Blok Ekuivalen
Permasalahan
Dalam prakteknya, penggunaan beton di lapangan selalu memakai
tulangan pengekang berupa tulangan spiral atau persegi. Namun selama ini
dalam menganalisa beton terutama penampang balok, efek pengekangan tidak
diperhitungkan. Seandainya efek pengekangan diperhitungkan maka kekuatan
dari penampang balok itu akan lebih besar bila dibandingkan penampang balok
yang efek pengekangannya tidak diperhitungkan. Dengan memperhitungkan
efek pengekangan, maka regangan ultimate akan meningkat sehingga akan
menghasilkan struktur yang lebih daktail. Selain itu, kekuatan beton akan
mengalami peningkatan sehingga kapasitas momen yang mampu dipikulnya juga
akan meningkat. Sehingga diharapkan dengan pemakaian dimensi beton
maupun tulangan yang lebih kecil, tetap menghasilkan kekuatan yang sama. Dan
pada akhirnya, maka pengerjaan di lapangan akan lebih ekonomis dengan
kualitas kekuatan yang sama.
Diagram tegangan regangan yang dihasilkan oleh tiap-tiap metode
pengekangan dapat dikonversikan menjadi suatu nilai α dan β untuk
memudahkan dalam analisis perhitungan. Nilai α mewakili faktor konversi dari
regangan dan nilai β mewakili faktor konversi dari tegangan. Sehingga luasan
yang ada dalam tegangan blok ekivalen nantinya akan memiliki nilai yang sama
dengan kurva parabolik.
Blok tegangan tekan ekivalen Whitney yang selama ini dipakai
menghasilkan nilai α dan β yang memiliki keterbatasan pada beton mutu
tertentu, sehingga tidak akan reliable jika dipakai pada beton mutu tinggi.
Padahal pada saat ini, tuntutan pemakaian beton mutu tinggi akan semakin
besar seiring dengan perkembangan teknologi rekayasa dalam bidang struktur
beton.
Metode – metode analisa beton sejatinya dibagi menjadi dua macam metode
yaitu metode terkekang dan tanpa pengekangan, dibawah ini ada berbagai
contoh metode analisa beton
Metode Beton Terkekang
Metode Confined Kent Park (1971) [2]
Bentuk kurva usulan ini dibagi menjadi tiga bagian (section) berdasarkan nilai
regangannya.
Daerah AB (Ascending Branch) : εc ≤ 0.002
2
⎡ 2ε c
' ⎛ εc ⎞ ⎤
fc = f ⎢ c −⎜ ⎟ ⎥
⎢⎣ 0.002 ⎝ 0.002 ⎠ ⎥⎦ (1)
3 b ''
ε 50 h = ρs
4 sh
(5)
Daerah CD : εc ≥ ε20c
f c = 0.2 f c' (6)
Keterangan :
f c' = kekuatan silinder beton dalam psi (1 psi = 0.00689 N/mm2)
ρ s = rasio dari volume sengkang terhadap volume inti beton terkekang
diukur dari sisi luar sengkang
b '' = lebar daerah inti beton terkekang diukur dari sisi luar sengkang
Metoda Mander, Priestley, dan Park (1988) [3]
Hanya satu persamaan yang dipakai untuk merumuskan model ini, yaitu :
f ccʹ xr
fc =
r − 1 + x r (7)
dengan,
εc
x=
ε cc (8)
Ec
r=
Ec − Esec (9)
Ec = 5000 f cʹ
MPa (10)
f ccʹ
Esec =
ε cc (11)
⎡ ⎛ f ccʹ ⎞⎤
ε cc = ε co ⎢1 + 5⎜⎜ − 1⎟⎟⎥
⎣ ⎝ f cʹ ⎠⎦ (12)
ε co biasanya diasumsikan sebesar 0.002.
⎛ 7.94 flʹ f ʹ⎞
f ccʹ = f cʹ⎜⎜ − 1.254 + 2.254 1 + − 2 l ⎟⎟
f cʹ f cʹ ⎠
⎝ ........(13)
Efektifitas pengekangan:
Ae
Ke =
Acc (14)
1
f lʹ = K e ρ s f yh
2 (15)
Koefisien efektifitas pengekangan untuk:
Sengkang bundar (circular hoops)
2
⎛ sʹ ⎞
⎜⎜1 − ⎟
⎝ 2d s ⎟⎠
Ke =
1 − ρ cc (16)
Spiral lingkaran (circular spiral):
2
⎛ sʹ ⎞
⎜⎜1 − ⎟
⎝ 2d s ⎟⎠
Ke =
1 − ρ cc (17)
Sengkang persegi (rectangular hoops):
⎛ n
(wʹ )2 ⎞ ⎛ sʹ ⎞⎟ ⎛⎜1 − sʹ ⎞⎟
⎜1 − ∑ i ⎟ ⎜⎜1 −
⎜ ⎟
i =1 6bc d c ⎠ ⎝ 2bc ⎟⎠ ⎜⎝ 2d c ⎟⎠
Ke = ⎝
(1 − ρcc ) ........(18)
ε cu = 0.004 + 1.4 ρ s f yhε sm f ccʹ
(19)
Keterangan:
bc , dc = dimensi inti beton terkekang diukur dari as ke as sengkang, dalam arah x
dan y penampang
ds = diameter diukur dari pusat lingkaran (untuk penampang lingkaran) ke
as spiral
Ae = luas area inti beton terkekang efektif
Acc = area inti beton diukur sampai ke as spiral ataupun as sengkang, tapi
tidak termasuk luas tulangan longitudinal
wiʹ = spasi bersih ke-i dari dua tulangan longitudinal yang berdekatan
ρcc = rasio luas tulangan longitudinal terhadap luas inti beton terkekang
[ ]
ε cc = 1+ 32.83(αωw )1.9 ε co (22)
dimana
ε co adalah regangan pada saat tegangan maksimum beton tak terkekang
/unconfined concrete, seperti yang ditunjukkan persamaan berikut:
0.31
0.70( f cʹ)
ε co =
1,000 (23)
ρ s f yh
ωw =
dan, f cʹ
⎛ ∑ (bi )2 ⎞⎛
α = ⎜1 − ⎟⎜1 − s ⎞⎛
⎟⎟⎜⎜1 −
s ⎞
⎟⎟
⎜ 6bc d c ⎟⎜⎝ 2bc ⎠⎝ 2d c ⎠
⎝ ⎠ (24)
Untuk
0 < ε c ≤ ε cc (ascending branch) :
⎛ε ⎞⎛ E c ⎞
f ccʹ ⎜⎜ c ⎟⎟⎜ ⎟
⎜ ⎟
⎝ ε cc ⎠⎝ E c − E p ⎠
fc = Ec
⎛ Ec ⎞ ⎞ Ec − E p
⎟ −1+ ⎜ ε c
⎛
⎜ ⎟⎟
⎜E −E ⎟ ⎜ε
⎝ c p ⎠ ⎝ cc ⎠ (26)
0.3
⎛ f ʹ⎞
Ec = 22,000⎜ c ⎟
⎝ 10 ⎠ (MPa) (27)
f ccʹ
Ep =
ε cc (MPa) (28)
Untuk
ε c > ε cc (descending branch) :
⎡ ε − ε cc ⎤
f c = f ccʹ ⎢1 − 0.5 c ≥ 0.3 f ccʹ
⎣ ε cc 50 − ε cc ⎥⎦ (29)
Keterangan:
α = faktor untuk menghitung efektifitas pengekangan
ωw = rasio mekanik dari tulangan transversal
bi = jarak dari as ke as antara dua tulangan longitudinal yang berdekatan
bc = panjang daerah inti beton terkekang, diukur dari as ke as sengkang
terluar
dc = lebar daerah inti beton terkekang, diukur dari as ke as sengkang terluar
αωw = kapasitas efektif tulangan transversal
Ep
= Modulus elastisitas secant pada saat tegangan puncak
Metoda Cusson dan Paultre (1995) [5]
Pengaruh dari nilai kuat tekan beton, kuat leleh baja sengkang, konfigurasi
sengkang, rasio penulangan transversal, spasi sengkang, dan rasio tulangan
longitudinal; semuanya diperhitungkan dalam pemodelan bentuk kurva
tegangan regangan.
0.7
f ccʹ ⎛ f ⎞
= 1.0 + 2.1⎜⎜ le ⎟⎟
f coʹ ⎝ f coʹ ⎠ (30)
1.7
⎛ f ⎞
ε cc = ε co + 0.21⎜⎜ le ⎟⎟
⎝ f coʹ ⎠ (31)
1.1
⎛ f ⎞
ε cc 50= ε o50 + 0.15⎜⎜ le ⎟⎟
⎝ f coʹ ⎠ (32)
f hcc = f yh
(33)
ε o50 = 0.004 (34)
nilai
f le bisa disederhanakan menjadi:
K e f hcc Ash
f le =
s bc (36)
⎡ n
(wi )2 ⎤ ⎛⎜ sʹ ⎞⎛ sʹ ⎞
⎢1 − ∑ ⎥ ⎜1 − 0.5 ⎟⎟ ⎜1 − 0.5
⎜
⎟
⎟
⎢ i =1 6bcx bcy ⎦⎥ ⎝ bcx ⎠⎝ bcy
Ke = ⎣ ⎠
1 − ρt (37)
Indeks pengekangan efektif :
IPe = f le f coʹ (38)
Untuk
ε c ≤ ε cc (ascending branch):
⎡ k (ε c ε cc ) ⎤
f c = f ccʹ ⎢ k ⎥
;
⎢⎣ k − 1 + (ε c ε cc ) ⎥⎦ (40)
Ec
k=
Ec − ( f ccʹ ε cc ) (41)
Ec = 3,320 f cʹ + 6,900
(42)
Untuk
ε c ≥ ε cc (descending branch):
[ k
]
fc = fccʹ exp k1 (ε c − ε cc ) 2 ; ε c ≥ ε cc (43)
1.4
ln 0.5 ⎛ f ⎞
k1 = k 2 = 0.58 + 16⎜⎜ le ⎟⎟
(ε cc 50 − ε cc )k 2
dan ⎝ f coʹ ⎠ (44)
Keterangan:
Ashx = luas tulangan transversal pada potongan penampang yang tegak lurus
terhadap sumbu-x.
Ashy
= luas tulangan transversal pada potongan penampang yang tegak lurus
terhadap sumbu-y.
fl = tegangan pengekang nominal yang bekerja pada inti beton.
f le = tegangan pengekang efektif yang bekerja pada inti beton.
f hcc = tegangan pada baja tulangan transversal pada saat terjadi tegangan
puncak beton terkekang
k = koefisien yang mempengaruhi kemiringan pada kurva tegangan-
regangan yang menanjak (ascending branch).
k1 = koefisien yang mempengaruhi kemiringan pada kurva tegangan-
regangan yang menurun (descending branch).
k2 = koefisien yang mempengaruhi kurvatur pada kurva tegangan-regangan
yang menurun (descending branch).
ε hcc = regangan pada tulangan transversal pada saat tegangan baja f hcc .
Metoda Diniz dan Frangopol (1997) [6]
Indeks pengekangan
f l pada metoda Diniz-Frangopol dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
Ash f yh
fl =
de s (45)
dimana :
Ash = λ Ast (46)
f le = C f f l
(47)
s
Cf =1−
dengan : d e (48)
Untuk
ε c ≤ ε cc (ascending branch):
⎡ ⎛ ε ⎞A ⎤
f c = f ccʹ ⎢1 − ⎜⎜1 − c ⎟⎟ ⎥
⎢⎣ ⎝ ε cc ⎠ ⎥⎦
(49)
Untuk
ε c ≥ ε cc (descending branch):
[
f c = f ccʹ exp − k (ε c − ε cc )
1.15
] (50)
Nilai dari parameter A dan K, yang mana menentukan bentuk kurva, adalah
sebagai berikut:
A = Ec .ε cc f ccʹ (51)
Ec = 33 wc1.5 f cʹ
(52)
k = 0.17 f cʹ exp (− 0.01 fle λ1 ) (53)
K bε b − ε b2
f c = f ccʹ
1 + (K b − 2)ε b (57)
dimana,
Ecε cc
Kb =
f ccʹ (58)
εc
εb =
ε cc (59)
Ec dihitung dengan persamaan ACI 318-08:
Ec = 0.043wc1.5 f cʹ
(dalam MPa) (60)
Untuk ε c > ε cc :
fc = fccʹ − Edes (ε c − ε cc ) (61)
Dalam studi ini, indeks pengekangan efektif didefinisikan sebagai tegangan
⎡ f ⎤
f ccʹ = f cʹ ⎢1 + 3.7 le ⎥
⎣ f cʹ ⎦ ……. (65)
f le
ε cc = 0.0029 + 0.055
f cʹ ……. (66)
tegangan puncak dengan sebuah tegangan yang nilainya 50 persen dari nilai
tegangan puncak. Nilai tegangan pada saat tegangannya turun hingga 50%
tegangan puncak dianggap sebagai tegangan batas (ultimate) yang dapat
ditanggung beton terkekang. Persamaan di bawah ini dapat memperkirakan nilai
Edes , dan bisa diaplikasikan untuk sengkang persegi maupun lingkaran:
12.2
Edes =
ρ s f yh ( f cʹ)2
……. (67)
Nilai regangan pada saat tegangannya menjadi 50% dari tegangan puncak f cc
ʹ
Keterangan:
wc = berat beton dalam kg/m3 (biasanya 2400 kg/m3)
Edes = tingkat penurunan kekuatan, yang mana dikembangkan dari hasil
a = β1 c (70)
dengan β1 :
β1 = 0.85 untuk
f cʹ ≤ 30 MPa
β1 = 0.65 untuk
f cʹ > 55 MPa
Sementara regangan ultimate beton ditetapkan
ε cu = 0.003
Metoda Unconfined Kent-Park (1971) [2]
Selain usulan untuk beton terkekang, Kent-Park juga mempunyai perumusan
untuk beton tak terkekang, yang bisa digunakan sebagai pembanding.
Untuk
ε c ≤ ε co (Ascending Branch) :
⎡ 2ε ⎛ ε ⎞ 2 ⎤
'
f c = f ⎢ c − ⎜⎜ c ⎟⎟ ⎥
c
⎢⎣ ε co ⎝ ε co ⎠ ⎥⎦
(71)
dengan
ε co = 0.002
Untuk
ε c > ε co (Descending Branch) :
f c = f c' [1 − Z 0 (ε c − ε co )] (72)
dimana,
0 .5
Z0 =
ε 50u − ε co (73)
3 + 0.002 f c'
ε 50u =
f c' − 1000 (74)