Anda di halaman 1dari 12

ANALISA HUBUNGAN TEGANGAN-REGANGAN

PADA KOLOM BETON BERTULANG MUTU TINGGI

Ari Wibowo

Dosen / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Brawijaya


Jl. MT. Haryono No. 167 Malang, 65145, Jawa Timur
Korespondensi : ariwibowo@ub.ac.id

ABSTRAK

Perilaku beton terkekang dipengaruhi oleh beberapa parameter. Parameter-parameter tersebut antara lain : a)
rasio volume tulangan transversal, b) spasi ,c) kekuatan leleh, d) susunan tulangan transversal, e) kuat tekan
beton, f) dimensi penampang, g) kandungan dan susunan tulangan longitudinal, h) cover beton. Dalam studi
kali ini dibahas tentang perbandingan analisa hubungan tegangan-regangan dengan mengacu ke parameter-
parameter diatas, dan diperbandingkan dengan hasil eksperimental untuk melihat yang paling mendekati
eksak.

Kata kunci: hubungan tegangan-regangan, beton bertulang

1. PENDAHULUAN didasarkan pada data tes yang terbatas,


Kolom beton mutu tinggi sudah dengan asumsi dan filosofi masing-masing.
mulai banyak dipergunakan dalam Untuk itu, dalam studi ini diperbandingkan
konstruksi dewasa ini khususnya untuk beberapa model hubungan tegangan-
struktur tinggi. Hal ini karena untuk beban regangan pada beton mutu tinggi. Sebagai
yang diberikan, kolom beton mutu tinggi acuan dilihat beberapa hasil eksperimental
dapat mempunyai penampang yang lebih terhadap perilaku beton mutu tinggi yang
kecil sehingga dapat memperluas ruang mencakup dasar acuan model tersebut, dan
lantai; selain itu dapat lebih mengatur diperbandingkan terhadap hasil
deformasi. Dalam perencanaannya tentu eksperimental yang ada.
saja harus berdasarkan pada karakteristik Dalam paper ini di bahas analisa
beton polos mutu tinggi dan beton tak hubungan tegangan-regangan kolom
terkekang serta beton terkekang mutu persegi beton mutu tinggi dibawah beban
tinggi. aksial secara monotonik.
Dewasa ini, karakteristik beton
terkekang sudah banyak diteliti khususnya 2.PERILAKU KEGAGALAN ELEMEN
untuk beton normal. Model kekangan yang Cusson (1994) dan Yong (1988)
dikembangkan untuk beton kekuatan meneliti tentang hubungan tegangan-
normal belum tentu cocok untuik beton regangan dari kolom beton terkekang mutu
mutu tinggi. Pada kenyataannya, model- tinggi yang secara umum dapat dijelaskan
model ini menunjukkan prediksi/estimasi sebagai berikut (Gambar 1 dan 2):
daktilitas yang terlampau tinggi ketika  Kurva naik
diaplikasikan ke beton mutu tinggi (Yong Bagian ini dimulai dari saat beban
et.al. 1988; Razvi 1995). Saat ini aksial pada beton Pc diberikan sampai
kebanyakan model untuk beton mutu tinggi beban aksial maksimum pertama PC1;
adalah versi modifikasi dari model pada dimana terlihat bahwa selama bagian
beton normal. Modifikasi biasanya menaik ini, kekangan mempunyai efek
REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658 70
yang kecil. Puncak ini berkaitan dengan kekangan. Bila efisiensi kekangan
beban PC1 ketika cover beton secara sangat baik, maka harga PC2 (dengan
mendadak terpisah.Pc adalah beban penampang beton tereduksi),
aksial pada beton yang di dapat dari: mempunyai harga yang lebih tinggi
Beban aksial maksimum pertama PC1 daripada PC1 (dengan penampang beton
adalah beban dimana cover beton mulai penuh). Demikian juga sebaliknya.
terkelupas. Tegangan yang terjadi pada Setelah puncak kedua, terjadi penurunan
bagian ini adalah Pc dibagi dengan luas kapasitas beban aksial yang sangat cepat
beton penuh Ac. Luas Ac di dapat sampai mencapai kegagalan akibat
dengan mengurangkan luas penampang formasi penuh kehancuran bidang, yang
kolom dengan luas total tulangan memotong inti beton yang terkekang
longitudinal yang memotong menjadi dua bagian, dibarengi dengan
penampang. Bagian ini dapat dilihat melelehnya semua sengkang, beberapa
dalam gambar 3 dan bagian garis tebal sengkang putus, dan tulangan
OA dalam gambar 4. Bagian OA adalah longitudinal mengalami tekuk.
bagian yang berimpit dengan bagian
menaik dari normalisasi beban aksial
terhadap Poc pada kolom 1D, dimana
Poc adalah kuat tekan tak terkekang
terhadap luas total penuh (Pc = 0.85 fc'
Ac).
 Kurva transisi kontinyu
Sejalan dengan makin menghilangnya
cover beton, inti beton makin mendapat
kekuatannya sampai mencapai puncak
kedua PC2. Puncak kedua ini terjadi saat
satu atau dua sengkang terbuka dan Gambar 1. Kurva normalisasi beban aksial-
regangan (Cusson 1994)
kolom mengalami permulaan
kehancuran bidang. Transisi antara
titik A dan B pada respon kolom
terkekang diestimasi sebagai kurva
halus.
 Kurva menurun
Bagian ini dimulai sejak tercapainya
beban aksial maksimum kedua Pc2,
dimana di dapatkan dari pembagian
beban aksial beton Pc dengan luas
beton terkekang yang dibatasi oleh
garis pusat perimeter terluar sengkang
Gambar 2. Kurva tegangan-regangan kolom A
(= Pc / Acc). Hal ini ditunjukkan dalam
(Yong et. al. 1988)
bagian kanan gambar 3, dan bagian
garis tebal dari titik B yang berimpit
Diukur dari sumbu vertikal, sudut
dengan kurva 1D (Pc/Pocc), dimana
antara bidang kehancuran geser dan
Pocc adalah kuat tekan aksial tak
sumbu vertikal adalah sebesar 25o
terkekang terhadap luas inti beton (Pocc
untuk terkekang ringan sampai dengan
= 0,85 fc' Acc). Harga PC2 pada puncak
45o untuk terkekang berat (Cusson
kedua, dapat lebih tinggi atau lebih
1995). Sedangkan Yook et.al. (1988)
rendah dari harga PC1 pada puncak
mengukur sudut tersebut sebesar 55-68o
pertama, tergantung dari efisiensi
REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658 71
antara bidang kehancuran geser terjadi penambahan kekuatan tekan beton
terhadap bidang horisontal seperti dan daktilitas.
terlihat pada Gambar 3.

c. Konfigurasi Tie
Konfigurasi tie menentukan
efektifitas luas beton terkekang dimana
meningkatkan distribusi tulangan
longitudinal sekeliling inti beton. Semakin
besar efektifitas luas beton terkekang,
semakin besar efektifitas kekangan.

d. Kandungan Tulangan Transversal


Tekanan kekangan lateral pada inti
Gambar 3. Ilustrasi tentang pembentukan
beton mempunyai hubungan langsung
bidang kehancuran geser
dengan kandungan tulangan transversal.
Semakin besar tekanan kekangan pada inti
3. KARAKTERISTIK BETON MUTU beton menghasilkan efektifitas kekangan
TINGGI yang semakin baik.
Berdasar hasil eksperimental oleh
Cusson (1994) dan Yong (1988), diketahui e. Spasi sengkang
bahwa karakteristik beton mutu tinggi Semakin kecil spasi sengkang,
dipengaruhi oleh beberapa parameter: semakin besar luas beton yang terkekang,
yang menghasilkan efektifitas kekangan
a. Kuat tekan beton yang makin tinggi. Spasi sengkang
Beton mutu tinggi mempunyai mengontrol tekuk pada tulangan
ekspansi lateral yang lebih kecil di bawah lngitudinal.
beban tekan aksial daripada beton normal
sejalan dengan modulus elastisitas yang f. Kandungan Tulangan Longitudinal
lebih tinggi dan retak micro internal yang Semakin besar kandungan tulangan
lebih kecil. Konsekuensinya, tulangan longitudinal (yang di dapat dari diameter
pengekang baru berperan dibagian yang tulangan yang makin besar) akan mencegah
lebih lanjut dari proses, dan efisiensi dari tekuk tulangan longitudinal yang dini.
kekangan pasif dari beton mutu tinggi akan Sedangkan percobaan Yong et. al. (1988)
tereduksi. Kenaikan daktilitas lebih besar menunjukkan bahwa, perbedaan jumlah
terjadi pada beton dengan mutu yang lebih tulangan longitudinal tidak berpengaruh
rendah dibandingkan pada beton mutu pada besar tegangan maksimal yang
tinggi. dimiliki, namun terjadi penurunan yang
cukup besar terhadap daktilitas grup L.
b. Kuat Leleh Pengaku Tansversal
Kuat leleh dari tulangan pengekang g. Efek selimut beton
menentukan batas atas dari tekanan Kurva penampang tanpa cover mirip
kekangan pada inti beton. Semakin tinggi dengan beton polos sampai sekitar 0.9
tekanan pengekang pada inti beton, fc/fc', yang menunjukkan bahwa tulangan
semakin tinggi efisiensi kekangan. Bila tidak bekerja sampai tegangan beton
pada saat kekuatan inti beton mencapai hampir mencapai tegangan ultimat dari
puncak, sedangkan tegangan pada tulangan beton polos. Kurva antara beton dengan
lateral belum mencapai leleh, maka tidak cover mirip dengan kurva pada beton tanpa
cover, kecuali bahwa modulus tangensial di
REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658 72
bagian menaik adalah lebih kecil. Hal ini Untuk itu perlu diteliti berapa besar
disebabkan karena perbedaan perumusan tingkat efektifitas kekangan yang
tegangan antara keduanya. Cover beton dimiliki kolom tersebut.
kelihatannya tidak berpengaruh pada
tegangan puncak fo dan o dan daktilitas 4. TEKANAN KEKANGAN EFEKTIF
dari beton terkekang.
Mengacu pada perumusan Richart et. 4.1 Model Cusson (1995)
Al. (1928), di dapat bahwa tekanan lateral Untuk kolom persegi terkekang, tekanan
dapat meningkatkan kuat maksimum pada lateral pada kolom persegi terkekang di
kolom beton normal terkekang. Kuat dapat:
maksimum dari beton terkekang fcc:
f hcc  Ashx  Ashy 
fl    (2)
s  cx  cy 
' '
fcc  fco  4.1 fl (1)
Bentuk di atas menjadi pola dasar dimana: fhcc = tegangan pada tulangan
perumusan selanjutnya. Inti permasalahan transversal pada kuat tekan maksimum inti
dalam perumusan hubungan tegangan- beton; s = spasi sengkang dari pusat ke
regangan pada kolom beton persegi mutu pusat; Ashx dan Ashy = luas total tulangan
tinggi adalah: lateral yang tegak lurus terhadap arah
 Penentuan tegangan kekangan efektif. sumbu x dan sumbu y.
Tekanan lateral nominal (rata-rata) fl Cusson menggunakan metode yang
dapat diterapkan hanya untuk kasus diusulkan oleh Mander et al. (1988) seperti
terkekang secara uniform, sedangkan terlihat pada Gambar 4-5 yang berdasar
untuk kasus dimana kekangan tidak pada rasio volume daerah terkekang
uniform maka tekanan lateral nominal terhadap volume daerah total, sehingga
tersebut perlu direduksi. koefisien efektifitas kekangan Ke:
 Penentuan besar kuat tekan pada kolom
  wi2   s ' 
beton polos fco’ sebagai rasio terhadap 1  1  s ' 1 
  
 2c y 
kuat tekan f c' beton silinder 15x30 cm. 6c x c y 2c x
Ke   
(3)
 Penentuan besar tegangan baja pada 1   c 
tulangan transversal saat inti beton
(beton terkekang) mengalami tegangan dimana:  wi2 = jumlah kuadrat dari
puncak fcc’. Pada hubungan tegangan- semua jarak bersih antara tulangan
regangan kolom beton mutu normal, longitudinal dalam penampang persegi; s' =
besar fl diambil dengan asumsi bahwa jarak bersih antara sengkang, c = rasio
tulangan transversal sudah leleh saat tulangan longitudinal terhadap inti beton.
beton terkekang mengalami tegangan Dapat dilihat bahwa tulangan sengkang
puncak. Namun ini belum tentu terjadi menjadi tidak efektif, bila s'  2cx atau s' 
pada kolom beton mutu tinggi. 2cy.
 Diketahui dari hasil eksperimental Maka tekanan kekangan efektif yang
diatas, bahwa efektifitas kekangan pada teraplikasi ke inti beton, fle adalah perkalian
kolom beton mutu tinggi lebih rendah tekanan lateral nominal fl dengan koefisien
dari pada kilom beton mutu normal. efektifitas kekangan Ke:

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658 73


Gambar 4. Ilustrasi derah efektif kekangan
oleh Mander et al. (1988)

Ke f hcc  Ashx  Ashy 


f le  Ke f l    (4)
s  cx  cy 
Untuk penampang bujursangkar (cx= cy = c
dan Ashx = Ashy = Ash ) :
Gambar 5. Ilustrasi daerah kekangan efektif
K f A pada kolom (Cusson, 1994)
f le  e hcc sh (5)
sc
dimana fhcc = tegangan pada tulangan Namun dalam kolom bujur sangkar dan
transversal pada saat beton terkekang persegi, kekangan oleh tulangan persegi
mengalami tegangan puncak; pada beton tidak selalu seragam, dimana
normal cukup memuaskan dengan mengembangkan tekanan lateral tak
mengambil nilai sebesar tegangan leleh, seragam dekat dengan lokasi crosstie.
namun dalam HSC harus dipastikan apakah Tahanan lateral di daerah ini diperoleh dari
tulangan lateral ini sudah leleh atau belum kekakuan aksial dari crosstie, dimana
melalui iterasi Cusson (1995). cukup tinggi sampai tulangan meleleh
dalam tarik. Aksi penahanan berkurang
4.2 Model Saatcioglu (1999) secara cepat di lokasi yang semakin jauh
Apabila Cusson (1995) dengan crosstie, dimana perilaku lebih
mendasarkan reduksi efektifitas tekanan banyak ditentukan oleh kekakuan lentur
kekangan pada rasio volume daerah oleh perimeter tie.
terkekang terhadap volume daerah total, Saatcioglu mengembangkan metode
maka Saatcioglu mendasarkan reduksi perhitungan tekanan seragam ekivalen yang
efektifitas tekanan kekangan berdasar memberi efek yang sama dengan tekanan
Tekanan Lateral Seragam Ekivalen (fle = kekangan tak seragam:
k2.fl). Dasar pemikirannya adalah: f cc'  f co'  k1 f le (6)
pemakaian tekanan lateral seragam rata-
k1  6.7 f le 
0.17
rata fl hanya bisa diterapkan untuk kasus (7)
dimana tekanan kekangan seragam seperti
pada tekanan luar hidrostatis aktif atau f le  k 2 f l (8)
tekanan kekangan seragam pasif yang
dikembangkan oleh spiral melingkar yang
berspasi rapat.

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658 74


q 4.3 Indeks Kekangan Efektif
  As f s sin  Indikator efisiensi kekangan pada kolom
i 1
fl  (9) beton bertulang adalah :
sbc  Menurut Park et al 1982, Muguruma et
al 1983, Saatcioglu et al 1993 adalah
dimana q = jumlah lengan tie yang
 h f yh
melintang sisi inti beton dimana tekanan = (12)
lateral rata-rata fl akan dihitung. Tegangan f c'
pada crosstie fs harus dihitung dalam f
kondisi sebenarnya melalui persamaan (18)  Menurut Cusson (1994) = le (13)
f co
Tekanan lateral seragam ekivalen fle
seringkali lebih rendah daripada tekanan f
 Menurut Yong (1988) = o (14)
seragam rata-rata fl sebab ketidak f c'
seragaman tekanan lateral. Reduksi ini dimana h adalah rasio volume tulangan
diekspresikan melalui koefisien k2 yang transversal, fyh adalah tegangan leleh
merupakan fungsi dari spasi sengkang s, sengkang, fco dan fo adalah tegangan puncak
dan spasi tulangan logitudinal yang pada kurva stress-strain kolom terkekang
tersupport secara lateral sl. menurut Cusson (1994) dan Yong (1988),
Koefisien k2 merefleksikan efiensi dan fc' dan tegangan puncak pada silinder
susunan tulangan dan akan berharga satu beton. Tipikal kekangan pasif diperlihatkan
untuk tekanan kekangan hampir seragam pada Gambar 6.
seperti pada kasus spiral melingkar berspasi Indeks yang diusulkan oleh Park et al
dekat. Dalam kasus ini tekanan rata-rata (1982) dkk hanya dapat dipakai untuk
dan tekanan seragam ekivalen menjadi kasus dimana tulangan transversal sudah
sama. Koefisien k2 juga mendekati satu leleh saat beton terkekang mencapai
untuk susunan lain, seperti penulangan tegangan maksimal/puncak yang biasa
persegi dengan batang tulangan logitudinal terjadi untuk kasus beton mutu normal.
terdistribusi merata dan tersupport dengan Untuk kasus beton mutu tinggi, hal ini
spasi berjarak dekat. cenderung untuk jarang terjadi. Hal lain
 b  b  adalah indeks ini akan mempunyai nilai
.  c   c   10
k2  015 . (10) yang sama untuk bentuk konfigurasi
 s   sl 
sengkang yang bervariasi padahal respon
yang dihasilkan adalah berbeda.
Tekanan seragam ekivalen pada Persamaan Studi komparatif oleh Cusson (1995)
(8) berlaku untuk penampang bujur sangkar membagi efektifitas kekangan menjadi tiga
dan melingkar yang mempunyai tekanan kategori:
kekangan yang sama di kedua sumbu tegak f
lurus. Untuk penampang yang tidak 1. Kekangan ringan : 0% < le < 5%
mempunyai tekanan yang berbeda di kedua f co
sumbu tegak lurusakibat susunan sengkang f
2. Kekangan sedang : 5% < le < 20%
yang berbeda di kedua arah, rata-rata f co
tegangan dapat digunakan sebagai berikut: f
f lexbcx  f leybcy 3. Kekangan tinggi : le > 20%
f co
f le  (11)
bcx  bcy
dimana flex dan fley yang bekerja tegak lurus
pada dimensi inti beton bcx dan bcy dapat
dihitung terpisah.

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658 75


Kedua kelas ini tepat digunakan untuk
desain pada daerah gempa sedang dan
berat.

5. TEGANGAN PADA TULANGAN


TRANSVERSAL
Tekanan kekangan lateral yang
dibutuhkan oleh beton mutu tinggi dapat
secara signifikan lebih tinggi dari beton
mutu normal. Kebutuhan ini biasanya dapat
dipenuhi dengan menggunakan baja mutu
tinggi daripada menaikkan rasio volume
tulangan untuk menghindari sulitnya
pengecoran. Dalam hal ini asumsi bahwa
tulangan akan leleh pada saat tegangan
puncak beton tidak akan akurat.
Baik Cusson (1994) maupun
Razvi & Saatcioglu (1994) mengutarakan
bahwa tulangan baja mutu tinggi tersebut
dapat leleh atau tidak tergantung dari
efektifitas kekangan dan mutu baja
tersebut. Untuk beton mutu tinggi,
tegangan pada tulangan transversal dapat
leleh pada saat tegangan puncak beton
terkekang adalah hanya untuk kasus beton
terkekang baik. Untuk kasus kolom beton
mutu tinggi terkekang ringan, regangan
Gambar 6. Tekanan Kekangan Pasif puncak cc, dari beton terkekang adalah
(Saatcioglu and Razvi, 1992) : (a) kecil. Sebagai hasilnya, regangan pada
Perkembangan tekanan kekangan pasif pada sengkang sebagai reaksi dari ekspansi
kolom bujur sangkar; (b) Variasi tekanan beton juga kecil dan kemungkinan lebih
kekangan dengan susunan penulangan; (c) kecil dari pada tegangan leleh baja. Di lain
Tekanan lateral seragam pada kolom pihak, untuk kolom yang terkekang tinggi,
melingkar; (d) Tekanan seragam ekivalen pada regangan puncak , cc, akan cukup besar
kolom bujur sangkar; (e) Tekanan kekangan untuk mengijinkan terjadinya tegangan
pada kolom persegi.
leleh pada sengkang.
Untuk itu perlu dicari berapa
tegangan baja sesungguhnya pada tulangan
Beton terkekang ringan (kelas 1) tidak
transversal saat beton terkekang mencapai
menghasilkan peningkatan kekuatan dan
tegangan puncak.
sedikit daktilitas. Jenis kelas ini digunakan
apabila desain gempa tidak menjadi
5.1 Cusson (1995)
keperluan. Beton terkekang cukup (kelas 2)
Besar tegangan baja pada tulangan
menghasilkan peningkatan kekuatan yang
transversal sangat dipengaruhi oleh
moderat dan perilaku daktilitas pasca
efektifitas kekangan fle/fco yang dimiliki
tegangan puncak. Beton terkekang tinggi
oleh kolom tersebut. Cusson
(kelas 3) menghasilkan peningkatan
mengembangkan algoritma iterasi untuk
kekuatan yang signifikan dan perilaki pasca
menentukan tegangan baja tersebut:
tegangan puncak yang sangat daktail.

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658 76


1. Hitung tekanan kekangan efektif fle, 6. PENENTUAN RASIO KUAT TEKAN
dengan asumsi pada tulangan ANTARA BETON POLOS SILINDER
transversal fhcc = fyh. DENGAN KOLOM BETON POLOS
2. Estimasi tegangan puncak beton Kuat tekan beton di bawah beban
terkekang, fcc dan cc yang terkait. monoton yang di tes dalam eksperimental
0.7 berskala besar pada umumnya lebih rendah
f cc  f  daripada kuat tekan beton pada tes standar
 1.0  2.1 le  (15)
f co  f co  silinder 150 x 300 mm. Pengujian itu antara
1.7 lain :
 f  1. Razvi dan Saatcioglu (1998)
cc  co  0.21 le  (16)
 f co  mengambil harga kuat tekan kolom
beton polos fco’ sebesar 0,85 fc’ dengan
3. Estimasi regangan hcc dalam
hasil yang cukup memuaskan pada hasil
tulangan transversal melalui :
analisa.
  f le   2. Yong et al. (1988) menyatakan rasio
hcc  05
. cc 1   (17)  antara kuat tekan beton polos fc”
  f cc  
terhadap kuat tekan beton silinder
4. Hitung tegangan fhcc pada tulangan adalah mempunyai rentang 0,87-0,97
transversal melalui kurva hubungan dengan rata-rata sebesar 0,92.
tegangan-regangan sengkang. 3. Cusson et al (1994) mnguji empat
5. Reevaluasi tekanan kekangan benda uji 235 x 235 x 470 mm prisma
efektif, fle, dengan harga tegangan beton polos dan mendapatkan bahwa
fhcc yang baru, hanya jika fhcc < rata-rata kuat tekan dari benda uji
fyh. tersebut adalah sebesar 88% dari kuat
6. Ulangi langkah 2-5 sampai tekan beton silinder. Dalam analisa
konvergen. studinya, dipakai rasio sebesar 0,85
seperti yang dianjurkan oleh ACI .
5.2 Saatcioglu (1999) 7. MODEL HUBUNGAN TEGANGAN-
Saatcioglu berdasarkan analisa REGANGAN
regresi pada data eksperimental
merumuskan bahwa tegangan baja pada 7.1 Cusson (1995)
tulangan transversal pada saat beton Seperti terlihat pada Gambar 7, bagian
terkekang mencapai tegangan puncak kurva menaik (OA) adalah :
adalah :  
 
 k  c  
 k  
f s  E s  0.0025  0.04 3 2 ' c  f    cc  
  yt (18) f c  fcc k  ; c  cc (21)
 f co    c  
 k  1    
 
dimana :   cc  

  Asx i  Asy i
n m

i 1 i 1
c 
sbcx  bcy  (19)

dimana n dan m adalah jumlah lengan tie


pada arah sumbu-x dan sumbu-y.

 b  b 
.  c   c   10
k2  015 . (20)
 s   sl 
Gambar 7. Pemodelan hubungan Stress-Strain
oleh Cusson (1995)
REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658 77
penghitungan tekanan seragam ekivalen
Ec yang memberi efek yang sama dengan
k (22)
 f cc  tekanan kekangan tak seragam.
Ec   
  cc 
dimana k mengatur kemiringan awal dan
kurvatur dari bagian menaik ini. Ec adalah
modulus tangensial beton. Untuk beton
mutu tinggi, koefisien k bernilai besar yang
mengekspresikan bahwa bagian menaik
cenderung linier dengan modulus elastis
yang besar.
Bagian menurun (ABC) adalah
modifikasi dari Fafitis dan Shah (1985) :

  ;  
Gambar 8. Pemodelan hubungan Stress-Strain
f c  f cc .exp k1 c   cc 
k2 oleh Saatcioglu (1999)
c cc (23)
ln 0.5  Bagian kurva naik yang diusulkan oleh
k1  (24)
c50c  cc  k2 Saatcioglu mempunyai bentuk yang
sama dengan ascending part kurva
1.4
 fle  stress-strain oleh Cusson (1995) :
k 2  0.58  16  (25)
 f co   
f cc  c  r
11
.  l 
 f  fc  (29)
c50c  c50u  015
.  le  (26)  c 
r
 f co  r 1  
dimana f hcc  f yh (27)  l 
1    f le Ec
r (30)
hcc  cc  (28) Ec  Esec
Esec
Koefisien k1 mengatur kemiringan umum f cc'
Esec  (31)
dari bagian menurun dan membuat kurva 1
tegangan-regangan melewati titik (C50C;
E c  3320 f c'  6900 (32)
0.5fcc) dengan asumsi bahwa pada titik ini
kondisi leleh sudah terjadi pada tulangan dimana Esec adalah modulus elastis
transversal. Untuk beton terkekang baik, k1 sekan dari beton terkekang, dan Es
adalah besar dan menghasilkan alur yang adalah modulus elastis tangensial dari
menurun halus, sementara untuk terkekang beton tak terkekang.
ringan, k1 adalah kecil dan menghasilkan
alur yang menurun tajam. Koefisien k2  Bagian kurva turun adalah bagian yang
mengontrol kurvatur dari bagian menurun. diatur untuk bermula dari titik tegangan
Untuk beton terkekang baik, k2 berharga puncak dan regangan yang terkait (1 ,
besar dan menghasilkan alur menurun yang fcc') melewati titik (85, 0.85 fcc')
cembung, sedangkan untuk beton terkekang
ringan, k2 berharga kecil dan menghasilkan 1  011  5k 3K  (33)
 85  260k3 c11  0.5k2 k4  1   085
alur menurun yang cekung.
(34)
7.2 Saatcioglu (1999) di mana:
40
Confinement model yang diusulkan k 3  '  1.0 (35)
oleh Saatcioglu (Gambar 8) berdasar pada f co

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658 78


f yt Bagian ini diambil setelah regangan
k4   1.0 (36) aksial mencapai regangan dimana
500
k1 f le tegangan aksial turun dan mencapai 0.2
K (37) fcc'.
f co'
01  0.0028  0.0008k 3 (38) 8. PERBANDINGAN DENGAN HASIL
085  01  0.0018k 32 (39) EKSPERIMENTAL
Tabel 1 menyajikan karakteristik dan
c diambil dari persamaan (19) dimensi dari 20 benda uji dari
eksperimental yang dilakukan oleh
Perumusan kurva tegangan-regangan Naghasima et al. (1992). Hasil
untuk descending part adalah: eksperimental dari kedua puluh benda uji
' '   c  1  ini akan diperbandingkan dengan prediksi
f c  f cc  0.15 f cc      (40)
 85 1  dari analisa oleh Cusson (1995) dan
Saatcioglu (1999). Hasilnya seperti tampak
Pengambilan titik pada 85 diambil
pada tabel 2. Kedua usulan model
berdasarkan asumsi dari eksperimental
menunjukkan hasil yang cukup akurat
bahwa meskipun tulangan transversal tidak
terhadap hasil eksperimental, dengan
leleh pada saat tegangan puncak, tapi akan
usulang model oleh Saatcioglu (1999)
meleleh pada saat atau sebelum permulaan
menunjukkan hasil yang sedikit lebih
decay pada concrete.
akurat dibandingkan dengan Cusson
 Bagian datar
(1995).

Tabel 1. Data dimensi dan karakteristik benda uji kolom terkekang beton mutu tinggi oleh Nagashima
et al. (1992)
Column Reinf. f'cc Rasio
bc db sl s fyt fl f'co
label Exp. Cusson Saatcioglu Cusson Saatcioglu
HH08LA 12-bar 199.9 5.1 61.6 55 1387 7.13 98.8 122.8 113.6 114.6 0.93 0.93
HH10LA 12-bar 199.9 5.1 61.6 45 1387 8.71 98.8 122.5 116.6 119.7 0.98 0.98
HH13LA 12-bar 199.9 5.1 61.6 35 1387 11.20 98.8 131.5 123.5 128.6 0.94 0.98
HH15LA 12-bar 198.6 6.4 60.7 45 1368 13.33 98.8 127.0 128.4 130.0 1.01 1.02
HH20LA 12-bar 198.6 6.4 60.7 35 1368 17.14 100.4 148.2 174.7 144.9 1.18 0.98
HL06LA 12-bar 200 5.0 61.7 45 807 7.03 100.4 118.2 117.5 121.3 0.99 1.03
HL08LA 12-bar 200 5.0 61.7 35 807 9.04 100.4 133.2 123.5 129.4 1.02 0.97
LL05LA 12-bar 200 5.0 61.7 55 807 5.58 51.3 68.9 62.6 67.4 0.91 0.98
LL08LA 12-bar 200 5.0 61.7 35 807 9.04 51.3 79.4 80.5 80.3 1.01 1.01
LH08LA 12-bar 199.9 5.1 61.6 55 1387 6.92 51.3 70.9 63.1 67.8 0.89 0.96
LH13LA 12-bar 199.9 5.1 61.6 35 1387 11.20 51.3 85.7 95.4 83.5 1.11 0.97
HH13MA 12-bar 199.9 5.1 61.6 35 1387 11.20 100.4 131.8 124.5 130.2 0.91 0.99
HH13HA 12-bar 199.9 5.1 61.6 35 1387 11.20 100.4 129.2 124.5 130.2 0.91 1.01
LL08MA 12-bar 200 5.0 61.7 35 807 9.04 51.3 79.6 80.5 80.3 1.01 1.01
LL08HA 12-bar 200 5.0 61.7 35 807 9.04 51.3 78.0 80.5 80.3 1.03 1.03
LH15LA 12-bar 198.6 6.4 60.7 45 1368 13.33 52.4 88.7 101.1 86.1 1.14 0.97
HH13LB 12-bar 199.9 5.1 61.6 27 1387 12.39 100.4 131.7 125.5 137.4 0.95 1.04
HH13LD 8-bar 199.9 5.1 92.4 25 1387 13.38 100.4 128.2 123.5 134.4 1.03 1.05
LL08LB 12-bar 200 5.0 61.7 27 807 9.99 52.4 82.4 82.8 87.5 1.01 1.06
LL08LD 8-bar 200 5.0 92.5 25 807 10.79 52.4 77.3 81.2 85.0 1.07 1.10

Penghitungan pada tabel di atas adalah perumusan yang diusulkan oleh baik oleh
untuk melihat seberapa akurat penghitungan Saatcioglu maupun Cusson mempunyai
kuat tekan kolom beton terkekang pada keakurasian yang cukup tinggi.
masing-masing model. Kedua model

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658 79


Model Hubungan Tegangan-Regangan Model Hubungan Tegangan-Regangan
Kolom HH08LA - Nagashima et al (1992) Kolom HH10 LA - Nagashima et al. (1992)

140 140

Tegangan, fc (MPa)
120 120 Cusson et al (1994)
Tegangan, fc (MPa)

Cusson et al (1994)
100 Saatcioglu et al (1999) 100 Saatcioglu et al (1999)
Eksperimental 80 Eksperimental
80
60
60
40
40
20
20
0
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
Regangan Regangan

Model Hubungan Tegangan-Regangan Model Hubungan Tegangan-Regangan


Kolom HH13LA - Nagashima et al. (1992) Kolom HH15LA - Nagashima et al (1992)

140
140 Cusson et al (1994)
Tegangan, fc (MPa)

Tegangan, fc (MPa)
120 Cusson et al (1994) 120 Saatcioglu et al (1999)
100 Saatcioglu et al (1999) Eksperimental
100
80 Eksperimental
80
60 60
40 40
20 20
0 0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06

Regangan Regangan

Model Hubungan Tegangan-Regangan Model Hubungan Tegangan-Regangan


Kolom 2A - Cusson et al. (1994) Kolom 2B - Cusson et al (1994)

120
100
Cusson et al (1994)
Tegangan, fc (MPa)

100
Tegangan, fc (MPa)

80 Cusson et al (1994) Saatcioglu et al (1999)


Saatcioglu et al (1999) 80
Eksperimental
60 Eksperimental 60
40 40
20 20

0 0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06

Regangan Regangan

Model Hubungan Tegangan-Regangan Model Hubungan Tegangan-Regangan


Kolom 2C - Cusson et al. (1994) Kolom 2D-Cusson et al (1994)

120 120
Tegangan, fc (MPa)

100 Cusson et al (1994)


Tegangan, fc (MPa)

100 Cusson et al (1994)


Saatcioglu et al (1999) 80 Saatcioglu et al (1999)
80
Eksperimental Eksperimental
60 60

40 40

20 20

0 0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06

Regangan Regangan

Gambar 9. Perbandiingan antara hasil eksperimental Nagashima et al. (1992) dengan hasil analisis
(model Saatcioglu et al. 1999 dan Cusson et al. 1995)

Perbandingan antara model hubungan hanya saja model Saatcioglu kurang dapat
tegangan-regangan berdasar model menggambarkan kurva tersebut apabila
Saatcioglu et al. (1999) dan Cusson et al. kuat tarik baja tulangan transversal tidak
(1995) dengan hasil eksperimental dapat terlampau tinggi.
dilihat pada Gambar 9. Terlihat bahwa
kedua model cukup bagus mewakili kurva
tegangan-regangan hasil eksperimental,

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658 80


9. KESIMPULAN 10. DAFTAR PUSTAKA
Telah dilakukan analisa perbandingan Saatcioglu, Murat and Razvi, Salim(1999).
terhadap model-model hubungan tegangan- “Confinement Model for High Strength
Concrete.” J. Struct Engrg., ASCE, 125(3),
regangan untuk kolom terkekang beton
281-289.
mutu tinggi. Beberapa model hubungan Yong, Yook-Kong, Nour, Malakah G., and Nawy,
tegangan-regangan secara singkat telah Edward G. (1988). “Behaviour of Laterally
dipaparkan dan telah diperbandingkan Confined High-Strength Concrete under
hasilnya dengan hasil eksperimental oleh Axial Loads.” J. Struct Engrg., ASCE,
114(2), 332-351.
Nagashima et al. (1992). Kedua model
Park, R., Paulay, T. (1975). Reinforced Concrete
Cusson (1995) dan Saatcioglu (1999) Structures. John Wiley & Sons, New York.
mempunyai pendekatan yang berbeda 769 pp.
dalam memprediksi berapa besar kekangan Cusson, Daniel and Paultre, Patrick (1994). “High
yang dihasilkan oleh suatu susunan Strength Concrete Columns Confined by
Rectangular Ties.” J. Struct Engrg., ASCE,
konfigurasi dan kandungan sengkang
120(3), 783-803.
tertentu pada beton mutu tinggi. Cusson, Daniel and Paultre, Patrick (1995). “Stress-
Cusson (1995) mendekati dengan Strain Model for Confined High-Strength
merumuskan fungsi reduksi sebagai fungsi Concrete.” J. Struct Engrg., ASCE, 121(3),
dari rasio volumetrik antara daerah yang 468-477.
Saatcioglu, Murat and Razvi, Salim(1992).
terkekang efektif dengan volume daerah
“Strength and Ductility of Confined
penuh. Sedangkan Saatcioglu (1999) Concrete.” J. Struct Engrg., ASCE, 118(6),
merumuskan fungsi reduksi sebagai fungsi 1590-1607.
dari spasi sengkang dan spasi dari tulangan
longitudinal yang tersupport secara lateral.
Dari perbandingan, terlihat bahwa kedua
model dapat memprediksi perilaku kolom
beton mutu tinggi terkekang dengan cukup
baik.

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, No.1 – 2016 ISSN 1978 - 5658 81

Anda mungkin juga menyukai