Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN KONFLIK ANTARBUDAYA

Pertentangan institusional mengenai budaya individualistis seperti Amerika Serikat, memunculkan


metode yang cukup berbeda dalam menghadapi konflik. Ada literatur yang mengindikasikan
bahwa orang Amerika memiliki lima pendekatan dasar dalam menghadapi konflik. Pendekatan ini
akan mengatasi konflik selama menghadapi transaksi bisnis dengan orang dari budaya yang
berbeda.
1. Menghindar
Menghindar, juga dikenal sebagai penyangkalan atau penarikan diri, merupakan strategi
yang berdasarkan asumsi bahwa konflik akan hilang jika diacuhkan. Menghindari konflik
dapat secara mental (diam atau tidak terlibat dalam interaksi) atau fisik (menarik diri dari
lingkungan konflik).
2. Akomodasi
Akomodasi merupakan salah satu bentuk mengatasi konflik yang erat hubungannya
dengan menghindar; perbedaannya adalah bahwa dalam akomodasi, seseorang berusaha
menyenangkan orang lain. Menurut Schmidt dan rekannya, “Orang yang mencari koneksi,
memiliki kebutuhan afiliasi, dan peduli mengenai hubungan kadang lebih menyukai
pendekatan akomodasi terhadap konflik.” Dalam banyak kesempatan, tindakan ini “dapat
menimbulkan keadaan yang tidak mengenakan dan hubungan yang tegang yang ditandai
dengan pendekatan yang lemah serta pengorbanan diri dan bahkan tawa gugup.”
3. Kompetisi
Kompetisi merupakan nilai Amerika yang fundamental. Dalam arena bisnis, kompetisi
digunakan dalam manajemen konflik di Amerika Serikat. Kompetisi secara terbuka
dianjurkan dalam budaya individualitas.
4. Kolaborasi
Inti dari kolaborasi adalah pandangan bahwa semua pihak bekerja sama untuk
memecahkan masalah. DeFleur dan rekannya menjelaskan kolaborasi sebagai usaha untuk
mempertahankan hubungan yang produktif yang akan mengatasi ketidaksetujuan ketika
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Kolaborasi merupakan metode yang paling
banyak digunakan untuk mengatasi konflik, karena konflik dilihat dari cara yang positif.
Mengatasi konflik
Konflik
-korea selatan dan korea utara

Konflik di semenanjung Korea diawali hanya oleh dua negara yaitu Korea Selatan dan Korea
Utara. Akan tetapi pada kenyataannya banyak negara yang ikut mempengaruhi dan terlibat di
dalam konflik ini. Negara tersebut antara lain Amerika Serikat dan sekutunya dengan Uni Soviet.
Ada berbagai alasan mengenai penyebab dari sering munculnya konflik di Semenanjung Korea.
Bagian utara Korea berbatasan dengan wilayah Cina (Manchuria sebagai wilayah industri berat).
Bagian timur laut Korea berbatasan dengan sebagian wilayah Uni Soviet dan ada pelabuhan yang
sangat penting bagi Uni Soviet serta adanya pangkalan armada laut Uni Soviet di Asia Pasifik pada
era abad 19. Bagian tenggara Korea merupakan wilayah perairan Jepang yang notabenenya sejak
era post-Perang Dunia 2 merupakan sekutu terdekat Amerika Serikat di kawasan ini. Pada
awalnya, wilayah Korea merupakan bagian dari wilayah imperialisme Jepang pada era Perang
Dunia 2, namun dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu pada Agustus 1945, maka wilayah
Korea diambil alih oleh pihak Uni Soviet setelah Jepang kalah berperang dengan Uni Soviet pada
tanggal 8 Agustus 1945. Berdasarkan pada kebijakan containment AS, maka pihak Washington
dan Moscow mengadakan suatu perundingan untuk membagi kekuasaan Korea secara garis 38
derajat lintang utara sehingga ada pembatasan wilayah demi alasan politik yang membentuk Korea
bagian utara di bawah pengaruh Uni Soviet dan Korea bagian selatan berada di bawah pengaruh
Amerika Serikat.
Pada tahun 1948, masing-masing pihak (USSR dan AS) mendirikan pemerintahan di
masing-masing wilayah Utara dan Selatan. Korea Utara (Republik Rakyat Demokratik Korea)
dengan ideologi komunis berada di bawah kepemimpinan Kim Il Sung, seorang mantan prajurit
tentara merah Uni Soviet. Dan Korea Selatan (Republik Korea) dengan ideologi liberal berada di
bawah kepemimpinan Syngman Rhee, seorang terpelajar yang lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk studi di AS dan sangat anti-komunis.Pada tahun 1949 semua pasukan AS dan
USSR ditarik dari kedua wilayah ini. Alasan awal terjadinya konflik ini adalah perbedaan ideologi
serta isu perbatasan yang menjadi isu yang sangat sensitif antara kedua wilayah ini, karena
pembatas wilayah bukan dianggap sebagai perbatasan antar negara. Pada tahun 1953 perang
berakhir dan pihak AS mengadakan perjanjian Mutual Security Treaty dengan Korea Selatan
sehingga keberadaan pasukan AS dipertahankan guna mencegah terjadinya serangan dari pihak
Utara. Namun pada tahun 1961 pihak USSR-China mengadakan perjanjian pertahanan dengan
Korea Utara. Walaupun konflik ini pada tahun 1953 dianggap telah berakhir namun masih sering
terjadi konflik antar negara dengan sekutunya hingga saat ini. Kedua belah pihak berulang kali
mencoba mengadakan percobaan perundingan damai, namun pada akhirnya selalu gagal dan tidak
membuahkan hasil yang signifikan.
Gagalnya perundingan damai ini dikarenakan perilaku kedua negara yang dianggap
mengancam oleh masing-masing lawannya. Sebagai contoh adalah dengan adanya pembangunan
persenjataan nuklir di Korea Utara yang secara langsung menyebabkan kekhawatiran negara lain
serta mengganggu stabilitas keamanan kawasan tersebut. Konflik yang berkepanjangan ini
menjadi perhatian dalam dunia internasional serta membuat negara lain ikut berusaha
mempengaruhi kedua pihak yang berkonflik, seperti Amerika Serikat dan Cina. Dengan
menguatnya ketidakpercayaan antara sekutu sebelumnya Amerika Serikat dan Uni Soviet, tidak
ada persetujuan yang berhasil dicapai mengenai cara untuk mendamaikan pemerintah sementara
yang saling bersaing. Amerika Serikat membawa masalah ini ke hadapan Perserikatan Bangsa-
Bangsa pada musim gugur 1947. Uni Soviet menentang keterlibatan PBB.
PBB meloloskan resolusi pada tanggal 14 November 1947, dengan menyatakan bahwa
pemilihan umum yang bebas harus ditunda, pasukan asing harus ditarik, dan sebuah komisi PBB
untuk Korea harus dibentuk. Uni Soviet, walaupun anggota dengan kekuatan hak veto, memboikot
pemungutan suara dan tidak mempertimbangkan resolusi yang akan mengikat. Pada April 1948,
sebuah konferensi organisasi-organisasi dari Korea Utara dan Korea Selatan bertemu di
Pyongyang. Konferensi ini tidak membuahkan hasil, dan Soviet memboikot pemilihan umum yang
diawasi PBB di Korea Selatan. Tidak ada pemilihan yang diawasi PBB di utara. Pada tanggal 10
Mei Korea Selatan mengadakan pemilihan. Syngman Rhee, yang telah mengusulkan pemilihan
umum parsial di Korea Selatan demi mewujudkan kekuasaannya sejak 1947, terpilih sudah,
meskipun partai-partai sayap kiri memboikot pemilihan umum itu.

-konflik Thailand

Thailand dan Kamboja. Kedua negara ini awalnya merupakan dua negara Asia Tenggara yang
memiliki hubungan yang baik. Keduanya sangat jarang terlibat pertikaian. Hal ini mungkin dikarenakan
kedua negara tersebut memiliki banyak persamaan dari beberapa Negara yang ada di ASEAN. Salah
satu persamaan tersebut adalah persamaan agama, yaitu agama Buddha yang merupakan agama
mayoritas di kedua negara tersebut. Persamaan kedua adalah dari sistem pemerintahan mereka,
yang sama-sama mengadopsi system monarki absolut. Namun hubungan yang baik itu lantas menjadi
merenggang selepas konflik Perang Indochina pada 1975, Perang Indochina tersebut hubungan
kedua negara terus-menerus terjadi konflik, berlanjut dengan persoalan Kuil Preah Vihear dan wilayah
yang ada di sekitar Kuil itu.
Memburuknya hubungan Thailand dan Kamboja diperparah dengan konflik antara kedua
negara yang semakin memanas belakangan ini, Penyebab konflik kedua Negara adalah:
1) Wilayah Kuil Preah Vihear
Permasalahannya terletak pada satu tempat yaitu Kuil Preah Vihear. Sebuah kuil berusia
kurang-lebih 900 tahun tersebut kini sedang ramai-ramainya diperbincangkan. Penyebabnya adalah
sala satu diantara kedua Negara menguasai Kuil maka wilayah seluas 4,6 km2 di sekitar kuil tersebut
kini akan di kuasai oleh Negara yang telah merebut Kuil tersebut. Tetapi sedang diperebutkan dua
negara ASEAN, Thailand dan Kamboja. Kedua negara itu sama-sama mengklaim wilayah tersebut
sebagai wilayahnya, dan kedua Negara tersebut sama-sama berpendapat penempatan tentara dari
negara lainnya di wilayah tersebut merupakan bukti pelanggaran kedaulatan nasional mereka. Juli
2008 lalu kedua negara yang bertikai tersebut sama-sama menempatkan tentaranya yang
keseluruhannya berjumlah lebih dari 4000 pasukan di kawasan Kuil Preah Vihear tersebut.
2) Keputusan UNESCO Tentang Kepemilikan Kuil
Sebenarnya sejak dahulu, wilayah seluas 4,6 km2 ini memang sudah menjadi perdebatan.
Akan tetapi, perdebatan semakin memanas sejak dikeluarkannya keputusan UNESCO yang
memasukkan kuil itu ke dalam daftar warisan sejarah dunia. Keputusan UNESCO ini kemudian
mengundang dua reaksi yang berbeda, reaksi gembira dari rakyat Kamboja, serta reaksi negatif dari
rakyat Thailand. Sebenarnya, masalah kepemilikan kuil tersebut sudah diatur oleh Mahkamah
Internasional tahun 1962, yang menyatakan kuil tersebut adalah milik rakyat Kamboja, namun
Thailand tidak menerimah keputusan UNESCO karena Thailand mempunyai pertimbangan-
pertimbangan tertentu, apabilah Kuil itu di tangan Kamboja maka Thailand akan terancam sebagai
Negara tetangga. Akan tetapi, sebenarnya ada satu masalah lagi yang mendorong Kamboja maupun
Thailand untuk memiliki wilayah sekitar Kuil Preah Vihear tersebut. Alasan tersebut adalah karena
wilayah sekitar Kuil Preah Vihear adalah wilayah yang kaya akan sumber daya mineral-minyak bumi
dan gas alam. Kepemilikan akan wilayah sekitar Kuil Preah Vihear itu berarti akan menjamin
terpenuhinya kebutuhan energi negara pemiliknya, juga sekaligus akan meningkatkan pemasukan
negara tersebut dari sisi penjualan sumber energi. Hal ini menambah alasan mengapa wilayah sekitar
Kuil Preah Vihear merupakan wilayah yang layak untuk diperebutkan, baik oleh Thailand dan
Kamboja.
3) Wilayah Di Sekitar Kuil
Dalam konflik kamboja Thailand yang menjadi masalah di sini adalah wilayah seluas 4,6 km2
di sekitar kuil tersebut yang tidak dijelaskan kepemilikannya oleh Mahkamah Internasional. Masalah
kepemilikan yang tidak jelas inilah yang menyebabkan terjadinya sengketa yang kemudian berlanjut
dengan konflik bersenjata di wilayah itu. Konflik bersenjata yang terjadi pada tanggal 15 Oktober yang
lalu tersebut dikabarkan telah menewaskan tiga tentara Kamboja dan membuat empat tentara
Thailand luka-luka. Kemarahan warga Kamboja itu menyebabkan kedutaan Thailand dan beberapa
usaha milik warga Thailand dibakar.
4) Sama-sama Menggunakan Peta Yang Berbeda
Perdebatan mengenai wilayah sekitar Kuil Preah Vihear itu sebenarnya sudah dimulai sejak
lama. Perdebatan ini muncul karena Kamboja, sebagai negara bekas jajahan Perancis, dan Thailand
menggunakan peta berbeda yang menunjukkan teritori masing-masing negara. Dan karena peta yang
digunakan kedua negara tersebut berbeda (Kamboja menggunakan peta dari mantan penjajahnya,
Perancis sementara Thailand menggunakan petanya sendiri), tentu saja banyak terjadi salah
penafsiran mengenai besar wilayah masing-masing. Salah satu wilayah yang disalahtafsirkan itu
adalah wilayah seluas 4,6 km2 di sekitar Kuil Preah Vihear tersebut. Dan apabila, misalnya klaim
Kamboja tentang wilayah 4,6 km2 ini lantas dikabulkan Thailand, Thailand khawatir Kamboja akan
semakin merajalela dan mencaplok pula wilayah-wilayah lain yang juga disalahtafsirkan. Hal yang
sama juga berlaku sebaliknya. Karena itu, tidak heran wilayah yang hanya seluas 4,6 km2 itu begitu
diperebutkan, baik oleh Kamboja maupun Thailand.

5) Peningkatan Power
Kepemilikan akan sumber energy-terutama di masa-masa di mana energy dipandang sebagai
sesuatu yang langka dan diperjuangkan oleh setiap negara seperti sekarang merupakan hal yang
dapat menaikkan bargaining position/posisi tawar suatu negara dalam dunia internasional, yang
kemudian akan meningkatkan power suatu negara. Kepemilikan sumber energi tersebut juga
kemudian akan membawa angin segar bagi perekonomian negara (dalam hal ini bagi Thailand atau
Kamboja, tergantung wilayah itu akan jatuh ke tangan siapa), karena setiap negara akan berebut
untuk membeli energi dari negara pemilik sumber energi tersebut. Penaikkan bargaining position yang
kemudian berdampak pada peningkatan power yang dimiliki, serta kemajuan dalam bidang ekonomi;
ketiga-tiganya merupakan unsur yang penting untuk mencapai kepentingan nasional setiap negara,
dan ketiga unsur tersebut akan dapat dicapai dengan penguasaan wilayah seluas 4,6 km2 di sekitar
Kuil Preah Vihear.
Karena itu, tidak heran wilayah tersebut begitu diperebutkan Thailand dan Kamboja karena
wilayah tersebut sangat krusial perannya dalam upaya pencapaian kepentingan nasional kedua
negara.
http://ilmu-hi.blogspot.co.id/2015/05/konflik-di-semenanjung-korea.html
http://putralief-cyber.blogspot.co.id/2015/02/sengketa-internasional-thailand-dan.html

Mengatasi Konflik Antarbudaya


1. Identifikasi isu yang mengakibatkan masalah
Temukan apa yang menjadi inti permasalahan, baik konflik mengenai kepribadian, poin
khusus dalam kontrak atau kesalapahaman verbal.
2. Jaga pikiran Anda untuk tetap terbuka
Anda harus berpikir secara terbuka ketika terlibat dalam konflik. Dalam berpikir secara
terbuka kita menunjukkan manfaat dari mencoba untuk melihat dari cara pandang yang
lain dan tetap terbuka terhadap posisi orang lain. Pandangan untuk mau menerima
pandangan orang lain sebelum melakukan penilaian dinyatakan oleh Roy dan Oludaja
ketika menasihatkan, “Dekati konflik dengan keterbukaan. Kenali bahwa ada banyak hal
yang perlu dipelajari melalui peserta yang lain sebagai orang dan cara pandang mengenai
posisi mereka.”
3. Jangan terburu-buru
Tindakan buru-buru dalam menyelesaikan masalah ketika berinteraksi dengan anggota
dari budaya kolektif sangat tidak disarankan. Anda harus belajar memperlambat seluruh
proses negosiasi ketika konflik timbul.
4. Jagalah konflik agar berpusat pada ide bukan pada orangnya
Terlepas dari budayanya, tidak ada yang suka diancam atau ditempatkan dalam posisi yang
tidak mengenakan. Dengan demikian, penting untuk memisahkan suatu masalah dari
seseorang. Hal ini menjaga negosiasi berfokus untuk menyelesaikan masalah yang
menimbulkan konflik dibandingkan melibatkan kedua belah pihak mempertahankan ego
masing-masing. Jika Anda menyerang orang lain, “wajah” mereka sedang diancam. Oleh
karena itu, untuk menghindari seseorang “kehilangan muka” Anda perlu tetap berfokus
pada isi konflik dan bukan pada pribadinya.

Anda mungkin juga menyukai