Anda di halaman 1dari 16

Makalah Kewarganegaraan

Good and Clean Governance

Oleh
Saskia Putri Ananda
1711213016

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Good and Clean Governance” ini.
Penyusunan makalah ini ditujukan kepada Fakultas Kesehatan
Masyarakat sebagai pemenuhan syarat untuk menyelesaikan tugas pembuatan
makalah mata kuliah Analisis Kesehatan Lingkungan. Terima kasih dicapkan
kepada dosen mata kuliah Analisis Kesehatan Lingkungan yang telah
memberikan bimbingan materi dalam pembelajaran sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar dapat
mengoreksi kekurangan tersebut. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Padang, Mei 2019

Penyusun

2
3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Good and Clean Governance sering di gunakan sebagai standar sistem goodlocal.
Gooodandcleargovernance di katakan baik untuk mengamati praktek demokrasi
dalam suatu negara. Para pemegang jabatan publik harus dapat
mempertangungjawabkan kepada publik apa yang mereka lakukan baik secara
pribadi maupun secara publik. Seorang presiden Gebernur, Bupati, Wali Kota,
anggota DPR dan MPR dan pejabat politik lainnya harus menjelaskan kepada
publik mengapa memilih kebijaksanaan X, bukan kebijaksanaan Y, mengapa
memilih menaikkan pajak ketimbang melakukan efesiensi dalam pemerintahan
dan melakukan pemberantasan korupsi sekali lagi apa yang di lakukan oleh
pejabat publik harus terbuka dan tidak ada yang di tutup untuk di pertanyakan
oleh public

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Good and Clean Governance ?

2. Jelaskan Prinsip-Prinsip Pokok Good and Clean Governance !

3. Apa yang dimaksu Good and Clean Governance dan kontrol Sosial ?

4. Apa yang dimaksud Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja
Birokrasi Pelayanan Publik ?

5. Apa Manfaat Adanya Good Governance ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Good and Clean Governance

2. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip pokok Good and Clean Governance

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksu Good and Clean Governance dan
kontrol Sosial

4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Tata Kelola Kepemerintahan yang


Baik dan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik

5. Untuk mengetahui apa Manfaat Adanya Good Governance

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Good and Clean Governance

Istilah good governance memiliki pengertian akan segala hal yang terkait
dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan,
atau memengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai – nilai tersebut dalam
kehidupan sehari – hari. Dalam konteks ini, pengertian good governance tidak
sebatas pengelolaan lembaga pemerintahan semata, tetapi menyangkut semua
lembaga baik pemerintah maupun nonpemerintah (lembaga swadaya masyarakat)
dengan istilah good corporate.

Clean governance berarti pemerintahan yang bersih yaitu model


pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan dan bertanggung jawab. Jadi
pemerintahan yang bersih yaitu pemerintahan yang terbuka terhadap public dan
bebas dari permasalahanKorupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Pemerintahan
yang bersih akan membuat rakyat percaya terhadap pemerintah sehingga tidak
ada saling curiga antara rakyat kepada pemerintah.

B. Prinsip – Prinsip Pokok Good and Clean Governance

1. Partisipasi

Pengertian ini tidak ditemui dalam UU No. 28 Tahun 1999, tetapi kalau
dipahami misi UU No. 22 Tahun 1999 maka partisipasi masyarakat adalah hal
yang hendak diwujudkan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dengan ringkas
Sukardi (2000) menterjemahkan partisipasi sebagai upaya pembangunan rasa
keterlibatan masyarakat dalam berbagai proses yang dilakukan oleh pemerintah.
Pendapat ini adalah upaya melibatkan masyarakat dalam setiap proses
pengambilan keputusan. Dalam teori pengambilan keputusan semakin banyak
partisipasi dalam proses kelahiran sebuah politik maka dukungan akan semakin
luas terhadap kebijaksanaan tersebut (Dunn, 1997). Hal ini dapat dipahami karena
kecenderungan ke depan pemerintah yang mempunyai peranan terbatas dapat
mempercepat pembangunan masyarakat.

Konsep partisipasi tentu sejalan dengan system pemerintahan yang demokrasi


yang diterapkan di Indonesia. Partisipasi secara sederhana berarti adanya peran
serta dalam suatu lingkungan kegiatan. Peran serta disini menyangkut akan
adanya proses antara dua atau lebih pihak yang ikut mempengaruhi satu sama lain

5
yang menyangkut pembuatan keputusan, rencana, atau kebijakan. Dalam
pelayanan publik, partisipasi tidak hanya terjadi diantara pihak pemerintah
melalui birokrat yang kemudian membuat kebijakan mengenai bentuk pelayanan
yang akan diberikan, tetapi juga harus melibatkan masyarakat sehingga
mengetahui lebih lanjut apa yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat dalam
pelayanan publik. Dalam hal ini, pemerintah melalui pihak birokrat harus
berperan sebagai fasilitator dan katalisator yang memberikan pelayanan terbaik
yang memang sesuai.

Tujuan utama dari adanya partisipasi sendiri adalah untuk mempertemukan


kepentingan yang sama dan berbeda dalam suatu perumusan dan pembuatan
kebijakan secara berimbang untuk semua pihak yang terlibat dan terpengaruh.
Keterlibatan masyarakat lebihkepada pengharapan akan tertampungnya berbagai
aspirasi dan keluhan masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan oleh
birokrat selama ini. Masyarakat terlibat baik dalam bentuk perencanaan untuk
mengedepankan keinginan terhadap pelayanan publik, perumusan ataupun
pembuatan kebijakan, serta juga sebagai pengawas kinerja pelayanan. Adapun
criteria yang perlu dipenuhi dalam pengaplikasian pendekatan partisipatif ini
(Lijan Poltak Sinambela, 2006), menyangkut :

a. Pelibatan seluruh stake holder untuk setiap arena perumusan dan


penetapan kebijakan.

b. Penguatan institusi-institusi masyarakat yang legitimate untuk


menyuarakan seluruh aspirasi yang berkembang.

c. Penciptaan proses-proses politik yang negosiatif untuk menentukan


prioritas atas collective agreement.

d. Mendorong pemberdayaan masyarakat melalui pembelajaran kolektif


sebagai bagian dari proses demokrasi

Rule of low berarti penegakan hukum yang adil dan tanpa pandang bulu, yang
mengatur hak-hak manusia yang berarti adanya supremasi hukum. Menurut
Bargir manan (1994), supremasi hukum mengandung arti :

1. Suatu tindakan hukum hanya sah apabila dilakukan menurut atau


berdasarkan aturan hukum tertentu (asas legalitas). Ketentuan hukum
hanya dapat dikesampingkan dalam hal kepentingan umum benarbenar
menghendaki atau penerapan suatu aturan hukum akan melanggar dasar-
dasar keadilan yang berlaku dalam masyarakat (principlesof natural
justice)

2. Ada jaminan yang melindungi hak-hak setiap orang baik yang bersifat
asasi maupun yang tidak asasi dari tindakan pemerintah atau pihak

6
lainnya. Asas penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintahan yang
profesional harus didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa.

Sehubungan dengan hal tersebut, realisasi wujud good and clean


governance, harus diimbangi dengan komitmen pemerintah untuk
menegakkan hukum yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a. Supremasi hokum

Yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara, dan peluang


partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
didasarkan pada hukum dan aturan yang jelas dan tegas, dan dijamin
pelaksanaannya secara benar serta independen. Supremasi hukum akan
menjamin tidak terjadinya tindakan pemerintah atas dasar diskresi
(tindakan sepihak berdasarkan pada kewenangan yang dimilikinya).

b. Kepastian hukum,

Bahwa setiap kehidupan berbangsa bernegara diatur oleh hukum yang


jelas dan pasti, tidak duplikatif dan tidak bertentangan antara suku ,
agama dan lainnya.

c. Hukum yang responsif

Yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan aspirasi masyarakat luas,


dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan publik secara adil.

d. Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni penegakan


hukum berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu. Untuk itu,
diperlukan penegak hukum yang memiliki integritas moral dan
bertanggung jawab terhadap kebenaran hukum.

e. Independensi peradilan

Yakni peradilan yang independen bebas dari pengaruh penguasa atau


kekuatan lainnya.

3. Transparansi (transparency)

Adanya transparansi / keterbukaan terhadap publik sehingga dapat


diketahui oleh pihak yang berkepentingan mengenai kebijakan pemerintah
dan organisasi badan usaha, terutama para pemberi pelayanan publik.
Transparansi menyangkut kebebasan informasi terhadap publik. Satu hal
yang membedakan organisasi swasta dan publik adalah dalam masalah
transparansi sendiri. Dalam organisasi swasta, keterbukaan informasi
bukanlah suatu hal yang menjadi harus. Banyak hal yang dirasa harus

7
dirahasiakan dari publik dan hanya terbuka untuk beberapa pihak.
Sementara itu, organisasi publik yang bergerak atas nama publik
mengharuskan adanya keterbukaan agar dapat menilai kinerja pelayanan
yang diberikan. Dengan begini, akan terlihat bagaimana suatu system
yang berjalan dalam organisasi tersebut.

Menurut penjelasan Pasal 3 angka 4 UU No. 28 tahun 1999 prinsip


transparan diartikan sebagai berikut :

“Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh


informasi yang benar, jujur,dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas
hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara”.Dari pengertian tersebut
terlihat bahwa masyarakat berhak memperoleh informasi yang benar dan
jujur tentang penyelenggaraan negara. Ini adalah peran serta masyarakat
secara nyata dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih.
Secara lebih jelas peran serta masayarakat ini ditentukan dalam PP No. 68
Tahun 1999. Dalam Pasal 2 ayat (1) dikatakan peran serta masyarakat
untuk mewujudkan penyelenggara negara yang bersih dilaksanakan dalam
bentuk :

a. Hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi mengenai


penyelenggaraan negara

b. Hak memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari


penyelenggara negara;

c. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab


terhadap kebijakan penyelenggaraan negara.

4. Responsif (responsive)

Asas responsif adalah dalam pelaksanaan prinsip-prinsip


goodandcleangovernance bahwa pemerintah harus cepat tanggap terhadap
persoalan-persoalan masyarakat, harus memehami kebutuhan
masyarakat, harus proaktif mempelajari dan menganalisa kebutuhan
masyarakat. Birokrat harus dengan segera menyadari apa yang menjadi
kepentingan public (publicinterest) sehingga cepat berbenah diri. Dalam
hal ini, Birokrasi dalam memberikan pelayanan publik harus cepat
beradaptasi dalam memberikan suatu model pelayanan.

Masyarakat adalah sosok yang kepentingannya tidak bisa disamakan


secara keseluruhan dan pada saatnya akan merasakan suatu kebosanan
dengan hal yang stagnan atau tidak ada perubahan, termasuk dalam
pemberian pelayanan. Masyarakat selalu akan menuntut suatu proses yang

8
lebih mudah/simple dalam memenuhi berbagai kepentingannya. Oleh
karena itu, Birokrasi harus dengan segera mampu membaca apa yang
menjadi kebutuhan publik.

Sesuai dengan asas responsif, setiap unsur pemerintah harus memiliki dua
etika, yakni etika individual dan sosial.

1) Kualifikasi etika individual menuntut pelaksana birokrasi


pemerintah agar memiliki kriteria kapabilitas dan layolitas
profesional.

2) Etika sosial menuntut mereka agar memiliki sensitivitas terhadap


berbagai kebutuhan public

5. Berorientasi pada kesepakatan (concensusorientation)

Berorientasi pada consensus berarti pembuatan dan pelaksanaan kebijakan


harus merupakan hasil kesepakatan bersama diantara para aktor yang
terlibat. Hal ini sejalan dengan konsep partisipatifdimana adanya
keterlibatan dari masyarakat dalam merumuskan secara bersama
mengenai hal pelayanan publik.

Cara pengambilan keputusan konsensus, selain dapat memuaskan semua


pihak atau sebagian besar pihak, cara ini akan mengikat sebagian besar
komponen yang bermusyawarah dan memiliki kekuatan memaksa
terhadap semua yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut.

Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan


secara partisipatif, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan
masyarakat yang terwakili. Semakin banyak yang melakukan pengawasan
serta kontrol terhadap kebijakan-kebijakan umum, maka akan semakin
tinggi tingkat kehati-hatiannya, dan akuntabilitas pelaksanaannya dapat
semakin dipertanggungjawabkan.

6. Kesetaraan (equity)

Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik.


Asas inimengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah bersikap dan
berperilaku adil dalam halpelayanan publik tanpa membedakan suku,
jenis, keyakinan, jenis kelamin, dan kelas social.

Keadilan berarti semua orang (masyarakat), baik laki-laki maupun


perempuan, miskin dan kaya memilik kesamaan dalam memperoleh
pelayanan publik oleh birokrasi. Dalam hal ini, birokrasi tidak boleh
berbuat diskriminatif dimana hanya mau melayani pihak-pihak yang

9
dianggap perlu untuk dilayani, sementara ada pihak lain yang terus
dipersulit dalam pelayanan bahkan tidak dilayani sama sekali. Konsep
keadilan masih terlihat sulit diterpakan dalam pelayanan publik di
Indonesia. Hal ini bisa dipengaruhi karena konflik kepentingan birokrasi

7. Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)

Efektif secara sederhana berarti tercapainya sasaran dan efisien


merupakan bagaimana dalam mencapai sasaran dengan sesuatu yang tidak
berlebihan (hemat). Dalam bentuk pelayanan publik, hal ini berarti
bagaimana pihak pemberipelayanan melayani masyarakat seefektif
mungkin dan tanpa banyak hal-hal atau prosedur yang sebenarnya bisa
diminimalisir tanpa mengurangi efektivitasnya.Pemerintahan yang baik
dan bersih harus memenuhi criteria efektif (berdaya guna)dan efesien
( berhasil guna). Efektivitas dapat diukur dari seberapa besar produk yang
dapatmenjangkau kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok.
Efesiensi umumnya diukurdengan rasionalisitas biaya pembangunan
untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat

8. Akuntabilitas (accountability)

Asas akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pejabat public terhadap


masyarakat yang memberinya wewenang untuk mengurusi kepentingan
mereka. Setiap pejabat public dituntut untuk mempertanggungjawabkan
semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralitas sikapnya terhadap
masyarakat.

Dalam pemberian pelayanan publik, akuntabilitas dapat dinilai sudah


efektifkah prosedur yang diterapkan oleh organisasi tersebut, sudah
sesuaikah pengaplikasiannya, dan bagaimana dengan pengelolaan
keuangannya, dan lain-lain. Dalam birokrasi, akuntabilitas yang berarti
akuntabilitas publik menjadi sesuatu yang sepertinya menjadi sosok yang
menakutkan. Hal ini tentunya disadari dari ketidakjelasan atas kinerja
birokrat itu sendiri. Namun, ternyata, banyak cara yang sering dilakukan
para birokrat dalam menutupi kesalahan sehingga akuntabilitasnya terlihat
baik. Menurut Turner dan Hulme (Mardiasmo, 2002), menerapkan
akuntabilitas memang sangatlah sulit, bahkan lebih sulit dalam
memberantas korupsi. Akuntabilitas saat ini menjadi konsep utama yang
harus diterapkan dalam organisasi publik dalam mendongkrak kinerja
mereka tentunya. Tuntutan akan akuntabilitas tidak hanya menekankan
pada tanggung gugat secara vertikal dalam arti antara bawahan terhadap
atasan, tetapi juga secara horisontal yang berarti terhadap masyarakat.
Elwood (Mardiasmo,2002) menyatakan bahwa ada empat dimensi

10
akuntabilitas yang harus dipenuhi dalam organisasi sektor publik, yang
juga termasuk birokrasi, yakni :

1) Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum

2) Accountabilityforprobityandlegality

3) Akuntabilitas Proses (processaccountability)

4) Akuntabilitas Program (program accountability)

5) Akuntabilitas Kebijakan (policyaccountability)

9. Visi strategis (strategic vision)

Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi


masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka
realisasi goodandclengovernance. Dengan kata lain, kebijakan apapun
yang akan diambil saat ini, harus diperhitungkan akibatnya untuk sepuluh
atau duapuluh tahun ke depan. Penyelenggara pemerintahan dan
masyarakat harus memiliki visi jauh kedepan. Pemerintah dan masyarakat
harus memiliki kesatuan pandangan sesuai visi yang diusung agar
terciptanya keselarasan dan integritas dalam pembangunan, dengan
memperhatikan latar belakang sejarah, kondisi sosial, dan budaya
masyarakat.

C. Good and Clean Governance dan kontrol Sosial

Kontrol masyarakat akan berdampak pada tata pemerintahan yang baik, efektif,
dan bebas dari KKN. Untuk mewujudkan pemerintah yang baik dan bersih
berdasarkan prinsip-prinsip pokok good and clean governance , setidaknya dapat
dilakukan melalui pelaksaan prioritas program, yakni:

1) Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan

Penguatan peran lembaga perwakilan rakyat, MPR, DPR, dan DPRD mutlak
dilakukan dalam rangka peningkatan fungsi mereka sbagai pengontrol
jalannya pemerintahan.

2) Kemandirian lembaga peradilan

Untuk mewuudkan pemerintah yang bersih dan berwibawa berdasarkan


prinsip good and clean governance peningkatan profesionalitas aparat
penegak hukum dan kemandirian lembaga peradilan mutlak dilakukan.

3) Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah

11
Perubahan paradigma aparatur negara dari birokrasi elitis menjadi birokrasi
populis (pelayan rakyat) harus dibarengi dengan peningkatan profesionalitas
dan integritas moral jajaran birokrasi pemerintah.

4) Penguatan partisipasi masyarakat madani (civil society)

Peningkatan partisipasai masyarakat adalah unsur penting lainnya dalam


merealisasikan pemerintahan yang baik dan berwibawa. Partisipasi
masyarakat dalam proses kebijakan mutlak dilakukan dan difasilitasi oleh
negara (pemerintah).

5) Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah

Untuk merealisasikan prinsip-prinsip clean and governance, kebijakan


otonomi daerah dapat dijadikan sebagai media transformasi perwujudan
model pemerintahan yang menompang tumbuhnya kultur demokrasi di
Indonesia.

D. Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja Birokrasi


Pelayanan Publik

Ada beberapa alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis


untuk memulai pengembangan dan penerapan good and governance di Indonesia.
Pertama, pelayanan publik selama ini menjadi area di mana negara yang diwakili
pemerintah berinteraksi dengan leembaga nonpemerintah. Keberhasilan dalam
pelayanan publik akan mendorong tingginya dukungan masyarakat terhadap kerja
birokrasi. Kedua,pelayanan publik adalah wilayah dimana berbagai aspek good
and clean governance bisa diartikulasikan secara lebih mudah. Ketiga, pelayanan
publik melibatkan kepentingan semua unsur governance, yaitu pemerintah,
masyarakat, dan mekanisme pasar. Dengan demikian, pelayanan publik menjadi
titik pangkal efetifnya kinerja birokrasi.

Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan


tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan
memperhitungkan elemen-elemen indikator sebagai berikut ini:

1) Indikator masukan (inputs), adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar


birokrasi mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang
meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan dan sebagainya.

2) Indikator proses (process), yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses


pekerjaan berkaitan dengan kesesuaian antara perencanaan dengan
pelaksanaan yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang
berupa fisik ataupun nonfisik.

12
3) Indikator produk (outputs), yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai
dari sesuatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.

4) Indikator hasil (outcomes), adalah sesuatu yang mencerminkan berfungsinya


produk kegiatan pada jangka waktu menengah (efek langsung).

5) Indikator manfaat (benefit), adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir
dari pelaksanaan kegiatan.Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang
ditimbulkan, baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator
berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

E. Manfaat Adanya Good Governance

1) Mendorong tercapainya kesinambungan pemerintahan melalui pengelolaan


yang didasarkan pada aspek transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi, serta kesetaraan dan kewajaran.

2) Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial masyarakat.

3) Meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan


pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan

4) Berkurangnya secara nyata praktek KKN di birokrasi yang antara lain


ditunjukan dengan hal-hal sebagai berikut :

a. Tidak adanya manipulasi pajak;

b. Tidak adanya pungutan liar;

c. Tidak adanya manipulasi tanah;

d. Tidak adanya manipulasi kredit;

e. Tidak adanya penggelapan uang negara;dll

5) Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan


yangbersifat efektif, efisien, transparan, profesional dan akuntabel :

a. Sistem kelembagaan lebih efektif, ramping, fleksibel;

b. Kualitas tata laksana dan hubungan kerja antar lembaga di pusat, dan
antar pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota lebih baik;

c. Sistem administrasi pendukung dan kearsipan lebih efektif dan efisien;

d. Dokumen/arsip negara dapat diselamatkan, dilestarikan, dan


terpelihara dengan baik;

13
6) Terhapusnya peraturan perundang-undangan dan tindakan yang bersifat
diskriminatif terhadap warga negara, kelompok, atau golongan masyarakat :

a. Kualitas pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha (swasta)


Meningkat.

b. SDM, prasarana, dan fasilitas pelayanan menjadi lebih baik.

c. Berkurangnya hambatan terhadap penyelenggaraan pelayanan public.

d. Prosedur dan mekanisme serta biaya yang diperlukan dalam


pelayananpublik lebih baku dan jelas.

e. Penerapan sistem merit dalam pelayanan.

f. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelayanan


public.

g. Penanganan pengaduan masyarakat lebih intensif.

7) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan


kebijakan pelayanan publik

8) Terjaminnya konsistensi dan kepastian hukum sesuai dengan peraturan


perundang-undangan baik di pusat maupun di daerah :

a. Hukum menjadi landasan bertindak bagi aparatur pemerintah


dan masyarakat untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik;

b. Kalangan dunia usaha/swasta merasa lebih aman dan terjamin


ketikamenanamkan modal dan menjalankan usahanya karena ada
aturan main (rule ofthe game) yang tegas, jelas, dan mudah
dipahami oleh masyarakat;

c. Tidak akan ada kebingungan di kalangan pemerintah daerah


dalam melaksanakan tugasnya serta berkurangnya konflik
antarpemerintahdaerahserta antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

14
Istilah good governance memiliki pengertian akan segala hal yang terkait
dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan,
atau memengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai – nilai tersebut dalam
kehidupan sehari – hari.

Clean governance berarti pemerintahan yang bersih yaitu model


pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan dan bertanggung jawab.

Prinsip – Prinsip Pokok Good and Clean Governance

1. Partisipasi

2. Penegak Huhum(rule of law)

3. Transparansi (transparency)

4. Responsif (responsive)

5. Berorientasi pada kesepakatan (concensusorientation)

6. Kesetaraan (equity)

7. Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)

8. Akuntabilitas (accountability)

9. Visi strategis (strategic vision)

15
DAFTAR PUSTAKA

Amarsuteja.blogspot.com/2013/01/good-and-clean-governance.html

Haris. Syamsuddin. 2007. Desentralisasi & Otonomi Daerah. Jakarta: Lipi Press

Hidayat ,Komarudin. 2010. Azra , Azyumardi. Pendidikan Kewarganegaraan

(Civic Education). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Leekaayoung.blogspot.com/2017/01/hi-guys-aku-pengen-share-makalah

pkn.html

Menulis-makalah.blogspot.com/2017/01/good-and-clean-governance

16

Anda mungkin juga menyukai