Anorganik
Anorganik
Oleh:
Kelompok 4
1. Illa Ramadhani
2. Silfia Yonika
JURUSAN KIMIA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
A. Waktu Pelaksanaan
B. Alat dan Bahan
C. Prosedur Kerja
A. Data
B. Perhitungan
C. Pembahasan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada suhu tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai
interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekul homogen.
Campuran zat-zat yang homogen disebut larutan, yang memiliki komposisi
merata atau serba sama diseluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung suatu zat
larutan atau lebih dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya
sedikit sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana menentukan harga tetapan hasil kali kelarutan garam Kalium Oksalat
dan bagaimana mempelajari pengaruh konsentrasi ion Oksalat pada kelarutan garam
Kalium Oksalat.
C. Tujuan
Menentukan harga tetapan hasil kali kelarutan garam Kalium Oksalat dan
mempelajari pengaruh konsentrasi ion Oksalat pada kelarutan garam Kalium Oksalat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam larutan jenuh dari suatu garam sukar larut terjadi kesetimbangan antara garam
yang tidak larut dengan ion-ionnya, misalnya garam AB merupakan garam sukar larut dalam
larutan jenuh akan terjadi kesetimbangan :
AB(s) ↔ A+(l) + B-(l)
Oleh karena garam AB merupakan padatan maka koefisien aktivitasnya sama dengan 1 dan
[AB] adalah konstan sehingga dapat disederhanakan menjadi :
Ksp AB = [A+][B-] (Tim Kimia Anorganik, 2019).
Kesetimbangan kimia adalah kesetimbangan dinamis, karena dalam sistem terjadi
perubahan zat pereaksi menjadi hasil reaksi dan sebaliknya. Sebagai contoh:
AB + CD AC + BD
Dalam keseimbangan ini terjadi reaksi AB dan CD menjadi AC dan BD dan pada saat
yang sama AC dan BD bereaksi menjadi AB dan CD. Akibatnya keempat zat dalam sistem
itu jumlahnya mendekati konstan. Dalam reaksi kimia terdapat hubungan antara konstanta
kesetimbangan dengan persamaan reaksi yang disebut hukum kesetimbangan. Konstanta
kesetimbangan konsentrasi adalah hasil perkalian antara zat hasil reaksi dibagi dengan
perkalian konsentrasi zat pereaksidan masing-masing dipangkatkan dengan koefisien
reaksinya (Syukri, 1999).
Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang mengandung zat terlarut dalam
jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat larut dan zat tak larut.
Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut
yang berlebih. Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu,
untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan zat terlarut. Lazimnya kelarutan
dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm3 atau 100 gram pelarut pada temperatur yang
sudah ditentukan.
Suatu larutan tak jenuh kalah pekat (lebih encer) dari pada larutan jenuh. Dan suatu
larutan lewat jenuh lebih pekat dibandingkan dengan larutan jenuh. Suatu larutan lewat jenuh
biasanya dibuat dengan membuat larutan jenuh pada tempuratur yang lebih tinggi. Zat
terlarut haruslah lebih banyak larut dalam pelarut panas daripada dalam pelarut dingin. Jika
tersisa zat terlarut yang belum larut, sisa itu disingkirkan. Larutan panas itu kemudian
didinginkan dengan hati-hati untuk menghindari pengkristalan. Artinya larutan itu tidak
boleh digetarkan atau diguncangkan dan debu maupun materi asing dilarang masuk. Jika
tidak ada zat terlarut yang memisahkan diri selama pendinginan, maka larutan yang dingin
itu bersifat lewat jenuh (Keenan, 1991).
Hasil kali kelarutan (Ksp) juga digunakan untuk menentukan pengendapan suatu
elektrolit atau senyawa yang berasal dari pencampuran dua senyawa yang larut. Hal ini dapat
terjadi bila harga Ksp lebih kecil dari perkalian ion-ion senyawa yang bersangkutan,
sebaliknya bila harga Ksp lebih besar dari perkalian ion-ion senyawa yang bersangkutan
tidak akan terjadi endapan.
Misalnya, 100 ml larutan Pb(NO3)2 0,002 M dicampur dengan 400 ml larutan Na2SO4
0,004 M. Ksp PbSO4 = 1 x 10-8 mol L-2. Volume larutan setelah pencampuran adalah 500 ml,
maka konsentrasi ion Pb2+
= (100/500) x 0,002 mol/l = 0,0004 mol/l
Dan konsentrasi ion SO42-
= (400/500) x 0,04 mol/l = 0,032 mol/l
Sehingga [Pb2+][SO42-] = (0,0004 mol/l)( 0,032 mol/l)
= 12,8 x 10 -6 (mol/l)2
Karena harga Ksp PbSO4 < [Pb2+][SO42-], maka pencampuran 10 ml larutan Pb(NO3)2
0,002 M dengan 400 ml larutan Na2SO4 0,04 M akan membentuk endapan PbSO4. Secara
umum dapat dikatakan bahwa bila harga Ksp < hasil kali ion-ion akan terjadi endapan dan
sebaliknya bila harga Ksp > hasil kali ion-ion tidak akan terjadi endapan.
Sejauh ini, larutan jenuh yang mengandung ion-ion berasal dari satu sumber padatan
murni. Namun, bagaimana pengaruhnya pada kesetimbangan larutan jenuh jika ion-ion dari
sumber lain dimasukkan ke dalam larutan pertama. Menurut prinsip Le Chatelier, sistem
pada keadaan setimbang menanggapi peningkatan salah satu pereaksinya dengan cara
menggeser kesetimbangan ke arah dimana pereaksi tersebut dikonsumsi (Petrucci, 1987).
Reaksi pelarut pengendapan seringkali mencapai kesetimbangan secara perlahan.
Terlebih lagi, larutan kadang-kadang menjadi sangat jenuh, sebuah kondisi dimana
konsentrasi zat padat terlarut melebihi nilai kesetimbangannya (Oxtoby, 2001).
Menurut Le Chaterlier, kesetimbangan akan bergeser sedemikian rupa, sehingga
pengaruh perubahan dapat dinetralkan. Misalnya, pada sistem PbSO4(p) ↔ Pb2+(l) + SO42-(l),
ditambahkan ion Pb2+ yang berasal dari Pb(NO3)2. Akibatnya kesetimbangan akan bergeser
ke kiri. Pada kesetimbangan baru akan terjadi endapan PbSO4 bertambah, konsentrasi ion
sulfat yang ada dalam larutan akan berkurang dan konsentrasi ion Pb2+ akan bertambah.
Gejala seperti ini disebut pengaruh ion senama. Secara umum dapat dikatakan bahwa
kelarutan elektrolit atau senyawa sukar larut akan berkurang bila elektrolit atau senyawa
sukar larut tersebut dilarutkan kedalam larutan yang berisi ion yang senama dibandingkan
dengan bila dilarutkan ke dalam air murni.
Contoh soal:
Diketahui Ksp BaSO4 = 1 x 10-10 (mol/l)2. Hitung kelarutan barium sulfat (BaSO4) dalam
a) Air murni
b) Larutan 0,1 M H2SO4
Penyelesaian:
a) Kelarutan BaSO4 dalam air murni, misal kelarutan BaSO4 adalah a, maka:
BaSO4(p) ↔ Ba2+ + SO42-(l)
Ksp = [Ba2+] [SO42]
1 x 10-10 = a x a
a2 = 1 x 10-10 → a = 10-5
b) Kelarutan BaSO4 dalam larutan 0,1 M H2SO4
BaSO4(p) ↔ Ba2+ + SO42-(l)
Pada kesetimbangan terdapat tambahan 0,1 mol ion sulfat yang berasal dari
H2SO4 sehingga konsentrasi ion-ion dalam kesatimbangan menjadi:
[Ba2+] = a mol/l [SO42] = mol/l
Ksp = [Ba2+] [SO42]
1 x 10-10 = a (a + 0,1)
a = 1 x 10-9 mol/l
Jadi kelarutan BaSO4 dalam larutan 0,1 M H2SO4 asam sulfat adalah 1 x 10-9 mol/l.
berdasarkan contoh soal diatas, dapat ditunjukkan bahwa dengan adanya ion senama
kelarutan senyawa sukar larut semakin berkurang.
Kelarutan senyawa sukar larut akan bertambah dengan penambahan pereaksi
untuk membentuk ion kompleks. Penambahan larutan pekat yang berisi ion senama yang
sesuai dengan senyawa sukar larut akan memperkecil kelarutan. Hal ini tidak akan terjadi
pada pembentukkan ion kompleks. Sebagai contoh, penambahan larutan HCl pekat
kedalam larutan jenuh PbCl2.
PbCl2(p) ↔ Pb2+(l) + 2Cl-(l)
Penambahan Cl- yang berasal dari larutan HCl akan mempengaruhi
kesetimbangan, yaitu kesetimbangan akan bergeser ke kanan, atau kearah terbentuknya
ion kompleks PbCl42-, dengan reaksi:
Pb2+(l) + 4Cl-(l) ↔ PbCl42-(l)
Dengan demikian, konsentrasi ion Pb2+ berkurang, karena bereaksi dengan ion Cl-
membentuk ion kompleks PbCl42+ dan perubahan kesetimbangan dapat digambarkan
dengan persamaan reaksi:
PbCl2(p) ↔ Pb2+(l) + 2Cl-(l)
↑↓
4Cl-(l) dari HCl
↑↓
PbCl42+(l)
Berdasarkan persamaan rekasi ini, pembentukan ion kompleks akan memperbesar
kelarutan senyawa yang sukar larut.
Kehadiran ion tak senama cenderung meningkatkan kelarutan. Jika konsentrasi
ion total dalam larutan meningkat, gaya tarik antar ion menjadi lebih nyata. Akifitas
(konsentrasi efektif) menjadi lebih kecil dibanding konsentrasi stoikiometrinya (Petrucci,
1987). Untuk garam yang sedikit larut (kelarutannya kurang dari 0,001 mol/dm3), adalah
fakta eksperimen bahwa perkalian konsentrasi-konsentrasi molekuler total ion-ion adalah
konstan pada temperatur konstan. Hasil kali ini disebut hasil kali kelarutan (Vogel, 1999).
BAB II
EKSPERIMENTAL
A. Waktu Pelaksanaan
a. Alat
- Gelas beker
- Pengaduk dari sendok
- Corong gelas
- Pipet ukur 10 mL
- Pipet gondok 10 mL
- Buret 50 mL
- Erlenmeyer 250 mL
b. Bahan
- Kalsium oksalat padat
- Lar. Natrium oksalat 0,05 M
- Lar. Kalium Permanganat 0,02 M
- Lar. Std. KMnO4
C. Prosedur Kerja
A. Data
No Perlakuan Pengamatan Persamaan Reaksi
1 Standarisasi larutan d. Titrasi I : 2,5 mL 5H2C2O4(l) + 2KMnO4(l)
0,02 M KMnO4 (duplo) e. Titrasi II : 2,6 mL + 5H2SO4(l) → K2SO4(l)
+ 2MnSO4(l) + 8H2O(l) +
10CO2(l)
2 Pengaruh konstanta 2CaC2O4(l) + 2KMnO4(l)
hasil kali kelarutan 0,1 mL + 8H2SO4(l) → 5CaSO4(l)
CaC2O4 + 10CO2(l) +K2SO4(l) +
2MnSO4(l) + 8H2O(l)
3 Pengaruh [C2O4-]2 a. + 2 mL : 0,05 mL Ca + 2Na2C2O4 →
terhadap kelarutan b. + 4 mL : 0,05 mL Ca(C2O4)2(l) + 4Na(l)
CaC2O4 c. + 6 mL : 0,05 mL 5C2O42- + 2KMnO4- +
d. + 8 mL : 0,05 mL 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+
e. + 10 mL : 0,05 mL + 8H2O
B. Perhitungan
a. Molaritas rata-rata
𝑚 1000𝑚𝑙
MH2C2O4 = ×
𝑀𝑟 (𝑣)𝑚𝑙
0,163 𝑔 1000 𝑚𝑙
= ×
126 𝑔/𝑚𝑜𝑙 100 𝑚𝑙
= 0,005 M . 10
= 0,05 M
Volume 1 = 2,5 mL
M1 . V1 = M2 . V2
0,05 M . 2,5 mL = M2 . 2,5 mL
M2 = 0,05 M
Volume 2 = 2,6 mL
M1 . V1 = M2 . V2
0,05 M . 2,5 mL = M2 . 2,6 mL
M2 = 0,048 M
M1 + M2
M rata-rata =
2
0,05 𝑀 + 0,048 𝑀
=
2
0,098 𝑀
=
2
= 0,049 M
b. Ksp CaC2O4 = [C2O4]2-
𝑚
𝜌=
𝑣
𝑚 = 𝜌.𝑣
= 2,12 g/mL . 0,1 mL
= 0,212 g
𝑚
𝑛=
𝑀𝑟
0,212 𝑔
= 𝑔
128
𝑚𝑜𝑙
= 0,00166 mol
𝑛
𝑀=
𝑣
0,00166 𝑚𝑜𝑙
= 0,1 𝑚𝑙
= 0,0166 M
= 1,66 × 10-2 M
CaC2O4 → Ca2+ + C2O42-
s s s
Ksp CaC2O4 = [C2O4]2-
s = 1,66 × 10-2 M
Ksp [C2O4]2- = √1,66 × 10^ − 2 M
s = 0,128
C. Pembahasan
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KmnO4 pada buret
yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan
diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna pink
keunguan.
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk
titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi yang dilaksanakan. Fungsi
KMnO4 yaitu sebagai oksidator dan mengalami reduksi yaitu dengan mendonorkan
elektron.
Nilai kelarutan yang di peroleh menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah ion
C2O42- (ion senama) yang di tambahkan maka kelarutan akan semakin menurun, menurut
prinsip Le Chatelier, sistem pada keadaan setimbang menanggapi salah satu pereaksinya
dengan cara menggeser kesetimbangan ke arah dimana pereaksi tersebut di konsumsi.
Untuk reaksi :
Apabila ion C2O42- ditambahkan ke dalam larutan, maka reaksi akan mengarah ke
kesetimbangan baru dengan ciri, endapan CaC2O4 bertambah,konsentrasi ion Ca2+
berkurang, konsentrasi C2O42- lebih besar di banding dalam kesetimbangan asli. Dapat
disimpulkan sebagai berikut : kelarutan senyawa ion yang sedikit larut semakin rendah
kelarutannya dengan kehadiran senyawa lain yang memberikan ion senama.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
` Praktikan agar lebih berhati-hati lagi dalam melakukan percobaan dan lebih teliti
dalam mengamati untuk hasil yang lebih akurat.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Keenan, C.W. dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Tim Kimia Anorganik. 2019. Penuntun Praktikum Dasar Kimia Anorganik. Padang :
UNP.