Laporan Praktikum 2 (Roti Tawar)
Laporan Praktikum 2 (Roti Tawar)
PENDAHULUAN
a. Fermentasi Adonan
Berbagai metode fermentasi adonan berkembang untuk memperolehhasil sesuai
dengan karakteristik berbagai jenis produk bakery. Walaupun berbagai metode
dikembangkan, namun secara umum terjadi kecenderungan untuk
menyederhanakan, memperpendek dan automatisasi proses fermentasi. Proses biologis
yang kompleks selama fermentasi perlu dikendalikan untuk menghasilkan adonan
sesuai dengan yang diinginkan. Untuk itu, pengendalian haruslah dilakukan selama
periode fermentasi. Semua faktor seperti suhu, mutu dan jumlah sel, serta
laju pertumbuhan harus terkendali, sehingga terbentuk gas di dalam adonan.
Adonan yang frothy dapat dihasilkan dengan terbentuknya atau
terdispersinya gelembung-gelembung gas di dalam adonan. Gas yang dibutuhkan untuk
terbentuknya adonan dapat dihasilkan melalui proses biologis, kimia, maupun fisik.
Gas yang dihasilkan terdispersi kedalam adonan dalam bentuk gelembung untuk
menghasilkan pori yang halus seperti gabus. Gas yang terbentuk merupakan gas CO2.
Kehalusan pori yang terbentuk selama proses pengadonan tergantung
pada karakteristik tepung yang digunakan seperti viskoelastisitas dari gluten dan daya
ikat air (water-binding capacity) pentosan. Pori yang halus bisa juga terbentuk oleh
karena udara masuk kedalam adonan dan terdispersi dalam bentuk gelembung yang
halus ketika tepung dan air dicampur dan diulen. Gelembung udara yang terperangkap
berperan sebagai inti yang menyerapgas CO2 yang terbentuk akan membuat adonan
mengembang membentuk struktur spon. Pengembangan adonan dapat melebihi 1:6
karena gas CO2 terbentuk selama fermentasi.Pembentukan gas selama fermentasi
diikuti oleh reaksi-reaksi fermentatif lainnya seperti terbentuknya metabolit-metabolit
intermediet yang berpengaruh pada konsistensi adonan dan terbentuknya senyawa-
senyawa volatil yang merupakan prekursor aroma.
Gas yang terdispersi dan terperangkap di dalam adonan dalam bentuk
gelembung dibutuhkan untuk pembentukan pori. Terbentuknya dinding pori yang
elastis (extensible) tergantung pada kandungan protein yang spesifik yang dapat
membentuk film yang elastis. Karakteristik semacam ini diperlihatkan oleh gluten
(gliadin dan glutenin) yang merupakan jenis protein yang terkandung di dalam tepung
gandum. Ketika tepung gandum dicampur dengan air, gluten akan membentuk massa
viskoelastis yang mengikat semua bahan adonan terutama pati menjadi suatu jaringan.
Lapisan film yang terbentuk bersifat impermiabel terhadap gas, sehingga dapat
memerangkap gas dan membentuk pori. Selanjutnya pada saat proses
pemanggangan (baking) terjadi gelatinisasi pati dan koagulasi gluten yang dapat
membentuk crumb dan tekstur yang lembut.
Lama penyiapan dan fermentasi adonan sangat bervariasi yang harus dapat
dikendalikan dengan baik. Penggunaan proporsi khamir yang tinggi akan menyebabkan
pembentukan gasyang cepat. Hal ini dapat menyulitkan dalam pengaturan waktu
fermentasi dan penyiapan adonan.Untuk itu, penjadwalan yang ketat dibutuhkan saat
penyiapan adonan karena pengembangan volume adonan terjadi dengan cepat.
Pengakhiran proses fermentasi sangatmempengaruhi volume dan bentuk akhir produk
bakery.
b. Peranan khamir dalam pembuatan roti
Khamir jenis Saccharomyces cereviceae merupakan jenis khamir yang paling
umum digunakan pada pembuatan roti.Khamir ini sangat mudah ditumbuhkan,
membutuhkan nutrisi yang sederhana, laju pertumbuhan yang cepat, sangat stabil, dan
aman digunakan (food-gradeorganism). Dengan karakteristik tersebut, S.
Cereviceae lebih banyak digunakan dalam pembuatan roti dibandingkan penggunaan
jenis khamir yang lain. Dalam perdagangan khamir ini sering disebut dengan baker’s
yeast atau ragi roti.
Pengembangan Adonan. Penggunaan mikroorganisme dalam pengembangan
adonan masih menjadi fenomena yang asing bagi masyarakat yang tidak familiar
dengan pabrik roti. Udara (oksigen) yang masuk ke dalam adonan pada saat
pencampuran dan pengulenan (kneading) akan dimanfaatkan untuk tumbuh oleh
khamir. Akibatnya akan terjadi kondisi yang anaerob dan terjadi proses fermentasi. Gas
CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi akan terperangkap di dalam lapisan film
gluten yang impermiabel. Gas akan mendesak lapisan yang elastis dan extensible yang
selanjutnya menyebabkan pengembangan (penambahan volume) adonan.
Asidifikasi. Selama proses fermentasi selain dihasilkan gas CO2 juga dihasilkan
asam-asam organik yang menyebabkan penurunan pH adonan. Karena tingginya
kapasitas penyangga (buffer capacity) protein di dalam adonan, maka tingkat keasaman
dapat ditentukan dengan menentukan total asam adonan. Proses asidifikasi ini dapat
dijadikan sebagai indikator bahwa fermentasi adonan berjalan dengan baik. Dengan
demikian pengukuran pH mutlak diperlukan dalam pengendalian proses.
Produksi Flavor. Terbentuknya alkohol, penurunan pH, dan terbentuknya
metabolit lainnya secara langsung akan berperan sebagai prekursor flavor dan rasa roti.
Akibat proses fermentasi tersebut dapat menghasilkan roti dengan mutu organoleptik
yang tinggi.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan
Tepung terigu cakra kembar 500 gram
Ragi Instan 7.5 gram
Air 310 gram
Gula 25 gram
Garam 8.5 gram
Susu skim 10 gram
Shortening putih 20 gram
Bread improver 1.5 gram
3.2 Alat
Mixer
Loyang
Oven
Spatula
Gelas ukur
Baskom
Nampan
Jangka sorong
Dicampurkan
Memasukkan Shortening
(sampai kalis)
ROTI TAWAR
BAB IV
6,4 𝑐𝑚−3,5 𝑐𝑚
= 𝑥 100%
3,5 𝑐𝑚
= 82,8 %
8,9 𝑐𝑚−3,2 𝑐𝑚
= 𝑥 100%
3,2 𝑐𝑚
= 178,12 %
Loyang B
Sebelum = 3,5 cm
Sesudah = 9,7 cm
9,7 𝑐𝑚−3,5 𝑐𝑚
= 𝑥 100%
3,5 𝑐𝑚
= 177,14%
3. Di Oven
Loyang A
Sebelum = 8,9 cm
Sesudah = 8,1 cm
8,1 𝑐𝑚−8,9 𝑐𝑚
= 𝑥 100%
8,9 𝑐𝑚
= -8,98%
Loyang B
Sebelum = 9,7 cm
Sesudah = 9,6 cm
9,6 𝑐𝑚−9,7 𝑐𝑚
= 𝑥 100%
9,7 𝑐𝑚
= -1,03 %
4.2 Pembahasan
Menurut Mudjadjanto dan Yulianti (2004) roti adalah produk makanan yang
terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi atau bahan pengembang lainnya,
kemudian dipanggang. Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu yang
diragikan dengan ragi roti dan dipanggang ke dalam adonan, serta boleh ditambahkan
garam, gula, susu, lemak, dan bahan-bahan pelezat seperti coklat, dan kismis. Roti
adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang pembuatannya
melalui tahap pengulenan, fermentasi (pengembangan), dan pemanggangan dalam
oven.
Roti tawar umumnya dibuat dari tepung terigu yang ditambahkan gula, mentega
atau margarin, susu bubuk, garam, ragi roti, malt dan air. Tepung terigu yang paling
baik untuk bahan dasar roti adalah tepung terigu yang berprotein tinggi (Anonim,
2008).
Pada praktikum kali ini kami melakukan pengolahan pembuatan roti tawar,
pertama- tama kami menimbang bahan-bahan yang telah disiapkan kemudian
mencampur semua bahan-bahan kering dan memasukkan kedalam wadah seperti
tepung terigu sebanyak 500 gram, ragi instan sebanyak 7.5 gram, gula sebanyak 25
gram, garam sebanyak 8.5 gram, bread improver sebanyak 1.5 gram, dan susu skim
sebanyak 10 gram. Penimbangan bahan harus dilakukan dengan benar agar tidak terjadi
kesalahan dalam penggunaan jumlah bahan.Ragi, garam, dan bahan tambahan makanan
merupakan bahan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, tetapi sangat penting agar
dihasilkan roti yang berkualitas baik sehingga harus diukurdengan teliti.Dalam
penimbangan, sebaiknya tidak menggunakan sendok atau cangkir sebagai takaran
(Mujajanto, 2004).
Kemudian adonan tersebut diaduk menggunakan mixer roti. Pada penggunaan tepung
terigu merupakan bahan baku yang paling ideal untuk pembuatan roti, tepung terigu
yang digunakan dalam pembuatan roti adalah tepung yang mempunyai kualitas baik,
karena tepung terigu mampu menyerap air dalam jumlah besar, dapat mencapai
konsistensi adonan yang tepat, memiliki elastisitas yang baik untuk menghasilkan roti
dengan remah halus, tekstur lembut, volume besar serta mengandung protein paling
tinggi yaitu berkisar antara 8%-14%. Didalam tepung terigu terdapat senyawa yang
dinamakan gluten.Hal ini yang membedakan tepung terigu dengan tepung tepung
lainnya (Anomim 1, 2007).Tepung terigu mengandung dua macam protein yang
memegang peranan penting dalam pembuatan roti, yaitu protein glutenberfungsi
menentukan struktur produk roti dan memberikan kekuatan pada adonan untuk
menahan gas dari aktivitas ragi, dan glutenin memberikan elastisitasdan kekuatan untuk
perenggangan terhadap gluten. pada saat bercampur dengan air yang berfungsi sebagai
kerangka roti, membuat adonan tidak mudah pecah pada waktu diroll dan menahan gas
CO2 hasil fermentasi. Gas CO2 yang tertahan dalam kerangka jaringan gluten dapat
lolos kembali apabila kerangka gluten yang terbentuk tidak kuat, akibatnya roti menjadi
kempes kembali setelah dioven (Haryono, 1992).
Penambahan ragi sebanyak 7.5 gram pada praktikum ini pada proses pembuatan
roti berfungsi untuk menambah volume pada adonan, dan pada saat adonan dipanggang
dapat lebih menggembang, jika bahan penggembang dicampurkan kedalam adonan
maka akan terbentuk gas karbon dioksida, gas inilah yang kemudian terperangkap di
dalam gluten (komponen protein yang ada dalam tepung terigu) sehingga adonan
menjadi menggembang karena gas yang dihasilkan semakin lama akan semakin banyak
(Sultan, 1981).
Penambahan gula sebnyak 25 gram pada praktikum pembuatan roti tawar ini
berfungsi gula sebagai makanan ragi, memberi rasa, mengatur fermentasi,
memperpanjang umur roti (shelf life), menambah kandungan gizi, membuat tekstur roti
menjadi lebih empuk, memberi daya pembasahan pada roti dan memberi warna cokelat
yang menarik pada kulit karena proses maillard atau karamelisasi (Moehji, 1971). Gula
ditambahkan pada jenis roti tertentu untuk melengkapikarbohidrat yang ada untuk
fermentasi dan untuk memberikan rasa yanglebih manis. Tapi gula lebih banyak dipakai
untuk pembuatan kue danbiskuit dimana selain rasa manis gula juga mempengaruhi
tekstur. Jumlahgula yang tinngi membuat remah kue lebih lunak dan lebih basah,
danpada biskuit juga melunakkan (Moehji, 1971).
Penambahan garam sebanyak 8,5 gram dalam pembuatan roti bertujuan untuk pembuat
rasa gurih, membangkitkan rasa dan aroma bahan-bahan-bahan lain, meningkatkan
ekstensibilitas adonan, mengontrol aktifitas ragi dalam proses fermentasi dan berfungsi
sebagai pengawet. Garam juga memiliki astringent effect, yakni memperkecil pori-pori
roti. Dalam bahan pangan garam biasanya digunakan sebagai bahan pengawet. Garam
pada pembuatan roti tawar akan memberikan rasa gurih, pemakaian garam kurang dari
0,5% biasanya akan memberikan rasa hambar pada roti tawar (Tarigan, 2003).
Penambahan bread improver sebanyak 1.5 gram pada praktikum kali ini
bertujuan untuk memperbaiki karakteristik adonan, sehingga adonan dapat beradaptasi
terhadap peralatan. Bread improver juga memiliki proses fermentasi yang teratur dan
membantu pengembangan selama proses baking. Selain itu juga bread improver juga
dapat mendiversifikasi produk roti dengan mempengaruhi struktur daging roti (crumb
tekstur), warna kulit roti (crust), tampilan roti, volume, aroma, rasa dan simpannya.
(Hamidah, 2008:34).
Penambahan susu skim sebanyak 10 gram pada praktikum kali ini adalah susu
skim dalam bentuk powder, yaitu susu dancow putih yang sachet. Pemilihan susu skim
pada proses pembuatan roti karena Jenis susu yang banyak digunakan dalam proses
bakery adalah susu bubuk, full krim dan skrim. Susu bubuk full krim mengandung
lemak yang tinggi sehingga memberikan kelembutan dan aroma yang
menyenangkan.Susu skim banyak mengandung protein kasein yang cenderung
meningkatkan penyerapan dan daya menahan air, sehingga mengeraskan adonan dan
memperlambat proses fermentasi adonan roti. Keuntungan susu skim adalah kandungan
air dan kandungan lemaknya rendah sehingga dapat disimpan lebih lama dan tidak
cepat tengik. Kada air susu skimadalah 2,5% dan kandungan lemaknya 1,1% (Wheat
associates, 1983). Tujuan pemakaian susu dalam pembuatan produk bakery yaitu
untukmemperbaiki gizi karena susu mengandung protein (kasein), gula laktosadan
kalsium, memberikan pengaruh terhadap warna kulit (terjadipencoklatan protein dan
gula), digunakan untuk mengoles permukaan roti,memperkuat gluten karena
kandungan kalsium, menghasilkan kulit yangenak dan crispy serta bau aromatic smell
(Subarna, 2002).
Penambahan air pada adonan roti yang di mixer mempunyai peranan yang
penting untuk membentuk gluten, karena protein tepung terigu dilarutkan oleh air.
Dalam pembuatan roti tawar air juga berfungsi sebagai pelarut dari bahan-bahan lain
dalam pembuatan roti tawar seperti garam, gula, susu dan sebagainya (Tarigan, 2003).
Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita. Kandungan air dalam
bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan makanan itu
(Ningrum, 2006).
Setelah adonan menjadi kalis dalam waktu kira-kira 30 menit. Adonan diukur
daya kembangnya menggunakan micrometer dan hasilnya adalah 3,5 cm. Lalu adonan
roti didiamkan selama 10 menit dan didapatkan hasil 6,4 cm. Jadi daya kembang yang
didapat pada fermentasi pertama ini adalah 82.2%.
Selanjutnya adonan digiling menggunakan tangan agar gas yang terdapat pada
adonan roti dapat terbuang, penggilingan dilakukan hanya sebentar saja. Pada saat
penggilingan,gas yang ada di dalam adonan keluar dan adonan mencapai ketebalan
yangdi inginkan sehingga mudah untuk digulung atau dibentuk
(Mudjajanto,2004).Kemudian adonan roti tadi di bagi menjadi 2 bagian dengan
dilakukan penimbangan. Proses penimbangan harus dilakukan dengan cepat karena
proses fermentasi tetap berjalan (Anomim3, 2007).dan dipuleni hingga halus sehingga
tidak terdapat pori-pori besar.
Pada loyang II, tinggi adonannya adalah 3.5 cm. Lalu adonan roti diperlakukan
sama seperti awal tadi. Hasil yang didapatkan adalah 9.7 cm. Jadi, hasil daya kembang
pada loyang II adalah 177.14 %. Setelah itu, adonan roti dimasukkan ke dalam oven
yang sudah dipanaskan terlebih dahulu. Pemanggangan roti dilakukan selama 30 menit.
Proses pemasakan roti memerlukan suhu mulai dari suhu 26 °C-100 °C. Namun 5 menit
sebelum roti matang, roti dikeluarkan dari dalam oven. Kemudian, pada bagian atas roti
tadi diolesi dengan shortening. Hal ini dilakukan agar roti terlihat cantik. Sesudah
diolesi shortening , roti dimasukkan kembali kedalam oven dan tunggu selama 5 menit.
Proses fisik adalah penguapan alkohol dan air. Proses pemanggangan terjadi di kulit,
dimana berbagai jenis gula menjadi karamel dan memberi warna pada kulit (Anomim
3, 2007).Jika roti sudah matang, keluarkan roti dari dalam oven. Kemudian daya
kembang pada roti tersebut diukur kembali.
Pada loyang I, sebelum roti di oven, tinggi adonannya adalah 8.9. Setelah di
oven, hasil tingginya menurun menjadi 8.1 cm. Sehingga hasil akhir daya kembang
pada loyang I ini adalah -8.98%.Lalu pada loyang II, sebelum roti di oven, tinggi
adonannya adalah 9.7 cm. Setelah di oven, tinggi roti juga menurunmenjadi 9.6 cm.
Sehingga hasil akhir daya kembang pada loyang II ini adalah -1.03%. Mengempesnya
roti setelah di oven bisa disebabkan karena kerangka gluten pada adonan roti tidak
cukup kuat untuk menahan gas. Seperti yang disebutkan (Haryono, 1992).Gas CO2
yang tertahan dalam kerangka jaringan gluten dapat lolos kembali apabila kerangka
gluten yang terbentuk tidak kuat, akibatnya roti menjadi kempes kembali setelah
dioven. Kerangka gluten yang berasal dari tepung terigu tidak terbentuk kuat bisa
disebabkan karena kesalahan banyaknya air yang dicampurkan ke dalam adonan roti
tersebut pada saat bercampur dengan air yang berfungsi sebagai kerangka roti,
membuat adonan tidak mudah pecah pada waktu diroll dan menahan gas CO2 hasil
fermentasi. (Haryono, 1992).
Pada saat adonan memasuki suatu oven yang panas, adonan bertemu dengan
udara panas dari ruang pemanggangan dan lapisan film tampak terbentuk pada
permukaan adonan. Selanjutnya terjadi pengembangan rotii, selama itu terjadi
pengembangan volume adonan yang dapat mencapai 30%.
Pengembangan roti terjadi sebagai hasil dari suatu reaksi yang berurutan. Disini
terdapat pengaruh fisik yang murni dari panas terhadap gas yang terjebak sehingga
menaikkan tekanan, karena kebanyakan gas yang dilepaskan terjebak dalam film gluten
yang elastic, sel gas mengembang dengan sendirinya, sehingga terdapat sejumlah besar
sel gas yang kecil–kecil dimana setiap gas mengembang dan mengakibatkan volume
adonan bertambah.
Oleh kenaikan suhu sampai 130ºF, granula pasti mulai menggembun. Penggembungan
pasti disertai dengan penyerapan air dari bahan adonan yang lain. Peristiwa ini paling
sedikit memiliki dua pengaruh yang akan diuraikan kemudian. Sejalan dengan naiknya
suhu adonan sampai 140ºF terjadi kenaikan aktivitas metabolisme di dalam sel khamir,
meningkat sampai titik kematian termal khamir. Aktivitas amylase juga bertambah oleh
kenaikan suhu, membantu reaksi produk. Akhirnya system enzim juga menjadi rusak.
Mendekati 170ºF, alkohol yang dihasilkan selama fermentasi juga dibebaskan, dan juga
membantu pengembangan tambahan dan sel gas. Pertama, granula pati bertambah
ukurannya dan menjadi lebih terikat di dalam gluten. Kedua, air yang diperlukan oleh
pati diambil dari struktur gluten (menjadi kuat dan lebih kental). Di samping itu, pati
diduga berperan mengatur struktur adonan yang dipanggang.
Fungsi ragi (yeast) dalam pembuatan roti adalah untuk prosesaerasi adonan
dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida,sehingga mematangkan dan
mengempukan gluten dalam adonan. Kondisidari gluten ini akan memungkinkan untuk
mengembangkan gas secaramerata dan menahannya, membentuk cita rasa akibat
terjadinya prosesfermentasi. Suhu ruangan 350C dan kelembaban udara 75%
merupakankondisi yang ideal dalam proses fermentasi adonan roti. Semakin panassuhu
ruangan, semakin cepat proses fermentasi dalam adonan roti.Sebaliknya, semakin
dingin suhu ruangan semakin lama proses fermentasi.Selama peragian, adonan menjadi
lebih besar dan ringan (Mudjajanto,2004).
Proses fermentasi pada pengolahan roti sudah dilakukan sejak lama. Tahapan
ini dilakukan untuk menghasilkan potongan roti (loaves) dengan bagian yang porus dan
tekstur roti yang lebih lembut. Metode ini didasarkan pada terbentuknya gas akibat
proses fermentasi yang menghasilkan konsistensi adonan yang frothy (porus seperti
busa). Pembentukan gas pada proses fermentasi sangat penting karena gas yang
dihasilkan akan membentuk struktur seperti busa, sehingga aliran panas ke dalam
adonan dapat berlangsung cepat pada saat baking. Panas yang masuk ke dalam adonan
akan menyebabkan gas dan uap air terdesak ke luar dari adonan, sementara terjadi
proses gelatinisasi pati sehingga terbentuk struktur frothy.
Pada uji organoleptik roti tawar yang dibuat yang dapat diamati sebagai berikut:
1. Tekstur
Pada tekstur roti tawar menghasilkan roti yang empuk hal ini karena
adanya rongga-rongga udara pada roti tawar. Menurut Ketaren (1986),
penggunaan lemak pada pengolahan bahan pangan salah satunya bertujuan
untuk membuat tekstur menjadi lebih empuk dan lembut. Menurut Latifah dan
Febriyanti (2000), semakin tinggi kadar protein dan gluten maka roti yang
dihasilkan akan semakin kenyal.
2. Warna
Warna yang terdapat pada roti tawar adalah seperti putih susu pada
dalamnya dan kuning keemasan pada kulitnya. Hal ini disebabkan aspek warna
roti tawar juga dipengaruhi oleh penggunaan gula, temperature dan suhu
pemanasan. Semakin tinggi suhu pemanasan maka semakin cepat warna roti
terbentuk. Subagio (2008), menyatakan bahwa protein dapat menyebabkan
warna cokelat ketika pengeringan dan pemanasan. Selain itu, kandungan protein
yang tinggi dapat menyebabkan roti menjadi lebih cokelat. Apabila protein pada
tepung-tepungan bereaksi dengan gula pereduksi akan mennyebabkan
terjadinya reaksi browning atau pencokelatan membentuk senyawa mellanoidin
(Astriani, 2013). Bolu (2014) juga menyatakan, pada saat karamelisasi gula
terjadi, warna kerak roti tawar menjadi cokelat sehingga roti terlihat seperti
hangus. Hal ini diduga adanya pengaruh warna dari tepung terigu dengan
kombinasi susu sehingga warna roti tawar menjadi lebih kuning kecokelatan.
3. Aroma
Winarno (2004) menyatakan, adanya protein dan karbohidrat
menyebabkan terjadinya reaksi maillard. Pada saat adonan dipanaskan di dalam
oven akan menghasilkan senyawa-senyawa volatile, sehingga menghasilkan
aroma yang khas pada roti yang dihasilkan. Pada praktikum yang kami lakukan,
aroma yang dihasilkan adalah khas roti tawar yang harum. Puspitasari (2009)
menyatakan bahwa perubahan aroma ini juga dapat ditentukan oleh komposisi
bahan dan mekanisme terjadinya reaksi tersebut, sehingga aroma yang
ditimbulkan diduga juga merupakan kombinasi hasil degradasi glukosa yaitu
formaldehid dan furyldiadehyde pada reaksi Maillard.
4. Rasa
Roti tawar mempunyai rasa yang tawar dan gurih, hal itu karena
penambahan gula hanya sedikit yaitu 25 gram dalam 500 gram tepung cakra
kembar dan penambahan garam, shortening dan lainnya yang membuatnya
gurih. Rasa memiliki pernan penting dalam suatu produk. Rasa dinilai
menggunakan indra perasa. (Winarno, 2004).
DAFTAR PUSTAKA