Anda di halaman 1dari 7

Simposium Nasional Rekayasa dan Budidaya Bambu I 2012 Yogyakarta 30 Januari 2012

Karakteristik Sambungan Balok Kolom Beton Bertulangan Bambu


Menggunakan Angker Mekanik Bambu ¼ Dan Angker Mekanik Baja
Kaki Tunggal Pada Pembebanan Siklis
B. Sri Umniati, Nindyawati
Jurusan Teknik Sipil, FT-UM, Malang, Indonesia
(sriumniati@gmail.com)

Sri Murni Dewi, Agoes Soehardjono M.D.


Jurusan Teknik Sipil, FT-UB, Malang, Indonesia

ABSTRAK: Keruntuhan struktur bangunan yang terkena gempa didominasi oleh keruntuhan pada sambungan balok kolom
sehingga diperlukan penguatan daerah sambungan balok kolom agar kemampuan struktur menahan gaya gempa dapat
dioptimalkan. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi karakteristik angker mekanik (headed bar) yang digunakan pada
sambungan balok kolom beton bertulangan bambu dari bahan bambu dan baja. Angker mekanik terdiri dari bagian kepala dan
bagian kaki. Pada angker mekanik bambu, bagian kepala dibuat dari buku bambu setebal 3cm. Bagian kaki terbuat dari 1 bilah
bambu, dengan variasi rasio volume kepala terhadap volume kaki, yang menggunakan 3 macam variasi. Pada angker mekanik
baja, bagian kepala terbuat dari plat baja setebal 3 mm dengan variasi bentuk bujur sangkar (xx) dan persegi panjang (x2x).
Bagian kaki terdiri dari satu buah batang tulangan dengan variasi 2 macam diameter yaitu 6,1 mm dan 9 mm.
Hasil uji menunjukkan bahwa gaya geser maksimum yang dicapai oleh benda uji headed bar bambu ¼ no. 1 dan no.3
adalah sebesar 1656 kg. Sedangkan benda uji headed bar bambu ¼ no.2 adalah 1242 kg. Untuk headed bar baja, d9xx, d9x2x,
dan d6,1xx mencapai 1242 kg dan untuk d6,1x2x mencapai 1656 kg.

selama kurang lebih 28 hari; 2) sesudah kering


bambu dicat dengan cat kayu atau lapisan
1 PENDAHULUAN waterproof yang lain sebanyak dua kali. Jarak
pengecatan pertama dengan kedua kurang lebih 24
1.1 Latar Belakang
jam; 3) sesudah pengecatan kedua, bambu
Bambu merupakan sumber bahan bangunan yang langsung ditaburi pasir. Taburan pasir yang
dapat diperbaharui dan banyak tersedia di menempel pada bambu ini dimaksudkan untuk
Indonesia. Dari sekitar 1.250 jenis bambu di dunia, meningkatkan daya lekat bambu dengan beton.
140 jenis atau 11% nya adalah spesies asli Sesudah cat pada bambu kering maka bambu siap
Indonesia (Sahabat Bambu, 2008). Bambu dapat dirakit sebagai tulangan di dalam beton.
digunakan sebagai bahan pengganti tulangan baja Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang
di dalam beton karena mempunyai kuat tarik yang dilakukan oleh penulis tentang pengembangan
tinggi. Selain itu harga bambu jauh lebih murah model pengekangan pada struktur portal tahan
daripada baja, dan dari segi ketersediaan, bambu gempa bertulangan bambu, ditunjukkan bahwa
adalah sumber daya alam yang mudah diperbaharui. kerusakan stuktur didominasi oleh kerusakan pada
Masa panen bambu berkisar 3 tahun dari masa sambungan balok kolom sedangkan bagian balok
tanam, dan tahun berikutnya masih dapat dipanen maupun kolom di luar daerah sambungan masih
kembali tanpa menanam lagi. menunjukkan kinerja yang bagus dan hanya
Beberapa jenis bambu yang pernah digunakan terdapat beberapa retak rambut di bagian terdekat
penulis sebagai bahan tulangan di dalam beton daerah sambungan balok kolom. Hal ini
antara lain dari jenis bambu petung didukung oleh hasil penelitian sebelumnya di mana
(Dendrocalamus Asper), bambu ori (Bambusa pada sebuah portal beton bertulangan bambu yang
Blumeana), dan bambu tali (Gigantochloa Apus). sudah mengalami keruntuhan akibat beban siklis
Ketiga jenis bambu tersebut menunjukkan hasil diambil bagian kolom dan dibebani aksial tekan
yang sangat baik dan dapat digunakan sebagai dengan alat UTM. Dari hasil uji aksial ini
pengganti tulangan baja di dalam beton. ditunjukkan bahwa kolom mampu menahan beban
Langkah-langkah untuk membuat tulangan bambu aksial sebesar 12 ton – 17,5 ton. Hasil ini jauh
sebagaimana yang dijelaskan Kankam (1991) diatas kapasitas gaya aksial kolom untuk
adalah 1) bambu dipotong dan dibelah sesuai penampang tidak dikekang yang besarnya 1,8 ton
ukuran yang diinginkan kemudian dikeringkan yang mengindikasikan bahwa pada struktur kolom

Kerjasama Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fak. Teknik UGM – Fak. Kehutanan UGM – Perbindo
Simposium Nasional Rekayasa dan Budidaya Bambu I 2012 Yogyakarta 30 Januari 2012

tersebut efek pengekangan sudah bekerja dengan tulangan longitudinal dengan penampang
baik dan tulangan bambu masih melekat kuat pada berukuran 30mm x 10mm. Kuat tarik bambu
beton. Untuk itulah maka diperlukan perkuatan 98,527 MPa. Sedangkan tulangan transversal
daerah sambungan balok kolom yang lebih baik menggunakan tulangan baja dengan diameter 6mm.
agar kinerja struktur secara keseluruhan dapat Tegangan leleh baja diameter 6mm adalah 718,88
dioptimalkan. Untuk tujuan memperkuat MPa. Tegangan leleh baja diameter 9mm untuk
sambungan balok kolom ini, maka pada daerah kaki angker 322,927 MPa. Untuk pengangkeran
sambungan dapat dipasang angker mekanik daerah sambungan balok kolom digunakan 2 jenis
(headed bar/ tulangan berkepala). Penelitian bahan pengangkeran yaitu angker mekanik bambu
mengenai angker mekanik telah banyak dilakukan sebanyak tiga macam variasi dan angker mekanik
untuk tulangan baja antara lain oleh Chul Chun baja sebanyak empat macam variasi (plat xx dan
dkk. (2007), Chul Chun dkk. (2009), Jen Lee dan plat x2x, diameter D kaki baja 9mm dan 6mm).
Ying Yu (2009), Lee dkk. (2010), sedangkan Spesifikasi benda uji adalah sebagai berikut:
aplikasinya pada beton tulangan bambu masih
belum ada.
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi
karakteristik elemen sambungan balok kolom
dengan variasi penggunaan angker yang berbeda
yang diuji secara eksperimental di laboratorium
dengan menggunakan beban siklis sebagai
implementasi dari beban gempa. Karakteristik
elemen sambungan balok kolom yang diinvestigasi
meliputi grafik hubungan gaya geser-simpangan
(P- ), grafik hubungan gaya geser-regangan (P- ) ε

dan pola retak pada benda uji.


Gambar 1. Dimensi penampang benda uji
1.2 Gaya Geser Sambungan
Untuk perencanaan benda uji, maka gaya geser Angker Mekanik Bambu:
sambungan dihitung berdasarkan peraturan ACI
352R-02 seperti persamaan berikut ini:
φVn ≥ Vu (1)
di mana φ = 0.85 dan Vn adalah kuat geser
nominal sambungan seperti persamaan (2)
berikut ini.
Vn = 0.083γ fc' b j hc ( MPa ) (2)
di mana γ = faktor kuat geser sesuai pengekangan
pada sambungan oleh elemen lateral struktur,
nilainya sesuai dengan tabel 1 ACI 352R-02; bj =
lebar sambungan efektif; hc=tinggi kolom.

2 RANCANGAN PENELITIAN

2.1 Benda Uji


Benda uji berupa elemen sambungan balok kolom
beton bertulangan bambu sebanyak tujuh buah
dengan spesifikasi dan dimensi penampang sebagai (a)
berikut:
Dimensi kolom 150mm x 200mm, dimensi balok
150mm x 200mm. Kuat tekan beton 29,969 MPa.
Tulangan bambu dari jenis ori digunakan sebagai

Kerjasama Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fak. Teknik UGM – Fak. Kehutanan UGM – Perbindo
Simposium Nasional Rekayasa dan Budidaya Bambu I 2012 Yogyakarta 30 Januari 2012

(b) Gambar 4. Pengaturan peralatan pengujian


Gambar 2. (a) Angker mekanik bambu ¼ no.1, no.2 dan no.3;
(b) Letak angker. Pembebanan menggunakan beban siklis lateral
dengan besar beban puncak= 414kg, 828kg,
Angker mekanik baja: 1242kg, 1656kg masing-masing untuk siklus
pertama, kedua, ketiga dan keempat.

3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hubungan Beban Perpindahan


Hubungan beban dan perpindahan lateral kolom
pada ketinggian 55 cm di atas balok ditunjukkan
pada gambar 5 berikut ini.

(a)

(a)

(b)
Gambar 3. (a) Angker mekanik baja; (b) Letak angker.

2.2 Pengaturan Pengujian dan Pembebanan


Pengaturan peralatan pada saat pengujian seperti
gambar berikut ini.
(b)

Kerjasama Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fak. Teknik UGM – Fak. Kehutanan UGM – Perbindo
Simposium Nasional Rekayasa dan Budidaya Bambu I 2012 Yogyakarta 30 Januari 2012

(c) (g)
Gambar 5. Hubungan P-Simpangan benda uji: (a) HB bambu
¼ no. 1; (b) HB bambu ¼ no. 2; (c) HB bambu ¼ no. 3; (d)
HB baja D9xx; (e) HB baja D9x2x; (f) HB baja D6xx; (g)
HB baja D6x2x.
Dari grafik hysteresis loop benda uji didapat besar
beban lateral maksimum dan perpindahan lateral
maksimum. Hasilnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1. Kapasitas beban lateral maksimum dan perpindahan
(simpangan lateral) maksimum

Benda Uji Beban Lateral Simpangan


Maksimum Maksimum
(kg) (mm)
(d)
HB bambu ¼ no. 1 1656 42.363
HB bambu ¼ no. 2 1242 40.188
HB bambu ¼ no. 3 1656 50.444
HB baja D9xx 1242 27.911
HB baja D9x2x 1242 42.127
HB baja D6xx 1242 35.183
HB baja D6x2x 1656 28.291

Berdasarkan beban lateral maksimum yang dicapai


seperti yang ditunjukkan pada tabel 1, terdapat tiga
buah benda uji dengan gaya geser teratas yaitu
sebesar 1656 kg pada benda uji HB bambu ¼ no.1
dan no.3, dan HB baja D6x2x. Berdasarkan gambar
hubungan beban perpindahan pada gambar 5
ditunjukkan bahwa kurva yang mempunyai luasan
(e) dari yang lebih besar ke yang lebih kecil terdapat
mulai dari benda uji dengan headed bar bambu ¼
no.3, HB baja D9xx, HB baja D6xx, HB baja
D9x2x, headed bar bambu ¼ no.2, dan terakhir
headed bar bambu ¼ no.1. Dari Park-Paulay (1975)
menyebutkan bahwa semakin besar luasan kurva,
maka semakin besar pula energi gempa yang dapat
diserap oleh struktur sambungan balok kolom.
Dengan demikian banda uji yang paling besar
kemampuannya menyerap energi gempa adalah
benda uji dengan headed bar bambu ¼ no.3.

3.2 Hubungan Beban Regangan


Untuk pengukuran regangan pada headed bar,
sebuah strain gauge dipasang di pangkal headed
(f)
bar. Besar regangan untuk setiap tahap

Kerjasama Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fak. Teknik UGM – Fak. Kehutanan UGM – Perbindo
Simposium Nasional Rekayasa dan Budidaya Bambu I 2012 Yogyakarta 30 Januari 2012

pembebanan diplot dalam grafik hubungan beban


regangan seperti gambar 6 berikut ini.

(e)

(a)

(f)

(b)

(g)
Gambar 6. Hubungan P-Regangan benda uji: (a) HB bambu
¼ no. 1; (b) HB bambu ¼ no. 2; (c) HB bambu ¼ no. 3; (d)
HB baja D9xx; (e) HB baja D9x2x; (f) HB baja D6xx; (g)
HB baja D6x2x.
(c) Dari gambar 6 terlihat bahwa regangan yang paling
tinggi dicapai oleh benda uji HB bambu ¼ no.3
yaitu sebesar 2184 x 10-6. Tetapi nilai ini masih
kurang sedikit dari nilai regangan leleh tulangan
bambu yang digunakan yaitu sebesar 2220 x 10-6.
Ini berarti bahwa tulangan di dalam daerah
sambungan belum leleh/hampir leleh. Ini
disebabkan oleh tingginya gaya geser yang dicapai
oleh benda uji HB bambu ¼ no. 3. Untuk keenam
benda uji yang lain nilai regangan maksimumnya
masih jauh di bawah nilai regangan lelehnya. Ini
berarti seluruh benda uji masih berada dalam
(d) kondisi elastis.

Kerjasama Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fak. Teknik UGM – Fak. Kehutanan UGM – Perbindo
Simposium Nasional Rekayasa dan Budidaya Bambu I 2012 Yogyakarta 30 Januari 2012

3.3 Pola Retak


Pola retak pada ketujuh buah benda uji ditunjukkan
pada gambar 7 berikut ini.

(e)

(a)

(b)

(f)

(c)
(g)
Gambar 7. Pola retak pada benda uji: (a) HB bambu ¼ no. 1;
(b) HB bambu ¼ no. 2; (c) HB bambu ¼ no. 3; (d) HB baja
D9xx; (e) HB baja D9x2x; (f) HB baja D6xx; (g) HB baja
D6x2x.
Dari pola retak benda uji pada gambar 7
ditunjukkan bahwa retak lentur terjadi di ketujuh
buah benda uji. Retak lentur ini berada di daerah
(d) kolom didepan sambungan. Retak lentur ini
menunjukkan keruntuhan lentur terjadi sebelum
keruntuhan geser/ keruntuhan sambungan pada
benda uji terjadi. Ini berarti bahwa ketujuh benda
uji menunjukkan perilaku seismik yang baik. Retak
terbesar terjadi pada penampang kritis sambungan
yaitu didepan daerah sambungan balok kolom.

Kerjasama Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fak. Teknik UGM – Fak. Kehutanan UGM – Perbindo
Simposium Nasional Rekayasa dan Budidaya Bambu I 2012 Yogyakarta 30 Januari 2012

4 KESIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa


bambu dengan nodal/bukunya mempunyai
karakteristik pada beban siklis yang baik sehingga
dapat digunakan sebagai bahan angker mekanik
dimana kekuatannya menyamai kekuatan /dan
lebih tinggi dari angker mekanik baja. Ketujuh
buah benda uji menunjukkan perilaku seismik yang
baik dengan terjadinya keruntuhan lentur sebelum
terjadi keruntuhan sambungan (keruntuhan geser).
Kurang tingginya hasil yang dicapai oleh headed
bar baja dapat ditingkatkan dengan memperbesar
dimensi headed bar. Atau dengan kata lain, untuk
mendapatkan efektifitas pengangkeran dari bahan
baja yang baik, maka disarankan menggunakan
tulangan baja dengan diameter yang lebih besar.

Pustaka
Chul Chun, S., Bohwan,Oh, Ho Lee, S., dan Naito, J., C.,
2009, Anchorage Strength and Behavior of Heade Bars In
Eksterior Beam Column Joints, ACI Structural Journal,
September-Oktober, pp.579-590.

Chul Chun, S., Bohwan,Oh, Ho Lee, S., Kang, T.,H.,K., dan


Wallace, J., W., 2007, Mechanical Anchorage In Eksterior
Beam Column Joints Subjected to Cyclic Loading, ACI
Structural Journal, January-February, pp.102-111.

Jen Lee, H., dan Ying Yu, S., 2009, Cyclic Response of
Eksterior Beam Column Joints With Different Angchorage
Methods, ACI Structural Journal, May-June, pp.329-339.

Joint ACI-ASCE Committee 352, 2002, Recommendations


for Design of Beam Column Connections in Monolithic
Reinforced Concrete Structures, ACI 352R-02, American
Concrete Institute, June.

Kankam, J. A.,George, M. Ben, dan Perry, S. H. 1988,


Bamboo Reinforced Concrete Beams Subjected to
Third-Point Loading, ACI Structural Journal,
January-February, pp.61-67.

Nindyawati & Umniati, B.S., 2011, Pengembangan Model


Sambungan Balok Kolom Pada Struktur Portal Beton
Terkekang Bertulangan Bambu Tahan Gempa. Laporan
Penelitian Hibah Bersaing. Dana DP2M.

Park, R. dan T. Paulay,1975, Reinforced Concrette Structures,


John Wiley & Sons Inc. New York.

Kerjasama Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fak. Teknik UGM – Fak. Kehutanan UGM – Perbindo

Anda mungkin juga menyukai