Oleh
Saskia Putri Ananda
1711213016
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Good and Clean Governance” ini.
Penyusunan makalah ini ditujukan kepada Fakultas Kesehatan
Masyarakat sebagai pemenuhan syarat untuk menyelesaikan tugas pembuatan
makalah mata kuliah Analisis Kesehatan Lingkungan. Terima kasih dicapkan
kepada dosen mata kuliah Analisis Kesehatan Lingkungan yang telah
memberikan bimbingan materi dalam pembelajaran sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar dapat
mengoreksi kekurangan tersebut. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penyusun
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Good and Clean Governance sering di gunakan sebagai standar sistem goodlocal.
Gooodandcleargovernance di katakan baik untuk mengamati praktek demokrasi
dalam suatu negara. Para pemegang jabatan publik harus dapat
mempertangungjawabkan kepada publik apa yang mereka lakukan baik secara
pribadi maupun secara publik. Seorang presiden Gebernur, Bupati, Wali Kota,
anggota DPR dan MPR dan pejabat politik lainnya harus menjelaskan kepada
publik mengapa memilih kebijaksanaan X, bukan kebijaksanaan Y, mengapa
memilih menaikkan pajak ketimbang melakukan efesiensi dalam pemerintahan
dan melakukan pemberantasan korupsi sekali lagi apa yang di lakukan oleh
pejabat publik harus terbuka dan tidak ada yang di tutup untuk di pertanyakan
oleh public
B. Rumusan Masalah
3. Apa yang dimaksu Good and Clean Governance dan kontrol Sosial ?
4. Apa yang dimaksud Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja
Birokrasi Pelayanan Publik ?
C. Tujuan
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksu Good and Clean Governance dan
kontrol Sosial
4
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah good governance memiliki pengertian akan segala hal yang terkait
dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan,
atau memengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai – nilai tersebut dalam
kehidupan sehari – hari. Dalam konteks ini, pengertian good governance tidak
sebatas pengelolaan lembaga pemerintahan semata, tetapi menyangkut semua
lembaga baik pemerintah maupun nonpemerintah (lembaga swadaya masyarakat)
dengan istilah good corporate.
1. Partisipasi
Pengertian ini tidak ditemui dalam UU No. 28 Tahun 1999, tetapi kalau
dipahami misi UU No. 22 Tahun 1999 maka partisipasi masyarakat adalah hal
yang hendak diwujudkan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dengan ringkas
Sukardi (2000) menterjemahkan partisipasi sebagai upaya pembangunan rasa
keterlibatan masyarakat dalam berbagai proses yang dilakukan oleh pemerintah.
Pendapat ini adalah upaya melibatkan masyarakat dalam setiap proses
pengambilan keputusan. Dalam teori pengambilan keputusan semakin banyak
partisipasi dalam proses kelahiran sebuah politik maka dukungan akan semakin
luas terhadap kebijaksanaan tersebut (Dunn, 1997). Hal ini dapat dipahami karena
kecenderungan ke depan pemerintah yang mempunyai peranan terbatas dapat
mempercepat pembangunan masyarakat.
5
yang menyangkut pembuatan keputusan, rencana, atau kebijakan. Dalam
pelayanan publik, partisipasi tidak hanya terjadi diantara pihak pemerintah
melalui birokrat yang kemudian membuat kebijakan mengenai bentuk pelayanan
yang akan diberikan, tetapi juga harus melibatkan masyarakat sehingga
mengetahui lebih lanjut apa yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat dalam
pelayanan publik. Dalam hal ini, pemerintah melalui pihak birokrat harus
berperan sebagai fasilitator dan katalisator yang memberikan pelayanan terbaik
yang memang sesuai.
Rule of low berarti penegakan hukum yang adil dan tanpa pandang bulu, yang
mengatur hak-hak manusia yang berarti adanya supremasi hukum. Menurut
Bargir manan (1994), supremasi hukum mengandung arti :
2. Ada jaminan yang melindungi hak-hak setiap orang baik yang bersifat
asasi maupun yang tidak asasi dari tindakan pemerintah atau pihak
6
lainnya. Asas penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintahan yang
profesional harus didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa.
a. Supremasi hokum
b. Kepastian hukum,
e. Independensi peradilan
3. Transparansi (transparency)
7
dirahasiakan dari publik dan hanya terbuka untuk beberapa pihak.
Sementara itu, organisasi publik yang bergerak atas nama publik
mengharuskan adanya keterbukaan agar dapat menilai kinerja pelayanan
yang diberikan. Dengan begini, akan terlihat bagaimana suatu system
yang berjalan dalam organisasi tersebut.
4. Responsif (responsive)
8
lebih mudah/simple dalam memenuhi berbagai kepentingannya. Oleh
karena itu, Birokrasi harus dengan segera mampu membaca apa yang
menjadi kebutuhan publik.
Sesuai dengan asas responsif, setiap unsur pemerintah harus memiliki dua
etika, yakni etika individual dan sosial.
6. Kesetaraan (equity)
9
dianggap perlu untuk dilayani, sementara ada pihak lain yang terus
dipersulit dalam pelayanan bahkan tidak dilayani sama sekali. Konsep
keadilan masih terlihat sulit diterpakan dalam pelayanan publik di
Indonesia. Hal ini bisa dipengaruhi karena konflik kepentingan birokrasi
8. Akuntabilitas (accountability)
10
akuntabilitas yang harus dipenuhi dalam organisasi sektor publik, yang
juga termasuk birokrasi, yakni :
2) Accountabilityforprobityandlegality
Kontrol masyarakat akan berdampak pada tata pemerintahan yang baik, efektif,
dan bebas dari KKN. Untuk mewujudkan pemerintah yang baik dan bersih
berdasarkan prinsip-prinsip pokok good and clean governance , setidaknya dapat
dilakukan melalui pelaksaan prioritas program, yakni:
Penguatan peran lembaga perwakilan rakyat, MPR, DPR, dan DPRD mutlak
dilakukan dalam rangka peningkatan fungsi mereka sbagai pengontrol
jalannya pemerintahan.
11
Perubahan paradigma aparatur negara dari birokrasi elitis menjadi birokrasi
populis (pelayan rakyat) harus dibarengi dengan peningkatan profesionalitas
dan integritas moral jajaran birokrasi pemerintah.
12
3) Indikator produk (outputs), yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai
dari sesuatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
5) Indikator manfaat (benefit), adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir
dari pelaksanaan kegiatan.Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang
ditimbulkan, baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator
berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.
b. Kualitas tata laksana dan hubungan kerja antar lembaga di pusat, dan
antar pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota lebih baik;
13
6) Terhapusnya peraturan perundang-undangan dan tindakan yang bersifat
diskriminatif terhadap warga negara, kelompok, atau golongan masyarakat :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
Istilah good governance memiliki pengertian akan segala hal yang terkait
dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan,
atau memengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai – nilai tersebut dalam
kehidupan sehari – hari.
1. Partisipasi
3. Transparansi (transparency)
4. Responsif (responsive)
6. Kesetaraan (equity)
8. Akuntabilitas (accountability)
15
DAFTAR PUSTAKA
Amarsuteja.blogspot.com/2013/01/good-and-clean-governance.html
Haris. Syamsuddin. 2007. Desentralisasi & Otonomi Daerah. Jakarta: Lipi Press
Leekaayoung.blogspot.com/2017/01/hi-guys-aku-pengen-share-makalah
pkn.html
Menulis-makalah.blogspot.com/2017/01/good-and-clean-governance
16