Anda di halaman 1dari 15

Tegangan

Blok Ekuivalen
Permasalahan
Dalam prakteknya, penggunaan beton di lapangan selalu memakai
tulangan pengekang berupa tulangan spiral atau persegi. Namun selama ini
dalam menganalisa beton terutama penampang balok, efek pengekangan tidak
diperhitungkan. Seandainya efek pengekangan diperhitungkan maka kekuatan
dari penampang balok itu akan lebih besar bila dibandingkan penampang balok
yang efek pengekangannya tidak diperhitungkan. Dengan memperhitungkan
efek pengekangan, maka regangan ultimate akan meningkat sehingga akan
menghasilkan struktur yang lebih daktail. Selain itu, kekuatan beton akan
mengalami peningkatan sehingga kapasitas momen yang mampu dipikulnya juga
akan meningkat. Sehingga diharapkan dengan pemakaian dimensi beton
maupun tulangan yang lebih kecil, tetap menghasilkan kekuatan yang sama. Dan
pada akhirnya, maka pengerjaan di lapangan akan lebih ekonomis dengan
kualitas kekuatan yang sama.
Diagram tegangan regangan yang dihasilkan oleh tiap-tiap metode
pengekangan dapat dikonversikan menjadi suatu nilai α dan β untuk
memudahkan dalam analisis perhitungan. Nilai α mewakili faktor konversi dari
regangan dan nilai β mewakili faktor konversi dari tegangan. Sehingga luasan
yang ada dalam tegangan blok ekivalen nantinya akan memiliki nilai yang sama
dengan kurva parabolik.
Blok tegangan tekan ekivalen Whitney yang selama ini dipakai
menghasilkan nilai α dan β yang memiliki keterbatasan pada beton mutu
tertentu, sehingga tidak akan reliable jika dipakai pada beton mutu tinggi.
Padahal pada saat ini, tuntutan pemakaian beton mutu tinggi akan semakin
besar seiring dengan perkembangan teknologi rekayasa dalam bidang struktur
beton.





Metode – metode analisa beton sejatinya dibagi menjadi dua macam metode
yaitu metode terkekang dan tanpa pengekangan, dibawah ini ada berbagai
contoh metode analisa beton
Metode Beton Terkekang
Metode Confined Kent Park (1971) [2]
Bentuk kurva usulan ini dibagi menjadi tiga bagian (section) berdasarkan nilai
regangannya.
Daerah AB (Ascending Branch) : εc ≤ 0.002
2
⎡ 2ε c
' ⎛ εc ⎞ ⎤
fc = f ⎢ c −⎜ ⎟ ⎥
⎢⎣ 0.002 ⎝ 0.002 ⎠ ⎥⎦ (1)

Daerah BC (Descending Branch) : 0.002 ≤ εc ≤ ε20c


f c = f c' [1 − Z (ε c − 0.002 )] (2)
dimana :
0.5
Z=
ε 50u + ε 50 h − 0.002 (3)
3 + 0.002 f c'
ε 50u =
f c' − 1000 (4)

3 b ''
ε 50 h = ρs
4 sh
(5)
Daerah CD : εc ≥ ε20c
f c = 0.2 f c' (6)
Keterangan :
f c' = kekuatan silinder beton dalam psi (1 psi = 0.00689 N/mm2)
ρ s = rasio dari volume sengkang terhadap volume inti beton terkekang
diukur dari sisi luar sengkang
b '' = lebar daerah inti beton terkekang diukur dari sisi luar sengkang
Metoda Mander, Priestley, dan Park (1988) [3]
Hanya satu persamaan yang dipakai untuk merumuskan model ini, yaitu :
f ccʹ xr
fc =
r − 1 + x r (7)
dengan,
εc
x=
ε cc (8)
Ec
r=
Ec − Esec (9)

Ec = 5000 f cʹ
MPa (10)
f ccʹ
Esec =
ε cc (11)
⎡ ⎛ f ccʹ ⎞⎤
ε cc = ε co ⎢1 + 5⎜⎜ − 1⎟⎟⎥
⎣ ⎝ f cʹ ⎠⎦ (12)
ε co biasanya diasumsikan sebesar 0.002.

⎛ 7.94 flʹ f ʹ⎞
f ccʹ = f cʹ⎜⎜ − 1.254 + 2.254 1 + − 2 l ⎟⎟
f cʹ f cʹ ⎠
⎝ ........(13)
Efektifitas pengekangan:
Ae
Ke =
Acc (14)

Tegangan pengekang lateral efektif


f lʹ kemudian dihitung dengan persamaan:

1
f lʹ = K e ρ s f yh
2 (15)
Koefisien efektifitas pengekangan untuk:
Sengkang bundar (circular hoops)
2
⎛ sʹ ⎞
⎜⎜1 − ⎟
⎝ 2d s ⎟⎠
Ke =
1 − ρ cc (16)
Spiral lingkaran (circular spiral):
2
⎛ sʹ ⎞
⎜⎜1 − ⎟
⎝ 2d s ⎟⎠
Ke =
1 − ρ cc (17)
Sengkang persegi (rectangular hoops):
⎛ n
(wʹ )2 ⎞ ⎛ sʹ ⎞⎟ ⎛⎜1 − sʹ ⎞⎟
⎜1 − ∑ i ⎟ ⎜⎜1 −
⎜ ⎟
i =1 6bc d c ⎠ ⎝ 2bc ⎟⎠ ⎜⎝ 2d c ⎟⎠
Ke = ⎝
(1 − ρcc ) ........(18)
ε cu = 0.004 + 1.4 ρ s f yhε sm f ccʹ
(19)
Keterangan:
bc , dc = dimensi inti beton terkekang diukur dari as ke as sengkang, dalam arah x
dan y penampang
ds = diameter diukur dari pusat lingkaran (untuk penampang lingkaran) ke
as spiral
Ae = luas area inti beton terkekang efektif
Acc = area inti beton diukur sampai ke as spiral ataupun as sengkang, tapi
tidak termasuk luas tulangan longitudinal
wiʹ = spasi bersih ke-i dari dua tulangan longitudinal yang berdekatan
ρcc = rasio luas tulangan longitudinal terhadap luas inti beton terkekang

ε sm = regangan baja pada saat mencapai tegangan tarik maksimum


Metoda Kappos dan Konstantinidis (1999) [4]
Model tegangan-regangan ini bisa diaplikasikan pada kolom persegi dengan
beton mutu tinggi (HSC), yang dikekang oleh sengkang dengan atau tanpa
sengkang silang (cross ties).
f ccʹ = f coʹ + 10.3(αρ s f yh )
0.4
(20)
dengan menganggap,
f coʹ = 0.85 f cʹ (21)

[ ]
ε cc = 1+ 32.83(αωw )1.9 ε co (22)

dimana
ε co adalah regangan pada saat tegangan maksimum beton tak terkekang
/unconfined concrete, seperti yang ditunjukkan persamaan berikut:
0.31
0.70( f cʹ)
ε co =
1,000 (23)
ρ s f yh
ωw =
dan, f cʹ

⎛ ∑ (bi )2 ⎞⎛
α = ⎜1 − ⎟⎜1 − s ⎞⎛
⎟⎟⎜⎜1 −
s ⎞
⎟⎟
⎜ 6bc d c ⎟⎜⎝ 2bc ⎠⎝ 2d c ⎠
⎝ ⎠ (24)

ε cc 50 = ε co + 0.0911(αωw )0.8 (25)

Untuk
0 < ε c ≤ ε cc (ascending branch) :

⎛ε ⎞⎛ E c ⎞
f ccʹ ⎜⎜ c ⎟⎟⎜ ⎟
⎜ ⎟
⎝ ε cc ⎠⎝ E c − E p ⎠
fc = Ec
⎛ Ec ⎞ ⎞ Ec − E p
⎟ −1+ ⎜ ε c

⎜ ⎟⎟
⎜E −E ⎟ ⎜ε
⎝ c p ⎠ ⎝ cc ⎠ (26)
0.3
⎛ f ʹ⎞
Ec = 22,000⎜ c ⎟
⎝ 10 ⎠ (MPa) (27)

f ccʹ
Ep =
ε cc (MPa) (28)

Untuk
ε c > ε cc (descending branch) :

⎡ ε − ε cc ⎤
f c = f ccʹ ⎢1 − 0.5 c ≥ 0.3 f ccʹ
⎣ ε cc 50 − ε cc ⎥⎦ (29)
Keterangan:
α = faktor untuk menghitung efektifitas pengekangan
ωw = rasio mekanik dari tulangan transversal
bi = jarak dari as ke as antara dua tulangan longitudinal yang berdekatan
bc = panjang daerah inti beton terkekang, diukur dari as ke as sengkang
terluar
dc = lebar daerah inti beton terkekang, diukur dari as ke as sengkang terluar
αωw = kapasitas efektif tulangan transversal
Ep
= Modulus elastisitas secant pada saat tegangan puncak


Metoda Cusson dan Paultre (1995) [5]
Pengaruh dari nilai kuat tekan beton, kuat leleh baja sengkang, konfigurasi
sengkang, rasio penulangan transversal, spasi sengkang, dan rasio tulangan
longitudinal; semuanya diperhitungkan dalam pemodelan bentuk kurva
tegangan regangan.
0.7
f ccʹ ⎛ f ⎞
= 1.0 + 2.1⎜⎜ le ⎟⎟
f coʹ ⎝ f coʹ ⎠ (30)
1.7
⎛ f ⎞
ε cc = ε co + 0.21⎜⎜ le ⎟⎟
⎝ f coʹ ⎠ (31)
1.1
⎛ f ⎞
ε cc 50= ε o50 + 0.15⎜⎜ le ⎟⎟
⎝ f coʹ ⎠ (32)
f hcc = f yh
(33)
ε o50 = 0.004 (34)

K e f hcc ⎛ Ashx + Ashy ⎞


f le = K e f l = ⎜ ⎟
s ⎜ b +b ⎟
⎝ cx cy ⎠ (35)
bcx = bcy = bc Ashx = Ashy = Ash
Untuk elemen berpenampang persegi, dimana dan ,

nilai
f le bisa disederhanakan menjadi:

K e f hcc Ash
f le =
s bc (36)
⎡ n
(wi )2 ⎤ ⎛⎜ sʹ ⎞⎛ sʹ ⎞
⎢1 − ∑ ⎥ ⎜1 − 0.5 ⎟⎟ ⎜1 − 0.5



⎢ i =1 6bcx bcy ⎦⎥ ⎝ bcx ⎠⎝ bcy
Ke = ⎣ ⎠
1 − ρt (37)
Indeks pengekangan efektif :
IPe = f le f coʹ (38)

ε hcc = 0.5ε cc [1 − ( f le f ccʹ )] (39).

Untuk
ε c ≤ ε cc (ascending branch):
⎡ k (ε c ε cc ) ⎤
f c = f ccʹ ⎢ k ⎥
;
⎢⎣ k − 1 + (ε c ε cc ) ⎥⎦ (40)

Ec
k=
Ec − ( f ccʹ ε cc ) (41)
Ec = 3,320 f cʹ + 6,900
(42)

Untuk
ε c ≥ ε cc (descending branch):

[ k
]
fc = fccʹ exp k1 (ε c − ε cc ) 2 ; ε c ≥ ε cc (43)
1.4
ln 0.5 ⎛ f ⎞
k1 = k 2 = 0.58 + 16⎜⎜ le ⎟⎟
(ε cc 50 − ε cc )k 2
dan ⎝ f coʹ ⎠ (44)
Keterangan:
Ashx = luas tulangan transversal pada potongan penampang yang tegak lurus
terhadap sumbu-x.
Ashy
= luas tulangan transversal pada potongan penampang yang tegak lurus
terhadap sumbu-y.
fl = tegangan pengekang nominal yang bekerja pada inti beton.
f le = tegangan pengekang efektif yang bekerja pada inti beton.
f hcc = tegangan pada baja tulangan transversal pada saat terjadi tegangan
puncak beton terkekang
k = koefisien yang mempengaruhi kemiringan pada kurva tegangan-
regangan yang menanjak (ascending branch).
k1 = koefisien yang mempengaruhi kemiringan pada kurva tegangan-
regangan yang menurun (descending branch).
k2 = koefisien yang mempengaruhi kurvatur pada kurva tegangan-regangan
yang menurun (descending branch).
ε hcc = regangan pada tulangan transversal pada saat tegangan baja f hcc .
Metoda Diniz dan Frangopol (1997) [6]

Indeks pengekangan
f l pada metoda Diniz-Frangopol dapat dihitung dengan

persamaan berikut:
Ash f yh
fl =
de s (45)

dimana :
Ash = λ Ast (46)

f le = C f f l
(47)
s
Cf =1−
dengan : d e (48)

Untuk
ε c ≤ ε cc (ascending branch):

⎡ ⎛ ε ⎞A ⎤
f c = f ccʹ ⎢1 − ⎜⎜1 − c ⎟⎟ ⎥
⎢⎣ ⎝ ε cc ⎠ ⎥⎦
(49)

Untuk
ε c ≥ ε cc (descending branch):

[
f c = f ccʹ exp − k (ε c − ε cc )
1.15
] (50)
Nilai dari parameter A dan K, yang mana menentukan bentuk kurva, adalah
sebagai berikut:
A = Ec .ε cc f ccʹ (51)

Ec = 33 wc1.5 f cʹ
(52)
k = 0.17 f cʹ exp (− 0.01 fle λ1 ) (53)

Nilai λ1 diberikan oleh:


f le
λ1 = 1 + 25
f cʹ
[1 − exp ( f cʹ 44.79 )
9
]
(54)

Nilai tegangan puncak


f ccʹ (dalam MPa) regangan puncak yang bersesuaian ε cc
adalah :
⎛ 21 ⎞
f ccʹ = f cʹ + ⎜⎜1.15 + ⎟⎟ fle
⎝ f cʹ ⎠ (55)
f le
ε cc = 1.027 × 10 − 7 f cʹ + 0.0296 + 0.00195
f cʹ (56)
Keterangan:
de = diameter ekivalen penampang
Ash = luas total tulangan sengkang dalam satu potongan penampang,
termasuk sengkang silang
Ast = luas tulangan sengkang
f le = tegangan pengekang efektif
Cf
= faktor koreksi pengekangan
λ = sebuah faktor yang diturunkan dari tipe konfigurasi sengkang.
Metoda Kusuma dan Tavio (2008) [7]
Kusuma dan Tavio mengusulkan sebuah model hubungan tegangan-regangan
beton normal (NSC) dan beton mutu tinggi (HSC) yang terkekang. Keunggulan
model ini adalah dapat menjangkau berbagai variasi mutu beton dan mutu baja.
Model ini sangat sensitif terhadap pengaruh beberapa parameter pengekangan
seperti mutu beton, mutu baja tulangan pengekang, rasio volumetrik tulangan
pengekang terhadap inti beton, spasi antara tulangan pengekang, potongan
penampang inti beton, konfigurasi tulangan pengekang lateral, dan distribusi
tulangan longitudinal.

Untuk ε c ≤ ε cc (ascending branch):

K bε b − ε b2
f c = f ccʹ
1 + (K b − 2)ε b (57)

dimana,
Ecε cc
Kb =
f ccʹ (58)

εc
εb =
ε cc (59)
Ec dihitung dengan persamaan ACI 318-08:

Ec = 0.043wc1.5 f cʹ
(dalam MPa) (60)

Untuk ε c > ε cc :
fc = fccʹ − Edes (ε c − ε cc ) (61)
Dalam studi ini, indeks pengekangan efektif didefinisikan sebagai tegangan

lateral efektif ( f le )yang dapat dihitung dari persamaan di bawah ini:


f le = 0.5 k e ρ s f yh
(62)
Untuk sengkang persegi:
2
b 2 ⎞⎛
ke = ⎜⎜1 − ∑ i ⎟⎟⎜⎜1 − ⎟⎟
⎛ s⎞
⎝ 6 bc d c ⎠⎝ bc ⎠ (63)
Untuk sengkang bundar atau spiral:
0.5
⎛ s⎞
ke = ⎜⎜1 − ⎟⎟
⎝ bc ⎠ ……. (64)

⎡ f ⎤
f ccʹ = f cʹ ⎢1 + 3.7 le ⎥
⎣ f cʹ ⎦ ……. (65)

f le
ε cc = 0.0029 + 0.055
f cʹ ……. (66)

Edes didefinisikan sebagai kemiringan garis lurus yang menghubungkan

tegangan puncak dengan sebuah tegangan yang nilainya 50 persen dari nilai
tegangan puncak. Nilai tegangan pada saat tegangannya turun hingga 50%
tegangan puncak dianggap sebagai tegangan batas (ultimate) yang dapat
ditanggung beton terkekang. Persamaan di bawah ini dapat memperkirakan nilai
Edes , dan bisa diaplikasikan untuk sengkang persegi maupun lingkaran:

12.2
Edes =
ρ s f yh ( f cʹ)2
……. (67)

Nilai regangan pada saat tegangannya menjadi 50% dari tegangan puncak f cc
ʹ

diasumsikan sebagai regangan batas ε cu karena regangan pada saat 0.50 f cc


ʹ

biasanya dekat dengan titik keruntuhan yang dikarenakan leleh sengkang


dan/atau kegagalan geser inti beton terkekang. Definisi dari nilai regangan

ultimate ε cu sangatlah penting.


f ccʹ
ε cu = ε cc +
2 Edes ……. (68)

Keterangan:
wc = berat beton dalam kg/m3 (biasanya 2400 kg/m3)
Edes = tingkat penurunan kekuatan, yang mana dikembangkan dari hasil

analisis regresi data pengujian terhadap ε cc sampai ε cu


ke = faktor untuk menghitung efektifitas pengekangan, sesuai usulan
Sheikh and Uzumeri (1982)
bi = jarak antara dua tulangan longitudinal berdekatan yang diukur
dari as ke as tulangan
s = spasi tulangan transversal diukur dari as ke as
bc , d c = panjang dan lebar inti beton terkekang diukur dari as ke as
sengkang terluar, berturut-turut
Metoda Tanpa Pengekangan (Unconfined Concrete)
Block Stress Whitney (1937) [1]
Whitney mengusulkan blok tegangan (block stress) berbentuk persegi ekivalen
untuk mewakili variasi sesungguhnya dari tegangan beton ultimate. Usulan
Whitney ini telah diadopsi oleh kode ACI 318-83 dan kode beton Indonesia sejak
SK SNI T-15-1991-03 sampai sekarang.
f c = 0.85 f cʹ (69)

a = β1 c (70)

dengan β1 :

β1 = 0.85 untuk
f cʹ ≤ 30 MPa

β1 = 0.85 − 0.008( f c' − 30) untuk 30MPa < f cʹ ≤ 55MPa

β1 = 0.65 untuk
f cʹ > 55 MPa
Sementara regangan ultimate beton ditetapkan
ε cu = 0.003
Metoda Unconfined Kent-Park (1971) [2]
Selain usulan untuk beton terkekang, Kent-Park juga mempunyai perumusan
untuk beton tak terkekang, yang bisa digunakan sebagai pembanding.

Untuk
ε c ≤ ε co (Ascending Branch) :
⎡ 2ε ⎛ ε ⎞ 2 ⎤
'
f c = f ⎢ c − ⎜⎜ c ⎟⎟ ⎥
c
⎢⎣ ε co ⎝ ε co ⎠ ⎥⎦
(71)

dengan
ε co = 0.002

Untuk
ε c > ε co (Descending Branch) :

f c = f c' [1 − Z 0 (ε c − ε co )] (72)
dimana,
0 .5
Z0 =
ε 50u − ε co (73)
3 + 0.002 f c'
ε 50u =
f c' − 1000 (74)

Metoda Unconfined Popovics (1973) [8]


Regangan puncak beton tak terkekang dirumuskan:
⎛ε ⎞ n
f c = f c' ⎜⎜ c ⎟⎟ n
⎝ ε co ⎠ ⎡ ⎛ε ⎞ ⎤
⎢n − 1 + ⎜⎜ c ⎟⎟ ⎥
⎢⎣ ⎝ ε co ⎠ ⎥⎦
(75)
f c'
n = 0.8 +
17 (76)

ε co = 0.005 f 'c 0.4 (77)


Metoda Unconfined Thorenfeldt (1987) [9]
Persamaannya adalah sebagai berikut:
f c'
n = 0.8 +
17 (78)
Ec = 3,320 f coʹ + 6,900
(MPa) (79)
f c' ⎛ n ⎞
⎜ ⎟
ε co = Ec ⎝ n −1 ⎠ (80)
⎛ε ⎞ n
f c = f c' ⎜⎜ c ⎟⎟ nk
⎝ ε co ⎠ ⎡ ⎛ε ⎞ ⎤
⎢n − 1 + ⎜⎜ c ⎟⎟ ⎥
⎢⎣ ⎝ ε co ⎠ ⎥⎦
(81)
nilai k bisa dibedakan
εc
untuk ε co ≤ 1 , k =1 (82a)
εc f'
0.67 + c
untuk ε co > 1 , k = 62 (82b)

Pembahasan
Pada saat ini kita memakai metode block tegangan berbentuk segi empat
ekuivalen yang dikemukakan oleh whitney karena kemudahan dalam
perhitungan, bahkan ada yang mengembangkan aplikasi analisis penampang
beton bertulang berbasis android ( Prio Handoko dkk ) di pengembangan
tersebut didapatkan Aplikasi yang dinamakan ConBeam1 telah dapat digunakan
dengan baik dan akurat, untuk keperluan analisis terdapat kesalahan relatif
sebesar 0,03% terhadap hasil perhitungan manual. Sedangkan untuk keperluan
desain didapatkan hasil yang sama dengan hasil perhitungan manual. Dalam
penelitian Modifikasi Kurva Tegangan Regangan Beton Kent Park (1971)
Menjadi Blok Tegangan Segiempat Ekivalen oleh Darmansyah Tjitradi
menyatakan bahwa Dengan menggunakan blok tegangan segiempat ekivalen
perhitungan analisis kekuatan penampang suatu elemen struktur dapat
dilakukan dengan cepat, sederhana dan lebih mudah dalam pembuatan program
komputer dibandingkan dengan analisis yang menggunakan kurva tegangan-
regangan beton yang sebenarnya.
Selain ada kelebihan tentu saja metode tersebut mempunyai banyak
kelemahan sebagai contoh dalam penelitian “studi pengaruh pengekangan pada
blok tegangan tekan ekuivalen” oleh Tavio dkk menarik kesimpulan bahwa
Pemakaian metode Whitney yang selama ini diadaptasi oleh ACI maupun SNI
perlu dikaji ulang karena tak dapat memprediksi dengan akurat kekuatan beton
terutama yang memperhitungkan efek pengekangan dan pada beton mutu tinggi.
Kent dan Park (1971) mendapati hubungan tegangan-regangan beton normal
yang dikekang sangat berbeda dengan beton tanpa pengekangan terutama pada
bagian kurva yang turun terjadi peningkatan seiring dengan meningkatnya rasio
pengekangan. Model tegangan regangan Kent dan Park tersebut dapat digunakan
untuk menghitung daktilitas suatu elemen struktur yang terkekang maupun
tidak terkekang, tetapi kurva tegangan regangan tersebut berbentuk parabolik
sehingga jika digunakan langsung sangat sulit untuk menghitung luas daerah
tekan betonnya.
Kesimpulan
1. Tujuan permodelan dan analisa di dunia konstruksi adalah untuk keamanan
dan efisiensi, oleh karena itu metode whitney masih digunakan sampai sekarang
karena memiliki fakor keamanan yang relative ckup besar.
2. Perlu dikembangkan metode yang relevan dengan kondisi yang sebenarnya,
mudah dalam pelaksanaan serta mudah dalam analisanya.

























Daftar Pustaka

1. Whitney, C. S., Design of Reinforced Concrete Members under Flexure or


Combined Flexure and Direct Compression, ACI Journal, March 1937, V. 33, No. 3,
pp. 483-498.
2. Kent, D. C., and Park, R., Flexural Members with Confined Concrete, Journal of
Structural Division, ASCE, V. 97, No. ST7, July 1971, pp. 1969-1990.
3. Mander, J. B., Priestley, M. J. N., and Park, R., Theoretical Stress-Strain Model for
Confined Concrete, Journal of the Structural Division, ASCE, V. 114, No. ST8, Aug.
1988, pp. 1804-1825.
4. Kappos, A. J., and Konstantinidis, D., Statistical Analysis of Confined High-
Strength Concrete Columns, Material and Structures, V. 32, Dec. 1992, pp. 734-748.
5. Cusson, D., and Paultre, P., Stress-Strain Model for Confined High-Strength
Concrete, Journal of Structural Engineering, ASCE, V. 121, No. 3, March 1995, pp.
468-477.
6. Diniz, S. M. C., and Frangopol, D. M., Strength and Ductility Simulation of High-
Strength Concrete Columns, Journal of Structural Engineering, ASCE, V. 123, No.
10, October 1997, pp. 1365-1374.
7. Kusuma, B., and Tavio, Unified Stress-Strain Model for Confined Columns of Any
Concrete and Steel Strengths, Proceeding of the International Conference on
Earthquake Engineering and Disaster Mitigation, 14-15 Apr. 2008, Jakarta, Indonesia,
pp. 502-509.
8. Popovics, S., A Numerical Approach to the Complete Stress-Strain Curve for
Concrete, Cement and Concrete Research, V. 3, No. 5, 1973, pp. 583-599.
9. Tavio, Iman W, dan Windunoto A, Studi Pengekangan Pada Blok Tegangan Tekan
Ekuivalen.
10. Prio Handoko, Agus Setiawan, Hendi Hermawan, Pengembangan Aplikasi
Analisis Penampang Beton Bertulang Berbasis Android, V. 13 No. 2, 2107.
11. Darmansyah Tjitardi, Modifikiasi Kurva Tegangan Regangan Beton Kent Park
(1971) Menjadi Blok Tegangan Segiemapat Ekuivalen.

Anda mungkin juga menyukai