Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Cakrawala Hukum, Vol.8, No.1 Juni 2017, hlm.

44–54 ISSN (Cetak): 2356-4962


E-mail:jurnalcakrawalahukum@unmer.ac.id ISSN (Online): 2598-6538
Website: http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jch

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PADA KASUS


KEAMANAN PANGAN OLEH KEJAKSAAN

Galih Puji Mulyono


Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang
Jl. Terusan Dieng No. 62-64; Malang; 65146; Indonesia; (0341) 580161
galihpujimulyono@unmer.ac.id

Abstract
Food safety and safety worth consumption, intended to ensure the safety and security of consumers in the use
of goods and services or produce products of business actors so that consumers can avoid physical and psycho-
logical losses. Unsafe food products that are circulated and consumed in the community are deliberately made
by the perpetrators by ignoring the right of the people to consume food that is safe for their living needs and
violate existing legal provisions. Law enforcement in protecting and providing food security to the community
is required as a form of law not just existing and enforced to the community but can help realize the true
happiness. Law enforcement, in this case, the role of the prosecutor as a public prosecutor is needed to protect
consumers and the creation of legal certainty and justice. Legal regulations applicable in the case of consumer
protection are not interpreted as partial by law enforcement, but comprehensively with the basis of the main
purpose of legal protection for the community. The role of prosecutors in law enforcement should be more
considering the adverse impact on long-term consumer health should be considered and accountable to busi-
ness actors.
Keywords:Law Enforcement, Legal Protection,Role of Attorney.

Abstrak
Keamanan dan keselamatan pangan yang layak konsumsi, dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan
keselamatan konsumen dalam penggunaan barang dan jasa atau hasil produk dari pelaku usaha sehingga
konsumen dapat terhindar dari kerugian fisik maupun psikis. Produk pangan yang tidak aman yang beredar
dan dikonsumsi di masyarakat memang sengaja dibuat oleh pelaku dengan mengabaikan hak masyarakat
untuk mengkonsumsi pangan yang aman bagi kebutuhan hidupnya, serta melanggar ketentuan hukum yang
ada. Penegakan hukum dalam melindungi dan memberikan keamanan pangan kepada masyarakat diperlukan
sebagai bentuk hukum tidak sekedar ada dan diberlakukan kepada masyarakat namun dapat membantu
mewujudkan kebahagian sebenarnya. Penegakan hukum dalam hal ini peran kejaksaan sebagai penuntut
umum diperlukan guna melindungi konsumen dan terciptanya kepastian dan keadilan hukum.Peraturan-
peraturan hukum yang berlaku dalam hal perlindungan konsumen tidak dimaknai sebagai persial oleh penegak
hukum, namun secara komphrehensif dengan didasarkan tujuan utama upaya pelindungan hukum bagi
masyarakat. Peranan jaksa sebagai penegakan hukum harus lebih mengingat dampak buruk bagi kesehatan
konsumen jangka Panjang harus dipertimbangkan dan dipertanggung jawabkan kepada pelaku usaha.
Kata kunci:Penegakan Hukum,Peranan Kejaksaan, Perlindungan Hukum.

| 44 |
Perlindungan Hukum bagi Konsumen Pada Kasus Keamanan Pangan Oleh Kejaksaan
Galih Puji Mulyono

Ketentuan Undang-Undang Dasar Republik Indo- hami produk yang dibeli atau dikosumsi. Kasus
nesia Tahun 1945 Pasal 28 Huruf H Ayat 1 dan 2 penjualan ayam tiren yang pernah terjadi di Indo-
dinyatakan bahwa untukmewujudkandan melin- nesia disajikan pada tabel dibawah ini:
dungi hak dasarseluruh warga negara Indonesia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk Tabel 1. Kasus Ayam Tiren
dalam hak atas pangan. Hak atas pangan dapat No Daerah Tahun Keterangan
1. Madiun 2010 Ayam tiren dijual di pasar
diterjemahkan sebagai upaya terpenuhinya kebu- tradisional
tuhan pangan masyarakatdengan aman dan layak Cakung, 2015 Ayam tiren dipasok ke
untuk dikonsumsi. Pangan yang dikonsumsi ma- 2. Jakata Timur penjual bakso dan mie
ayam
nusia adalah makanan maupun minuman yang 3. Tangerang 2016 Polisi menyita 1,5 ton ayam
merupakan kebutuhan utama bagi manusia, karena tiren
itu makanan dan minuman yang baik adalah ma- 4. Magetan 2017 Ayam tiren dipasok ke
penjual ayam panggang
kanan dan minuman yang memenuhi persyaratan
Sumber: Data sekunder, diolah, 2010
gizi dan kesehatan.
Pangan yang dikonsumsi masyarakat Indo-
nesia tersebut terdiri dari makanan dari tumbuhan Data kasus ayam tiren terdapat di beberapa
maupun hewani. Pangan harus memenuhi bebe- daerah di Indonesia antara tahun 2010 sampai de-
rapa prasyarat yaitu aman, bermutu, bergizi dan ngan tahun 2017. Hal tersebut tidak lain digunakan
tersedia cukup, terutama untuk melindungi untuk menarik para konsumen untuk membeli
kesehatan dan keyakinan masyarakat. Gizi yang ayam tiren. Perangkat peraturan perundang-
baik harus berimbang dan sesuai dengan kebutuh- undangan yang masih belum mendukung dalam
an. Kecukupan gizi seseorang diukur dari tingkat memberikan keamanan dan kelayakan kebutuhan
konsumsi kalori dan protein. Salah satu protein hidup konsumen. Kenyataan konsumen Indone-
yang bernilai tinggi yaitu protein hewani. sia sering mengalami kasus-kasus sangat merugi-
Daging ayam merupakan daging yang relatif kan dirinya baik secara materiil maupun immateriil.
murah untuk dikonsumsi manusia untuk meme- Beberapa perbuatan tertentu dan dinyatakan
nuhi protein hewani dibandingkan dengan sebagai tindak pidana yang sangat berkaitan
daging-daging yang lain (daging sapi, kerbau, kam- dengan kepentingan konsumen termuat dalam
bing), sehingga banyak dikonsumsi oleh masya- KUHPidana maupun yang terdapat diluar
rakat dari tingkat bawah sampai tingkat atas. KUHPidana. Sedangkan, di luar KUHPidana
Keuntungan itu dimanfaatkan pelaku usaha untuk antara lain Undang-Undang Republik Indonesia
berbuat melanggar etika berbisnis dengan menjual Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan yang telah
ayam bangkai dengan harga yang murah. Hal ini dicabut dengan Undang-Undang No. 18 tahun
merugikan konsumen karena kandungan bakteri 2012 tentang Pangan, Undang-UndangRepublik
yang ada pada ayam bangkai ini menimbulkan efek Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlin-
samping yang sangat berbahaya (Oktaviani, et al., dungan Konsumen, dan Undang-Undang Republik
2010). Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Fakta hukum mengenai kasus keamanan Jaminan perlindungan hukum bagi masya-
yang terjadi di masyarakat terus terjadi dewasa rakat dalam hal inikonsumen oleh pemerintah agar
ini karena dipengaruhi faktor motif ekonomi pe- dapat memenuhi pangan yang layak dan aman, be-
laku untuk memperoleh keuntungan yang sebesar- lum sepenuhnya dijalakan secara optimal khusus-
besarnya dan faktor dari konsumenkurang mema- nya nampak dalam penanganan penegakan hukum

| 45 |
Jurnal Cakrawala Hukum
Vol.8, No.1 Juni 2017: 54–64

dalam sistem peradilan pidana terhadap keamanan Metode Penelitian


pangan masih beorientasi kepada pelaku. Pene-
Pendekatan yang digunakan ialah pendekat-
gakan hukum dalam sistem peradilan pidana de-
an empiris. Penelitian ini, hukum tidak hanya
wasa ini belum berorientasi kepada perlindungan
dikonsepkan sebagai keseluruhan atas asas-asas
masyarakat sebagai korban secara umum.
dan kaidah yang mengatur kehidupan manusia
Sistem peradilan pidana harus melindungi akan tetapi meliputi juga lembaga-lembaga dan
semua orang dan keadilan (substansial) ditujukan proses-proses yang mewujudkan berlakunya
pada orang yang terlanggar haknya dan orang kaidah itu dalam masyarakat, sebagaimana terma-
yang disangka melanggar hukum pidana harus nifestasi dan tersimakdalam aksi dan interaksi
diperlakukan secara adil (fair trial) atau keadilan antar mereka(Soekanto, 2001).
prosedural (Mudzakir, 2001). Hak atas keamanan
Lokasi penelitian yang dipilih adalah di Kota
dan keselamatan tersebut dimaksudkan menjamin
Madiun, Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut
keamanan dan keselamatan konsumen dalam peng-
karena telah terjadi kasus pelaku usaha menjual
gunaan barang dan jasa atau hasil produk dari pe- ayam tiren dan sudah dilakukan penegakan hukum
laku usaha sehingga konsumen dapat terhindar atas kasus yang terjadi.Jenis bahan hukum yang
dari kerugian fisik maupun psikis. digunakan pada penelitian ini adalah bahan hukum
Kepentingan korban tindak pidana telah di- Primer dan bahan hukum sekunder.
wakili oleh alat negara yakni polisi dan jaksa, akan
tetapi hubungan antara korban di satu pihak de-
ngan polisi dan jaksa di pihak lain adalah bersifat
Peranan Jaksa Sebagai Penuntut Umum
simbolik, sementara itu hubungan antara terdakwa Kasus Keamanan Pangan yang Belum
dengan penasehat hukum secara prinsip adalah Berbasis Perlindungan Hukum bagi Konsumen
murni dalam hubungan hukum antara pengguna Jaksa dalam hal ini penuntut umum meru-
jasa dan pemberi jasa yang di atur dalam hukum pakan alat negara penegak hukum, pelindung dan
perdata. pengayom masyarakat berkewajiban untuk me-
Seringkali korban memiliki peranan yang melihara tegaknya hukum. Lembaga Kejaksaan de-
sangat penting bagi terjadinya suatukejahatan, ngan demikian berperan sebagai penegak hukum.
yang diharapkan dengan diperolehnya pemaham- Penegakan hukum menurut Soerjono Soekamto
an yang luas dan mendalam tentang korban keja- (2005) adalah kegiatan menyerasikan hubungan
hatan akan dapat memudahkan dalam menemukan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah
upaya penanggulangan kejahatan yang pada akhir- yang mantap dan mengejawantah sikap tidak se-
nya akan bermuara pada keadilan dan menurun- bagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk
nya kuantitas ataupun kualitas dari kejahatan menciptakan, memelihara dan mempertahankan
(Mansur&Gultom, 2006). kedamaian pergaulan hidup.
Atas dasar sebagaimana uraian di atasmaka Menurut Barda Nawawi Arief (2010), kuali-
masalah-masalah yang terjadi landasan analisis tas penegakan hukum yang dituntut masyarakat
penelitian inidifokuskanterhadap mengevaluasi saat ini bukan sekedar kualitas formal, tetapi ter-
dan menganalisispenegakan hukum oleh jaksa utama kualitas penegakan hukum secara materiil
sebagai penuntut umum pada kasus keamanan atau substansial seperti terungkap dalam isu sen-
pangan dalam mewujudkan perlindungan hu- tral yang dituntut masyarakat. Berkaitan kasus ke-
kumbagi konsumen dan upaya jaksa dalam pelak- amanan pangan penegakan hukum oleh jaksa
sanaan eksekusi barang buktinya. sebagai penuntut umum dapat memahami hukum

| 46 |
Perlindungan Hukum bagi Konsumen Pada Kasus Keamanan Pangan Oleh Kejaksaan
Galih Puji Mulyono

secara materiil dalam hal ini pemilihan perbuatan Faktor penghambat penegakan hukum kasus
hukum pidana dan bagaimana perlindungan keamanan adalah hambatan yang dihadapi Kejak-
hukum bagi korban tidak bertentangan dengan saan Negeri Madiun pada tahun 2010 merupakan
rasa keadilan, kepastian dan perlindungan Hak salah satu dari beberapa kejaksaan diwilayah
Asasi Manusia (HAM). Kejaksaan Tinggi Jawa Timur yang memiliki 2
Pelaksanaan penegakan hukum pada kasus wilayah dengan 2 Pengadilan Negeri. Wilayah
keamanan pangan yang diteliti, faktor ganti rugi hukum Kejaksaan Negeri Madiun yang luas meli-
paling dominan adalah faktor penegakan hukum puti 2 kota, yaitu kota Madiun dan Kabupaten
yakni persepsi dan penilaian aparat penegak hukum Madiun. Banyaknya kasus yang masuk di Kejak-
terhadap kasus yang terjadi dan peraturan per- saan Negeri Madiun baik dari wilayah Kota Madiun
undang-undangan yang dikenakan terhadap pe- dan Kabupaten Madiun menyebabkan penanganan
laku. Peraturan perundang-undang dikenakan kasus di Kejaksaan Negeri Madiun terhambat
kepada pelaku belum dikaitkan sebagai kesatuan (Wibowo, 2 September 2010).
yang utuh atara perbuatan, akibat, peraturan yang Permasalahan kurang optimalnya penangan
dilanggar dan perlindungan terhadap korban. kasus di Kejaksaan Negeri Madian dalam
Berdasarkan kasus keamanan pangan yang penegakan hukum dipengaruhi oleh beban kerja
diteliti kasus ayam tiren di kota Madiun, peranan tinggi dari aparat penegak hukum. Permasalahan
dalam upaya penegakan hukum yang dilakukan yang terjadi di Kejaksaan Negeri Madiun yang
jaksa di Kejaksaan Negeri Madiun sebagai penun- mempunyai 2 wilayah hukum dalam Pasal 137
tut umum dalam rangka memberikan perlindungan KUHAP menentukan bahwa penuntut umum ber-
hukum untuk korban atau masyarakat dapat wenang melakukan penuntutan terhadap siapapun
mengkonsumsi produk aman yang bermutu, dapat yang didakwa melakukan delik dalam daerah
dinilai juga belum optimal, terutama jaksa sebagai hukumnya dengan melimpahkan perkara ke
penuntut umum belum melaksanakan fungsinya pengadilan yang berwenang mengadili.
sebagai penuntut umum terhadap pelaku kejahat- Faktor kedua, kualitas individu (SDM) meru-
an. Penuntut umum adalah dominus litis dalam hal pakan faktor penting dalam penegakan hukum
penuntutan. Ia bebas untuk menetapkan peraturan bagaimana aparat penegak hukum dalam hal jaksa
pidana mana yang akan didakwakan dan mana sebagai penuntut umum memiliki kualitas pengeta-
yang tidak (Hamzah, 2008). huan dan kualitas keterampilan yang menunjang
Menurut Barda Nawawi Arief (2010) menya- dalam melaksanakan tugasnya. Namun, yang
takan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi dituntut tidak hanya mempunyai kemampuan
dan menentukan kualitas penegakan hukum. pengetahuan dan keterampilan menerapkan
Faktor itu dapat berupa kualitas individual (SDM), peraturan perundang-undangan tetapi sekaligus
kualitas institusional/ struktur hukum (termasuk memiliki integritas yang tinggi sehingga mencipta-
mekanisme tata kerja dan manajemen), kualitas kan nilai kepercayaan di masyarakat yang dite-
sarana/ prasarana, kualitas perundang-undangan gakkan dan dilindungi lewat hukum. Hukum me-
(substansi hukum, dan kualitas kondisi lingkungan. rupakan manifestasi dari nilai kepercayaan
Upaya penegakan hukum terkait kasus keamanan (Nawawi, 2010).
pangan di Kejaksaan Negeri Madiun di pengaruhi Berdasarkan hal yang diteliti pada kasus ke-
oleh kualitas individual, kualitas instituonal, dan amanan pangan di Kejaksaan Negeri Madiun, pe-
kualitas perundang-undangan. nuntut umum belum berbasis perlindungan hukum
bagi konsumen. Keamanan dan kelayakan pangan

| 47 |
Jurnal Cakrawala Hukum
Vol.8, No.1 Juni 2017: 54–64

merupakan hak dasar masyarakat yang dijamin dan Kasus tindak pidana penjualan ayam tiren,
dilindungi Undang-Undang Dasar 1945. Penuntut penuntut umum “kurang inovatif” dalam menyu-
umum kasus ayam tiren di Kota Madiun kurang sun surat dakwaannya. Penuntut umum menyetujui
memahami peraturan perundang-undangan dan sepaham dengan pasal dan undang-undang
dibidang pangan masih dilihat secara sempit hanya yang dipakai sebagai dasar penyidik ditahap
merujuk pada Undang-Undang Pangan semata dan penyidikan dengan menyusun surat dakwaan
belum melihat secara komprehensif dengan per- pokok (tunggal), serta tidak menyusun surat
aturan perundang-undangan yang terkait langsung dakwaannya secara sekunder yang menghubung-
terhadap kasus keamanan dan kelayakan pangan kan dengan Undang-Undang Perlindungan Kon-
yang terjadi. sumen.
Berkas perkara yang disusun oleh penyidik, Sebagaimana yang termuat dalam uraian
mencantumkan perbuatan yang dilakukan pelaku dakwaan diatur dan diancam pidana dalam Pasal
telah sesuai dengan rumusan tindak pidana Undang- 55 Huruf b Jo. Pasal 21 Huruf d Undang-Undang
Undang tentang Pangan. Merujuk hasil koordinasi Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang
dengan penuntut umum Kejaksaan Negeri Madiun Pangan seharusnya apa yang telah dilakukan pe-
selama pelaksanaan penyidik oleh pihak penyidik, laku dengan menjual ayam bangkai dengan digo-
ternyata pihak penuntut umum menyetujui di- reng telah dapat dinyatakan melanggar Pasal 8
sangkakan rumusan tindak pidana Undang- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Undang tentang Pangan bagi perbuatan kedua Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
orang pelaku, dan penuntut umum tidak memberi- Kurang menggalinya hukum yang dilakukan jaksa
kan arahan pula dapat dikenakan pasal dari sebagai penuntut umum merupakan bentuk belum
Undang-Undang lain yang kemungkinan dilanggar optimalnya jaksa dalam upaya mewujudkan perlin-
perbuatan pelaku, karena menurut penuntut dungan hukum bagi konsumen. Ketentuan dalam
umum unsur-unsur sudah terbukti, alat bukti Undang-Undang Pangan tidak mencerminkan
sudah terpenuhi dan tidak adanya korban maka keadilan bagi masyarakat dalam hal ini sebagai
penuntut umum mengenakan ketentuan Undang- konsumen.
Undang tentang Pangan (Amin, 12 September
Ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Perlin-
2010).
dungan Konsumenadalah ketentuan umum yang
Betapa mutlak pentingnya fungsi surat diberlakukan secara general bagi pelaku usaha dari
dakwaan dalam proses penuntutan perkara pidana para pelaku usaha di negara Republik Indonesia.
dilingkungan pengadian yang menjadi tugas dan Secara garis besar menurut Gunawan Widjaja &
tanggung jawab jaksa penuntut umum, tidak dapat Ahmad Yani (2000) larangan yang dikenakan da-
mengingkari dalam rangka melaksanakan pene- lam Pasal 8 Undang-Undang Perlindungan
gakan hukum dan peradilan. Penyusunan surat Konsumen tersebut dapat dibagi dalam dua bentuk
dakwaan oleh penuntut umum pada dasarnya pokok, yaitu larangan mengenai produk itu sen-
sangatlah tergantung pada kesempurnaan atau diri, yang tidak memenuhi syarat dan standar yang
kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan. Oleh layak untuk dipergunakan atau dipakai oleh kon-
karena itu, materi petunjuk jaksa penuntut umum sumen, dan larangan mengenai ketersediaan infor-
kepada penyidik dalam rangka kesempurnaan masi yang tidak benar, tidak akurat dan yang
berkas perkara yang syarat utamanya berdasarkan menyesatkan konsumen.
Pasal 143 Ayat 2 KUHAP adalah CERMAT, JELAS
Ketentuan Pasal 8 Ayat 1 Huruf a Undang-
dan LENGKAP (Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Undang Perlindungan Konsumen menjelaskan
Kejaksaan Republik Indonesia (PPPJ), 2008).

| 48 |
Perlindungan Hukum bagi Konsumen Pada Kasus Keamanan Pangan Oleh Kejaksaan
Galih Puji Mulyono

bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi barang sidangan. Sehingga hal tersebut hanya melaksana-
yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan kan tugas dan wewenangnya semata, institusi
standar yang dipersyaratkan oleh undang-undang. hukum berlangsung “kaku dan formal”sesuai de-
Terkait dengan Undang-Undang tentang Pangan, ngan prosedur hukum menegakkan hukum se-
maka telah dinyatakan pangan yang tercemar tidak batas”beyound the call of duties”, belum termotivasi
boleh diedarkan oleh pelaku usaha. Bahwa pelaku melaksanakan kewajiban hukum yang diemban-
usaha perseorangan tidak hanya yang berbadan nya. Praktek hukum hanya mengikuti cara” mene-
hukum, apabila melakukan usaha memproduksi gakan hukum menurut bunyi teks (black letter law)
barang semestinya tunduk pada ketentuan Pasal 8 (Raharjo, 2008).
Ayat 1 Huruf a Undang-Undang Perlindungan Surat tuntutan mengandung penegakan
Konsumen. kepastian hukum harus bermuara dalam rasa
Penuntut umum hanya menuntut pidana keadilan yang hidup dalam masyarakat sehingga
penjara 1 tahun 2 bulan penjara lebih ringan dari penegakan hukum bukan sekedar menerapkan
ketentuan pokok dalam Pasal 55 Undang-Undang ketentuan hukum yang abstrak terhadap keadaan-
Pangan yakni maksimal 5 tahun penjara. Dasar keadaan yang konkrit dan harus berisi pengkajian
pertimbangan penuntut umum adalah pelaku serta penghalusan terhadap peraturan-peraturan
menyesali perbuatanya dan tidak akan mengulangi yang berlaku dalam berbagai kaitanya yang rele-
menjual ayam bangkai/ayam tiren, pelaku sudah van satu dengan yang lainnya, situasi dan kondisi
usia lanjut, dan para pelaku melakukan kebutuhan yang meliputi tindak pidana itu sendiri beserta
tersebut untuk menafkahi keluarganya (Amin, 12 lingkungannya tempat dan waktu terjadinya
September 2010). faktor-faktor subyektif dari terdakwa, kepentingan
Penuntut umum selayaknya mempertim- masyarakat yang dilanggar dan sebagainya.
bangkan perlindungan hukum bagi konsumen atau Dengan demikian, maka putusan hakim akan
masyarakat sebagai korban, serta aspek penjeraan dapat menciptakan kesinambungan secara pro-
bagi pelaku dan pencegahan bagi calon pelaku posional antara kepentingan masyarakat disatu
lainnya secara seimbang untuk melakukan penun- pihak dan pelaku dilain pihak sebagai individu
tutan maksimal sesuai dengan ancaman pidana yang dijatuhi hukuman. Kerangka inilah asas-asas
dalam undang-undang pangan tersebut. Pertim- dan tujuan pokok dari pada penegakan hukum
bangan perlindungan hukum bagi konsumen perlu pidana, maka oleh karena itu walaupun jaksa
mendapatkan perhatian serius dari pihak penuntut penuntut umum bertindak sebagai pihak yang
umum dalam melakukan penuntutan, karena memegang perkara seakan-akan hanya melihat
tingkat bahaya dari segi kesehatan yang ditim- dari pertimbangan subyektif, namun jaksa pe-
bukan oleh ayam bangkai/ayam tiren yang jelas- nuntut umum dengan mengajukan perkara
jelas sudah merupakan bangkai dan tidak layak tersebut kepengadilan harus tetap berpegang teguh
konsumsi. kepada tujuan subyektif dari penegakan hukum
Tindakan jaksa sebagai penuntut umum me- yaitu mewujudkan keadilan yang proposional
nuntut pelaku kejahatan dengan ketentuan pidana berdasarkan kebenaran materiil.
adalah untuk kepentingan perlindungan hukum Kebenaran materiil berkaitan kualitas subs-
terhadap masyarakat dan juga kepentingan korban tansi dari perundang-perundangan di bidang
(Teguh & Abdul, 2012). Kesalahan penuntut umum pangan dalam hal ini Pasal 62 Undang-Undang Per-
dalam memahami substansi peraturan perundang- lindungan Konsumen, terdapat beberapa keten-
undangan berdampak pada putusan hakim di per- tuan yang di dalamnya belum berbasis perlindung-

| 49 |
Jurnal Cakrawala Hukum
Vol.8, No.1 Juni 2017: 54–64

an hukum bagi konsumen. Hal ini juga faktor mem- bentuk sanksi “pembayaran ganti rugi”. Namun
pengaruhi belum optimalnya penuntut umum da- dalam Pasal 63 Undang-Undang Perlindungan
lam mewujudkan perlindungan hukum bagi kon- Konsumen menjelaskan bahwa hanya merupakan
sumen karena ada permasalahan yuridis dalam “pidana tambahan”.
peraturan perundangan-undangan tersebut. Kedudukan sanksi “pembayaran ganti rugi
Permasalahan yuridis tersebut terdapat da- sebagai pidana tambahan dalam Pasal 63Undang-
lam ketentuan pidana dalam Pasal 62Undang- Undang Perlindungan Konsumen,menurut Barda
Undang Perlindungan Konsumen yang belum men- NawawiArief (2010), merupakan suatu kemajuan
cerminkan perlindungan hukum bagi konsumen dibandingkan dalam KUHP. Dengan adanya pidana
antara lain, menurut Barda Nawawi Arief (2010), ganti rugi mewujudkan adanya kebijakan berorien-
Eksistensi ketentuan pidanaPasal 62 Undang- tasi pada korban (victim oriented).
Undang Perlindungan Konsumen menyebutkan Namun perlu dicatat, bahwa KUHP adalah
subyek hukum pidana ada 2 yaitu pelaku usaha aturan umum. Aturan delik/khusus, seperti Undang-
perorangan dan badan hukum. Namun, dalam Undang Perlindungan Konsumen ini sebenarnya
ketentuan tersebut tidak membedakan antara be- bisa saja kebijakan perumusan sanksi yang ber-
saran pidana dan denda yang dijatuhkan terhadap orientasi pada korban, dilakukan dengan cara
pelaku usaha perorangan atau badan hukum. pidana pembayaran ganti rugi sebagai pidana po-
Pidana dan denda yang dijatuhkan kepada subyek kok atau sebagai pidana tambahan yang bersifat
hukum harus dibedakan karena dampak yang tim- imperatif untuk delik-delik/kondisi-kondisi ter-
bulnya korban dari perbuatan badan hukum lebih tentu. Menempatkan pidana ganti rugi sebagai
besar dari pada perbuatan perorangan(Arief, 2010), pidana tambahan yang bersifat fakultatif, dirasa-
sehingga ketentuan mengenai badan hukum tidak kan kurang mengakomodasikan “ide” yang ter-
mencerminkan asas keadilan dan kepastian hukum tuang dalam Pasal 4 Sub h Undang-Undang Perlin-
untuk memberikan perlindungan hukum bagi kon- dungan Konsumen dan Pasal 19 Ayat 1 Undang-
sumen. Undang Perlindungan Konsumen.
Eksistensi dan posisi hukum korban tindak Apabila sanksi pidana denda yang dijatuh-
pidana dalam sistem peradilan pidana, tidak meng- kan atas perbuatan pelaku usaha badan hukum
untungkan bagi korban tindak pidana, karena ter- hanya dipandang ringan sebagai biaya rutin seba-
bentur dalam permasalahan yang mendasar yakni gaimana biaya rutin yang dibutuhkan dalam biaya
korban hanya sebagai saksi (pelapor atau korban). produksi perusahan. Berkaitan dengan ini lebih
Menurut Barda Nawawi Arief (2010), sistem pe- jelas Susanto (1995) bahwa, melihat praktek pene-
rumusan pidana dalam Pasal 62 Undang-Undang gakan hukum terhadap pelanggaran-pelanggaran
Perlindungan Konsumen lebih berorientasi pada yang dilakukan korporasi, agaknya bagi korporasi,
“pelaku tindak pidana” (offenders oriented), sebenar- pelanggaran hukum yang dilakukan hanya dipan-
nya tidak dapat diharapkan banyak adanya perlin- dang sebagai “ongkos”, yakni biaya atau pengurang-
dungan terhadap konsumen sebagai “korban”. an keuntungan “melalui denda” yang dikalkuasi-
Dengan dipidananya pelaku pelaku ber- kan dan diperhitungkan sebelumnya dengan cara
dasarkan Pasal 62 Undang-Undang Perlindungan seperti halnya dengan setiap “ongkos” yang harus
Konsumen saja (pidana penjara atau denda), korban/ dikeluarkan untuk menghasilkan dan memasarkan
konsumen yang dirugikan tidak mendapatkan apa- produk dari korporasi yang bersangkutan.
apa. Dilihat dari sudut konsumen, harapan adanya Peraturan perundang-undangan yang baru
bentuk perlindungan secara langsung hanya pada yang mengatur perlindungan hukum bagi kon-

| 50 |
Perlindungan Hukum bagi Konsumen Pada Kasus Keamanan Pangan Oleh Kejaksaan
Galih Puji Mulyono

sumen terkait dengan keamanan dan kelayakan Menurut Muladi dan Barda NawawiArief (1992),
pangan di atur dalam Undang-Undang Republik dalam hukum pidana positif yang berlaku pada
Indonesia Nomor 18 tahun 2012 Perubahan atas saat ini perlindungan korban lebih banyak meru-
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 pakan “perlindungan abstrak” atau “perlindungan
Tahun 1996 tentang Pangan. Pasal 90 Undang tidak langsung”.
Undang tentang Pangan mengatur perbuatan dila- Hal di atas, dapat dicermati bahwa berbagai
rang bagi setiap orang mengedarkan pangan ter- rumusan tindak pidana dalam peraturan perun-
cemar. Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi bagi dangundangan selama ini pada hakekatnya telah
pelanggar dikenakan sanksi administratif ini meru- ada perlindungan in abstracto secara langsung ter-
pakan kemajuan dalam hal perlindungan bagi hadap kepentingan hukum dan hak asasi korban.
korban dimana korban mendapatkan perhatian Dikatakan demikian, karena tindak pidana menu-
khusus untuk mendapatkan ganti kerugian dan rut hukum positif tidak dilihat sebagai perbuatan
sanksi ini menghapus sanksi pidana yang sebe- menyerang atau melanggar kepentingan hukum
lumnya di atur dalam undang-undang sebelumnya. seseorang (korban) secara pribadi dan konkret, te-
Selain dalam hukum materiil dalam hukum tapi hanya dilihat sebagai pelanggaran “norma atau
formiil KUHAP, juga hanya mefokuskan pada tertib hukum in abstracto”.
kepentingan pelaku tidak ada perlakuan lebih ter- Sebagai akibatnya perlindungan korban
hadap korban kejahatan. Sistem peradilan pidana tidak secara langsung dengan in concreto, tetapi
sekarang ini berlaku terlalu difokuskan pada hanya in abstracto. Ketiadaan hak korban ikut cam-
pelaku dan kurang memperhatikan korban. Hal pur dalam sistem peradilan pidana, proses per-
yang sering terjadi adalah terlibatnya korban da- adilan menjadi monopoli aparat hukum. Hal ini
lam sistem peradilan pidana hanya menambah jelas nampak dalam menempatkan korban hanya
trauma dan meningkatkan rasa ketidak berdayaan- sebagai saksi tanpa memberikan hak perlindungan
nya serta frustasi karena tidak diberikan perlin- hukum bagi konsumen.
dungan dan upaya hukum yang cukup.
Sistem peradilan pidana dewasa ini memang
Upaya Jaksa dalam Pelaksanaan Eksekusi
terlalu “offender centered”, sehingga mengharuskan
kita untuk memperbaiki posisi korban dalam
Terhadap Barang Bukti
sistem ini agar apa yang diperolehnya tidak hanya Mengenai perusakan atau pemusnahan ba-
kepuasan simbolik (Reksodiputro, 1994). Asas-asas rang sitaan yang membahayakan lingkungan dan
hukum acara pidana yang dianut oleh KUHAP pun masyarakat dapat dinyatakan sah, apabila berda-
hampir semua mengedepankan hak-hak tersangka. sarkan putusan pengadilan. Perintah pemusnahan
Paling tidak terdapat sepuluh asas yang dianut atau perusakan itu harus mendapatkan izin dari
oleh KUHAP dengan maksud untuk melindungi ketua pengadilan negeri, sehingga dengan demi-
hak warga negara dalam proses hukum yang adil kian ada jaminan yang mengikat bagi pengadilan
(Atmasasmita, 1996). untuk menjatuhkan senada dengan pemusnahan
Uraian di atas menunjukan bahwa masalah benda sitaan (PPPJ, 2008).
kepentingan korban tindak pidana masih saja men- Pemusnahan benda sitaan barang berupa
dapat tantangan dari sudut mekanisme peradilan (Polresta Madiun, 2010):
pidana. Selama ini pengaturan perlindungan kor- a. 105 ekor daging ayam yang sudah mati;
ban khususnya dalam sistem peradilan pidana b. 27 ekor daging ayam goreng sudah mati;
Indonesia belum menampakkan pola yang jelas. c. 24 ekor daging ayam yang sudah mati;

| 51 |
Jurnal Cakrawala Hukum
Vol.8, No.1 Juni 2017: 54–64

d. 2 buah baki; dan itu dilakukan pada tingkat penuntutan, dan izin
e. 4 buah tas anyaman plastik. persetujuan dari dari hakim yang mengadili per-
kara dalam tindakan itu dilakukan di tingkat
pengadilan.Tindakan pemusnahan benda sitaan ini
Kewenangan dan tanggung jawab yuridis
penuntut umum hanya terbatas pada tingkat pe-
atas benda sitaan pada instansi penyidikan sejak
nuntutan saja. Tetapi meliputi tingkat pemeriksaan
saat benda itu disita dan ditempatkan di Rubasan.
pengadilan dalam semua tingkat.
Sejak penyidikan menyita suatu suatu benda dalam
pemeriksaan penyidikan, kemudian penyampaian Pengadilan pada tahap penjatuhan putusan
benda sitaan dalam Rupbasan, sejak itu kewenang- disetiap tingkat instansi dapat menjatuhkan
an dan tanggung jawab yuridis aparat penyidik putusan yang memerintahkan pemusnahan benda
atas benda sitaan, selama pemeriksaan perkara sitaan. Kewenangan tersebut ditentukan dalam
masih dalam tingkat penyidikan kewenangan dan Pasal 46 Ayat 2 KUHAP, dan kewenangan ini
tanggung jawab sepenuhnya atas benda sitaan hanya memberikan undang-undang kepada ins-
mutlak berada ditangan aparat penyidik, instansi tansi pengadilan pada setiap tingkat pemeriksaan.
penuntut umum atau pengadilan tidak dapat men- Kewenangan ini mutlak monopoli instansi penyidik
campuri kewenangan dan tanggung jawab ter- pada tingkat pemeriksaan penyidikan maupun
sebut. kepada instansi penuntut umum pada tingkat
penuntutan. Jadi selama benda sitaan mengikuti
Kewenangan dan tanggung jawab yuridis
tingkat pemeriksaan pengadilan, pengadilan yang
aparat penyidikan atas benda sitaan secara yuridis
berwenang menetapkan kepada siapa benda sitaan
ada di tangan aparat penyidik, lazim disebut
dimusnahkan. Pengadilan berwenang untuk men-
dengan “benda sitaan penyidik”. Ini berarti, selama
jalankan putusan yang memerintahkan untuk me-
benda sitaan berada dalam status penyidikan,
musnahkan benda sitaan.
penyidik berwenang dan bertanggung jawab mela-
kukan tindakan sebagaimana dengan yang diatur Pelaksanaan penanganan barang bukti kasus
dalam Pasal 45 dan 46 KUHAP. tindak pidana penjualan ayam bangkai atau ayam
tiren, barang bukti disita oleh penyidik dengan
Mengenai kewenangan penyidik atas benda
disaksikan oleh tersangka, keluarga tersangka dan
sitaan yang disebut pada Pasal 45 KUHAP didasar-
ketua RT (Rukun Tetangga), hal tersebut telah
kan atas keadaan benda sitaan, yakni merupakan:
mendapatkan persetujuan dari ketua Pengadilan
1. Benda yang mudah rusak;
Negeri Kota Madiun (Amin, 23 Oktober 2010).
2. Benda yang membahayakan; dan
3. Biaya penyimpanan benda tersebut terlampau Namun dalam pelaksanaan eksekusi terha-
tinggi maka penyidik dalam tingkat peme- dap barang bukti yang di laksanakan eksekusi pe-
riksaan penyidik mempunyai wewenang untuk: musnahan barang bukti di tingkat penyidik tidak
a. Menjual lelang benda sitaan, atau disertai dengan surat keterangan dari hasil sample
b. Mengamankan benda sitaan tersebut, seharusnya dilakukan pemeriksaan labo-
ratorium terlebih dahulu untuk membuktikan
suatu substansi membahayakan kesehatan dapat
Penuntut umum hendak memusnahkan benda
dilakukan oleh labratorium kesehatan untuk men-
sitaan karena dianggap berbahaya bagi kesehatan
dapatkan kepastian keabsahan dalam pembuktian
manusia dan lingkungan, tindakan yang harus dila-
di persidangan.Kekurangan penyidik dalam pe-
kukan dulu mendapatkan izin dari ketua peng-
meriksaan tersangka terkait barang bukti seha-
adilan negeri jika pemusnahan atau pengamanan
rusnya penyidik dalam analisis atau penilaian ter-

| 52 |
Perlindungan Hukum bagi Konsumen Pada Kasus Keamanan Pangan Oleh Kejaksaan
Galih Puji Mulyono

hadap barang bukti terdapat ayam bangkai/ayam pangan hanya menggunakan undang-undang
tiren dalam bentuk ayam yang digoreng itu meru- pangan yang memiliki sanksi ringan dan kurang
pakan modus operandi tersangka untuk mengela- memperhatikan perlidungan terhadap konsumen.
buhi konsumen (Polresta Madiun, 2010). Ketentuan dalam Undang-Undang Perlindungan
Kekurangan alat bukti keterangan ahli atau Konsumen dirasa lebih tepat digunakan oleh penun-
surat berupa hasil sampel dari laboratorium yang tut umum karena selain sanksinya lebih berat ada
menerangkan kandungan bakteri yang terdapat perhatian khusus perlindungan hukum bagi kon-
dalam ayam tiren. Penyidik hanya melampirkan sumen.
berita acara pemusnahan barang sitaan disertai de- Upaya kejaksaan dalam pelaksanaan ekse-
ngan foto tanpa disertai surat hasil sampel dari labo- kusi barang bukti kasus tindak pidana penjualan
ratorium karena menurut keyakinan dari jaksa dan ayam bangkai/ayam tiren terdapat kekurangan,
keterangan ahli maka barang bukti tersebut tidak yakni dalam berkas perkara dari penyidik tidak
perlu dimintakan hasil sample dari laboratorium di lengkapi dengan hasil sample dari laboratorium
(Nur Amin, 12 September 2010). menerangkan bahwa barang bukti ayam bangkai
Surat hasil sample dari laboratorium nantinya memang berbahaya untuk dikonsumsi.
dapat digunakan dalam pembuktian di persidang-
an dan memperkuat unsur kesalahan terdakwa Saran
serta bahan pertimbangan hakim dalam men-
jatuhkan putusan pidananya lebih berat, karena Kejaksaan Negeri Madiun yang terkait
ada pembuktian akibat yang berbahaya dari pen- dengan persoalan keamanan pangan hendaknya
jualan ayam Bangka atau ayam tiren oleh tersangka dapat lebih mendalami persoalan tersebut dengan
bagi masyarakat. Kurang telitinya penuntut umum mendalami ketentuan undang-undang berkaitan
dalam melaksanakan tugasnya dengan tidak keamanan pangan dan lebih menekankan
melampirkan surat hasil sampel dari laboratorium perlindungan hukum bagi konsumen sebagai
tersebut bisa dimanfaatkan karena kurangnya bukti korban.
mengenai bahayanya ayam tiren tersebut bagi
kesehatan. DAFTAR PUSTAKA
Amin, Nur. Kasubsi Penyidikan/ Jaksa Penuntut Umum.
Simpulan Kejaksaan Negeri Kota Madiun. Wawancara. 23
Oktober 2010. Madiun.
Penegakan hukum oleh jaksa sebagai pe-
Arief, Barda Nawawi. 2010. Masalah Penegakan Hukum
nuntut umum pada kasus keamanan pangan belum
dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan
optimal dalam upaya perlindungan hukum bagi Kejahatan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
konsumen. Belum optimalnya penegakan hukum
oleh penuntut umum di pengaruhi bebarapa faktor Arief, Dikdik M Mansur & Elisatris Gultom, 2006. Urgensi
Perlindungan Korban Kejahatan: Antara Norma dan
antara lain beban kerja penuntut umum di Kejak- Realita. Rajawali Pres. Jakarta.
saan Negeri Madiun pada tahun 2010 yang tinggi
karena memiliki 2 wilayah hukum yaitu Kota Atmasasmita, Romli. 1996. Sistem Peradilan Pidana
(Persepektif Ekistensialisme dan Abolisionisme). Bina
Madiun dan Kabupaten Madiun. Selain itu faktor Cipta. Bandung.
lainnya adalah penuntut umum kurang memahami
peraturan perundang-undang mengenai keamanan Hamzah, Andi. 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia. Sinar
Grafika. Jakarta.

| 53 |
Jurnal Cakrawala Hukum
Vol.8, No.1 Juni 2017: 54–64

Kepolisian Resort Kota Madiun, Berkas Acara No.BP/05/ Soekanto, Soerjono, 2001. Pengantar Penelitian Hukum. Cet
01/2010/Satreskrim tentang Perkara Tindak Pidana V. UI-Press. Jakarta.
Mengedarkan Pangan yang Dilarang untuk Diedarkan
(Bangkai daging Ayam), 29 Januari 2010, Madiun. Soekanto, Soerjono. 2005. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penegakan Hukum. Raja Grafindo
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Persada. Jakarta.

Mudzakir. 2001. Posisi Hukum Korban Tindak Pidana dalam Susanto, I.S. 1995. Kejahatan Korporasi, Badan Penerbit
Sistem Peradilan Pidana. Disertasi Pengukuhan Universitas Diponegoro. Semarang.
Guru Besar di Universitas Indonesia. tanggal 6
April 2001. Jakarta. Sutarto, Suryono. 2004. Hukum Acara Pidana Jilid I. Uni-
versitas Diponegoro. Semarang.
Muladi & Barda Nawawi Arief. 1992. Bunga Rampai
Hukum Pidana. Alumni. Bandung. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Oktaviani, Wina dkk. 2010. Perlindungan Konsumen Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun
(online), www.w3.org/1999/xhtml., (diakses 2012 tentang Panganperubahan atas Undang-Undang
tanggal diakses 26 Juli 2010). No 7 tahun 1996 tentang Pangan. Jakarta.

Prasetyo, Teguh & Abdul Halim Barkatullah. 2012. Politik Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
Hukum Pidana, “Kajian Kebijakan Kriminalisasi dan 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta.
Dekriminilisasi”. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Wibowo, Basuki Arif. Kasubsi Prapenuntutan. Kejaksaan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Negeri Madiun. Wawancara. 2 September 2010.
Indonesia. 2008. Modul Pendidikan dan Pelatihan Madiun.
Pembentukan Jaksa (PPPJ-2008). Kejaksaan Republik
Widjaja, Gunawan & Ahmad Yani. 2000. Hukum tentang
Indonesia. Jakarta.
Perlindungan Konsumen. Gramedika Pustaka
Raharjo, Satjipto. 2008. Memunculkan Kekuatan Hukum. Utama. Jakarta.
bahan bacaan mahasiswa PDIH-UNDIP N0. 27.
PDIH-UNDIP. Semarang.
How to Cite:
Reksodiputro, Mardjono. 1994. Hak Asasi Manusia dalam
Sistem Peradilan Pidana. Pusat Pelayanan Keadilan Mulyono, Galih Puji. 2017. Perlindungan Hukum Bagi
dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia. Konsumen pada Kasus Keamanan Pangan oleh
Jakarta. Kejaksaan. Jurnal Cakrawala Hukum. 8 (1): 44-54.

| 54 |

Anda mungkin juga menyukai