Anda di halaman 1dari 15

TEKNIK-TEKNIK DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Disusun Oleh Kelompok IV 2/E:


1. Maria Yensi Tamo Ina (201601162)
2. Muhammad Abdul R. (201601163)
3. Khusnul Khotimah (201601164)
4. Nikolaus Yongki Yotlely (201601170)
5. Fitri Nur Kholifah (201601173)
6. Hanif Arif Rahmadi (201601176)
7. Salwa Aini (201601182)
8. Dia Fitrianah (201601183)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
berjudul Teknik-Teknik dalam Komunikasi Terapeutik ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan di dalamnya. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Sri Sudarsih
selaku dosen mata kuliah Komunikasi di STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai teknik komunikasi terapeutik. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Mojokerto, 21 September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
Bab II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik ..................................................... 3
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik ........................................................... 3
2.3 Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik .............................................. 4
Bab III. Penutup
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 11
3.2 Saran .................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawat merupakan profesi yang difokuskan pada perawatan individu keluarga
dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati (Aripuddin, 2014).
Salah satu hal yang dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan
klien dalam membantu memenuhi kebutuhan kesehatan klien, maupun dengan tenaga
kesehatan lain dalam rangka membantu mengatasi masalah klien adalah dengan
berkomunikasi. Dengan berkomunikasi perawat dapat mendengarkan perasaan klien
dan menjelaskan prosedur tindakan keperawatan (Mundakir, 2013).
Komunikasi merupakan proses yang dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama
yang baik dengan klien dalam membantu memenuhi kebutuhan kesehatan klien,
maupun dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka membantu mengatasi masalah
klien (Mundakir, 2006). Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang
timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien
membandingkan dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2007).
Hasil Penelitian Ardia Putra (2013) di ruang rawat inap RSUD dr. Zainoel Abidin,
secara presentase dari 41 orang (52,6%) yang menyatakan komunikasi terapeutik
berada pada kategori baik, sebanyak 23 orang (56,1%) mengaku puas, sedangkan
presentase dari 37 orang (86,5%) yang menyatakan tidak puas. Jadi kesimpulanya
pasien lebih banyak merasa tidak puas, dengan kategori komunikasi terpeutik kurang.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dhama Yanfi (2009) di RSUD Wonogiri
terhadap 50 responden mengatakan 8 dari 13 perawat tidak melakukan komunikasi
terapeutik dengan baik, mereka hanya sekedar merawat pasien, dan 8 dari 24 pasien
mengatakan tidak puas, 5 dari 24 pasien mengatakan sangat puas dan 16 dari 24 pasien
mengatakan puas dengan komunikasi terapeutik perawat.

1
Didapatkan dari data-data tersebut, dapat dikatakan bahwa komunikasi sangat
mempengaruhi kondisi pasien. Sehingga perawat diwajibkan untuk meningkatkan
keterampilan dalam hal berkomunikasi demi membentuk dan menjaga hubungan antara
perawat dengan pasien. Berikut penjelasan tentang pengertian, tujuan, serta teknik-
teknik komunikasi terapeutik yang dapat dijadikan pedoman bagi perawat maupun
tenaga medis lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Pengertian komunikasi
2. Tujuan komunikasi terapeutik
3. Teknik-teknik komunikasi terapeutik

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak
saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan
komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga
dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat
membantu dan pasien menerima bantuan.
Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus
direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan
sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia
dengan beragam latar belakang dan masalahnya.
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah
yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien (Suryani 2005)
yang meliputi:
1. Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri. Melalui
komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien
yang tadinya tidak biasa menerima apa adanya atau merasa rendah diri, setelah
berkomunikasi terapeutik dengan perawat akan mampu menerima dirinya.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal dan saling bergantung dengan
orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana
menerimadan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan
menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan
klien dalam membina hubungan saling percaya.

3
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau
tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya.
4. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Identitas
personal disini termasuk status, peran, dan jenis kelamin. Klien yangmengalami
gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan
mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan
perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas
diri yang jelas. Dalam hal ini perawat berusaha menggali semua aspek
kehidupan klien di masa sekarang dan masa lalu. Kemudian perawat membantu
meningkatkan integritas diri klien melalui komunikasinya dengan klien.
2.3 Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik
Kadang-kadang, perilaku nonverbal perawat mungkin sama pentingnya, atau lebih
penting daripada kata-kata. Egan (2014) menjelaskan keterampilan nonverbal kunci
yang dapat digunakan untuk mendengarkan klien secara jelas, yang merupakan
ungkapan empati yang mengatakan "Klien merasa bahwa anda bersama mereka, dan
ini menempatkan anda pada posisi untuk mendengarkan dengan seksama keprihatinan
mereka" ( hal 74). Dia mengingatkan kita bahwa keterampilan penyampaian ini dapat
dipelajari; Namun,hal ini akan menjadi tidak berguna jika tidak didorong oleh sikap
dan nilai seperti rasa hormat dan empati
Beberapa teknik komunikasi terapeutik menurut Wilson dan Kneist (1992), Stuart
dan Sundeen (1998) serta diambil dari buku fundamental of nursing 2016 antara lain:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa
yang disampaikan klien. Satu-satunya orang yang dapat menceritakan kepada
perawat tentang perasaan, pikiran, dan persepsi klien adalah klien sendiri.
Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah pandangan
saat berbicara, tidak menyilangkan kaki dan tangan, hindari tindakan yang tidak
perlu, anggukan kepala jika klien membicarakan hal-hal yang penting atau

4
memerlukan umpan balik, condongkan tubuh ke arah lawan bicara. Mendengar
ada dua acara:
a. Mendengar pasif: kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal unuk
klien misalnya dengan kontak maa, menganggukan kepala, dan juga
keikutsertaan secara verbal misalnya “uh huuh”, “mmmmhhumm”,
“yeah”. Mendengar pasif akan dapat memperdayakan diri kita saat kita
mendengar dengan pasif karena kita kurang memahami perasaan orang
lain.
b. Mendengar aktif: kegiatan mendengar yang menyediakan pengetahuan
bahwa kita tahu perasaan orang lain dan mengerti mengapa dia merasakan
hal tersebut.
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
Perawat harus waspada terhadap ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang
menyatakan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggeleng yang
menyatakan tidak percaya.
Berikut ini adalah sikap perawat yang menyatakan penerimaan: mendengarkan
tanpa memutuskan pembicaraan, memberikan umpan balik verbal yang
menyatakan pengertia, memastika bahwa isyarat non-verbal cocok dengan
komunikasi verbal, menghindari perdebatan, ekspresi keraguan atau usaha untuk
mengubah pikiran klien.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai apa yang disampaikan oleh klien. Oleh karena itu, pertanyaan sebaiknya
berkaitan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata yang sesuai
dengan konteks sosial budaya klien. Contoh:
Perawat: “Tadi anda mengatakan anda memiliki 3 orang saudara, siapa yang anda
rasakan paling dekat dengan anda?”

5
4. Pertanyaan terbuka (Open-Ended Question)
Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban “Ya” dan “Mungkin”, tetapi
pertanyaan memerlukan jawaban yang luas, sehingga pasien dapat mengemukakan
masalahnya, perasaannya dengan kata-kata sendiri, atau dapat memberikan
informasi yang diperlukan. Contoh:
Perawat: “coba ibu ceritakan apa yang biasanya dilakukan bila ibu sakit perut?”
atau “coba ibu ceritakan tentang riwayat penyakit ibu?”
5. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan
balik bahwa ia mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan. Contoh:
Klien: “saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga.”
Perawat: “saudara mengalami kesulitan untuk tidur …”
6. Mengklarifikasi
Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata,
ide, atau pikiran (implisit maupun eksplisit) yang tidak jelas dikatakan oleh klien.
Tujuannya ialah untuk menyamakan pengertian. Contoh:
Perawat: “saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan.” Atau “apa
yang anda maksud dengan …?”
7. Memfokuskan
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga
percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti. Hal yang perlu diperhatikan
dalam menggunakan metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus
pembicaraan ketika menyampaikan masalah yang penting.
8. Menyatakan hasil observasi
Perawat harus memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya sehingga klien dapat mengetahui apakah pesannya diterima
dengan benar atau tidak. Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang
ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien. Teknik ini seringkali membuat klien
berkomunikasi lebih jelas tanpa perawat harus bertanya, memfokuskan dan

6
mengklarifikasi pesan. Observasi dilakukan sedemikian rupa sehingga klien tidak
menjadi malu atau marah. Contoh
Perawat: “anda tampak tegang” atau “ anda tampak tidak tenang apabila anda …”
9. Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan
untuk klien. Perawat tidak dibenarkan memberikan nasihat kepada klien ketika
memberikan informasi, karena tujuan dari tindakan ini adalah memfasilitasi klien
untuk mengambil keputusan. Penahanan informasi yang dilakukan saat klien
membutuhkan akan mengakibatkan klien menjadi tidak percaya.
10. Diam (memelihara ketenangan)
Metode ini memerlukan keterampilan dan ketepatan waktu. Diam digunakan
pada saat klien perlu mengekspresikan ide tapi tidak tahu bagaimana melakukan
atau menyampaikan hal tersebut (Boyd dan Nihart, 1998). Misalnya:
a. Duduk dengan tenang (atau berjalan dengan klien) dan menunggu dengan
penuh perhatian sampai klien mampu memasukkan pemikiran dan perasaan
ke dalam kata-kata.
b. Klien: “saya marah!”
Perawat: (diam)
Klien: “istri saya tidak perhatian lagi terhadapku.”
11. Meringkas
Metode ini adalah pengulangan ide utama telah dikomunikasikan secara
singkat, yang bertujuan untuk membantu mengingat topik yang telah dibahas
sebelum meneruskan pembicaraan berikutnya. Menyatakan pokok pembahasan
untuk memperjelas poin yang relevan yang dibahas. Teknik ini berguna pada akhir
wawancara atau untuk meninjau sesi pengajaran kesehatan. Metode ini sering
bertindak sebagai pengantar perencanaan masa depan.
"Selama setengah jam terakhir kita bicarakan. . . . "
"Besok siang kita bisa menjelajahinya lebih jauh."
"Dalam beberapa hari saya akan mengulas apa yang telah Anda pelajari tentang

7
tindakan dan efek insulin Anda. "
12. Memberikan penghargaan
Dalam hal ini dapat berupa pujian atau penilaian positif dari seorang perawat.
Contoh:
Perawat: “ibu cocok sekali mengenakan baju yang berwarna cerah ini.”
13. Menawarkan diri
Perawat menyediakan diri tanpa respons bersyarat atau respons yang
diharapkan (Schult dan Videbeck, 1998).
14. Memberi kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan
Jika klien merasa ragu-ragu, perawat dapat menstimulusnya untuk mengambil
inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan.
Misalnya:
Perawat: “adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?” atau “apa yang sedang anda
pikirkan?”
15. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini mengindikasikan bahwa perawat mengikuti apa yang dibicarakan
dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat ini berusaha
menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi pembicaraan. Missal, “…terus…”
atau “…kemudian…”
16. Menempatkan kejadian secara berurutan
Teknik ini bernilai terapeutik apabila perawat dapat mengeksplorasi klien dan
memahami masalah yang penting dan teknik ini menjadi tidak terapeutik apabila
perawat memberikan nasihat, meyakinkan atau tidak mengkui pasien.
17. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesuatunya
dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya
kepada perawat. Sementara itu perawat harus waspada terhadap gejala ansietas
yang mungkin muncul. Contoh:

8
Perawat: “coba ceritakan kepada saya bagaimana perasaan saudara saat akan
dioperasi.”
18. Refleksi
Hal ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan
menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Dengan
demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dank
lien mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya, membuat keputusan, dan
memikirkan dirinya sendiri. Contoh:
Klien: “apakah menurut anda saya harus mengatakannya kepada dokter?”
Perawat: “apakah menurut anda sendiri anda harus mengatakannya?”
19. Assertive
Kemampuan yang meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan
perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain. Kemampuan ini meliputi
berbicara dengan jelas, mampu menghadapi manipulasi pihak lain tanpa menyakiti
hatinya.
20. Humor
Dugon (1989) menyebutkan humor sebagai hal yang penting dalam komunikasi
verbal dikarenakan tertawa mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat stress,
dan meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan. sementara Sullivan – Deane
(1988) menyatakan bahwa humor merangsang produksi katekolamin sehingga
seorang merasa sehat, dan hal ini akan meningkatkan toleransi nyeri, mengurangi
kecemasan serta memfasilitasi relaksasi dan meningkatkan metabolism.
21. Menggunakan sentuhan
Menyediakan bentuk sentuhan yang tepat untuk memperkuat perasaan peduli.
Karena kontak taktil sangat bervariasi di antara individu, keluarga, dan budaya,
perawat harus peka terhadap perbedaan sikap dan praktik klien dan diri.
Menempatkan lengan di atas bahu klien. Menempatkan tangan Anda di atas tangan
klien.

9
22. Mengakui
Memberikan pengakuan, dengan cara yang tidak menghakimi, tentang
perubahan perilaku, upaya yang telah dilakukan klien, atau kontribusi terhadap
komunikasi. Pengakuan mungkin dengan atau tanpa pengertian, verbal atau
nonverbal.
"Anda memangkas janggut dan kumis Anda dan membasuh rambut Anda."
"Saya perhatikan Anda terus menyipitkan mata. Apakah kamu sulit melihat? "
"Anda berjalan dua kali lebih jauh hari ini dengan walker Anda.”

10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan
tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan
komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan
bagi perawat.
Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya
diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting
diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang yang
sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.
3.2 Saran
a. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien
untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.
b. Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa
yang mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman
komunikasi.
c. Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh
etika keperawatan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Ardia, P. (2013). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien
di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Zainoel Abidin. Jurnal Ilmu Keperawatan. Diakses
tanggal 18 September 2017.
Aripuddin I, 2014. Ensiklopedia Mini: Asal Mula Profesi Perawat. Jakarta: Angkasa.
Audrey Berman, S. S. G. F., 2016. Kozier and Erb’s fundamentals of nursing. Amerika:
Pearson Education.
Damayanti, M., 2010. Komunikasi Terapeutik. Bandung: Refika Aditama.
Dhama Yanfi, M. E. (2009). Hubungan komunikasi verbal dan non verbal perawat
dengan tingkat kepuasan pasien di bangsal penyakit dalam RSUD Kab. Wonogiri.
Mundakir. (2006). Komunikasi Terapeutik Perawat. Komunikasi Keperawatan
aplikasi dalam pelayanan. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Hal 109-31
Mundakir. (2013). Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta:
Graha Ilmu. Diakses tanggal 18 September 2017.
Musliha, S. F., 2010. Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pohan. (2007). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan; Dasar-dasar, Pengertian dan
Penerapan. Jakarta : EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai