menggambarkan bahwa dalam menjalankan
usahanya, PepsiCo telah secara sukses menjadi perusahaan makanan & minuman
terbesar di dunia dengan pencapaian nilai yang cukup besar, bahkan dapat melampaui
perusahaan pesaingnya yang sama besar, yakni Coca Cola pada Desember 2005.
PepsiCo terus mengembangkan sayap usahanya dengan melakukan upaya diversifikasi
dan restrukturisasi. Hasil dari dua aktifitas itu pun membuahkan pencapaian yang
sangat fantastis, dimana, PepsiCo dinobatkan sebagai perusahaan top dunia secara
berturut-turut dalam 3 tahun sejak 2011. Namun, ditengah keberhasilan yang dicapai
oleh PepsiCo, terdapat masalah etis yang mengganjal perusahaan, yakni, banyaknya
aktivis lingkungan yang menuntut agar PepsiCo menghentikan penggunaan Conflict
Palm Oil. Mereka mencurigai bahwa PepsiCo menggunakan Conflict Palm Oil yang
tentu berdasarkan hasil investigasi para akitivis telah menyebabkan timbulnya hal
negative, diantaranya : (1) perusakkan lingkungan yang berdampak pada pencemaran
lingkungan yang menjadi salah satu pemicu perubahan iklim, (2) berkurangnya jumlah
2
rainforest, (3) habitat hewan yang terancam punah, (5) pelanggaran HAM, dimana
penduduk asli dipaksa pindah untuk dimanfaatkan lahannya oleh perusahaan kelapa
sawit serta para penduduk juga terpaksa menjadi buruh perkebunan dengan manfaat
ekonomi yang mereka terima sangat minimal. Dampak negative ini banyak dirasakan
oleh negara-negara beriklim tropis seperti Asia Tenggara, diantaranya Indonesia,
Malaysia dan Papua Nugini, sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa, yang
tentunya memiliki jumlah rainforest cukup banyak.
Dari kasus ini kami akan membahas sejarah perusahaan dalam memulai
bisnisnya, bagaimana cara dalam menjalankan perusahaannya, pelanggaran etika bisnis
apa yang dicurigai dilakukan oleh PepsiCo, dan saran apa yang dapat kami berikan
untuk kasus ini.

1.2. Sejarah Singkat PepsiCo Inc.

Tahun Deskripsi
PepsiCo Inc.
Akhir abad 19 Kemudian minuman tersebut berganti nama menjadi Pepsi-Cola, sebagai pesaing
dari Coca Cola.
1965 ▪ PepsiCola bergabung dengan Frito-Lay8 untuk membentuk PepsiCo Inc
▪ Membentuk kembali portofolio perusahaannya
▪ Membangun kemampuan baru
▪ Berinvestasi dalam geografi yang baru
▪ Menjadi pemain kunci di pasar minuman global bersama dengan CocaCola
Company (Coca-Cola)

3
Era Milenium PepsiCo memutuskan untuk fokus pada bisnis makanan kemasannya untuk bersaing
secara efektif dengan Coca-Cola.
Juli 1998 ▪ PepsiCo mengakuisisi Tropicana, produsen jus bermerek terbesar di dunia
▪ PepsiCo melakukan restrukturisasi dengan memisahkan operasional
pembotolannya menjadi perusahaan baru yang terpisah dari induk PepsiCo.
2000 PepsiCo berhasil mencapai laba operasional $3.23mio sebagai dampak dari
restrukturisasi di tahun 1998
Desember PepsiCo mengalahkan market value Coca Cola dengan pencapaian $98,4 milyar,
2005 sedikit diatas Coca Cola yang hanya mencapai $97,9 milyar. Analis pasar
berpendapat, kenaikan pertumbuhan merupakan dampak dari diversifikasi portofolio
dan juga strategi pemasaran yang cukup kuat.
2009 Menjalankan program “Performance with Purpose” : berprinsip bahwa kinerja
keuangan organisasi harus berjalan seiring dengan itu tanggung jawab terhadap
masyarakat dan lingkungan.
2011-2014 Pepsi Co dinobatkan sebagai perusahaan makanan minuman terbaik oleh DJSI atas
inisiatif program pembangun berkelanjutannya selama 3 tahun berturut-turut, dengan
pendapatan $66Milyar.

1.3.Rumusan Masalah
Melalui artikel yang ditulis oleh Syeda Maseeha Qumer & Debapratim Purkayastha dari
IBS Hyderabad dengan judul “Conflict Palm Oil and PepsiCo’s Ethical Dilemma
“ditemukan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kegiatan operasional Pepsi Co?


2. Bagaimana tanggapan para aktivis lingkungan terhadap kegiatan operasional Pepsi
Co?
3. Apakah kegiatan operasional yang dijalankan oleh Pepsi Co melanggar etika bisnis?

4
BAB II
ANALISIS DAN DISKUSI

2.1 Analisa Aktivitas Pepsi Co Inc.


Belakangan ini, dengan semakin berkembangnya industri manufaktur menjadi
salah satu penyebab meningkatnya permintaan minyak kelapa sawit. Minyak kelapa
sawit masih menjadi menjadi bahan utama dalam berbagai produksi industry makanan
dan non-makanan karena merupakan salah satu minyak nabati yang termurah dan
tersedia di pasar global dengan tidak mengandung lemak trans. PepsiCo termasuk
perusahaan yang masih menggunakan minyak kelapa sawit. Meskipun PepsiCo
terhitung sebagai perusahaan yang sangat berhasil dalam mengembangkan usahanya
hingga dapat menjadi perusahaan produsen makanan & minuman terbesar di dunia
dalam DJSI, namun dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan ini
banyak mengalami tuduhan melanggar etika bisnis dengan tetap menggunakan
conflict palm oil meskipun mengetahui dampak negatif atas penggunaannya.
Berikut ini beberapa tuduhan pelanggaran etika bisnis yang dilakukan oleh PepsiCo,
diantaranya adalah :
a) Produk minumannya dikemas dalam plastik botol dan kaleng, yang diduga
oleh aktivis lingkungan, dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
b) Isi produk makanan ringan dan minuman, yang dianggap menyebabkan
peningkatan masalah kesehatan seperti obesitas dan diabetes.
c) Pada tahun 2014, perusahaan membeli sekitar 470.045 metrik ton minyak
sawit, dan diduga PepsiCo menggunakan minyak sawit yang ditanam di
Indonesia oleh beberapa perusahaan terkait dengan perusakan hutan hujan.
d) Perusahaan joint-venture PepsiCo di Indonesia, yakni PT Indofood Tbk., juga
dianggap telah melakukan pembakaran 200hektar lahan di Kalimantan Timur
untuk melakukan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit untuk
mendukung bisnisnya.

Sejalan dengan kritik dari para aktivis lingkungan mengenai kegiatan operasional
perusahaan dan isi dari produk yang memberikan dampak negatif bagi masyarakat dan
lingkungan, PepsiCo memulai menjalankan beberapa aktifitas diantaranya :

5
2.1.1. Program pembangunan berkelanjutan dengan misi 5 tahun “Performance with
Purpose” :
▪ “Performance with Purpose” berprinsip bahwa kinerja keuangan organisasi harus
berjalan seiring dengan itu tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.
▪ Performance with Purpose” diaplikasikan dengan "The Promise of PepsiCo" yang
terdiri atas 47 komitmen, dengan tujuan utama, yakni menyajikan kinerja keuangan
dengan tingkat pengembalian yang baik & berkelanjutan kepada pada shareholder
untuk memaksimalkan kekayaan dan memberikan tanggungjawab social kepada
masyarakat dan lingkungan yang difokuskan dalam 3 area. Fokus 3 area tersebut
adalah
- Human Sustainability, mengacu pada upaya untuk memenuhi berbagai
kebutuhan nutrisi orang-orang
- Environmental Sustainability, mengacu pada upaya melindungi lingkungan dan
mengurangi ketergantungan PepsiCo pada sumber daya alam dan pelestarian
mereka untuk generasi masa depan, termasuk pada mitigasi dampak operasional
perusahaan terhadap lingkungan.
- Talent Sustainability, berfokus pada pengembangannya karyawan dengan
membangun keterampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan perusahaan dan menjadikan PepsiCo target yang menarik bagi
orang-orang terbaik didunia dalam mencari pekerjaan.
2.1.2 Pepsi Co berkomitmen “Going Green” dengan beberapa program berikut :
▪ Water conservation - berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
airnya sebesar 20% pada tahun 2015
▪ Reduction of waste products - berjanji untuk menggunakan lebih banyak bahan
daur ulang dalam operasi pengemasannya untuk mengurangi kerusakan lingkungan
▪ Reducing Pepsi Co carbon footprint - berkomitmen untuk mengatasi perubahan
iklim dengan meningkatkan efisiensi peggunaan listrik sebesar 20% pada tahun
2015, mengurangi bahan bakar digunakan sebesar 25% pada tahun 2015,
mengurangi gas rumah kaca (GHG) emisi dari operasinya.
2.1.3 Pepsi Co berkomitmen RSPO
Round Table on Sustainable Palm Oil (RSPO) sendiri merupakan suatu lembaga
yang telah beranggotakan 1700 perusahaan, yang bertujuan untuk mempromosikan
pertumbuhan dan penggunaan minyak sawit berkelanjutan. Lembaga ini yang
menyatukan para pemangku kepentingan dari tujuh sektor industri minyak sawit
6
yang terdiri dari produsen minyak sawit, pengolah atau pedagang, produsen barang
konsumen, pengecer, bank / investor, dan lingkungan dan organisasi sosial non-
pemerintah (LSM), berkomitmen untuk memproduksi, sumber, atau menggunakan
minyak sawit berkelanjutan disertifikasi oleh RSPO. Untuk mendapatkan sertifikasi
RSPO maka akan dilakukan penilaian akreditasi untuk memastikan bahwa tidak ada
penjualan minyak kelapa sawit yang berlebih jumlahnya atau penjualan minyak
kelapa sawit yang dicampur antara yang conflict palm oil dengan yang bebas
deforestasi.
Dalam hal ini, PepsiCo berkomitmen bahwa pada tahun 2020, mereka akan
menggunakan minyak kelapa sawit 100% yang bersertifikat RSPO (dijual oleh
anggota RSPO)

2.2 Analisa Pengukuran Performa Perusahaan.


Dalam menjalankan kegiatannya, sudah sepatutnya perusahaan tidak hanya
mengejar keuntungan semata, namun harus dilengkapi pula dengan kemampuan untuk
memberikan nilai tambah dalam menyejahterakan manusia dan menjaga kelestarian
lingkungan demi kelangsungan hidup generasi mendatang. Seperti tercantum pada
bagan berikut :

Sehingga melalui pengukuran kinerja perusahaan dapat diketahui besarnya


keuntungan yang sudah diperoleh oleh perusahaan,dan juga keseimbangan terhadap
masyarakat dan lingkungan seperti apa yang sudah dihasilkan oleh perusahaan.
Analisa triple bottom line : excelling on three measures of company performance
1. Economic : penilaian kinerja ekonomi yang dihasilkan oleh PepsiCo sudah
menghasilkan nilai yang sangat baik, terbukti berhasil mengalahkan market value

7
Coca Cola pada Desember 2015. Selain itu perusahaan juga berhasil melakukan
restrukturisasi, dengan spin off bottling activity, serta melakukan diversifikasi
untuk pengembangan usahanya dengan mengakuisisi perusahaan sirup terbesar di
dunia. Dari ketiga kegiatan tersebut PepsiCo berhasil menjadi pemimpin dalam
industri makanan dan minuman berturut-turut dari 2011-2014 dalam DJSI dengan
pencapaian pendapatan $66 milyar.
2. Environmental
Namun tidak sejalan dengan kinerja keuangan yang dihasilkan oleh PepsiCo,
dampak yang dihasilkan oleh PepsiCo terhadap lingkungan justru banyak
menimbulkan masalah negatif, karena PepsiCo masih berperan sebagai
perusahaan yang menggunakan conflict palm oil dalam jumlah besar yang turut
menyebabkan hal berikut :
a) Hilangnya hutan langsung total sekitar 3,5 juta hektar di Indonesia,
Malaysia, dan Papua Nugini.
b) Pembakaran hutan untuk membuka lahan bagi perkebunan kelapa sawit.
c) Penggundulan hutan mengancam spesies-spesies langka yang hidup di
hutan.
d) Produksi minyak kelapa sawit adalah penyumbang terbesar terhadap
perubahan iklim, deforestasi dan pengeringan lahan gambut yang kaya
karbon dilakukan di Malaysia untuk memberi jalan pohon kelapa sawit
yang berdampak pada lepasnya karbon ke dalam atmosfer sebagai karbon
dioksida, dan berkontribusi untuk pemanasan global.
3. Sosial
Selain itu , PepsiCo juga dituduh turut andil dalam dampak negatif bagi
lingkungan social karena kebijakannya yang masih menggunakan conflict palm
oil:
a) Produksi minyak kelapa sawit juga menyebabkan pelanggaran HAM,
dimana masyrakat asli dan penduduk desa dipaksa untuk meninggalkan
tanah mereka dan menjadi buruh diperkebunan, termasuk anak-anak.
Masyarakat seringkali menerima ancaman keamanan dan mendapatkan
manfaat ekonomi marginal dengan berkembangnya industry kelapa sawt
ini.
b) Di Indonesia sendiri, berkembangnya hutan hujan tropis menjadi
penghancur sumberdaya yang menjadi tumpuan dari hidup dan mata
8
pencaharian masyarakat dan memberi dampak negative bagi kesehatan,
dimana penggundulan hutan dilakukan dengan dibakar yang asapnya sangat
mengganggu kesehatan & kerugian ekonomi yang signifikan.
Atas ketiga analisa kinerja diatas, menurut pendapat kami PepsiCo masih belum
dianggap mampu menghasilkan kinerja yang baik, karena belum dapat menciptakan
keseimbangan baik dari segi ekonomi, lingkungan dan social.

2.3 Tanggapan Atas Kegiatan Operasional Pepsi Co Inc.


Semakin tahun semakin banyak orang yang peduli akan kelestarian lingkungan.
Diantaranya adalah Rainforest Action Network (RAN), yang merupakan LSM yang
didirikan dengan tujuan untuk menolak perusakan lingkungan dengan tanpa
menggunakan kekerasan. Mereka melakukan kampanye dengan media, konferensi, dan
publikasi. RAN meluncurkan kampanye yang disebut "Conflict Palm Oil" untuk
menghilangkan deforestasi, pelanggaran hak asasi manusia, dan polusi karbon dari
rantai pasokan minyak sawit perusahaan makanan ringan AS.RAN mengidentifikasi
bahwa terdapat 20 perusahaan penghasil snack yang ikut terlibat dalam penggunaan
conflict palm oil ini, diantaranya PepsiCo, Heinz, Hershey's, Kraft, dan Smuckers. RAN
berpendapat bahwa ke 20 perusahaan tersebut memiliki peranan besar untuk mengubah
cara minyak sawit diperdagangkan dan diproduksi jika mereka masing-masing
mengadopsi kebijakan yang kuat dengan komitmen publik yang jelas dan rencana
implementasi yang terikat waktu.
Meskipun PepsiCo telah berkomitmen untuk menggunakan 100% palm oil yang
berseritifikat RSPO, namun RAN masih meragukan hal tersebut. Mereka merasa
PepsiCo terlalu lemah untuk menepati komitmennya tersebut dan masih menggunakan
minyak kelapa sawit yang berasal dari sumber yang tidak jelas. Sehingga dampak
negatifnya bagi lingkungan dan masyarakat masih akan tetap terus ada.

9
BAB III
KESIMPULAN & SARAN

1.1 Kesimpulan
Dari analisa kasus diatas, kami berpendapat bahwa jika benar PepsiCo masih
menggunakan sumberdaya conflict palm oil dengan menghasilkan dampak negatif yang
telah dijelaskan dalam kasus tersebut, maka PepsiCo telah melanggar etika bisnis dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya. Dimana dari kegiatan operasional yang PepsiCo
jalankan hanya bersifat memberikan keuntungan sepihak bagi perusahaan, sedangkan
masyarakat dan lingkungan justru menerima banyak efek negatifnya. Penting bagi suatu
perusahaan untuk menjalankan keseimbangan dalam menjalankan bisnisnya, yakni
seimbang dalam menghasilkan laba ekonomi, dan juga seimbang dalam menghasilkan
dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat luas sehingga dapat menciptakan profit
jangka panjang.
1.2 Saran
Beberapa saran untuk kasus ini adalah :
1. Pemerintah dari masing-masing negara tempat perusahaan berasal dapat lebih tegas
mengatur kebijakan mengenai sumber daya yang digunakan oleh perusahaan agar
lebih ramah lingkungan dan mampu memberikan nilai lebih bagi masyarakat, bukan
justru merugikan masyarakat. Selain itu di tempat rainforest bersumber, pemerintah
dapat lebih tegas lagi dalam menegakkan peraturan dengan menghukum secara tegas
para pelaku perusakan hutan dan penyebab polusi udara.
2. Perusahaan yang menggunakan sumber daya yang merugikan masyarakat
seharusnya mulai menyadari arti penting dari pembangunan berkelanjutan. Sehingga
ketika mereka mampu untuk menghasilkan kinerja yang seimbang antara kinerja
ekonomi, masyarakat dan lingkungan, tentunya mereka akan menikmati keuntungan
jangka panjang. Dimana konsumen menyadari bahwa perusahaan peduli pada sekitar
dan ramah lingkungan yang tentunya produknya akan semakin banyak diminati oleh
orang-orang dan akan mendatangkan profit jangka panjang bagi perusahaan.

10

Anda mungkin juga menyukai