Peran Klinis CA125 Pada Kanker Ovarium PDF
Peran Klinis CA125 Pada Kanker Ovarium PDF
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
3
4
Dari faktor risiko di atas, yang paling berperan penting adalah riwayat
keluarga yang terkena kanker ovarium atau kanker payudara. Yang termasuk
dengan riwayat keluarga adalah first-degree relative yaitu ibu, anak perempuan
atau kakak/adik perempuan. Dengan adanya riwayat keluarga yang menderita
kanker ovarium akan menibgkatkan risiko seorang wanita terkena kanker ovarium
sebanyak 3 kali lipat. Risiko ini semakin meningkat dengan ditemukannya dua
atau lebih first-degree relative yang terkena kanker ovarium.6 Kanker ovarium
yang diturunkan secara genetik berhubungan dengan mutasi dari gen BRCA-1 dan
BRCA-2, dimana mutasi gen BRCA-1 lebih banyak ditemukan. Adanya mutasi
gen BRCA berhubungan dengan risiko terjadinya kanker ovarium sebesar 27-44%
dibandingkan dengan risiko terjadinya kanker ovarium pada polulasi normal yakni
sebesar 1,4%. Mutasi yang terjadi menyebabkan instabilitas gen dan
menyebabkan sel lebih berisiko mengalami transformasi menjadi suatu
keganasan. Mutasi ini diturunkan melalui gen autosomal dominan, sehingga
analisis pedigree penting untuk dilakukan secara cermat.10
Nuliparitas, menars awal dan menopause yang terlambat berhubungan
dengan siklus ovarium yang tidak terputus selama masa reproduksi. Stimulasi
yang berulang-ulang dari epitel permukaan ovarium dianggap dapat
bertransformasi menjadi suatu keganasan. Semakin tingginya jumlah paritas akan
semakin menurunkan risiko terkena kanker ovarium sampai paritas maksimal lima
kali, setelah itu risiko terkena kanker ovarium adalah sama.6 Memiliki minimal
5
satu anak akan menurunkan risiko terkena kanker ovarium dengan risk reduction
sebesar 0.3-0.4. 10
Menyusui dan penggunaan obat kontrasepsi oral juga memiliki efek
proteksi terhadap kanker ovarium. Kemungkinan hal ini berhubungan dengan
pemanjangan siklus amenorea yang berhubungan dengan pencegahan terjadinya
ovulasi. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama 5 tahun atau lebih
akan mengurangi risiko relatif sebesar 0.5. Pada pasien dengan riwayat keluarga
menderita kanker ovarium yang ingin menggunakan kontrasepsi, dapat dianjurkan
untuk menggunakan obat kontrasepsi oral untuk menurunkan risiko terkena
kanker ovarium.10
Fibrothecomas
Thecomas
Sertoli cell tumors
Leydig cell tumors
Sex cord tumor with annular tubules
Gynandroblastoma
Steroid (lipid) cell tumors
memiliki karakteristik solid, nodular dan terfiksir. Namun ukuran tumor tidak
sesuai dengan derajat keganasan, sebaliknya massa yang besar lebih sering
merupakan massa yang jinak. Ascites juga sering ditemukan pada pemeriksaan
abdomen.6
2.2. CA-125
CA-125 atau disebut juga Cancer Antigen 125 atau Carbohydrate Antigen
125 pertama kali ditemukan oleh Bast dkk pada tahun 1981. CA-125 terdapat
pada semua jaringan yang berasal dari derivat sel mesotel dan epitel coelomik,
diantaranya pleura, perikardium, peritoneum, tuba, endometrium dan
7
endoserviks.
14
Non-Kanker Kanker
- Menstruasi
- Peritonitis
tersebut tentu memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dibanding hanya dengan
mengandalkan kadar CA-125 saja. Pertama kali diperkenalkan oleh Jacob dkk
pada tahun 1990, RMI telah disempurnakan pada tahun 1996 (RMI II) dan 1999
(RMI III) oleh Tingulstad dkk.7
RMI merupakan prediktor yang akurat untuk keganasan. Nilai sensitifitas
RMI adalah sebesar 85% dan spesitifitas sebesar 97 %. RMI memiliki potensi
untuk mengurangi jumlah prosedur operasi pada tumor yang jinak dibandingkan
dengan hanya menggunakan CA-125 sebagai marker. Hal ini berkaitan dengan
tingginya positif palsu pada CA-125. Namun secara umum RMI memiliki nilai
subjektivitas yang tinggi pada interpretasi USG, sehingga hasilnya dapat
bervariasi. 23
RMI = M x U x C
Dimana :
M : Status menopause ( 1 = premenopause; 3 = postmenopause)
U : Ultrasonografi ( 0= Normal; 1 untuk masing-masing penemuan : kista
unilokuler, kista bilateral, ascites, metastasis ; skor maksimal = 3)
C : Kadar CA-125
Pada pasien dengan kadar CA-125 kembali ke nilai normal (0-35 U/mL) didapati
adanya perbedaan angka survival, risiko terjadinya relaps dan lamanya waktu
sampai terjadinya relaps pada dua kelompok yakni pada kelompok dengan kadar
CA-125 ≤10U/mL dan kelompok dengan kadar CA-125 11-35U/mL. Pada pasien
dengan kadar CA-125 ≤10U/mL memiliki nilai prognosis yang lebih baik
dibandingkan kelompok dengan kadar CA-125 11-35U/mL.26
kadar CA-125 sebanyak 10 U/mL atau peningkatan sebesar 100% dari kadar rata-
rata sebelumnya merupakan prediktor yang akurat untuk terjadinya rekurensi
kanker ovarium. Namun, masih diperkukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah
sampel yang lebih banyak untuk dapat menggunakan batasan tersebut sebagai
kriteria rekurensi pada kanker ovarium.30
Pasien dengan kanker ovarium yang telah dinyatakan mengalami remisi
komplit setelah terapi primer akan di cek kadar serum CA-125 setiap 3 bulan
untuk monitoring terjadinya rekurensi. Diharapkan dengan pemantauan berkala
ini rekurensi akan terdeteksi lebih awal sehingga intervensi terapi dapat lebih
cepat dilakukan dan meningkatkan angka harapan hidup. Penelitian yang
dilakukan oleh Rustin dan Van Der Burg pada tahun 2009 juga mendukung bahwa
CA-125 secara akurat dapat memprediksi terjadinya rekurensi kanker ovarium.
Peningkatan kadar CA-125 pada rekurensi kanker ovarium terjadi jauh sebelum
munculnya gejala klinis. Namun ternyata angka survival pada pasien yang
terdeteksi dini mengalami rekurensi tidak berbeda secara signifikan, sehingga
terapi dini dari rekurensi penyakit masih menjadi kontroversi.25,31
Pasien dengan peningkatan kadar CA-125 setelah dilakukan terapi, namun
dengan tidak adanya tanda dan gejala klinis juga menimbulkan dilema yang berat
bagi para klinisi untuk melakukan keputusan. Untuk menyelesaikan masalah
tersebut, The Medical Research Council (MRC) OV05/ European Organization
for Research and Treatment of Cancer (EORTC)55955 melakukan penelitian
terhadap 1442 pasien yang telah mengalami remisi komplit setelah pengobatan
operatif dan dilanjutkan dengan kemoterapi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
pada pasien dengan peningkatan kadar CA-125 namun asimptomatik, tidak
diperlukan kemoterapi tambahan sampai munculnya gejala klinis. Jika
memungkinkan, pemeriksaan CT scan dilakukan dan bila hasilnya menunjukkan
tidak adanya tumor atau tumor dengan ukuran minimal, dapat mendukung
penundaan kemoterapi.31
Jika dilakukan kemoterapi, ada peluang besar tumor dapat mengalami
respon terhadap terapi, namun perlu diketahui bahwa pengobatan penyakit secara
25
dijadikan marker rutin deteksi dini kanker ovarium. Namun, pada beberapa
kelompok dengan risiko tinggi terkena kanker ovarium, kemungkinan CA-125
dapat digunakan untuk deteksi dini.
Pada pasien kanker ovarium yang telah dilakukan terapi operatif, Zivanovic
dkk menemukan adanya penurunan kadar CA-125. Penurunan kadar CA-125 ini
berhubungan dengan volume tumor yang tersisa. Pada pasien yang dilakukan
kemoterapi, penurunan kadar CA-125 sampai separuh nilai sebelumnya setelah
kemoterapi seri kedua merupakan prediktor respon terapi yang baik, sebaliknya
peningkatan kadar CA-125 menunjukan kemungkinan kemoresistensi dan perlu
dipertimbangkan untuk mengganti regimen terapi. Pasien dengan kadar serum
CA-125 yang kembali ke nilai normal (<35U/mL) setelah dua seri kemoterapi
juga memiliki angka survival yang lebih panjang dibandingkan dengan kelompok
yang mengalami penurunan CA-125 ke nilai normal setelah kemoterapi seri ketiga
atau lebih.
Nilai kadar CA-125 juga dapat menjadi faktor prognosis untuk terjadinya
rekurensi kanker ovarium. CA-125 secara akurat dapat memprediksi terjadinya
rekurensi kanker ovarium. Namun ternyata angka survival pada pasien yang
terdeteksi dini mengalami rekurensi tidak berbeda secara signifikan, sehingga
terapi dini dari rekurensi penyakit masih menjadi kontroversi.
DAFTAR PUSTAKA
28
29
12. Kumar, V., Abbas, A., Fausto, N., Aster, J. Robbins and Cotran Pathologic
Basis of Disease. 8th ed, Saunders Elsevier, Philadelphia, 2010.
13. Choi, J.H., Wong, A.S.T., Huang, H.F., Leung, P.C. 2007. Gonadotropins
and ovarian cancer. Endocrine Reviews. 28 (4): 440-461
14. Baron, A.T, Boardman, C.H., Lafky, J.M., Rademaker, A., Liu, D.,
Fishman, D.A., et al. Soluble epidermal growth factor receptor (SEG-FR)
and Cancer Antigen 125 (CA-125) as screening and diagnostic test for
epithelial ovarian cancer. Cancer Epidemiol Biomarker Prev, 2005; 14(2).
15. Jelovac, D., and Amstrong, D. Recent progress in the diagnosis and
treatment of ovarian cancer. Ca Cancer J Clin 2011; 61:183-203.
16. Boivin, M., Lane, D., Piche, A., Rancourt, C. CA125 (MUC16) tumor
antigen selectively modulates the sensitivity of ovarian cancer cells to
genotoxic drug-induced apoptosis. Gynecologic Oncology 115, 2009: 407-
413.
17. Rancourt, C., Matte, I., Lane, D., Piche, A. The role of MUC16 mucin
(CA125) in the pathogenesis of ovarian cancer. Ovarian Cancer- Basic
Science Perspective, available from : www.intechopen.com. Diunduh pada
2 Februari 2014.
18. Scholler, N. and Urban, N. 2007. CA125 in ovarian cancer. Biomark Med,
2007: December; 1(4): 513-523.
19. Moss, E.L., Hollingworth, J., Reynolds, T.M. The role of CA125 in
clinical practice. J Clin Pathol, 2005; 58:308-312.
20. Das, P.M. and Bast, R.C. Early Detection of ovarian cancer. Biomark Med,
2008: June; 2(3): 291-303.
21. Visintin, I. et al.Diagnostic markers for early detection of ovarian cancer.
Clin Cancer Res, 2008; 14(4).
22. Rarung, M. Sensitifitas dan spesifisitas petanda tumor CA125 sebagai
prediksi keganasan ovarium. JKM Vol.8 No.1, Juli 2008: 9-14.
23. Jordan, S.M., and Bristow, R.E. Ovarian cancer biomarkers as diagnostic
triage test. Current Biomarker Findings 2013:3 35-42.
30
24. Skates, S.J., Horick, N., Yu, Y., Xu, F.J., Berhuck, A., Havrilesky, L.J. et
al. Preoperative sensitivity and specificity for early stage ovarian cancer
when combining Cancer Antigen CA-125II, CA 15-3, CA 72-4, and
Macrophage Colony-Stimulating Factor using mixtures of Multivariate
normal distributions. J Clin Oncol 22: 40599-4066; 2004.
25. Kobayashi, E., Ueda, Y., Matsuzaki, S., Yokoyama, T., Kimura, T.,
Yoshino, K. et al. Biomarker for screening, diagnosis, and monitoring of
ovarian cancer. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev; 21(11) Nov 2012.
26. Prat, A., Parera, M., Peralta, S., Perez-Benavente, M.A., Garcia, A., Gil-
Moreno, A. et al. Nadir CA-125 concentration in the normal range as an
independent prognostic factor for optimally treated advanced epithelian
ovarian cancer. Annals of Oncology 19: 327-331, 2008.
27. Zorn, K.K., Tian, C., McGuire, W.P., Hoskins, W.J., Markman, M.,
Muggia, F.M. The Prognostic value of pretreatment CA 125 in patients
with advanced ovarian carcinoma. Cancer 2009; 10.1002/cncr.24084.
28. Pignata, S., Canella, L., Leopardo, D., Bruni, G.S., Facchini, G., Pisano,
C. Follow-up with CA-125 after primary therapy of advanced ovarian
cancer : In favor of continuing to prescribe CA-125 during Follow up.
Annals of Oncology 22 (supplement 8): viii40-viii44, 2011.
29. Bast Jr, R.C. Commentary : CA125 and the detection of reccurent ovarian
cancer : A reasonably accurate biomarker for a difficult disease. Cancer,
2010: June 15; 116(12): 2850-2853.
30. Mahner, S., Woelber, L., Jung, S., Eulenburg, C.Z., Ihnen, M., Schwarz, J.
et al. Prognostic significance of CA-125 in the management of patients
with reccurent epithelial ovarian carcinoma selected for secondary
cytoreduction. Anticancer Research 29:2817-2822 (2009).
31. Rustin, G.J.S. Follow up with CA-125 after primary therapy of advanced
ovarian cancer has major implications for treatment outcome and trial
performances should not be routinely performed. Annals of Oncology 22
(supplement 8): viii45-viii48, 201